Nim : P2.06.31.1.17.018
Mata Kuliah : Dietetik PTM
Dosen : Marianawati Saragih, M.Gizi
KASUS KEP
A. Soal
Seorang bayi perempuan umur 11 bulan, dirujuk ke RSUD dengan diagnose KEP
dengan BB = 5,5 Kg, PB = 69 cm, LILA = 7,1 cm. Terlihat sangat kurus, wajah seperti
orang tua, terdapat sedikit odema pada punggung tangan, kulit keriput, dan terdapat
gangguan kulit. Hasil anamneses menunjukkan terjadinya diare, asupan sangat kurang,
tidak ada nafsu makan. Saat ini masih menyusui dari ibu nya.
Susun NCP untuk fase stabilisasi !
Susun NCP untuk fase transisi
B. Patofisiologi
Malnutrisi adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan ketidak seimbangan
antara asupan dan keluaran energi, baik karena kekurangan atau kelebihan asupan
makanan maupun akibat kebutuhan yang meningkat. Secara umum gizi kurang
disebabkan oleh kurangnya energy atau protein. Kekurangan energi protein adalah
keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energy dan protein dalam
makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Setelah beberapa waktu defisiensi nutrien berlangsung maka akan terjadi deplesi
cadangan nutrien pada jaringan tubuh dan selanjutnya kadar dalam darah akan menurun.
Hal ini akan mengakibatkan tidak cukupnya nutrien tersebut di tingkat seluler sehingga
fungsi sel terganggu misalnya sintesis protein, pembentukan dan penggunaan energi,
proteksi terhadap oksidasi atau tidak mampu menjalankan fungsi normal lainnya. Bila
berlangsung terus maka gangguan fungsi sel ini akan menimbulkan masalah pada fungsi
jaringan atau organ yang bermanifestasi secara fisik seperti gangguan pertumbuhan, serta
kemunculan tanda dan gejala klinis spesifik yang berkaitan dengan nutrien tertentu misal
edema, xeroftalmia, dermatosis, dan lain-lain yang kadang-kadang ireversibel. (Depkes
RI, 2007)
Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan
pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda tergantung dari derajat
dan lamanya deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi disebabkan oleh
karena adanya kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya. (Krisnansari D.,
2010).
Gizi buruk berat dapat dibedakan tipe kwashiorkor, tipe marasmus dan tipe
marasmik-kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis
dari masing-masing tipe yang berbeda-beda.
1. Marasmus
Marasmus adalah bentuk malnutrisi protein kalori yang terutama akibat
kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama
kehidupan, disertai retardasi pertumbuhan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan
otot. (Dorland, 1998). Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua
(berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah
kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan
(sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak
menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar.
2. Kwasiorkor
Kwashiorkor adalah bentuk malnutrisi berenergi protein yang disebabkan oleh
defisiensi protein yang berat, asupan kalori biasanya juga mengalami defisiensi.
(Dorland, 1998) Kwashiorkor terjadi terutamanya karena pengambilan protein yang tidak
cukup. Pada penderita yang menderita kwashiorkor, anak akan mengalami gangguan
pertumbuhan, perubahan mental yaitu pada biasanya penderita cengeng dan pada stadium
lanjut menjadi apatis dan sebagian besar penderita ditemukan edema. Selain itu, pederita
akan mengalami gejala gastrointestinal yaitu anoreksia dan diare. Hal ini mungkin karena
gangguan fungsi hati, pankreas dan usus. Rambut kepala penderita kwashiorkor senang
dicabut tanpa rasa sakit. (Hassan et al., 2005)
Pada penderita stadium lanjut, rambut akan terlihat kusam, kering, halus, jarang
dan berwarna putih. Kulit menjadi kering dengan menunjukkan garis-garis yang lebih
mendalam dan lebar. Terjadi perubahan kulit yang khas yaitu crazy pavement dermatosis
yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam dan ditemukan
pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan dan disertai kelembapan. Pada perabaan
hati ditemukan hati membesar, kenyal, permukaan licin, dan pinggiran tajam. Anemia
ringan juga ditemukan dan terjadinya kelainan kimia yaitu kadar albumin serum yang
rendah dan kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi. (Hassan et al., 2005)
3. Marasmus-Kwasiorkor
Kondisi dimana terjadi defisiensi baik kalori maupun protein, dengan penyusutan
jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan, dan biasanya dehidrasi. Gambaran klinis
merupakan campuran dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus. (Dorland,
1998).
Sumber : Tinjauan Pustaka, Universitas Sumatera Utara
C. Metabolisme Zat Gizi yang Terganggu
Malnutrisi energi-protein dapat menyebabkan gangguan metabolisme. Tubuh
sangat membutuhkan energi dan protein untuk menjalankan berbagai fungsi tubuh dan
juga untuk membentuk jaringan tubuh. Setiap sel dalam tubuh mengandung protein.
Manusia membutuhkan protein dalam makanan agar tubuh dapat memperbaiki dan
membentuk sel baru. Tubuh manusia yang sehat mampu meregenerasi sel secara terus-
menerus. Tanpa protein yang cukup, luka atau kerusakan lain pada jaringan tubuh tidak
dapat sembuh dengan mudah. Selain itu, protein juga sangat penting untuk pertumbuhan
selama masa kanak-kanak dan kehamilan. Jika kekurangan protein, pertumbuhan dan
fungsi tubuh secara normal akan terhambat.
Sumber : Tinjauan Pustaka, Universitas Sumatera Utara
Fase Stabilisasi
D. Asesmen
E. Masalah Gizi
1. Asupan oral tidak ade kuat (NI 2.1)
2. Malnutrisi (NI 5.2)
3. Underweight (NC 3.1)
F. Diagnosa Gizi
1. NC 3.1 BB kurang berkaitan asupan energi tidak adekuat, ditandai dengan Z-score
-3SD, BB = 5,5 kg dan LILA 7,1 cm.
2. NI 5.2 Malnutrisi berkaitan dengan perubahan fisiologis karena KEP, ditandai dengan
tubuh terlihat sangat kurus, wajah seperti orang tua, terdapat sedikit odema pada
punggung tangan, kulit keriput, dan terdapat gangguan kulit.
3. NI 2.1 Asupan oral tidak ade kuat berkaitan dengan perubahan fisiologis karena KEP,
ditandai dengan asupan sangat kurang dan tidak ada nafsu makan.
G. Rencana Intervensi Fase Stabilisasi
Preskripsi Diet
a) Jenis Diet : Formula 75
Tujuan Diet : Memberikan asupan makanan sesuai dengan kebutuhan untuk
menstabilkan status metabolik tubuh dan kondisi kronik anak dalam kondisi
KEP
Nutrition Delivery
a) Prinsip Dan Syarat Diet Fase Stabilisasi
BBS = BBA – BB koreksi odema
= 5,5 – 1 = 4,5 kg
1. Energi = 360 kkal
2. Protein = 4,5 gr
3. Cairan 48,75 ml setiap pemberian, dengan 12x pemberian/hari
4. Frekuensi makan 12x / hari atau 2 jam sekali
5. Rute makan oral
6. Bentuk makanan cair
N
o Golongan Makanan Penukar E KH P L
1 Karbohidrat 1/2 87,5 20 2
3 Susu Tanpa Lemak 1/2 37,5 5 3,5
4 Gula 3 150 36
5 Minyak 2 100 5
Jumlah 375 61 5,5 5
Range 10% 337,5 57,15 4,05 4,5
10% 412,5 69,85 4,95 5,5
d) Distribusi Makanan
KH
Menu Bahan Berat Energi Protein Lemak
MEN (gram
Makan Makanan (gram) (kkal) (gram) (gram)
)
Tepung beras 2,08 7,29 1,7 0,17 0
Air 1000 ml
Jumlah 30,22 5,2 0,46 1,09
Cairan 48,75 ml
Air 1000 ml
Air 1000 ml
Air 1000 ml
Air 1000 ml
Air 1000 ml
Air 1000 ml
Air 1000 ml
Air 1000 ml
Air 1000 ml
Air 1000 ml
H. Edukasi Gizi
Sasaran : keluarga pasien
Media : leaflet, lembar balik, aplikasi pendukung
Waktu : 30 menit
Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab
Tujuan : - Memberikan asupan makanan sesuai kebutuhan dengan formula 75
- Memberikan cairan sesuai kebutuhan
- Mempertahankan BB dan status gizi
Materi : - Menjelaskan mengenai jenis, prinsip, dan syarat diet formula 75
- Menjelaskan mengenai KEP
I. Konseling Gizi
Membantu keluarga dalam mempertahankan BB dan status gizi anak
Merubah perilaku orang tua terutama ibu yang salah terkait gizi pada anak
J. Koordinasi Gizi
Berkoordinasi dengan dokter terkait penyakit Kekurangan Energi Protein meliputi
pemeriksaan dan diagnosa medis
Berkoordinasi dengan apoteker untuk mengetahui apabila pasien direkomendasikan
mengkonsumsi obat khusus atau suplemen
Berkoordinasi dengan perawat untuk memantau keadaan pasien sehari-hari selama
perawatan di RS
Fase Transisi
A. Re-Asessment
B. Masalah Gizi
1. Asupan oral tidak adekuat (NI 1.2)
2. Malnutrisi (NI 5.2)
3. Underweight (NC 3.1)
C. Diagnosa Gizi
1. NI 1.2 asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan perubahan fisiologis karena KEP
ditandai dengan asupan sangat kurang dan tidak nafsu makan.
2. NI 5.2 malnutrisi berkaitan dengan perubahan fungsi fisiologis, ditandai dengan
badan sangat kurus, wajah seperti orangtua, sedikit odema pada punggung tangan,
kulit keriput dan gangguan kulit serta diare
3. NC 3.1 underweight berkaitan dengan asupan energi tidak adekuat ditandai dengan z-
core -3,5SD, BB 5,5 kg dan LILA 7,1 cm.
b) Nutrient delivery
Prinsip/syarat diet :
d) Standar Makanan
Hari 3 dan 4 (F100)
Penuka
No Golongan Makanan r E KH P L
1 Sumber karbohidrat 1 175 40 4 0
2 Susu tanpa lemak 1 75 10 7 0
3 Gula 2 100 24 0 0
4 Minyak 2 100 0 0 10
Jumlah 450 74 11 10
10% 405 66,6 9,9 9
Range
10% 495 81,4 12,1 11
N Penuka
o Golongan Makanan r E KH P L
1 Karbohidrat 2 350 80 8
3 Protein Nabati 2 75 14 5 6
4 Gula 3 150 36
5 Minyak 2 100 10
Jumlah 675 130 13 16
Range 10% 607,5 117 11,7 14,4
10% 742,5 143 14,3 17,6
e) Distribusi Makanan
Hari ke 3 dan 4
E. Edukasi
Sasaran : Keluarga pasien
Tujuan :
Memberikan asupan makanan sesuai kebutuhan
Meningkatkan BB
Mencapai status gizi yang optimal
Materi : Prinsip dan syarat diet F-100 dan F-150
Waktu : 30 menit
Media : leaflet, food model, dan aplikasi pendukung lainnya
Metode : Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
F. Konseling
Membantu keluarga pasien dalam meningkatkan BB dan status gizi anak
Merubah perilaku ibu yang salah terkait gizi
G. Koordinasi Gizi
Berkoordinasi dengan dokter terkait penyakit Kekurangan Energi Protein meliputi
pemeriksaan dan diagnosa medis
Berkoordinasi dengan apoteker untuk mengetahui apabila pasien direkomendasikan
mengkonsumsi obat khusus atau suplemen
Berkoordinasi dengan perawat untuk memantau keadaan pasien sehari-hari selama
perawatan di RS
H. Monitoring dan Evaluasi
Fase Rehabilitasi
A. Re-Asessment
3. Biokimia
( BD )
4. Klinis dan Fisik :
Fisik Gejala (KEP)
(PD) Terlihat sangat kurus BB normal Marasmus-
Wajah seperti orang tua, Wajah bayi Kwashiorkor
Terdapat sedikit odema Tidak ada odema
pada punggung tangan,
kulit keriput, dan Kulit sehat
terdapat gangguan kulit.
Telah melewati fase
transisi Tidak diare
b) Nutrient delivery
Prinsip/syarat diet :
1. Energi = 1275 kkal
2. Protein = 42,5 gr
3. Cairan 1275 ml / hari
4. Frekuensi makan utama 3x makan utama dan 3x selingan
5. Rute makan oral
6. Bentuk makanan cair dan lumat
c) Perhitungan kebutuhan
Energi = 150 x 8,5 = 1275 kkal
Protein = 5 X 8,5 = 42,5 gr
Cairan = 150 x 8,5 = 1275 ml / hari
d) Standar Makanan
Formula 100
Makanan Lumat
e) Distribusi Makanan
F100 (snack) dan makanan lumat (makan utama)
C. Edukasi
Sasaran : Keluarga pasien
Tujuan :
Memberikan asupan makanan sesuai kebutuhan
Memberikan pengetahuan mengenai gizi seimbang
Materi :
Menjelaskan prinsip dan syarat diet F-100
Menjelaskan Bentuk makanan lumat dan contoh nya
Menjelaskan gizi seimbang
Waktu : 30 menit
Media : leaflet, food model, dan aplikasi pendukung lainnya
Metode : Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
D. Konseling
Membantu pasien dan keluarga pasien dalam meningkatkan kesehatan yang
optimal
Merubah perilaku pasien dalam pola makan dan pemilihan bahan makanan
E. Koordinasi Gizi
Berkoordinasi dengan dokter terkait penyakit Kekurangan Energi Protein meliputi
pemeriksaan dan diagnosa medis
Berkoordinasi dengan apoteker untuk mengetahui apabila pasien
direkomendasikan mengkonsumsi obat khusus atau suplemen
Berkoordinasi dengan perawat untuk memantau keadaan pasien sehari-hari selama
perawatan di RS