Anda di halaman 1dari 21

ASKEP PADA ANAK DENGAN MASALAH

KESEHATAN NUTRISI

 Saveriana Susanti Nggei S.Kep.Ns


Obesitas
 Obesitas  adalah akumulasi
jaringan lemak dibawah kulit
yang berlebihan dan
terdapat di seluruh tubuh.
 Penyebab yang membuat
seorang anak mengalami
berat berlebih: kebiasaan
makan yang buruk, faktor
keturunan dan tidak aktif
secara fisik
Patofisiologi pada obesitas
Makanan yang adekuat
 
Intake yang berlebih – out put yang kurang
 
Non balance intake and out put
 
Akumulasi lemak pada seluruh jaringan adiposa (subkutan)
 

Timbunan lemak BB yg berlebih obat-obatan steroid krisis


kepercayaan diri
Pada area abdomen mobilitas terbatas nafsu makan meningkat
karena sangatgemuk
Menekan difragma
Manifestasi klinis
Paha tampak besar,
Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif
tampak kecil
 Dada dan payudara membesar,
 Abdomen membuncit
 Lengan atas membesar
Proses keperawatan pada anak dengan
obesitas
Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan
 Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini
 Riwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari
pasien yang pernah menderita obesitas
 Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara
keluarga yang mengalami penyakit serupa atau memicu
3. Pemeriksaan fisik semua sistem
Pola fungsi kesehatan
 Aktivitas istirahat : Kelemahan dan cenderung mengantuk,
ketidakmampuan / kurang keinginan untuk beraktifitas.
 Sirkulasi : Pola hidup mempengaruhi pilihan makan, dengan
makan akan dapat  menghilangkan perasaan tidak senang :
frustasi
 Makanan / cairan : Mencerna makanan berlebihan
 Kenyamanan : Pasien obesitas akan merasakan
ketidaknyamanan berupa nyeri dalam menopang berat badan
atau tulang belakang
 Pernafasan : Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea
 Seksualitas : Pasien dengan obesitas biasanya mengalami
gangguan menstruasi dan amenouria
Proses keperawatan pada anak dengan
obesitas
Diagnosa keperawatan :
 Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan intake makanan yang lebih
 Gangguan pencitraan diri yang berhubungan dengan  biofisika
atau psikosial pandangan px tehadap diri
 Hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan ungkapan
atau tampak tidak nyaman dalam situasi social
 Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru, nyeri , ansietas , kelemahan dan obstruksi
trakeobronkial
Proses keperawatan pada anak dengan obesitas
Perencanaan dan Implementasi
Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi Rasional

Perubahan Kebutuhan •Perubahan a) Kaji a) Mengidenti


nutrisi: lebih nutrisi pola makan penyebab fikasi
dari kembali dan kegemuk /mempeng
kebutuhan normal keterlibatan an dan aruhi
tubuh yang individu dalam buat penentuan
berhubungan program rencana intervensi
dengan intake latihan makan
makanan yang •Menunjukan dengan
lebih penurunan pasien
berat badan b) Timbang b)Memberikan
berat informasi
badan tentang
secara keefektifan
periodic program
Diagnosa Tujuan kriteria intervensi Rasional

c) Tentukan c) Mendoron
tingkat aktivitas g px untuk
dan rencana menyusun
program latihan tujuan
diet lebih nyata
dan sesuai
dg rencana
d) Kolaborasi d) Kalori dan
dengan ahli gizi nurtisi
untuk menentujan terpenuhi
keb kalori dan secara
nutrisi untuk normal
penurunan berat
badan
e) Penurunan
e) Kolaborasi berat
dengan dokter badan
dalam pemberian
obat penekan
nafsu makan
(ex.dietilpropinion
)
Proses keperawatan pada anak
dengan obesitas
Evaluasi
 Kebutuhan nutrisi kembali normal
 Menyatakan gambaran diri lebih nyata
 Mengungkapkan kesadaran adanya perasaan yang
menyebabkan interaksi sosial yang buruk
 Mengembalikan pola napas normal
KEP (KURANG ENERGY PROTEIN), MARASMUS
DAN KWARSIOKOR
Kurang energi protein • Gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein
(KEP)/kurang kalori atau kalori serta sering di sertai dengan kekurangan zat gizi
protein lainnya

• Bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama kekurangan


Marasmus kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun
pertama kehidupan merusak lemak bawah kulit dan otot

• defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya


kwashiorkor yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak
prasekolah (balita).

• Suatu keadaan defisiensi kalori dan protein, dengan


Marasmus kwashiorkor penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan,
dan biasanya dehidrasi.(kamus Kedokteran Dorland)
Etiologi
 Marasmus Penyebab utamanya adl kurang kalori protein yang
dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan
yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak
terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi
congenital.
 Kwasiorkor
 Diare yang kronik
 Malabsorbsi protein
 Sindrom nefrotik
 Infeksi menahun
 Luka bakar
 Penyakit hati
Patofisiologi
Manifestasi klinis
Marasmus Kwasihokor
Marasmus 1. Edema, umumnya seluruh tubuh dan
1. Tampak sangat kurus, hingga tulang terutama pada kaki (dorsum pedis)
terbungkus kulit 2. Wajah membulat dan lembab
2. Wajah seperti orang tua 3. Pandangan mata sayu
3. Cengeng, rewel 4. Rambut tipis, kemerahan seperti warna
4. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis rambut jagung, mudah dicabut tanpa
sangat sedikit sampai tidak ada rasa sakit, rontok
5. Perut cekung 5. cengeng, rewel, kadang apatis
6. Sering disertai: penyakit kronik, diare 6. Pembesaran hati
kronik 7. Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata
bila diperiksa pada posisi berdiri atau
duduk
8. Kelainan kulit berupa bercak merah
muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkupas
(crazy pavement dermatosis)
9. Sering disertai: infeksi, anemia, diare
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN
LABORATORIUM

1. Mengukur TB dan BB 1. Albumin


2. Menghitung indeks massa tubuh yaitu BB
(dalam kg) dibagi dengan TB (dalam M) 2. Kreatinin
3. Mengukur ketebalan lapisan kulit lengan 3. Nitrogen
atas sebelah belakang (lipatan trisep) 4. Elektrolit
ditarik menjauhi lengan sehingga lapisan
lemak dibawah kulitnya dapat diukur, 5. Hb
biasanya menggunakan jangka lengkung 6. Ht
(kapiler). Lemak dibawah kulit banyaknya 7. Transferin
adalah 50% dari lemak tubuh. Lapisan
normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan
sekitar 2,5 cm pada wanita.
4. Status gizi mengukur LLA untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam
tubuh (Lean Body Massa, massa tubuh
yang tidak berlemak).
Proses keperawatan
Pekajian
A.  Identitas klien : Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dst
B.     Keluhan utama
 Kwashiorkor : ibu mengatakan anak mengalami bengkak pada kaki dan tangan, kondisi
lemah,tidak mau makan, BB menurun, dll
 Marasmus : ibu pasien mengatakan anaknya rewel, tidak mau makan, badan kelihatan kurus.
C.    Riwayat kesehatan sekarang
Kapan keluhan mulai dirasakan, Kejadian sudah berapa lama, Apakah ada penurunan BB,
Bagaimana nafsu makan pasien, Bagaimana pola makannyaApakah pasien pernah mendapat
pengobatan, dimana, oleh siapa, kapan dan jenis obatnya
D.    Riwayat penyakit dahulu: Apakah dulu pasien pernah menderita penyakit seperti sekarang.
E.     Riwayat penyakit keluarga: Apakah anggota keluarga pasien pernah menderita penyakit
yang berhubungan dengan kekurangan gizi atau kekurangan protein.
F. Riwayat penyakit social
Anggapan salah satu jenis makanan tertentu, Apakah kebutuhan pasien terpenuhi,
Bagaimana lingkungan tempat tinggal pasien dan keadaan social ekonomi keluarga
G.    Riwayat spiritual: Adanya kepercayaan yang melarang makanan tertentu
Pemeriksaan Fisik
a.    Inspeksi
Meliputi observasi sistemik keadaan pasien sehubungan
dengan status gizi meliputi :
Penampilan umum pasien menunjukkan status nutrisi atau
gizi pasien
Pada kwashiorkor, apakah ada edema, rambut rontok, BB
menurun, muka seperti bulan.
Pada marasmus, badan kurus, atrofi otot, rambut kemerahan
dan kusam, tampak sianosis dan perut membuncit.
b.    Palpasi
Pada marasmus terdapat turgor kulit yang jelek dan pada
kwashiorkor terdapat pembesaran hati. 
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang
tidak adekuat, anoreksia dan diare.
Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan
peningkatan kehilangan akibat diare.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori
dan protein yang tidak adekuat.
Risiko aspirasi b/d pemberian makanan/minuman personde dan
peningkatan sekresi trakheobronkhial.
Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi
trakheobronkhial sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan
Resiko tinggi infeksi b/d rendahnya daya tahan tubuh
Kerusakan integritas kulit b/d gangguan nutrisi/ status metabolik
Kurang pengetahuan b/d kurang terpajannya informasi
Intervensi
Dx:  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak
adekuat, anoreksia dan diare.
Tujuan Kriteria Intervensi Rasional

Klien akan 1.    Keluarga klien 1. Jelaskan kepada 1. Meningkatkan


menunjukkan dapat menjelaskan keluarga tentang pemahaman ke-
peningkatan status penyebab penyebab luarga tentang
gizi. gangguan nutrisi malnutrisi, penyebab dan
yang dialami klien, kebutuhan nutrisi kebutuhan nutrisi
kebutuhan nutrisi pemulihan, untuk pemulihan
pemulihan, susunan menu dan klien sehingga
susunan menu dan pengolahan dapat meneruskan
pengolahan makanan sehat upaya terapi
makanan sehat seimbang, dietetik yang telah
seimbang. tunjukkan diberikan selama
hospitalisasi
Tujuan Kriteria
2.    Dengan 2. Tunjukkan cara 2. Meningkatkan
bantuan perawat, pemberian partisipasi keluarga
keluarga klien makanan per dalam pemenuhan
dapat sonde, beri kebutuhan nutrisi
mendemonstrasika kesempatan klien, mempertegas
n pemberian diet keluarga untuk peran keluarga
(per sonde/per melakukannya dalam upaya
oral) sesuai sendiri. pemulihan status
program dietetik.   nutrisi klien.
3. Laksanakan 3. Roborans
pemberian robo- meningkatkan
rans sesuai nafsu makan,
program terapi. proses absorbsi dan
  memenuhi defisit
  yang menyertai
4. Timbang berat 4.keadaan
badan, ukur lingkar malnutrisi.
lengan atas dan Menilai
tebal lipatan kulit perkembangan
setiap pagi. masa-lah
kesehatan klien.
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai