KEPERAWATAN ANAK
DENGAN OBESITAS & KKP
DISUSUN OLEH :
1. ABU RIZAL BAKERYE 1903003
2. AGUSTINA NOOR AINI 1903005
3. NURUL ITA ANGGRAINI 1903045
4. ROQIMAYATUN NOVITASARI 1903053
5. TIARA REGINA PUTRI 1903061
DEFINISI OBESITAS
Faktor genetik
Faktor genetik seperti mutasi beberapa gen berhubungan dengan
obesitas gen Lep (ob), LepR (db), POMC, MCR4R, PC-1, dan
TrkB dapat menyebabkan obesitas. Sindrom genetik yang
mempunyai asosiasi dengan obesitas pada anak- anak
diantaranya, sindrom Prader-Willi, Pseudohypoparathyroidism,
Sindrom Laurence-Moon-Biedl (Bardet-Biedl), Sindrom Cohen,
Sindrom Down, Sindrom Turner. Faktor genetik menentukan
habitus tubuh, napsu makan, pemasukan energi, aktivitas fisik,
dan pengeluaran energi. Gen obesitas diidentifikasi sebagai
leptin protein yang diproduksi oleh jaringan adipose
(Surudarma, 2017).
Lanjutan...
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan menentukan tingkat ketersediaan makanan, pilihan jenis
makanan, tingkat aktivitas fisik dan untuk jenis aktivitas fisik. Perubahan lingkungan
seperti adanya industri makanan menyebabkan semakin sedikitnya keluarga yang
menyiapkan makanannya sendiri. Industri makanan menyediakan makanan dengan
kalori tinggi, karbohidrat sederhana, dan lemak. Sehingga itu bisa memicu tingkat
obesitas meningkat dikarenakan anak-anak lebih suka makaknana seperti itu.
Faktor endokrin dan neurofisiologi
Penurunan tingkat leptin dan peningkatan ghrelin yang menyebabkan
peningkatan rasa lapar juga dapat menyebabkan terjadinya obesitas pada anak
anak-anak dan dewasa. Hormon pencernaan, termasuk cholecystokinin, GLP-1,
peptida YY, dan umpan balik dari neuronal vagal mendorong rasa kenyang,
sedangkan ghrelin merangsang nafsu makan. Jaringan adiposa memberikan
umpan balik mengenai tingkat penyimpanan energi ke otak melalui rilis hormon
adiponektin dan leptin.
PATOFISIOLOGI OBESITAS
Obesitas terjadi bila asupan energi lebih besar dari pengeluaran energi.
Asupan energi berlebih akan disimpan di jaringan lemak. Penambahan
dan pembesaran sel lemak paling cepat pada masa tahun pertama
kehidupan dan mencapai puncaknya pada masa meningkat dewasa.
Setelah masa dewasa, tidak akan terjadi hiperplasia sel lemak, tetapi hanya
terjadi hipertrofi sel lemak. Obesitas yang terjadi pada masa anak-anak
selain terjadi hipertrofi sel lemak juga terjadi hiperplasia sel lemak. Sebuah
konsep "set point" berat badan yang didukung oleh mekanisme fisiologis
berpusat di sekitar sistem penginderaan dalam jaringan adiposa yang
mencerminkan cadangan lemak dan reseptor, atau "adipostat," yang ada di
pusat hipotalamus. Ketika simpanan lemak berkurang, sinyal adipostat
rendah, dan hipotalamus merespon dengan merangsang rasa lapar dan
penurunan pengeluaran energi untuk menghemat energi. Sebaliknya,
ketika penyimpanan lemak berlimpah, sinyal meningkat, dan hipotalamus
merespon dengan menurunkan rasa lapar dan meningkatkan pengeluaran
energi.
PATHWAYS
Obesitas
Frekuensi
Berat badan Cepat lelah saat
pernafasan
meningkat melakukan aktivitas
meningkat
OBESITAS
PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien.
Identitas umum, meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, alamat, tanggal dan jam masuk rumah
sakit, dan lain-lain.
Riwayat kesehatan, meliputi keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat
penyakit keluarga, dan riwayat seksualitas.
Pemeriksaan fisik, meliputi observasi adanya manifestasi kegemukan seperti anak tampak kelebihan berat
badan, berat badan diatas standar, ketebalan lipatan kulit lebih dari standar, lemak tubuh diatas standar.
Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan metabolic/endokrin, pemeriksaan antropometri
Pola fungsi kesehatan meliputi :
aktivitas istirahat : kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan/ kurang keinginan untuk
beraktifitas.
Makanan/cairan : mencerna makanan berlebihan.
Kenyamanan : merasa tidak nyaman berupa nyeri dalam menopang berat badan atau tulang belakang.
Pernafasan : klien obesitas biasanya mengalami dispnea.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berat badan lebih berhubungan Pola napas tidak efektif
dengan kelebihan konsumsi gula,
penggunaan energi kurang dari berhubungan dengan
asupan, sering memakan makanan obesitas, penurunan energi
berlemak, faktor keturunan, asupan
dibuktikkan dengan dispnea,
kalsium rendah, berat badan
bertambah cepat dibuktikkan pola napas abnormal.
dengan IMT >25kg atau berat dan Intoleransi aktivitas
panjang badan lebih dari presentil
95 atau IMT pada presentil 85-95, berhubungan dengan
tebal lipatan kulit trisep >25mm. kelemahan dibuktikkan
Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan mengeluh lelah,
dengan perubahan bentuk tubuh
dibuktikkan dengan fokus merasa lemah, merasa tidak
berlebihan pada perubahan tubuh, nyaman setelah melakukan
hubungan sosial berubah.
aktivitas.
Rencana Tindakan Keperawatan
diagnosa 1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5×24 jam, maka berat badan lebih akan teratasi dengan kriteria hasil:
Berat badan membaik :
- IMT membaik.
Intervesi Keperawatan
Konseling nutrisi
Observasi:
- Monitor intake & output cairan, nilai Hb, TD, kenaikan BB, dan kebiasaan memeli makanan.
Terapeutik :
- Gunakan standar nutrisi sesuai program diet dalam mengevaluasi kecukupan asupan makanan.
Edukasi : Terapeutik:
- Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi - diskusikan alasan mengkritik diri sendiri.
Edukasi
Promosi koping
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA 3
- Dispnea menurun.
- Tenaga meningkat.
Manajemen energi - Monitor respon emosional, fisik, sosial, dan spiritual terhadap
aktivitas.
Observasi
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari.
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap. - Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan kesehatan.
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan.
- Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas
Terapi aktivitas
partisipasi dalam aktivitas.
Observasi
Kolaborasi
Definisi Klasifikasi
Etiologi
Kurang kalori protein yang dapat terjadi
karena diet yang tidak cukup serta
kebiasaan makan yang tidak tepat seperti
yang hubungan dengan orangtua-anak
terganggu, karena kelainan metabolik, atau
malformasi congenital. Pada bayi dapat
terjadi karena tidak mendapat cukup ASI
dan tidak diberi makanan penggantinya
atau sering diserang diare. Berikut
beberapa faktor penyebabnya antara lain
1. Faktor sosial.
Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi bagi
pertumbuhan anak, sehingga banyak balita tidak mendapatkan makanan yang bergizi
seimbang hanya diberi makan seadanya atau asal kenyang. Selain itu, hidup di negara
dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sosial dan politik tidak stabil,
ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan berlangsung
turun-temurun dapat menjad hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
2. Kemiskinan.
Rendahnya pendapatan masyarakat merupakan penyebab paling mendasar, yaitu
pangan pun sering kali tidak biasa terpenuhi apalagi tidak dapat mencukupi kebutuhan
proteinnya.
3. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersedian
bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini pun menjadi penyebab munculnya
penyakit KKP.
4. Infeksi.
Dalam mengatasi faktor infeksi ini Tindakan pencegahan otomatis sudah dilakukan bila factor
faktor penyebabnya dapat dihindari. Misalnya, ketersediaan pangan yang tercukupi, daya beli
masyarakat untuk dapat membeli bahan pangan, dan pentingnya sosialisasi makanan bergizi bagi
balita serta faktor infeksi dan penyakit lain.
5. Pola makan.
Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang.
Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung
protein atau asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan
protein dari Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan ibunya.
6. Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola pengasuhan balita. Para ibu kurang
mengerti makanan apa saja yang seharusnya menjadi asupan untuk anak-anak mereka.
7. Kurangnya pelayanan kesehatan, terutama imunisasi. Imunisasi yang merupakan bagian dari system
imun mempengaruhi tingkat kesehatan bayi dan anak-anak.
PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi apabila kebutuhan tubuh akan kalori,protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekuranganmakanan,
tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi
kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untukmempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jamsudah dapat
terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan
asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa
jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot
dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri
jangan sampai memecah protein lagi seteah kira - kira kehilangan separuh dari
tubuh.
PATHWAYS
ASUHAN KEPERAWATAN
KKP
PENGKAJIAN
Pemeriksaan fisisk
Kaji tanda-tanda vital.
Kaji perubahan status mental anak, apakah anak nampak cengeng atau apatis.
Pengamatan timbulnya gangguan gastrointestinal, untuk menentukan kerusakan fungsi hati, pankreas dan
usus.
Menilai secara berkelanjutan adanya perubahan warna rambut dan keelastisan kulit dan membran mukosa.
Pengamatan pada output urine.
Penilaian keperawatan secara berkelanjutan pada proses perkembangan anak.
Kaji perubahan pola eliminasi. Gejala : diare, perubahan frekuensi BAB. Tanda : lemas, konsistensi BAB cair.
Kaji secara berkelanjutan asupan makanan tiap hari. Gejala : mual, muntah dan tanda : penurunan berat
badan.
Pengkajian pergerakan anggota gerak/aktivitas anak dengan mengamati tingkah laku anak melalui rangsangan
Intervensi Keperawatan
Perawatan integritas kulit
Observasi
- Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
Edukasi
Manajemen imunisasi/vaksinasi
- Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
Observasi sistemik.
- Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat
Terapeutik
alergi
- Identifikasi kontraindikasi pemberian - Berikan perawatan kulit pada area edema.
imunisasi
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
Terapeutik dengan pasien dan lingkungan pasien.
Edukasi
- Berikan suntikan pada anak di bagian paha
anterolateral
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
- Dokumentasikan informasi vaksinasi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.
- Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan
tepat
asupan cairan.
Edukasi
Kolaborasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi,
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
jadwal, dan efek samping
Implementasi Evaluasi
Keperawatan Keperawatan
Implementasi Merupakan hasil
merupakan tindakan perkembangan anak
yang sesuai dengan dengan berpedoman
yang telah kepada hasil dan
direncanakan, tujuan yang hendak
mencangkup tindakan dicapai
mandiri dan
kolaborasi