Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH ASUHAN

KEPERAWATAN ANAK
DENGAN OBESITAS & KKP

DISUSUN OLEH :
1. ABU RIZAL BAKERYE 1903003
2. AGUSTINA NOOR AINI 1903005
3. NURUL ITA ANGGRAINI 1903045
4. ROQIMAYATUN NOVITASARI 1903053
5. TIARA REGINA PUTRI 1903061
 
DEFINISI OBESITAS

Obesitas merupakan penumpukkan lemak


yang tidak normal atau berlebih yang dapat
mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi
bila pertambahan jumlah dan ukuran sel
lemak. Obesitas disebabkan oleh
pemasukkan jumlah makan yang lebih
besar dari pemakaiannya oleh tubuh
sebagai energi. Energi yang berlebihan
akan disimpan dalam jaringan adipose
KLASIFIKASI OBESITAS

1. Obesitas ringan : kelebihan berat badan


20-40%
2. Obesitas sedang : kelebihan berat badan
41-100%
3. Obesitas berat : kelebihan berat badan lebih
dari 100%
ETIOLOGI OBESITAS

Faktor genetik
Faktor genetik seperti mutasi beberapa gen berhubungan dengan
obesitas gen Lep (ob), LepR (db), POMC, MCR4R, PC-1, dan
TrkB dapat menyebabkan obesitas. Sindrom genetik yang
mempunyai asosiasi dengan obesitas pada anak- anak
diantaranya, sindrom Prader-Willi, Pseudohypoparathyroidism,
Sindrom Laurence-Moon-Biedl (Bardet-Biedl), Sindrom Cohen,
Sindrom Down, Sindrom Turner. Faktor genetik menentukan
habitus tubuh, napsu makan, pemasukan energi, aktivitas fisik,
dan pengeluaran energi. Gen obesitas diidentifikasi sebagai
leptin protein yang diproduksi oleh jaringan adipose
(Surudarma, 2017).
Lanjutan...

Faktor lingkungan
Faktor lingkungan menentukan tingkat ketersediaan makanan, pilihan jenis
makanan, tingkat aktivitas fisik dan untuk jenis aktivitas fisik. Perubahan lingkungan
seperti adanya industri makanan menyebabkan semakin sedikitnya keluarga yang
menyiapkan makanannya sendiri. Industri makanan menyediakan makanan dengan
kalori tinggi, karbohidrat sederhana, dan lemak. Sehingga itu bisa memicu tingkat
obesitas meningkat dikarenakan anak-anak lebih suka makaknana seperti itu.
Faktor endokrin dan neurofisiologi
Penurunan tingkat leptin dan peningkatan ghrelin yang menyebabkan
peningkatan rasa lapar juga dapat menyebabkan terjadinya obesitas pada anak
anak-anak dan dewasa. Hormon pencernaan, termasuk cholecystokinin, GLP-1,
peptida YY, dan umpan balik dari neuronal vagal mendorong rasa kenyang,
sedangkan ghrelin merangsang nafsu makan. Jaringan adiposa memberikan
umpan balik mengenai tingkat penyimpanan energi ke otak melalui rilis hormon
adiponektin dan leptin.
PATOFISIOLOGI OBESITAS

Obesitas terjadi bila asupan energi lebih besar dari pengeluaran energi.
Asupan energi berlebih akan disimpan di jaringan lemak. Penambahan
dan pembesaran sel lemak paling cepat pada masa tahun pertama
kehidupan dan mencapai puncaknya pada masa meningkat dewasa.
Setelah masa dewasa, tidak akan terjadi hiperplasia sel lemak, tetapi hanya
terjadi hipertrofi sel lemak. Obesitas yang terjadi pada masa anak-anak
selain terjadi hipertrofi sel lemak juga terjadi hiperplasia sel lemak. Sebuah
konsep "set point" berat badan yang didukung oleh mekanisme fisiologis
berpusat di sekitar sistem penginderaan dalam jaringan adiposa yang
mencerminkan cadangan lemak dan reseptor, atau "adipostat," yang ada di
pusat hipotalamus. Ketika simpanan lemak berkurang, sinyal adipostat
rendah, dan hipotalamus merespon dengan merangsang rasa lapar dan
penurunan pengeluaran energi untuk menghemat energi. Sebaliknya,
ketika penyimpanan lemak berlimpah, sinyal meningkat, dan hipotalamus
merespon dengan menurunkan rasa lapar dan meningkatkan pengeluaran
energi.
PATHWAYS

Obesitas

Faktor resiko (genetik,


lingkungan, sosial,
psikologis)

Intake kalori meningkat,


output kalori menurun

Perubahan nutrisi lebih


Intake > output
dari kebutuhan tubuh

Penyimpanan kalori dalam


bentuk lemak menumpuk
dijaringan adposa

Frekuensi
Berat badan Cepat lelah saat
pernafasan
meningkat melakukan aktivitas
meningkat

Malu dan tidak Pola nafas tidak Malas beraktivitas


percaya diri efektif

Gangguang citra Intoleransi aktivitas


tubuh
ASUHAN KEPERAWATAN

OBESITAS
PENGKAJIAN

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien.

 Identitas umum, meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, alamat, tanggal dan jam masuk rumah
sakit, dan lain-lain.
 Riwayat kesehatan, meliputi keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat
penyakit keluarga, dan riwayat seksualitas.
 Pemeriksaan fisik, meliputi observasi adanya manifestasi kegemukan seperti anak tampak kelebihan berat
badan, berat badan diatas standar, ketebalan lipatan kulit lebih dari standar, lemak tubuh diatas standar.
 Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan metabolic/endokrin, pemeriksaan antropometri
 Pola fungsi kesehatan meliputi :
 aktivitas istirahat : kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan/ kurang keinginan untuk
beraktifitas.
 Makanan/cairan : mencerna makanan berlebihan.
 Kenyamanan : merasa tidak nyaman berupa nyeri dalam menopang berat badan atau tulang belakang.
 Pernafasan : klien obesitas biasanya mengalami dispnea.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berat badan lebih berhubungan Pola napas tidak efektif
dengan kelebihan konsumsi gula,
penggunaan energi kurang dari berhubungan dengan
asupan, sering memakan makanan obesitas, penurunan energi
berlemak, faktor keturunan, asupan
dibuktikkan dengan dispnea,
kalsium rendah, berat badan
bertambah cepat dibuktikkan pola napas abnormal.
dengan IMT >25kg atau berat dan Intoleransi aktivitas
panjang badan lebih dari presentil
95 atau IMT pada presentil 85-95, berhubungan dengan
tebal lipatan kulit trisep >25mm. kelemahan dibuktikkan
Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan mengeluh lelah,
dengan perubahan bentuk tubuh
dibuktikkan dengan fokus merasa lemah, merasa tidak
berlebihan pada perubahan tubuh, nyaman setelah melakukan
hubungan sosial berubah.
aktivitas.
Rencana Tindakan Keperawatan
diagnosa 1

Tujuan dan Kriteria hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5×24 jam, maka berat badan lebih akan teratasi dengan kriteria hasil:
 Berat badan membaik :

- Berat badan membaik.

- tebal lipatan kulit membaik.

- IMT membaik.

 Perilaku menurunkan berat badan meningkat :

- Menghindari makanan & minuman tinggi kalori meningkat.

- Memilih makanan & minuman bergizi meningkat.

- Mengontrol porsi makan meningkat.

- Meminum air putih sesuai kebutuhan tubuh.

- Memonitor berat bedan & IMT meningkat.


Lanjut

Intervesi Keperawatan
Konseling nutrisi
 Observasi:

- Identifikasi kebiasaan makan & perilaku makan yang akan diubah.

- Identifikasi kemajuan modifikasi diet secara reguler.

- Monitor intake & output cairan, nilai Hb, TD, kenaikan BB, dan kebiasaan memeli makanan.

Terapeutik :

- Bina hubungan terapeutik.

- Sepakati lama waktu pemberian konseling.

- Tetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang realistis.

- Gunakan standar nutrisi sesuai program diet dalam mengevaluasi kecukupan asupan makanan.

- Pertimbangkan faktor - faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi.


Lanjutan....

 Edukasi :  Terapeutik:

- Informasikan perlunya modifikasi diet. - Hitung BBI pasien.


- Hitung persentase lemak & otot pasien.
- Jelaskan program gizi dan
- Fasilitasi menentukan target BB yang realistis.
- persepsi pasien terhadap diet yang
diprogramkan.  Edukasi:

 Kolaborasi: - Jelaskan hubungan antara asupan makanan,


aktivitas fisik, penambahan dan penurunan BB.
- Rujuk pada ahli gizi, jika perlu.
- Jelaskan faktor risiko BB lebih.
Manajemen berat badan
- Anjurkan mencatat BB setiap minggu, jika
 Observasi:
perlu.
- Identifikasi kondisi kesehatan pasien yang  Anjurkan melakukan pencatatan asupan
dapat mempengaruhi BB. makanan, aktivitas fisik, dan perubahan BB
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN DIAGNOSA 2

Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5×24 jam, maka
gangguan citra tubuh akan teratasi dengan kriteria hasil:
 Citra tubuh meningkat:

- Verbalisasi perasaan negative tentang perubahan tubuh menurun.

- Verbalisasi kekhawatiran pada reaksi orang lain menurun.

- Hubungan sosial membaik.


Lanjutan....
Intervesi Keperawatan  Observasi

- Identifikasi pemahaman proses penyakit.


Promosi citra tubuh
- identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial.
 Observasi:
 Terapeutik
- Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra
tubuh. - gunakan pendekatan yang tenang & meyakinkan .

- Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi - diskusikan alasan mengkritik diri sendiri.

sosial. - Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam.


- Monitor frekuensi pernyataan kritik pada diri sendiri.
 Edukasi
 Terapeutik
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
- Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya.
- Anjurkan keluarga terlibat.
- Diskusikan persepsi pasien & keluarga tentang perubahan citra
tubuh. - Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan

 Edukasi

- Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh.

 Promosi koping
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA 3

Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5×24 jam, maka pola napas tidak efektif akan
teratasi dengan kriteria hasil:
 Pola napas membaik:

- Tekanan inspirasi & ekspirasi meningkat.

- Dispnea menurun.

- Frekuensi napas membaik

 Tingkat keletihan menurn :

- Verbalisasi kepulihan energi meningkat.

- Tenaga meningkat.

- Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat.

- Verbalisasi lelah menurun.


Lanjutan...

Intervensi Keperawatan  Pemantauan respirasi

Manajemen jalan napas  Observasi

 Observasi - Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya

- Monitor pola napas. napas.

- Monitor pola napas.


 Terapeutik
- Monitor adanya sumbatan jalan napas.
- Posisikan semi-fowler atau fowler.
 Terapeutik
- Berikan minum hangat.
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
 Edukasi
pasien.

- Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jka tidak - Dokumentasikan hasil pemantauan


kontraindikasi.
 Edukasi
- Ajarkan teknik batuk efektif.
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.
 Kolaborasi
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.

- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,


RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA EMPAT

Tujuan dan Kriteria Hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5×24 jam, maka


intoleransi aktivitas akan teratasi dengan kriteria hasil:
 Toleransi aktivitas meningkat :

- Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat.

- Dispnea saat aktivitas menurun.

- Dispnea setelah aktivitas menurun.

- Perasaan lemah menurun.

- Frekuensi napas membaik.


Lanjutan....

Intervensi Keperawatan - Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu.

Manajemen energi - Monitor respon emosional, fisik, sosial, dan spiritual terhadap
aktivitas.
 Observasi

- Monitor kelelahan fisik dan emosional.  Terapeutik

- Monitor pola dan jam tidur.


- Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang dialami.
 Terapeutik - Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia.

- Fasilitasi aktivitas fisik rutin, sesuai kebutuhan.


- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif.
- Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu.
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan.  Edukasi

 Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari.

- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap. - Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan kesehatan.
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan.
- Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas
Terapi aktivitas
partisipasi dalam aktivitas.
 Observasi
 Kolaborasi

Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu.


Implementasi Evaluasi Keperawatan
Keperawatan Merupakan hasil
Implementasi perkembangan anak
merupakan tindakan
yang sesuai dengan yang dengan berpedoman
telah direncanakan, kepada hasil dan
mencangkup tindakan
mandiri dan kolaborasi tujuan yang hendak
dicapai.
DEFINISI & KLASIFIKASI ANAK KKP

Definisi Klasifikasi

Kwashiorkor = bentuk gizi buruk yang


Kekurangan kalori
terjadi pada anak-anak. Kwashiorkor
protein adalah defisiensi disebabkan oleh rendahnya protein
gizi terjadi pada anak Marasmus = bentuk malnutrisi kalori
protein yang terutama akibat kekurangan
yang kurang mendapat kalori protein yang berat dan kroniss
terutama terjadi selama tahun pertama
masukan makanan yang kehidupan dan mengurusnya lemak bawah
cukup bergizi, atau kulit dan otot
asupan kalori dan Edema = meningkatnya volume cairan
ekstraseluler dan ekstravaskuler) yang
protein kurang dalam disertai dengan penimbunan cairan
abnormal dalam sela-sela jaringan dan
waktu yang cukup lama rongga serosa
ETIOLOGI

Etiologi
Kurang kalori protein yang dapat terjadi
karena diet yang tidak cukup serta
kebiasaan makan yang tidak tepat seperti
yang hubungan dengan orangtua-anak
terganggu, karena kelainan metabolik, atau
malformasi congenital. Pada bayi dapat
terjadi karena tidak mendapat cukup ASI
dan tidak diberi makanan penggantinya
atau sering diserang diare. Berikut
beberapa faktor penyebabnya antara lain
1. Faktor sosial.
Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi bagi
pertumbuhan anak, sehingga banyak balita tidak mendapatkan makanan yang bergizi
seimbang hanya diberi makan seadanya atau asal kenyang. Selain itu, hidup di negara
dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sosial dan politik tidak stabil,
ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan berlangsung
turun-temurun dapat menjad hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
2. Kemiskinan.
Rendahnya pendapatan masyarakat merupakan penyebab paling mendasar, yaitu
pangan pun sering kali tidak biasa terpenuhi apalagi tidak dapat mencukupi kebutuhan
proteinnya.
3. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersedian
bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini pun menjadi penyebab munculnya
penyakit KKP.
4. Infeksi.
Dalam mengatasi faktor infeksi ini Tindakan pencegahan otomatis sudah dilakukan bila factor
faktor penyebabnya dapat dihindari. Misalnya, ketersediaan pangan yang tercukupi, daya beli
masyarakat untuk dapat membeli bahan pangan, dan pentingnya sosialisasi makanan bergizi bagi
balita serta faktor infeksi dan penyakit lain.
5. Pola makan.
Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang.
Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung
protein atau asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan
protein dari Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan ibunya.
6. Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola pengasuhan balita. Para ibu kurang
mengerti makanan apa saja yang seharusnya menjadi asupan untuk anak-anak mereka.
7. Kurangnya pelayanan kesehatan, terutama imunisasi. Imunisasi yang merupakan bagian dari system
imun mempengaruhi tingkat kesehatan bayi dan anak-anak.
PATOFISIOLOGI

Kurang kalori protein akan terjadi apabila kebutuhan tubuh akan kalori,protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekuranganmakanan,
tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi
kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untukmempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jamsudah dapat
terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan
asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa
jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot
dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri
jangan sampai memecah protein lagi seteah kira - kira kehilangan separuh dari
tubuh.
PATHWAYS
ASUHAN KEPERAWATAN

KKP
PENGKAJIAN

• Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, suku bangsa, agama,


Pendidikan, dan alamat.
• Riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak
• Faktor presdiposisi malnutrisi meliputi riwayat prenatal, natal dan
postnatal, dampak hospitalisasi, perubahan peran keluarga, riwayat
pembedahan, alergi, pola kebiasaan, tumbuh kembang, imunisasi,
psikososial dan psikoseksual, kemampuan interaksi anak.
• Riwayat keluarga seperti mengidentiffikasi komposisi keluarga, fungsi
dan hubungan anggota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang
dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit
pasien.
Lanjutan...

Pemeriksaan fisisk
 Kaji tanda-tanda vital.
 Kaji perubahan status mental anak, apakah anak nampak cengeng atau apatis.
 Pengamatan timbulnya gangguan gastrointestinal, untuk menentukan kerusakan fungsi hati, pankreas dan
usus.
 Menilai secara berkelanjutan adanya perubahan warna rambut dan keelastisan kulit dan membran mukosa.
 Pengamatan pada output urine.
 Penilaian keperawatan secara berkelanjutan pada proses perkembangan anak.
 Kaji perubahan pola eliminasi. Gejala : diare, perubahan frekuensi BAB. Tanda : lemas, konsistensi BAB cair.
 Kaji secara berkelanjutan asupan makanan tiap hari. Gejala : mual, muntah dan tanda : penurunan berat
badan.
 Pengkajian pergerakan anggota gerak/aktivitas anak dengan mengamati tingkah laku anak melalui rangsangan

Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan feses, pemeriksaan urin,


pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan albumin, hitung leukosit
dan trombosit, hitung glukosa darah.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

• Defisit nutrisi berhubungan dengan factor ekonomi dibuktikan


dengan berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal.
• Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
nutrisi dibuktikan dengan kerusakan jaringan dan/atau lapisan
kulit.
• Risiko infeksi dibuktikan dengan malnutrisi
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN SATU

Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam, maka defisit
nutrisi akan teratasi dengan kriteria hasil :
Status nutrisi membaik :
- Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
- Perasaan cepat kenyang menurun
- Berat badan membaik
- Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik
- Frekuensi makan membaik

- Nafsu makan membaik


Lanjutan...

Intervensi Keperawaran - Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan, jika


Manajemen nutrisi perlu.
 Observasi - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient  Promosi berat badan

- Monitor asupan makanan


 Observasi
- Monitor berat badan
- Identifikasi penyebab BB kurang.
 Terapeutik
- Monitor adanya mual muntah.
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu - Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-hari.
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein. - Monitor BB. Monitor albumin, limfosit, elektrolit serum.
- Berikan suplemen makanan, jika perlu.  Terapeutik

 Edukasi - Berikan pujian pada pasien/keluarga untuk peningkatan yang


dicapai.
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
 Edukasi
 Kolaborasi
- Jelaskan makanan yang bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN DUA

Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5X24
jam, maka gangguan Integritas kulit dan jaringan akan
teratasi dengan kriteria hasil :
Integritas kulit dan jaringan meningkat :
- Perfusi jaringan meningkat
- Kerusakan jaringan menurun
- Kerusakan lapisan kulit menurun
Lanjutan....

Intervensi Keperawatan
Perawatan integritas kulit
Observasi
- Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit

Terapeutik

- Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitive.


- Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering.

Edukasi

- Anjurkan minum air yang cukup


- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayu
Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN TIGA

Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5X24 jam,
maka risiko infeksi akan teratasi dengan kriteria hasil :
Tingkat infeksi menurun
- Nafsu makan meningkat
- Demam menurun
- Kemerahan menurun
- Nyeri menurun
- Kadar sel darah putih membaik
Lanjutan...

Intervensi Keperawatan  Observasi

Manajemen imunisasi/vaksinasi
- Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
 Observasi sistemik.
- Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat
 Terapeutik
alergi
- Identifikasi kontraindikasi pemberian - Berikan perawatan kulit pada area edema.
imunisasi
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
Terapeutik dengan pasien dan lingkungan pasien.

 Edukasi
- Berikan suntikan pada anak di bagian paha
anterolateral
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
- Dokumentasikan informasi vaksinasi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.
- Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan
tepat
asupan cairan.
Edukasi
 Kolaborasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi,
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
jadwal, dan efek samping
Implementasi  Evaluasi
Keperawatan Keperawatan
Implementasi Merupakan hasil
merupakan tindakan perkembangan anak
yang sesuai dengan dengan berpedoman
yang telah kepada hasil dan
direncanakan, tujuan yang hendak
mencangkup tindakan dicapai
mandiri dan
kolaborasi

Anda mungkin juga menyukai