Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TANAMAN

“Kromatografi”

Disusun Oleh

Nama : Nur Fabillah Isnaini


NIM : 205040207111057
Kelas :F
Asisten : Yani Kurniawan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan campuran yang
menggunakan dua sistem fase yaitu, fase diam dan fase gerak. Fase diam
umumnya berupa padatan sedangkan fase gerak umumnya berupa cairan atau
gas. Kromatografi dapat digunakan pada skala kecil seperti laboratorium.
Molekul yang terlarut dalam fase gerak akan melewati kolom yang merupakan
fase diam. Molekul yang memiliki ikatan kuat dengan kolom akan cenderung
bergerak lebih lambat dibandingkan dengan molekul yang memiliki ikatan
lemah. Oleh karena itu, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan
berdasarkan pergerakan pada kolom.
Kromatografi dapat dibagi menjadi beberapa jenis tergantung pada jenis
fase gerak dan mekanisme pemisahannya. Jika dilihat dari fase gerak, maka
meliputi kromatografi cair, kromatografi gas, kromatografi adsorpsi, dan
kromatografi partisi. Apabila dilihat dari mekanismenya, maka meliputi
kromatografi pertukaran ion dan kromatografi gel. Jiika dilihat dari fase
stasionernya maka berupa kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis, dan
kromatografi kertas.
Pada praktikum kali ini, jenis kromatografi yang digunakan yaitu
kromatografi kertas. Pemilihan kromatografi ini dinilai mudah karena hanya
membutuhkan alat dan bahan yang sederhana. Pada kromatografi ini terdapat
fase diam yang berupa terserapnya cairan dakam kertas dan fase gerak yang
berupa campuran sesuai dengan spesimen pengamatan. Oleh karena itu, untuk
memudahkan praktikan dalam memahami kegiatan praktikum kali ini, maka
digunakan kromatografi kertas.
1.2 Tujuan
adapun tujuan dari kegiatan praktikum kromatografi yaitu:
1. Mengetahui definisi kromatografi
2. Mengetahui macam-macam kromatografi
3. Mengetahui prinsip kerja kromatografi kertas
4. Mengetahui pigmen warna pada tumbuhan
5. Mengetahui definisi Rf
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari kegiatan praktikum kromatografi yaitu:
1. Praktikan dapat mengetahui definisi kromatografi
2. Praktikan dapat mengetahui macam-macam kromatografi
3. Praktikan dapat mengetahui prinsip kerja kromatografi kertas
4. Praktikan dapat mengetahui pigmen warna pada tumbuhan
5. Praktikan dapat mengetahui definisi Rf
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kromatografi
Menurut Rizalina et al (2018) kromatografi didefinisikan sebagai salah satu
teknik pemisahan campuran yang berdasarkan pada perbedaan distribusi dari
komponen-komponen dalam fase gerak yang berupa gas atau cairan dan fase
diam yang berupa cairan atau padatan. Hal ini selaras dengan pendapat Susanti
& Dachriyanus (2017) yang menyatakan bahwa kromatografi merupakan
teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia yang berdasarkan pada
perbedaan distribusi masing-masing komponen campuran yang terpisah pada
fase diam dibawah pengaruh fase gerak.
According to Coskun (2016) chromatography is based on the principle
where molecules in mixture applied onto the surface or into the solid and fluid
stationary phase (stable phase) is separating from each other while moving with
the aid of a mobile phase. The factors effective on this separation process
include molecular characteristics related to adsorption (liquid-solid), partition
(liquid-solid) and affinity or differences among their molecular weights.
Berdasarkan pernyataan Coskun, dapat di artikan bahwa kromatografi adalah
suatu prinsip yang mana molekul-molekul dalam suatu campuran diaplikasikan
ke permukaan dalam fase diam (fase stabil) yang terpisah satu sama lain saat
bergerak dengan bantuan fase gerak. Faktor-faktor yang menimbulkan proses
ini menjadi efektif yaitu proses pemisahan antara lain adalah karakteristik
molekuler yang berhubungan dengan adsorpsi (padat-cair), partisi (padat-cair)
dan afinitas atu perbedaan berat molekulnya.
According to Kumar et al (2013) chromatography is the collective term for
a set of laboratory techniques for the separation of mixtures into their
components. All forms of chromatography work on the same principle.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diartikan bahwa kromatografi adalah
suatu istilah kolektif untuk satu set teknik laboratorium untuk pemisahan
campuran menjadi komponennya. Semua bentuk kromatografi bekerja dengan
prinsip yang sama.
2.2 Macam-macam Kromatografi
Berdasarkan beberapa sumber yang ada, kromatografi dapat dibagi menjadi
beberapa macam, diantaranya yaitu:
a. Kromatografi Kertas
Menurut Rosalina et al (2018) kromatografi kertas merupakan suatu
metode pemisahan yang sederhana digunakan untuk pemisah antara
komponen pigmen zat warna dan pigmen dari campuran zat cair yang
bersifat homogen.
b. Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom dapat dibagi menjadi 2 yaitu kromatografi kolom
terbuka (konvensional) dan kromatografi kolom tertutup. Kromatografi ini
dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa organik, nonpolar,
dan bahan yang sulit untuk menguap. Kromatografi kolom menggunakan
prinsip adsorpsi terhadap komponen-komponen larutan yang memiliki
perbedaan afinitas terhadap permukaan fase diam. (Nurdiani., 2018)
c. Kromatografi Lapis Tipis
Menurut Oktaviantari et al (2019) kromatografi lapis tipis memiliki
prinsip dengan memisahkan senyawa multi komponen dengan
menggunakan dua fase yaitu, fase diam dan fase gerak. Kromatografi lapis
tipis merupakan kromatografi planar yang fase diamnya berupa lapisan
yang seragam pada permukaan datar yang didukung oleh lempeng kaca,
plat alumunium atau plat plastik (Nurdiani., 2018)
d. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Menurut Aulia et al (2014) Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
merupakan perkembang metode dari kromatografi cair kolom yang
memiliki detektor lebih sensitif dan peka serta kemajuan teknologi pada
pompa yang bertekanan tinggi menyebabkan KCKT menjadi suatu metode
dengan sistem pemisahan zat yang cepat dan efisien.
e. Kromatografi Gas
Kromatografi gas adalah salah satu teknik pemisahan senyawa
berdasarkan perbedaan distribusi pergerakan yang terjadi diantara fase
gerak dan fase diam untuk pemisahan senyawa yang berada pada larutan
(Faricha et al., 2014). Senyawa gas yang terlarut dalam fase gerak, akan
melewati kolom partisi yang merupakan fase diam. Senyawa yang
memiliki kesesuaian kepolaran dengan bahan yang berada di dalam fase
diam yang diletakkan di dalam kolom partisi akan cenderung bergerak
lebih lambat daripada senyawa yang memiliki perbedaan kepolaran
dengan bahan yang ada di kolom partisi.

2.3 Prinsip Kerja Kromatografi Kertas


Menurut Rubiyanto (2017) prinsip kerja kromatografi kertas yaitu senyawa
yang terlarut dalam fase gerak akan melewati fase diam cair yang terletak pada
suatu padatan pendukung. Peristiwa ini sama dengan ekstraksi cair, tetapi
dalam konfigurasi datar bukan kolom atau tabung, sehingga terjadi tendensi
distribusi senyawa pada fase gerak terhadap fase diam. Gerakan senyawa
terjadi karena kapilaritas padatan pendukungnya, selama padatan pendukung
interaksi pun terjadi.

2.4 Pigmen Warna Pada Tumbuhan


Menurut pernyataan Hasidah et al (2017) pigmen warna pada tumbuhan
dapat dipengaruhi oleh kemampuan biosintesis yang mempengaruhi warna
pada organ tumbuhan yang berbeda-beda. Hal ini, menyebabkan adanya
pigmen klorofil, karotenoid, dan antosianin dalam jaringan daun. Klorofil
terdapat pada area daun berwarna hijau yang memiliki jaringan palisade.
Sedangkan, untuk karotenoid memberikan pigmen warna kuning, merah, atau
orange pada tumbuhan. Adapun enzim yang berperan dalam biosintesis
karotenoid yaitu fitoen sintase (PSY) dan karotenoid hidroksilase (CH). Selain
itu, antosianin juga memberikan pigmen warna merah, ungu, atau biru pada
daun.

2.5 Definisi Rf
Menurut Zaki (2013) nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang
ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang digerakkan oleh
pelarut dari titik asal. Sehingga, Rf memiliki nilai lebih kecil dari 1. Selain itu,
menurut Oktaviantari et al (2019) untuk menghitung harga Rf, dihitung sebagai
jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak tempuh oleh fase
gerak.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
No. Nama Alat Fungsi
1. Gelas ukur Mengukur larutan
2. Timbangan analitik Menimbang spesimen pengamatan
3. Kertas saring Fase diam kromatografi kertas
4. Fial film Mencampurkan spesimen dengan
larutan (acetone)
5. Penggaris dan pensil Mengukur nilai jarak dari spesimen
6. bejana Meletakkan kertas dan pelarutnya
7. Mortal dan pistil Menghaluskan spesimen pengamatan
8. Pipet tetes dan beaker glass Mengambil larutan dan sebagai wadah
larutan

b. Bahan
No. Nama bahan Fungsi
1. Bayam merah dan bayam Spesimen pengamatan
hijau
2. Acetone Pelarut bayam untuk
meluruhkan klorofil
3. Larutan buffer Fase gerak dari kromatografi
kertas

3.2 Cara Kerja (Diagram Alir)

Siapkan Alat dan Bahan

Menimbang daun bayam merah dan


bayam hijau masing-masing sebanyak 3
gram
Menghaluskan daun bayam sampai
halus dengan mortar dan pistil

Setelah daun bayam halus, masukkan ke dalam


fial film dan menambahkan 10 ml acetone
hingga menjadi pasta

Pasta tersebut dikocok hingga homogen dan


kemudian didiamkan selama 5 menit

Setelah itu, teteskan larutan bayam tersebut di


atas kertas saringan dan tunggu hingga kering

Kertas yang sudah ditetesi tadi, dimasukkan dalam


bejana kromatografi yang telah berisi 300 ml pelarut
dan tunggu hingga 15 menit

Amati perubahan yang terjadi dan hitung Rf-nya

Amati dan catat hasilnya

3.3 Analisa Perlakuan


Langkah awal untuk melakukan praktikum kromatografi yaitu dengan
menyiapkan alat dan bahan. Kemudian, timbang daun bayam merah dan bayam
hijau masing-masing sebanyak 3 gram. Setelah itu, haluskan masing-masing
bayam hingga halus dengan menggunakan mortar dan pistil agar bayam mudah
dilarutkan dengan acetone. Setelah daun bayam halus, masukkan bayam ke
dalam fial film dan tambahkan 10 ml aceton hingga menjadi pasta. Lalu, pasta
tersebut dikocok hingga homogen dan kemudian didiamkan selama 5 menit.
Setelah itu, larutan bayam tersebut diteteskan di atas kertas saringan dan
ditunggu hingga kering. Kertas yang telah ditetesi, kemudian dimasukkan ke
dalam bejana kromatografi yang berisi 300 ml pelarut dan ditunggu hingga 15
menit. Tahap selanjutnya, mengamati hasil perubahan dan menghitung nilai
Rf-nya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan
Klorofil A Klorofil B Jarak yang
digerakkan
Daun pelarut
U1 U2 U1 U2
dari titik
asal
Bayam
3,4 cm 3,2 cm 2,0 cm 2,9 cm 10 cm
Hijau
Bayam
1,8 cm 3,6 cm 2,6 cm 2,4 cm 10 cm
Merah

4.2 Hasil Perhitungan


1. Bayam Hijau

a. Klorofil A =

=
= 0,33

b. Klorofil B =

=
= 0,245

2. Bayam Merah

a. Klorofil A =

=
= 0,27
b. Klorofil B =

=
= 0,25
4.3 Pembahasan Umum
a. Perbandingan Nilai Rf Bayam Merah dan Bayam Hijau
Spesimen pengamatan yang digunakan pada percobaan praktikum kali
ini adalah bayam merah dan bayam hijau. Dari data hasil pengamatan
tersebut, dapat dinyatakan bahwa bayam hijau memiliki nilai Rf klorofil A
sebesar 0,33 dan nilai Rf klorofil B sebesar 0,245. Sedangkan, untuk bayam
merah memiliki nilai Rf klorofil A sebesar 0,27 dan nilai Rf klorofil B
sebesar 0,25. Dari hasil tersebut, bayam hijau pada klorofil A memiliki nilai
Rf yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai Rf pada klorofil A bayam
merah. Sedangkan, untuk nilai Rf pada klorofil B bayam hijau memiliki nilai
yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai Rf pada klorofil B bayam
merah.
Berdasarkan data hasil praktikum, dapat diketahui bahwa setiap sampel
memiliki nilai Rf yang berbeda-beda. Nilai Rf yang berbeda disebabkan
oleh beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu, struktur kimia senyawa
yang dipisahkan, polaritas fase diam, tebal dan kerataan permukaan fase
diam, polaritas fase gerak, kejenuhan bejana kromatografi, serta suhu dan
kesetimbangan. (Sarwastuti, 2010)

b. Hubungan Antara Nilai Rf dengan Identifikasi Pigmen


Besarnya nilai Rf yang didapat menentukan jenis pigmen yang terdapat
pada kedua spesimen tersebut. Dimana nilai Rf pada klorofil A bayam hijau
termasuk ke dalam jenis pigmen klorofil b karena memiliki nilai Rf sebesar
0,30-0,57. Lalu, untuk nilai Rf pada klorofil B bayam hijau, klorofil A dan
klorofil B bayam merah termasuk ke dalam jenis pigmen xanthofil karena
memiliki nilai Ef sebesar 0,10-0,30. Perbedaan jarak yang ditempuh oleh
pigmen xantofil akan lebih jauh daripada jarak tempuh klorofil a, klorofil b,
maupun antosianin. Pemisahan pigmen ini dapat diamati berdasarkan
warna, yang mana antosianin berwarna merah atau ungu yang berada
dibagian paling bawah, klorofil a berwarna hijau kebiruan (hijau tua),
klorofil b berwarna hijau kekuningan (hijau muda), dan xanthofil berwarna
kuning yang berada dibagian paling atas. (Hernawati et al, 2012)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan campuran yang
menggunakan dua sistem fase yaitu, fase diam dan fase gerak. Fase diam
umumnya berupa padatan sedangkan fase gerak umumnya berupa cairan atau
gas. Metode kromatografi digunakan untuk memisahkan senyawa baik dalam
skala kecol maupun skala besar berdasarkan fase geraknya. Kromatografi dapat
dibagi menjadi beberapa jenis tergantung pada jenis fase gerak dan mekanisme
pemisahannya. Jika dilihat dari fase gerak, maka meliputi kromatografi cair,
kromatografi gas, kromatografi adsorpsi, dan kromatografi partisi. Apabila
dilihat dari mekanismenya, maka meliputi kromatografi pertukaran ion dan
kromatografi gel. Jiika dilihat dari fase stasionernya maka berupa kromatografi
kolom, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi kertas. Prinsip utama dari
kromatografi kertas yaitu adsorpsi dan kepolaran. Dimana prinsip adsorpsi
yaitu panjang komponen yang diserap serta prinsip kepolaran apabila memiliki
kepolaran yang sama, maka akan ikut bergerak. pigmen warna pada tumbuhan
dapat dipengaruhi oleh kemampuan biosintesis yang mempengaruhi warna
pada organ tumbuhan yang berbeda-beda. Hal ini, menyebabkan adanya
pigmen klorofil, karotenoid, dan antosianin dalam jaringan daun. Rf dapat
didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi
dengan jarak yang digerakkan oleh pelarut dari titik asal. Sehingga, Rf
memiliki nilai lebih kecil dari 1.

5.2 Saran
Tidak ada saran pada praktikum kali ini. Kegiatan praktikum yang
dilaksanakan secara online ini dapat berjalan dengan baik, semoga kegiatan
praktikum segera dilaksanakan secara offline agar kegiatan praktikum bisa
lebih mudah dipahami dan semoga pembahasan yang sudah dibahas, para
praktikan dapat memahami materi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, S. S. (2014). Penetapan Kadar Simvastatin Menggunakan Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT): Review. Farmaka Vol. 4 No. 4, 70-78.
Coskun, O. (2016). Separation Techniques: Chromatography. North Clin Istanbul
3(2), 156-160.
Faricha, A. R. (2014). Sistem Identifikasi Gas Menggunakan Sensor Surface
Acoustic Wave dan Metoda Kromatografi. Jurnal Teknik ITS Vol. 3 No. 2,
157-162.
Hasidah., M. d. (2017). Kandungan Pigmen Klorofil, Karotenoid, dan Antosianin
Daun Caladium. Jurnal Protobiont Vol. 6(2), 29-37.
Hernawati, D., Badriah, L., dan Fitrian, R. (2012). Variasi Pigmen Tumbuhan Yang
Terdapat Pada Warna Daun Yang Berbeda Dengan Menggunakan Teknik
Paper Chromatography. Jurnal Penelitian Internal , 1-5.
Kumar, S. J. (2013). Thin Layer Chromatography: A Tool of Biotechnology for
Isolation of Bioactive Compounds from Medicinal Plants. International
Journal of Pharmaceutical Science Review and Research 18(1), 126-132.
Nurdiani, D. (2018). Buku Informasi Melaksanakan Analisis Secara Kromatografi
Konvensional Mengikuti Prosedur. Jakarta: Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian.
Oktaviantari, D. E. (2019). Identifikasi Hidrokuinon dalam Sabun Pemutih
Pembersih Wajah Pada Tiga Klinik Kecantikan di Bandar Lampung dengan
Metode Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal
Analis Farmasi Vol. 4 No. 2, 91-97.
Rizalina, H. C. (2018). Optimasi Penentuan Kadar Metanol dalam Darah
Menngunakan Gas Chromatography. Indonesian Journal of Chemical
Science 7(3), 255-261.
Rosalina, V. E. (2018). Pengembangan Animasi Berbasis Simulasi Molekul pada
Metode Kromatografi. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia (JPPK)
.
Rubiyanto, D. (2017). Metode Kromatografi: Prinsip Dasar, Praktikum &
Pendekatan Pembelajaran Kromatografi. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Sarwastuti, T. (2010). Perbandingan Kondisi Optimum Ekstraksi Kayu Secang
(Caesalpinnia sappan L.) Secara Digesti dan Soxhletasi. Skripsi. Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma:, Yogyakarta.
Susanti, M. d. (2017). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Padang: Lembaga
Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPTIK) Universitas
Andalas.
Zaki, M. W. (2013). Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Ekstrak n-Heksana
Lumut Hati Matigosphora diclados (Brid. Ex Web) Nees. Skripsi. Program
Studi Farmasi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai