Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TANAMAN

“Kinetika Enzim: Persamaan Kinetika”

Disusun Oleh

Nama : Nur Fabillah Isnaini


NIM : 205040207111057
Kelas :F
Asisten : Yani Kurniawan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enzim merupakan biomolekul yang memiliki fungsi untuk mengkatalis
senyawa yang mempercepat proses reaksi dalam suatu reaksi kimia. Apabila
enzim tidak ada, maka proses-proses tersebut akan berlangsung dengan lambat
atau tidak sama sekali. Pada saat reaksi dikatalisis oleh enzim, molekul awal
reaksi dapat disebut dengan substrat, dan enzim mengubah molekul tersebut
menjadi molekul-molekul yang berbeda disebut dengan produk. Selain sebagai
katalis, enzim juga mempengaruhi laju pada saat kesetimbangan dicapai, tetapi
tidak mempengaruhi kesetimbangan total suatu reaksi. Kerja enzim dapat
merendahkan tenaga aktivasi, sehingga laju responnya bertambah.
Hampir semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat
berlangsung dengan cepat. Adanya hubungan antara konsentrasi substrat
dengan kecepatan reaksi enzimatik, sehingga konsentrasi substrat yang
dibutuhkan untuk mencapai Vmax dari kecepatan reaksi yang mendekati
kecepatan maksimum. Akan tetapi, Vmax kurva ini memiliki bentuk umum
yang sama pada semua enzim.
Oleh karena itu, ditemukanlah persamaan Michaelis Menten yang dapat
mempermudah dalam menemukan permasalahan tersebut, tetapi rumus
Michaelis Menten dianggap kurang mudah dan memiliki beberapa kekurangan,
maka diperbaharuilah dengan munculnya persamaan Lineweaver Burk dan
persamaan Eadie Hofstee yang dianggap lebih sederhana dan efisien. Akan
tetapi, pada persamaan keduanya ini pula ditemukan kekurangannya, maka
persamaan keduanya diperbaharui lagi dengan adanya persamaan Hanes
Woolf, sehingga dapat dikatakan bahwa pada masing-masing persamaan
tersebut, memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Oleh sebab itu,
dengan adanya laporan ini, kita dapat mengetahui apa saja kelebihan dan
kekurangan antara persamaan tersebut.
1.2 Tujuan
1. Dapat mengetahui penurunan persamaan rumus Michaelis Menten
2. Dapat mengetahui penurunan persamaan rumus Lineweaver Burk
3. Dapat mengetahui penurunan persamaan rumus Eadie Hofstee
4. Dapat mengetahui penurunan persamaan rumus Hanes Woolf
5. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan pada masing-masing
persamaan
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penurunan persamaan rumus
Michaelis Menten
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penurunan persamaan rumus
Linewaver Burk
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penurunan persamaan rumus
Eadie Hofstee
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penurunan persamaan rumus
Hanes Woolf
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan
dari masing-masing persamaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penurunan Rumus Michaelis Menten
Persamaan Michaelis Menten mengajukan teori umum tentang aksi dan
kinetika enzim teori yang menjelaskan proses dari reaksi enzimatik dengan
persamaan sebagai berikut:
k1 k2
𝐸 + 𝑆 ⇄ 𝐸𝑆 → 𝐸 + 𝑃
k-1
Laju reaksi tersebut dapat dibuat pula dalam persamaan:
𝑉 = 𝑘₂[𝐸𝑆]
Pada saat keadaan steady state, maka laju pembentukan dan penguraian
kompleks enzim subtrat (ES) sama, yaitu:
k1 [E][S] = k-1 [ES] + k2 [ES]
𝑘₁
[ES] = (k₋₁ + k₂) [𝐸][𝑆]

Selanjutnya konstanta laju reaksi digabungkan menjadi satu konstanta,


yaitu:
𝑘₁
KM = (k₋₁ + k₂)

Sehingga dapat disimpulkan menjadi:


KM [ES] = [E] [S]
KM [ES] = [E]t [S] – [ES][S]
[ES] (KM + [S]) = [E]t [S]
[𝐸]𝑡 [𝑆]
[ES] = (𝐾 )
𝑀 +[𝑆]

Pada persamaan di atas, dapat disederhanakan menjadi:


[𝐸]𝑡 [𝑆]
V=𝐾
𝑀 +[𝑆]

Pada saat laju reaksi mencapai titik maksimum (Vmax), maka nilai KM lebih
besar dari nilai substrat ([S]). Dengan demikian, dapat diambil persamaan
sebagai berikut:
Vmax = k2 [E]t
Maka, akan didapatkan persamaan Michaelis Menten sebagai berikut:
Vmax [S]
V= 𝐾𝑀 + [S]

Keterangan :
V = Laju Reaksi (M/s)
Vmax = Laju Maksimum (M/s)
[S] = Konsentrasi Substrat (M)
𝐾𝑀 = Konstanta Michaelis (M)

2.2 Penurunan Rumus Lineweaver Burk


𝑉𝑚𝑎𝑥 [𝑆]
𝑉=
𝐾𝑀 + [𝑆]
1 𝐾𝑀 + [𝑆]
=
𝑉 𝑉𝑚𝑎𝑥 [𝑆]
1 𝐾𝑀 [𝑆]
= +
𝑉 𝑉𝑚𝑎𝑥 [𝑆] 𝑉𝑚𝑎𝑥
1 𝐾𝑀 1 1
= . +
𝑉 𝑉𝑚𝑎𝑥 𝑆 𝑉𝑚𝑎𝑥
𝑦 = 𝑎 .𝑥 + 𝑏
Sehingga dapat disimpulkan:
1 𝐾𝑀 1 1
𝑦= ,𝑎 = ,𝑥 = ,𝑏 =
𝑉 𝑉𝑚𝑎𝑥 𝑆 𝑉𝑚𝑎𝑥

2.3 Penurunan Rumus Eadie Hofstee


𝑉𝑚𝑎𝑥 [𝑆]
𝑉=
𝐾𝑀 + [𝑆]
1 𝐾𝑀 + [𝑆] 𝑉𝑚𝑎𝑥
= .
𝑉 𝑉𝑚𝑎𝑥 [𝑆] 1
𝑉𝑚𝑎𝑥 𝑉𝑚𝑎𝑥 (𝐾𝑀 + [𝑆])
=
𝑉 𝑉𝑚𝑎𝑥 [𝑆]
𝑉 . (𝐾𝑀 + [𝑆])
𝑉𝑚𝑎𝑥 =
[𝑆]
𝑉 . 𝐾𝑀 𝑉 [𝑆]
𝑉𝑚𝑎𝑥 = +
[𝑆] [𝑆]
𝑉 . 𝐾𝑀
𝑉𝑚𝑎𝑥 = +𝑉
[𝑆]
𝑉
𝑉 = −𝐾𝑀 . + 𝑉𝑚𝑎𝑥
[𝑆]
𝑦 = −𝑎 . 𝑥 + 𝑏
Sehingga dapat disimpulkan:
𝑉
𝑦 = 𝑉, −𝑎 = −𝐾𝑀 , 𝑥 = , 𝑏 = 𝑉𝑚𝑎𝑥
[𝑆]

2.4 Penurunan Rumus Hanes Woolf


𝑉𝑚𝑎𝑥 [𝑆]
𝑉=
𝐾𝑀 + [𝑆]
1 𝐾𝑀 + [𝑆] [𝑆]
= .
𝑉 𝑉𝑚𝑎𝑥 + [𝑆] 1
[𝑆] [𝑆]. (𝐾𝑀 + [𝑆])
=
𝑉 𝑉𝑚𝑎𝑥 [𝑆]
[𝑆] 𝐾𝑀 [𝑆]
= +
𝑉 𝑉𝑚𝑎𝑥 𝑉𝑚𝑎𝑥
[𝑆] 1 𝐾𝑀
= . [𝑆] +
𝑉 𝑉𝑚𝑎𝑥 𝑉𝑚𝑎𝑥
𝑦 = 𝑎 .𝑥 + 𝑏
Sehingga dapat disimpulkan:
[𝑆] 1 𝐾𝑀
𝑦= ,𝑎 = , 𝑥 = [𝑆], 𝑏 =
𝑉 𝑉𝑚𝑎𝑥 𝑉𝑚𝑎𝑥

2.5 Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Masing-masing Persamaan


Berdasarkan persamaan yang telah disebutkan di atas, maka terdapat
beberapa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing persamaan,
diantaranya sebagai berikut:
a. Persamaan Michaelis Menten
Menurut pernyataan Putra (2009) persamaan Michaelis Menten
didasarkan pada model mekanis yang paling sederhana untuk katalis enzim,
tetapi kecepatan awal hiperbolik kinetika pada steady state dapat
diperlihatkan oleh banyaknya enzim yang secara mekanis lebih kompleks.
Oleh karena itu, persamaan Michaelis Menten dapat dinyatakan pada
syarat-syarat dari dua konstanta kinetika yaitu, KM dan Vmax yang dapat
digunakan secara luas pada variasi enzim. Dengan demikian, kelebihan
pada persamaan Michaelis Menten menurut Simanjuntak (2006) yaitu
dapat menganalisis secara umum atau menjadi dasar dari kinetika kerja
enzim. Sedangkan kekurangan pada persamaan Michaelis Menten yaitu
sulit untuk mecari Vmax dari plot V terhadap [S] secara langsung sehingga
KM tidak langsung dapat ditentukan dengan rumus persamaan Michaelis
Menten.
b. Persamaan Lineweaver Burk
Persamaan Lineweaver burk merupakan penurunan rumus dari
persamaan Michaelis Menten yang berfungsi untuk memudahkan
pencarian nilai KM dan Vmax yang dianggap lebih sulit jika menggunakan
rumus Michaelis Menten. Menurut pernyataan Simanjuntak (2006)
persamaan rumus Lineweaver Burk memiliki kelebihan yaitu lebih banyak
digunakan karena variabel V dan [S] si plot pada sumbu yang berbeda.
Selain itu, kekurangannya yaitu terjadinya kesalahan saat pengumpulan
data yang memperlihatkan distribusi tidak merata dari kesalahan nilai 1/v
dan [S] pada plot Lineweaver Burk.
c. Persamaan Eadie Hofstee
Menurut Priyono & Nofal (2008) kelebihan dari persamaan Eadie
Hofstee yaitu memiliki ketelitian yang lebih tinggi disebabkan persamaan
ini dapat mendistorsi kesalahan pada data. Sedangkan untuk
kelemahannya yaitu, harus membuat grafik dari persamaan agar dapat
mengetahui nilai dari [S] dan Vmax.
d. Persamaan Hanes Woolf
Menurut pernyataan Priyono & Nofal (2008) kelebihan dari
persamaan Hanes Woolf yaitu dapat digunakan untuk menentukan nilai
KM dan nilai Vmax. Sedangkan untuk kelemahan dari persamaan Hanes
Woolf yaitu jika menggunakan persamaan ini, maka akan mendapatkan
hasil nilai KM yang terendah dibandingkan dengan persamaan yang lain.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Data Konsentrasi Substrat dan Laju Reaksi

No [S] (µM) V (unit)


1 50 3,647
2 100 6,962
3 250 11,272
4 500 16,244
5 750 16,907
6 1000 16,907
7 1250 16,907

3.2 Perhitungan Persamaan


3.2.1 Lineweaver Burk
No [S] (µM) V (unit) x y x2 xy
1 50 3,647 0,020 0,274 0,0004000 0,005484
2 100 6,962 0,010 0,144 0,0001000 0,001436
3 250 11,272 0,004 0,089 0,0000160 0,000355
4 500 16,244 0,002 0,062 0,0000040 0,000123
5 750 16,907 0,001 0,059 0,0000018 7,89E-05
6 1000 16,907 0,001 0,059 0,0000010 5,91E-05
7 1250 16,907 0,001 0,059 0,0000006 4,73E-05
TOTAL 0,039 0,746 0,001 0,008
KUADRAT 0,002

a= 11,21193
b= 0,043828
Nilai Vmax= 22,81672
Nilai Km= 255,8195

n(∑xy) − (∑x)(∑y)
a=
n(∑x 2 ) − (∑x)2

7(0,007584) − (0,039)(0,746)
a=
7(0,0005234) − (0,039)2

a = 11,21193
∑y(∑x 2 ) − ∑x(∑xy)
b=
n(∑x 2 ) − (∑x)2

0,746(0,0005234) − 0,039(0,007584)
b=
7(0,0005234) − (0,039)2

b = 0,043828

1
Vmax =
b
1
Vmax =
0,043828

Vmax = 22,81672
a
Km =
b
11,21193
Km =
0,043828

Km = 255,8195

3.2.2 Eadie Hofstee


No [S] (µM) V (unit) x y x2 xy
1 50 3,647 0,073 3,647 0,0053 0,266012
2 100 6,962 0,070 6,962 0,0048 0,484694
3 250 11,272 0,045 11,272 0,0020 0,508232
4 500 16,244 0,032 16,244 0,0011 0,527735
5 750 16,907 0,023 16,907 0,0005 0,381129
6 1000 16,907 0,017 16,907 0,0003 0,285847
7 1250 16,907 0,014 16,907 0,0002 0,228677
TOTAL 0,273 88,846 0,014 2,682
KUADRAT 0,075

a= -219,209
b= 21,24491
Nilai Vmax= 21,24491
Nilai Km= 219,2086

n(∑xy) − (∑x)(∑y)
a=
n(∑x 2 ) − (∑x)2

7(2,682) − (0,273)(88,846)
a=
7(0,014) − (0,273)2
a = -219,209

∑y(∑x 2 ) − ∑x(∑xy)
b=
n(∑x 2 ) − (∑x)2

88,846(0,014) − 0,273(2,682)
b=
7(0,014) − (0,273)2

b = 21,24491

Vmax = b
Vmax = 21,24491

Km = −a
Km = 219,209

3.2.3 Hanes Woolf


No [S] (µM) V (unit) x y x2 xy
1 50 3,647 50 13,710 2500 685,4949
2 100 6,962 100 14,364 10000 1436,369
3 250 11,272 250 22,179 62500 5544,713
4 500 16,244 500 30,781 250000 15390,3
5 750 16,907 750 44,360 562500 33270,24
6 1000 16,907 1000 59,147 1000000 59147,1
7 1250 16,907 1250 73,934 1562500 92417,34
TOTAL 3900 258,474 3450000 207891,56
KUADRAT 15210000

a= 0,050021
b= 9,055857
Nilai Vmax= 19,99146
Nilai Km= 181,0398

n(∑xy) − (∑x)(∑y)
a=
n(∑x 2 ) − (∑x)2

7(207892) − (3900)(258)
a=
7(3450000) − (3900)2

a = 0,050021
∑y(∑x 2 ) − ∑x(∑xy)
b=
n(∑x 2 ) − (∑x)2

258(3450000) − 3900(207892)
b=
7(3450000) − (3900)2

b = 9,055857

1
Vmax =
a
1
Vmax =
0,050021

Vmax = 19,99146

b
Km =
a
9,055857
Km =
0,050021

Km = 181,0398

3.3 Analisa Rumus


Perbandingan nilai antar rumus
No Persamaan Vmaks Km 𝒚 = 𝒂𝒙 + 𝒃 R2
1. Lineweaver- 22,81672 255,8195 𝑦 = 11,212𝑥 + 0,0438 0,993039
Burk
2. Eadie- 21,24491 219,2086 𝑦 = −219,21𝑥 + 21,245 0,941396
Hofstee
3. Hanes- 19,99146 181,0398 𝑦 = 0,05𝑥 + 9,0559 0,991827
Woolf

Berdasarkan tabel perbandingan di atas, dapat dilihat bahwa nilai Vmax dan
Km terbesar terdapat pada persamaan Lineweaver Burk. Persamaan tersebut
dapat digunakan untuk memperkirakan Vmax melalui sumbu y. Menurut
pernyataan Hadiyanto & Azim (2015) persamaan Lineweaver Burk banyak
digunakan untuk menunjukkan hubungan antara variabel independent
konsentrasi substrat (Cs) dan variabel dependen kecepatan atau laju reaksi (r).
Nilai koefisien determinasi adalah nilai yang memiliki kesesuaian data dengan
lineritas grafik yang berarti semakin angkanya mendekati 1, maka data
linearnya sempurna. Nilai koefisien determinasi yang terbesar dan yang paling
mendekati dengan angka 1 dimiliki oleh persamaan Lineweaver Burk yaitu
bernilai 0,993039. Dengan demikian, hasil yang telah didapatkan pada
persamaan Lineweaver Burk merupakan persamaan yang paling tepat untuk
digunakan pada data input [S] dan V untuk saat ini.
Terdapat perbedaan antara nilai Vmax dengan nilai Km dari masing-masing
persamaan tersebut. Menurut Mardawati et al (2019) hasil dari perhitungan
Lineweaver Burk terdistorsi dikarenakan tidak dapat dihitung, sebab
konsentrasi substrat yang terlalu tinggi, maka semakin rendah nilai Km,
semakin tinggi nilai afinitas terhadap substrat dan semakin rendah pula nilai
afinitas terhadap substrat. Begitu sebaliknya, semakin tinggi nilai Km, maka
semakin rendah afinitas semu untuk substrat yang berarti dibutuhkannya
konsentrasi yang lebih tinggi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Materi laporan biokimia tanaman kali ini membahas mengenai persamaan
kinetika yang merupakan lanjutan dari kinetika enzim. Pada materi ini dapat
disimpulkan bahwa enzim merupakan kelompok protein yang memiliki sifat
katalis dan mengatur perubahan senyawa kimia dalam sistem biologis sel.
Hampir semua proses biologis sel memerlukan enzim agar proses dalam
metabolisme dapat berlangsung dengan cepat. Kinetika enzim membahas
mengenai laju reaksi-reaksi kimia yang dikatalis oleh enzim. Adapun untuk
persamaan enzim terdiri dari 4 bentuk yaitu, persamaan Michaelis Menten,
persamaan Lineweaver Burk, persamaan Eadie Hofstee, dan persamaan Hanes
Woolf. Dari keempat persamaan tersebut, terdapat kelebihan dan
kekurangannya masing-masing dengan penurunan rumus persamaan yang
berbeda-beda.

4.2 Kritik dan Saran


Dalam laporan praktikum ini, perhitungan pada setiap persamaan yang
digunakan masih kurang sederhana dalam memperoleh nilai V. Semoga untuk
kedepannya dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan, maka dapat
ditemukan rumus yang dapat lebih mudah untuk memperoleh nilai V.
DAFTAR PUSTAKA

Hadiyanto., &. Azim, M. (2015). Dasar-dasar Bioproses. Semarang: EF Press


Digimedia.
Mardawati, E. H., Harahap, B. M., Andoyo, R., Wulandari, R., Rahmah, D. M.
(2019). KARAKTERISASI PRODUK DAN PEMODELAN KINETIKA
ENZIMATIK ALFA-AMILASE PADA PRODUKSI SIRUP GLUKOSA
DARI PATI JAGUNG (ZEA MAYS). Jurnal Industri Pertanian Vol 1(1),
11-20.
Priyono, F. H., & Nofal, M. (2008). Penentuan Nilai Kinetika Biodegradasi Melalui
Kurva Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp dengan Metode Pengukuran
Turbiditas-spektrofotometri. 2-6.
Putra, G. P. G. (2009). Penentuan Kinetika Enzim Poligalakturonase (PG)
Endogenous dari Pulp Biji Kakai. Jurnal Biologi 13 (1), 21-24.
Simanjuntak, M. T. (2006). Pengantar Kinetika Enzim. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai