Anda di halaman 1dari 3

Hipertensi dalam kehamilan

Definisi
Hipertensi dalam kehamilan, termasuk hipertensi kronik dengan atau tanpa superimposed pre-
eklampsia/eclampsia, hipertensi gestastional, preeklampsia dengan atau tanpa gejala berat,
seperti hemolysis, elevated liver enzymes and low platelet count (HELLP) syndrome atau
eclampsia dengan risiko signifikan akan morbiditas baik pada ibu atau janin. Meskipun prenatal
care dengan observasi yang jeli akan mendeteksi gejala dari kerusakan organ dan memmpercepat
persalainan untuk mengurangi dan mencegah efek samping akan morbiditas dan mortalitas,
morbiditas dan mortalitas masih dapat muncul. Ketika hipertensi dalam kehamilan sendiri sudah
menjadi permasalahan dalam kehamilan, efek sampingnya akan memprogresif menjadi
preeklampsia/eclampsia dengan HELLP syndrome sebagai kekhawatiran utama. [ CITATION Lug20
\l 1033 ] hipertensi dalam kehamilan dapat mengkomplikasikan kehamilan hingga 10% dan dapat
menjadi penyebab utama akan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. Meskipun
algoritma tatalaksana nya berbeda tetapi hipertensi dalam kehamilan harus diidentifikasi segera
agar kerusakan organ dapat dihindari.[ CITATION Bra19 \l 1033 ]
Epidemiologi
Hipertensi dalam kehamilan dapat mengkomplikasi hingga 10% dalam kehamilan dan
memberikan efek yang signifikan akan morbiditas dan mortalitas maternal dan
perinatal[ CITATION Bra19 \l 1033 ]
Etiologi
Gangguan fungsi endotel maternal akan mengakibatkan respon inflamasi sistemik dan
menyebabkan hipertensi dan gejala lainnya (disfungsi hematologi, kardiak, neurologi, pulmoner,
renal dan hepar)[ CITATION Gha19 \l 1033 ]
Patofisiologi
Patofisiologi akan hipertensi dalam kehamilan masih belum jelas, tetapi terdapat teori yang
mendukung bahwa diduga terdapat insufisiensi vascular plasenta akibat disfungsi endothelial,
vasokonstriksi dan micro-trombosis. Stress oksidatif akibat syncytiotrophoblast (kontak placental
villi dengan darah maternal) sebagai salah satu penjelasannya. Ketika terjadi tekanan
syncytiotrophoblast akan mengeluarkan banyak factor, termasuk sitokin pro-inflammatory, agen
anti-angiogenik, eksosom dan DNA fetal masuk ke sirkulasi maternal. Karena ada gangguan
fungsi endothelial maternal ini akan menyebabkan respon sistemik inflamasi dan menyebabkan
hipertensi dan gejala klinis lainnya. Genetik juga diduga memiliki peran[ CITATION Gha19 \l 1033 ]
Diagnosa
Hipertensi dalam kehamilan memberikan efek negative dalam maternal dan fetal, sehingga
perlunya diagnosa awal dan control yang optimal wajib dilakukan untuk mencegah komplikasi.
Diagnose hipertensi dalam kehamilan didasari oleh:
 Pre-existing hypertension
Diagnosa hipertensi sebelum kehamilan, awal dari kehamilan (sebelum gestational berusia 20
minggu) atau hipertensi terus berlanjut setelah persalinan (>6 minggu).
 Hipertensi gestational
Hipertensi didiagnosa setelah kehamilan, setalah usia gestational 20 minggu; dan akan hilang
sebelum 6 minggu setelah persalinan. Hipertensi gestational ini termasuk hipertensi sekunder.
 Pre-existing hypertension + hipertensi gestational superimposed dengan proteinuria
 Pre-eclampsia
Hipertensi gestational dengan proteinuria yang signifikan (>0.3 g/24 jam or ≥30 mg/mmol ACR
{albumin creatinine ratio}), preeklampsia harus mulai dicurigai jika hipertensi disertai dengan
gejala klinis (nyeri kepala, gangguan visual, nyeri abdominal dan tes laboratorium abnormal. Di
beberapa kasus pre-eklampsia muncul saat periode post-partum.
 Eclampsia
Eclampsia adalah bentuk pre-eklampsia yang disertai kejang tonik-klonik.
 Antenatally unclassifiable hypertension
Terminologi ini digunakan Ketika hipertensi di diagnose pertama kali setelah usia gestasi setelah
20 minggu dan masih belum jelas penyebab hipertensi tersebut. Assessment perlu dilakukan
Kembali setelah 6 minggu pasca persalinan sehingga membedakan pre-existing hypertension
dengan hipertensi gestational.
Ibu hamil di diagnose dengan pre-eklampsia harus hospitalisasi dan diberikan obat anti-
hipertensi, bila sebelumnya tidak diberikan. Labetolol intravena dan nikardipin dapat dilakukan
untuk menurunkan tekanan darah tetapi klinisi harus memonitoring efek bradikardia pada janin
[ CITATION Gha19 \l 1033 ]

Tatalaksana
 Wanita dengan risiko pre-eklampsia disarankan mengkonsumsi 100-150mg aspirin dari
usia gestasi 12-36 minggu. Aspirin dapan menurunkan risiko pre-eklampsia sebanyak
12% serta menurunkan risiko persalinan premature sebanyak 14%.
 Wanita dengan diagnose pre-eklampsia harus di hospitalisasi dan diberikan terapi anti-
hipertensi, jika sebelumnya belum diberikan. Labetolol intravena dan nikardipin dapat
mengurani tekanan darah tetapi efek samping bradikardia pada janin harus di monitor.
Pada kasus edema pulmo, nitrogliserin intravena direkomendasikan. Sehingga tekanan
darah akan menurun dibawah 160/105 mmHg.
 Magnesium sulfida intravena sebagai terapi pilihan bagi pasien dengan eclampsia
 Proses persalinan janin dan plasenta adalah satu-satunya terapi untuk pre-eklampsia, pada
pasien tanpa gejala dapat ditunda hingga usia kehamilan 37 minggu.
Pencegahan
Sampai sekarang belum ada cara pasti untuk mencegah hipertensi dan tidak ada peran pasti akan
modifikasi gaya hidup untuk mengurangi hipertensi dalam kehamilan.
Tujuan meresepkan obat anti-hipertensi untuk menurunkan efek hipertensi kehamilan yang
signifikan serta memperpanjang kehamilan hingga janin matur.
Hospitalisasi diperlukan untuk pasien dengan hipertensi yang parah.[ CITATION Gha19 \l 1033 ]

Daftar Pustaka

Braunthal, S., & Brateanu, A. (2019). Hypertension in pregnancy: Pathophysiology and treatment. Sage
open medicine, 7-10.
Ghada, S. Y. (2019). Hypertension in Pregnancy. E-journal of Cardiology Practice, 1-3.
Luger, R., & Kight, B. (2020). Hypertension in Pregnancy. Stat Pearls, 1-3.

Anda mungkin juga menyukai