Anda di halaman 1dari 11

PARADIGMA KESATUAN ILMU DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH, UIN SUNAN

GUNUNG DJATI DAN UIN SUNAN AMPEL


Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Falsafah Kesatuan Ilmu
Dosen Pengampu: Lis Setiyo Ningrum, M.Pd.

Oleh Kelompok 6:
Lailatul Khoirun Ni’mah (1808076061)
Agusta Alifia (1808076064)
Titin (1908076054)

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul PARADIGMA KESATUAN
ILMU DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH, UIN SUNAN GUNUNG DJATI DAN UIN
SUNAN AMPEL dengan tepat waktu. Pada makalah ini kami membahas mengenai paradigma
kesatuan ilmu di tiga UIN yang berbeda.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu dan rekan tim
kelompok yang dapat bekerja sama dengan baik. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
diperlukan guna perbaikan pembuatan makalah kami selanjutnya.

Semarang, 1 April 2020

Tim penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATAPENGANTAR........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah .........................................................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Strategi Paradigma Kesatuan Ilmu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta...........................................6
B. Strategi Paradigma Kesatuan Ilmu UIN Sunan Gunung Djati Bandung.......................................7
C. Strategi Paradigma Kesatuan Ilmu UIN Sunan Ampel Surabaya.................................................8
BAB III PENUTUP
A. Simpulan .....................................................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Falsafah kesatuan ilmu, Hakikatnya semua ilmu berasal dari Allah SWT. Ilmu
yang dianggap sebagai ilmu agama atau ilmu akhirat seperti ilmu fiqih, tauhid, tafsir,
hadist dan lain-lain dan ilmu yang dianggap sebagai ilmu dunia/ilmu umum / sains
(eksakta) seperti biologi, fisika, kimia, kedokteran dan lain-lain hakikatnya memiliki
satu kesatuan, yakni ilmu-ilmu Allah.
Ilmu agama dan ilmu eksakta tidak dapat dipisah-pisahkan. Albert Einstein
seorang ilmuan barat bahkan mengatakan bahwa ilmu pengetahuan tanpa agama adalah
buta, sedangkan ilmu agama tanpa ilmu pengetahuan adalah pincang. Hal ini
menunjukkan adanya hubungan yang erat antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan
(eksakta) diibaratkan simbiosis yang saling menguntungkan.
Namun selama ini, dimasyarakat ada paradigma yang mendikotomikan antara
ilmu agama dan ilmu umum. Bahkan sampai ada sekularitas dalam mencari ilmu. Maka
dari itu pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai falsafah kesatuan ilmu
dan strategi mewujudkan paradigma kesatuan ilmu.
Respon atas problem yang dihadapi oleh seluruh Universitas berbasis Islam di
Indonesia hampir semuanya sama, yaitu bagaimana caranya mengatasi dikotomi
keilmuan yang selama ini dianggap menjadi pemicu kegagalan umat muslim dalam
menjawab tantangan zaman. Respon yang diberikan oleh Universitas berbasis Islam di
Indonesia tentunya sangat serius, melihat wacana penyelesaian tersebut sudah mencuat
terlebih dahulu dikalangan cendekiawan muslim Timur Tengah.
Respon ini kemudian memunculkan sebuah kajian perihal paradigm keilmuan
yang lebih menjawab tantangan zaman, dan salah satu yang dimunculkan adalah
paradigma keilmuan yang sifatnya integratif. Kemudian oleh beberapa Universitas Islam
di Indonesia hal tersebut dimakanai dalam konsepan masing-masing setiap Universitas.
Misal saja, di UIN Sunan Kali Jaga dengan menggunakan metafor Jaring Laba-Laba
dengan paradigma keilmuan Integrasi-Interkoneksi. Di mana keilmuan tersebut tidak
4
hanya menyatu semata, namun juga terhubung satu keilmuan dengan keilmuan yang
lain.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Strategi Paradigma kesatuan ilmu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
2. Bagaimana Strategi Paradigma kesatuan ilmu UIN Sunan Gunung Djati Bandung?
3. Bagaimana Strategi Paradigma kesatuan ilmu UIN Sunan Ampel Surabaya?
C. Tujuan
1. Mengetahui Strategi Paradigma kesatuan ilmu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Mengetahui Strategi Paradigma kesatuan ilmu UIN Sunan Gunung Djati Bandung
3. Mengetahui Strategi Paradigma kesatuan ilmu UIN Sunan Ampel Surabaya

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Strategi Paradigma kesatuan ilmu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Integrasi ilmu berarti cara pandang tertentu atau model pendekatan tertentu
terhadap ilmu pengetahuan yang bersifat menyatukan. Mengacu pada pembahasan tim
dosen UIN, paradigma integrasi ilmu dapat dirinci menjadi:
Pertama Integratif cara pandang ilmu yang menyatukan semua pengetahuan ke
dalam satu kotak tertentu dengan mengasumsikan sumber pengetahuan dalam satu
sumber tunggal yakni, Tuhan. Adapun sumber-sumber lain seperti indera, pikiran dan
intuisi dipandang sebagai sumber penunjang sumber inti. Dengan demikian sumber
wahyu menjadi inspirasi etis, estetis, sekaligus logis dari ilmu.
Kedua Integralistik melebur semua jenis ilmu ke dalam satu kotak dengan sumber
utama Tuhan dan sumber-sumber ilmu lainnya sebagai penunjang. Adapun paradigma
ilmu integralistik memandang Tuhan sebagai sumber segala ilmu, dengan tidak melebur
sumber-sumber lain tetapi untuk menunjukkan bahwa sumber-sumber ilmu lainnya
sebagai bagian dari sumber ilmu dari Tuhan. Dengan demikian, integrasi ilmu
integralistik ialah ilmu yang menyatukan, dan bukan sekadar menggabungkan wahyu
Tuhan dengan temuan pikiran manusia. Ilmu integralistik akan menghormati Tuhan dan
manusia sekaligus. Integralisasi ilmu mencoba menghindari proses sekularisasi obyektif
pada tingkat sosio-struktural dan sekularisasi subyektif dalam tingkat kesadaran.
Integralisasi ilmu tidak berambisi untuk menggantikan ilmu-ilmu sekular, tetapi mencoba
mendudukkan secara proporsional ilmu-ilmu sekular dalam kritisisme agama.
Ketiga, Dialogis cara pandang terhadap ilmu yang terbuka dan menghormati
keberadaan jenis-jenis ilmu yang ada secara proporsional dengan tidak meninggalkan
sifat kritis. Terbukaartinya suatu ilmu atau sekumpulan ilmu dapat bersumber dari agama
dan ilmu-ilmu sekular yang diasumsikan dapat bertemu saling mengisi secara konstruktif.
Adapun kritis artinya kedua jenis keilmuan dalam berkoeksistensi dan berkomunikasi
terbuka untuk saling mengkritisi secara konstruktif. Model integrasi dialogis ini
dimaksudkan untuk mengatasi dikotomi atas pemisahan antara subyek dan obyek, agar
tidak terjerembab pada salah satunya, atau antara subyek dan obyek. Dengan kata lain,
integrasi dialogis mengkritik paradigma keilmuan dikotomis serta menawarkan alternatif
paradigma keilmuan yang terbuka dan komprehensif dengan kesediaan untuk
mengapresiasi paradigm yang ada.
Ada tiga versi berbeda dalam integrasi, yaitu: Natural Theology, mengklaim
bahwa eksistensi Tuhan dapat disimpulkan dari bukti tentang desain alam, yang dengan
keajaiban struktur alam membuat kita semakin menyadari bahwa alam ini adalah karya
Allah Swt. semata.

6
Theology Of Nature, berangkat dari tradisi keagamaan berdasarkan pengalaman
keagamaan dan wahyu historis. Theology of Nature tidak berangkat dari sains
sebagaimana natural theology, Dalam theology of nature, ia berpendapat bahwa sumber
utama teologi terletak di luar sains, tetapi ia juga berpendapat bahwa beberapa doktrin
tradisional harus dirumuskan ulang dalam sinaran sains terkini. Karena secara khusus,
doktrin tentang penciptaan dan sifat dasar manusia dipengaruhi oleh temuan-temuan
sains.
Sintesis Sistematis. Integrasi yang lebih sistematis dapat dilakukan jika sains dan
agama memberikan kontribusi kea arah pandangan dunia yang lebih koheren yang
dielaborasi dalam kerangka metafisika yang komprehensif.
Dapat disimpulkan bahwa paradigma keilmuan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yaitu islam tidak mengenal dikotomi keilmuan, karena sumber dari segala pengetahuan
adalah Allah, oleh karena itu, paradigma yang dikembangkan adalah mempertemukan
sains dengan kebenaran wahyu. Konsep integrasi keilmuan mencakup 3 aspek atau level
yakni integrasi ontologis, integrasi klasifikasi ilmu dan integrasi metodologis.
B. Strategi Paradigma kesatuan ilmu UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Integrasi ilmu agama dan ilmu umum UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
diilustrasikan oleh Prof Nanat dalam “filosofi atau metafora RODA”. Ilustrasi filosofi
RODA ini menandakan adanya titik-titik persentuhan, antara ilmu dan agama. Artinya,
pada titik-titik persentuhan itu, kita dapat membangun juga kemungkinan melakukan
integrasi keduanya. Roda adalah bagian yang esensial dari sebuah makna kekuatan yang
berfungsi penopang beban dari suatu kendaraan yang bergerak dinamis. Fungsi roda
dalam sebuah kendaraan ini diibaratkan fungsi UIN Bandung pada masa mendatang yang
mampu menjadi sarana dalam integrasi antara ilmu dan agama dalam konstalasi
perkembangan budaya, tradisi, teknologi dan pembangunan bangsa sebagai
tanggungjawab yang diembannya. Maka, diharapkan ilmu dan agama mampu selalu
menyesuaikan dirinya dalam upaya memajukan keluhuran budaya, kelestarian tradisi,
penguasaan teknologi dan pembangunan bangsa seiring dengan perubahan global.
Metafora roda tersebut terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. As atau poros roda melambangkan titik sentral kekuatan akal budi
manusia yang bersumber dari nilai-nilai ilahiyah, yaitu Allah sebagai
sumber dari segala sumber. Dari titik inilah paradigma keilmuan UIN
berasal, meskipun dalam perkembangannya ilmu ternyata tak sepenuhnya
ditentukan oleh argumentasi-argumentasi logis, tetapi banyak pula
dipengaruhi unsur sosiologis dan psikologis dengan menampakkan
keragaman bentuk yang berbeda dan problematik.
2. Velg roda yang terdiri dari sejumlah jari-jari, lingkaran bagian dalam dan
lingkaran luar melambangkan rumpun ilmu dengan beragam jenis disiplin
yang berkembang saat ini. Tetapi dalam perbedaan itu terdapat fungsi
yang sama, yakni ilmu sebagai alat untuk memahami hakikat hidup. Oleh
7
karena itu, walaupun bermacam-macam disiplin ilmu tidak menunjukan
keterpisahan, tetapi hanya pengklasifikasian ilmu saja sebab hakekatnya
sumber ilmu semua dari Allah Swt.
3. Ban luar melambangkan realitas kehidupan yang tidak terpisahkan dari
semangat nilai-nilai ilahiyah dan gairah kajian ilmu. Pada sisi luar ban ini
dilambangkan tiga istilah, yaitu iman, ilmu dan amal shaleh sebagai cita-
cita luhur yang menjadi target akhir dari profil lulusan UIN. Indikator
kesuburan ilmu pada lulusan tidak hanya diukur oleh ciri-ciri kecerdasan
nalar, tetapi juga oleh komitmen dalam menggunakan ilmu sebagai
pembimbing tingkah laku yang memiliki al-akhlak al-karimah.
Upaya integrasi kelimuwan dalam studi Al Quran adalah sebuah kemestian untuk
menjawab tantangan zaman. Ia juga menjadi prasyarat bagi perwujudan fakultas
Ushuludin sebagai fakultas riset di lingkungan UIN Sunan Gunung Djati. Kiprah fakultas
ini senantiasa dinantikan dalam mengawal kemajuan ilmiah dan akademik di UIN Sunan
Gunung Djati.

C. Strategi Paradigma kesatuan ilmu UIN Sunan Ampel Surabaya

Sebagai bentuk mengusung semangat kemajuan dan perubahan, kampus UIN


Sunan Almpel memulainya dengan merubah paradigma lama menjadi paradigm baru
(yaitu dari institusi ke Universitas). Hal yang melatar belakangi perubahan tersebut
adalah faktor keilmuan, yakni bagaimana UIN Sunan Ampel Surabaya mampu
merumuskan sebuah nilai universal, dan di dalam nilai tersebut terjalin hubungan dan
perpaduan antara berbagai macam keilmuan. Selain faktor keilmuan, juga laju zaman
pada level lokal, nasional, maupun global.

1. Pengertian paradigma Integrasi Twin Towers

Paradigma Integrasi Twin Towers adalah sebuah paradigma keilmuan yang


disimbolkan dengan bangunan menara kembar tersambung. Menara kembar tersambung
tersebut mewakili dua entitas keilmuan yang berbeda, di satu sisi bangunan tersebut
mengindikasikan akan ilmu-ilmu agama, dan di sisi lain bangunan tersebut
mengindikasikan ilmu-ilmu umum. Dan dipuncaknya diharapkan kedua entitas keilmuan
tersebut dapat saling menyapa, menegur, dan mengoreksi sehingga terciptalah paradigma
keilmuan yang sifatnya multidisipliner. Dan ditengah-tengah bangunan tersebut terdapat
Interconected Bridge sebagai jembatan penghubung antara dua entitas keilmuan tersebut,
yaitu al-Qur’an dan al-Hadis sebagai dasar pihaknya.

2. Lahirnya Paradigma Integrasi Twin Towers UIN Sunan Ampel

8
Surabaya dalam kajian Foucault tidak bisa dilepaskan dari konsepnya dalam
arkeologi maupun genealogi. Dalam arkeologi diskursus Paradigma Integrasi Twin
Towers ditempatkan dalam suatu sistem prosedur-prosedur yang teratur bagi produksi,
distribusi, sirkulasi dan operasi pernyataan-pernyataan. Sedangkan dalam konteks
genealogi Paradigma Integrasi Twin Towers dimaknai sebagai produk dari adanya relasi
sistem-sistem kuasa (produk rezim kebenaran). Wacana akan Paradigma Integrasi Twin
Towers tidaklah final, bagi Foucault sebuah wacana yang bercirikan ‘ilmu-ilmu
kemanusiaan’ akan segera hilang digantikan oleh sebuah wacana baru. Wujud konkrit
dalam wacana Paradigma Integrasi Twins Tower adalah munculnya sebuah relasi di
dalamnya, misal antara Fakultas dan Prodi, antara bidang kemahasiswaan dan peraturan-
peraturan. Adanya praktik semisal pondok pesantren mahasiswa, ma’had, intensif bahasa
Arab dan bahasa Inggris ditujukan untuk membentuk tubuh yang patuh dan produktif. Di
sinilah kuasa tidak lagi dimaknai sebagai bentuk represif terhadap objek, justru dalam
wacana Foucault kuasa dapat membentuk tubuh yang patuh dan (dalam cita-cita UIN
Sunan Ampel Surabaya adalah membentuk mahasiswa Ulil Albab).

9
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan.
1. Paradigma keilmuan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu islam tidak mengenal
dikotomi keilmuan, karena sumber dari segala pengetahuan adalah Allah, oleh karena
itu, paradigma yang dikembangkan adalah mempertemukan sains dengan kebenaran
wahyu. Konsep integrasi keilmuan mencakup 3 aspek atau level yakni integrasi
ontologis, integrasi klasifikasi ilmu dan integrasi metodologis.

2. Integrasi ilmu agama dan ilmu umum UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
diilustrasikan dalam “filosofi atau metafora RODA”. Ilustrasi filosofi RODA ini
menandakan adanya titik-titik persentuhan, antara ilmu dan agama. Artinya, pada
titik-titik persentuhan itu, kita dapat membangun juga kemungkinan melakukan
integrasi keduanya.

3. Paradigma UIN Sunan Ampel adalah praradigma Integrasi Twin Towers adalah
sebuah paradigma keilmuan yang disimbolkan dengan bangunan menara kembar
tersambung. Menara kembar tersambung tersebut mewakili dua entitas keilmuan yang
berbeda, di satu sisi bangunan tersebut mengindikasikan akan ilmu-ilmu agama, dan
di sisi lain bangunan tersebut mengindikasikan ilmu-ilmu umum. Dan dipuncaknya
diharapkan kedua entitas keilmuan tersebut dapat saling menyapa, menegur, dan
mengoreksi sehingga terciptalah paradigma keilmuan yang sifatnya multidisipliner.
Dan ditengah-tengah bangunan tersebut terdapat Interconected Bridge sebagai
jembatan penghubung antara dua entitas keilmuan tersebut, yaitu al-Qur’an dan al-
Hadis sebagai dasar pihaknya.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat guna memenuhi tugas mata kuliah
falsafah kesatuan ilmu. Mohon maaf atas kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
makalah kami. kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan guna perbaikan
pembuatan makalah kami selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Katanegara, Mulyadi. 2005. Integrasi Ilmu Sebagai Rekonstruksi Holistik. Jakarta: UIN Jakarta
Press
Natsir, Nanah F. 2003. PARADIGMA WAHYU MEMANDU ILMU DALAM PEMBIDANGAN
ILMU-ILMU KEISLAMAN, UIN Sunan Gunung Djati
Purwaningrum, Septiana. 2015. Elaborasi Ayat-Ayat Sains dalam Al-Quran : Langkah
Menuju Integrasi Agama dan Sains dalam Pendidikan,” Inovatif Vol. 1,
Refai, Nurlena, dkk. 2014. Integrasi Keilmuan Dalam Pengembangan Kurikulum di UIN se
Indonesia. Jurnal Tarbiya Vol. 1 No. 1

11

Anda mungkin juga menyukai