Kaifiyat Candra

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

Liputan6.

com, Jakarta - Belum lama ini, muncul sebuah petisi soal Front Pembela Islam
(FPI). Petisi dengan tajuk Stop Ijin FPI itu muncul di laman charge.org dan ditunjukkan
untuk Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo.

Petisi soal FPI tersebut dibuat oleh Ira Bisyir pada Senin 6 Mei 2019. Ia menuliskan jika izin
FPI akan segera berakhir dan alasan penolakannya karena FPI dipandang sebagai kelompok
radikal.

Anggota senior Lembaga Dakwah DPP FPI, Novel Bamukmin pun angkat bicara. Ia menilai,
yang meminta izin FPI untuk dihentikan adalah orang yang merusak akidah.

"Jelas yang meminta FPI distop adalah para penghianat agama dan pelaku kemungkaran,
sebagai perusak akidah dan moral bangsa ini," kata Novel kepada Liputan6.com, Rabu
(9/5/2019).

Dia mengklaim, selama ini, FPI sudah tak perlu diragukan lagi dalam membela agama, serta
bangsa Indonesia.

"FPI merah putihnya, dan pembelaannya terhadap agama, bangsa, serta Pancasila, yang sudah
tidak diragukan lagi," jelas Novel.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri atau Mendagri Tjahjo Kumolo mengaku belum
mengetahui jika izin FPI akan segera berakhir.

"Belum tahu," kata Tjahjo kepada Liputan6.com, Selasa, 7 Mei 2019.

Berikut deretan fakta soal perpanjangan izin FPI dihimpun Liputan6.com:

 1. Izin Akan Habis 20 Juni

Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) membenarkan, izin organisasi kemasyarakatan


(Ormas) Front Pembela Islam (FPI) akan habis.

Dalam situs resmi Kemendagri, izin ormas FPI ditandai dengan nomor Surat Keterangan
Terdaftar (SKT) 01-00-00/010/D.III.4/VI/2014. SKT FPI berlaku mulai 20 Juni 2014 hingga
20 Juni 2019.

"Betul itu (izinnya akan habis)," ucap Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum)
Kemendagri, Soedarmo kepada Liputan6.com, Rabu (8/5/2019).
2. Masih Punya Waktu

Pimpinan Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab turut menyampaikan arahan di kampanye akbar
Prabowo-Sandi. Ini sekaligus menjadi penutup kegiatan yang diselenggarakan di Stadion
Gelora Bung Karno, Minggu (4/4/2019).

Izin ormas FPI segera berakhir. Pihak Kemendagri pun mengaku belum menerima izin
perpanjangan dari FPI.

"Belum ada pengajuan dari FPI," ujar Mendagri Tjahjo Kumolo.

Meski begitu, Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) Kemendagri, Soedarmo
menegaskan, masih ada waktu bagi FPI untuk memperpanjang izin tersebut.

"Mereka habisnya kan tanggal 20 Juni, masih ada waktu," pungkas Soedarmo.

3. Izin Dikeluarkan Kemendagri

Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) Kemendagri, Soedarmo mengungkapkan,


FPI masih belum mengajukan perpanjangan izin.

Nantinya, bila sudah mengajukan perpanjangan, persyaratannya akan kembali diverifikasi


sesuai Undang-Undang Ormas.

"Ormas yang bersangkutan juga belum mengajukan perpanjangan izin. Kan untuk
perpanjangan izin, harus memenuhi beberapa syarat yang diatur oleh UU Ormas. Makanya,
nanti kita lihat bagaimana hasil verifikasi terhadap persyaratan tersebut," ungkap Soedarmo.

Sumber : https://www.liputan6.com/news/read/3960530/deretan-fakta-soal-perpanjangan-
izin-fpi?source=search
Dari berita tersebut munculah berbagai polemik di masyarakat tentang bagaimana
kelanjutan legalitas dari ormas FPI. Dan saya melihat polemik ini wajar sekali adanya melihat
tahun ini adalah tahun politik, Dimana segala sesuatu yang melibatkan atau bersinggungan
dengan perpolitikan saya melihat sangat riskan untuk dicegal dan diberhentikan seperti salah
satunya ormas FPI. Ormas FPI didalam perjalanannya memang tidak lepas dari perpolitikan
yang berawal dari kasus yang melibatkan penista agama Basuki Tjaha Purnama (Ahok) disini
lah awal mula dari masuknya ormas FPI ke dalam perpolitikan yang akhirnya terjadi Aksi
Damai 212 di Monas, Jakarta yang tujuannya adalah memenangkan calon dari orang islam
yang berakhir dengan kemenangan Anis Baswedan dan Sandiaga Uno sebagai Gubernur dan
Wakil Gubernur terpilih Jakarta.

Melihat itu semua sungguh sangat jelas bagaimana ormas FPI ini mampu mengambil
suara yang lumayan cukup banyak bagi perpolitikan di Indonesia khususnya. Dan terjadilah
ketakutan dan kewaspadaan terhadap ormas FPI yang berimbas munculnya sebuah petisi soal
Front Pembela Islam (FPI). Petisi dengan tajuk Stop Ijin FPI itu muncul di
laman charge.org dan ditunjukkan untuk Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo.

Ketakutan – ketakutan pun terjadi apalagi ini bisa jadi dijadikan momentum dengan
habisnya izin legalitas FPI pada tanggal 20 Juni nanti. Suara rakyat pun diminta untuk
menyelesaikan hal ini apakah FPI memang pantas untuk diperpanjang legalitasnya atau
tidak?. Petisi pun dibuat oleh Ira Bisyir pada Senin 6 Mei 2019. Ia menuliskan jika izin FPI
akan segera berakhir dan alasan penolakannya karena FPI dipandang sebagai kelompok
radikal. Dengan tujuan untuk melihat bagaimana FPI ini dalam pandangan masyarakat dan
dengan tujuan lainnya mungkin dari sipembuat petisi yaitu memberhentikan legalitas ormas
FPI di Indonesia. Beebagai komentar bermunculan dan sangat setuju dengan salah satu
komentar dari Anggota senior Lembaga Dakwah DPP FPI, Novel Bamukmin pun angkat
bicara. Ia menilai, yang meminta izin FPI untuk dihentikan adalah orang yang merusak
akidah."Jelas yang meminta FPI distop adalah para penghianat agama dan pelaku
kemungkaran, sebagai perusak akidah dan moral bangsa ini," kata Novel
kepada Liputan6.com, Rabu (9/5/2019).

Dia mengklaim, selama ini, FPI sudah tak perlu diragukan lagi dalam membela
agama, serta bangsa Indonesia."FPI merah putihnya, dan pembelaannya terhadap agama,
bangsa, serta Pancasila, yang sudah tidak diragukan lagi," jelas Novel. Jelas danlantang sekali
pernyataan beliau dan saya pun merasakan hal yang sama, sebagai umat islam tentunya kita
perlu wadah dan organisasi agar kita bisa bersatu dan salah satu wadah dengan basis
keanggotaan dan struktur organisasi yang kuat saat ini saya melihat adalah FPI dengan
pilarnya KH. Rizieq Shihab yang semua orang menilai beliau sebagai Ulama yang mampu
menyatukan umat islam dalam satu komando.

Memang didalam sesuatu pasti ada baik dan buruknya tapi setiap keburukan akan
terhapuskan oleh banyaknya kebaikan dan kebaikan yang begitu banyak pun akan
terhapuskan oleh satu keburukan. Ini aneh bukan? Tapi begitulah kehidupan umat manusia
dizaman ini dengan berbagai banyaknya pemikiran yang berbeda tentu akan sulit untuk
menyatukannya. Oleh karena itu kita sebagai orang yang berpendidikan diharapkan mampu
untuk melihat polemik yang ada dengan sebaik-baiknya dan menyikapinya dengan bijak
sesuai kenyataan yang ada.

Mohon maaf, Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai