Anda di halaman 1dari 4

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

Laporan Tugas Akhir


Pembuatan Biodiesel dari Biji Alpukat melalui Proses Transesterifikasi

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Preparasi Bahan Baku


Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah biji alpukat. Biji
alpukat diperoleh dari pedagang jus buah yang berada di sekitar kampus
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
Proses pengambilan minyak dari biji alpukat dilakukan dengan cara
ekstraksi menggunakan soxhlet. Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi
adalah n-heksana. Minyak yang dihasilkan ditinjau secara fisik berwarna coklat
dan mudah mengental.
Dari 1 kg biji alpukat yang sudah dikeringkan dan dihaluskan dapat
diperoleh 143 ml minyak biji alpukat melalui proses ekstraksi selama 6 jam.
Rendemen yang dihasilkan sebesar 12,71%.

B. Pembahasan Hasil Biodiesel


Dari hasil percobaan ditunjukan bahwa reaksi pembentukan metil ester
terjadi pada suhu 40 – 60 C. Suhu reaksi disesuaikan dengan alkohol yang
dipakai yaitu metanol. Hal ini dikarenakan agar metanol dapat bereaksi dengan
sempurna dan memberikan hasil ester yang maksimal. Pada rasio volume 1:8
menunjukan kadar metil ester menurun pada suhu 60 C, karena metanol yang
berlebih dapat menyebabkan sulitnya pemisahan gliserol. Sisa gliserol masih
terdapat pada biodiesel ini sehingga mengurangi kadar metil ester yang terbentuk
(Ma and Hanna, 1999).
Kadar metil ester tertinggi dihasilkan pada rasio volume minyak terhadap
metanol 1:6 dengan suhu reaksi 60 C. Kadar metil ester yang diperoleh sebesar
83,46 %. Biodiesel ini kemudian diuji karakteristiknya dengan hasil pengujian
ditunjukan pada tabel IV.2.

commit to user

Program Studi DIII Teknik Kimia


Universitas Sebelas Maret Surakarta
27
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir


Pembuatan Biodiesel dari Biji Alpukat melalui Proses Transesterifikasi

Tabel IV.2 Karakteristik Biodiesel dari Minyak Biji Alpukat

SNI 04-
No Parameter Satuan Nilai Metode Uji
7182-2006

Specific Gravity at 850-890 ASTM D-


1 kg/m³ 868
60/60 F. pada 40 C 1298
Viscosity Kinematic at
2 mm2/s 4,358 2,3-6,0 IKU/5.4/T
40 C K-02
Flash Point / Titik
3 C 86 Min 100 IKU/5.4/T
Nyala K.03
Pour Point / Titik
4 C -6 Maks 18 IKU/5.4/T
Tuang K-04
Copperstrip
ASTM D
5 Corrosion suhu - 1b Maks no 3
130
100 C (3 jam)
Conradson Carbon ASTM D
6 % wt 0,008 Maks 0,05
Residue 189

7 Water Content % Vol 0,04 Maks 0,05 ASTM D 95

1. Specific Gravity
Biodiesel memiliki nilai specific gravity yang lebih tinggi dari bahan bakar
fosil. Massa jenis biodiesel dari minyak biji alpukat hasil analisis pada suhu 40 C
adalah 868 kg/m3. Hasil ini tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian
Wahananingrum dan Anggraini (2011), Dhaniswara dan Novitasari (2012) yang
memperoleh nilai specific gravity biodiesel dari minyak biji kapuk sebesar 879,2
kg/m3 dan dari minyak biji bintaro sebesar 873,3 kg/m3. Nilai ini telah memenuhi
SNI yaitu 850-890 kg/m3.
Perbedaan specific gravity biodiesel dipengaruhi oleh komposisi asam lemak
dan kemurnian bahan baku. Specific gravity akan meningkat seiring dengan

commit to user

Program Studi DIII Teknik Kimia


Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir


Pembuatan Biodiesel dari Biji Alpukat melalui Proses Transesterifikasi

penurunan panjang rantai karbon dan peningkatan jumlah ikatan rangkap pada
asam lemak.
2. Viskositas
Viskositas merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas
biodiesel. Viskositas akan mempengaruhi proses penyemprotan dan pembakaran
bahan bakar pada mesin diesel. Viskositas biodiesel yang tinggi sangat baik untuk
lubrikasi mesin namun akan mempersulit proses atomisasi.
Pada penelitian ini, viskositas kinematik biodiesel biji alpukat yaitu sebesar
4,358 mm2/s. Nilai viskositas yang diperoleh masih memenuhi standar yaitu 2,3–
6,0 mm2/s (SNI 04-7182-2006).
3. Flash point
Flash point menjadi ukuran penting karena kemampuan mudah terbakarnya
biodiesel sehingga untuk menghindari resiko tersebut perlunya sistem yang aman
selama pengangkutan dan penyimpanan. SNI menetapkan standar flash point
diatas 100 C. Nilai flash point biodiesel biji alpukat yaitu 86 C. Nilai ini tidak
memenuhi standar SNI.
4. Pour point
Titik tuang adalah titik temperatur terendah dimana mulai terbentuk kristal-
kristal parafin yang dapat menyumbat saluran bahan bakar. Nilai titik tuang
biodiesel biji alpukat adalah -6 C. Nilai pour point yang diperoleh masih
memenuhi standar yaitu 18 C (SNI 04-7182-2006).
5. Copperstrip Corrosion
Nilai copper strip corrosion biodiesel biji alpukat pada suhu 100 °C selama
3 jam adalah 1b. Nilai ini masih memenuhi standar SNI yaitu maksimal 3. Nilai
ini sama dibandingkan hasil penelitian Dhaniswara dan Novitasari (2012) yang
memperoleh nilai titik tuang biodiesel dari minyak biji kapuk yaitu 1b.
6. Conradson Carbon Residu
Kadar residu karbon biodiesel minyak biji alpukat yaitu sebesar 0,008 % wt.
Nilai telah memenuhi spesifikasi SNI 04-7182-2006. Nilai ini juga lebih kecil
apabila dibandingkan dengan biodiesel biji karet maupun biji kapuk randu. Hal ini
commit to user

Program Studi DIII Teknik Kimia


Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir


Pembuatan Biodiesel dari Biji Alpukat melalui Proses Transesterifikasi

menguntungkan sebab akan memperpanjang masa kinerja mesin dan tidak


menyumbat saluran-saluran pada mesin diesel.
7. Water Content
Water content biodiesel biji alpukat adalah 0,04 % vol. Nilai ini masih
memenuhi standar SNI yaitu maksimal 0,05 % vol. Kandungan air yang tinggi
dapat menyebabkan mesin sulit dinyalakan karena menghambat pengiriman bahan
bakar ke piston.

commit to user

Program Studi DIII Teknik Kimia


Universitas Sebelas Maret Surakarta

Anda mungkin juga menyukai