Anda di halaman 1dari 6

JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3 Sintesis dan Karakterisasi Biokomposit BCP/Kolagen, Anjarsari et al.

Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi DOI: 10.17844/jphpi.2016.19.3.356

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BIOKOMPOSIT BCP/KOLAGEN SEBAGAI


MATERIAL PERANCAH TULANG

Synthesis and Characterization of Biocomposite BCP/Collagen for Bone Material


Scaffold

Anjarsari1*, Kiagus Dahlan1, Pipih Suptijah2, Tetty Kemala3


Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jl. Meranti, Gedung FMIPA.
1

Wing S Lantai 2 Kampus IPB Darmaga Bogor 16680, Telpon. (0251) 8625728
2
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Jalan Agatis, Gedung FPIK, Kampus IPB Dramaga Bogor 16680, Telepon: (0251) 8622915,
Faks. (0251) 8622916
3
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Gedung Kimia Wing 1 Lantai 3 Jl.
Tanjung Kampus IPB Darmaga Bogor 16680, Telepon/Faks: (0251) 8624567
*Korespodensi: malanm28@yahoo.com
Diterima: 08 September 2016/ Review: 19 November 2016/ Disetujui: 26 Desember 2016

Cara sitasi: Anjarsari, Dahlan K, Suptijah P, Kemala T. 2016. Sintesis dan karakterisasi biokomposit bcp/
kolagen sebagai material perancah tulang. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 19(3): 356-361.

Abstrak
Biphasic calcium phosphate (BCP) sering digunakan sebagai implan dan perancah pada aplikasi
ortopedik atau gigi. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sintesis dan karakteristik dari biokomposit
BCP/kolagen sebagai material perancah tulang. BCP/kolagen dikelompokan menjadi tiga, yaitu 1) BCP/K5
(kolagen 5% dalam perancah), 2) BCP/K10 (kolagen 10% dalam perancah), dan 3) BCP/K15 (kolagen 15%
dalam perancah). Sampel dikarakterisasi dengan Fourier Transform Infra Red (FTIR), dan Scanning Electron
Microscope (SEM). Secara keseluruhan, perbedaan konsentrasi kolagen tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata terhadap spektum gugus fungsi, namun analisis FTIR menunjukkan perubahan intensitas pada
biokomposit BCP/kolagen. Intensitas kolagen meningkat seiring dengan meningkatnya kolagen pada
perancah, sedangkan intensitas BCP menurun pada konsentrasi kolagen yang tinggi. Analisis morfologi
pada perancah memperlihatkan perbedaan yang nyata pada pembentukan pori. BCP/K15 memperlihatkan
pori yang terbentuk pada perancah. Sintesis biokomposit BCP/kolagen tidak memperngaruhi spektrum
gugus fungsi, namun mempengaruhi pembentukan pori pada material perancah tulang.

Kata kunci: Biphasic Calcium Phosphate (BCP), hidroksiapatit, β-Tricalcium phosphate (β-TCP), kolagen,
perancah tulang

Abstract
Biphasic calcium phosphate (BCP) widely used as implants and scaffolds in different orthopedic and
dental application. The aim of this study was to determine synthesis and characteristics of biocomposite
BCP/collagen as bone scaffold material. BCP/collagen was classified into three groups: 1) BCP/K5 (5%
collagen in scaffold), 2) BCP/K10 (10% collagen in scaffold), and 3) BCP/K15 (15% collagen in scaffold).
The samples were characterized by Fourier Transform Infrared (FTIR) Spectroscopy, and Scanning Electron
Microscope (SEM) techniques. Overall, concentration of collagen was not significantly different to the
spectrum. However, FTIR analysis shows the change intensity in bio-composite BCP/collagen. Collagen
intensity Higher concentration when collagen concentration in scaffold higher. Morphology analysis of the
scaffold showed significant differences in pore formation. BCP/K15 was showed pores formed in scaffold.
Synthesis of composite BCP/collagen does not affect the spectrum of functional groups, but affects the
formation of pores in the bone scaffold material.

Keywords : Biphasic Calcium Phosphate (BCP), hidroksiapatit, β-Tricalcium phosphate (β-TCP), collagen,
bone scaffold

356 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Sintesis dan Karakterisasi Biokomposit BCP/Kolagen, Anjarsari et al. JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3

PENDAHULUAN dan Tri-Calcium Phosphate (TCP), banyak


Cacat tulang, contoh patah tulang diaplikasikan pada tulang sebagai implan.
akibat kecelakaan, penyakit seperti osteo- HA dapat dihasilkan dari material
degeneratif, tumor, dan keropos merupakan biologi misalnya karang, kerang laut
kerusakan yang terjadi pada tulang. (Gergely et al. 2010), cangkang telur
Kerusakan pada tulang dapat diatasi dengan (Dahlan 2012) dan material biologi lainnya,
autograft. Autograft merupakan pengganti dengan metode kimia maupun fisika. HA
tulang dengan cara pemasangan implan yang mempunyai rumus kimia Ca10(PO4)6(OH)2
berasal dari bagian tubuh diri sendiri, tetapi atau Ca5(PO4)3(OH) HA banyak digunakan
autograft memiliki keterbatasan diantaranya untuk material implan, karena sifatnya yang
resiko infeksi luka, potensi morbilitas dan biocompotibel, bioresorbable, osteokonduktif
pengadaan yang terbatas. Keterbatasan (Jokanovi et al. 2008), non-toxic, dan bioaktif
autograft dapat diatasi dengan allograft, (Fathi et al. 2008). Ketika diaplikasikan pada
yaitu implan tulang yang berasal dari tubuh jaringan biologi, HA tidak menyebabkan
orang lain, tetapi memiliki resiko penularan komplikasi seperti pendarahan atau infeksi.
penyakit pada tubuh. Keterbatasan pengganti Menurut Gergely et al. (2010), HA bersifat
tulang autograft dan allograft menyebabkan biokatif yang akan mendukung pertumbuhan
perkembangan pengganti tulang sintetis tulang dan osteokonduktif ketika diaplikasikan
banyak dikembangkan (Lieshout et al. 2011). pada ortopedik seperti gigi atau rahang. HA
Pengganti tulang merupakan salah satu dapat dijadikan alternatif sebagai material
alternatif untuk mengatasi cacat tulang. implan tulang, karena adanya ikatan osteoblas
Sebagai pengganti tulang, implan harus yang akan membentuk jaringan tulang yang
mempunyai sifat antara lain; non-toxic, baru.
bioaktif, bioresorbable, biocompotible, bioinert, Tri-Calcium Phosphate (TCP) dengan
dan osteokonduktif. Non-toxic yaitu tidak rumus kimia Ca3(PO4)2, merupakan
bersifat racun terhadap tubuh. Bioaktif yaitu salah satu keramik bioaktif kalsium fosfat
terjadinya interaksi antara implan dan tubuh. yang sering digunakan untuk implan
Bioresorbable adalah sifat mampu diserap tulang atau gigi, karena bersifat resorbable
pada jaringan biologis. Biocompotible adalah (Hench 1991). TCP mempunyai beberapa
kemampuan untuk menyesuaikan dengan bentuk polymorphic antara lain α-TCP,
tubuh. Bioinert merupakan biomaterial yang β-TCP, γ-TCP, α’-TCP. β-TCP lebih banyak
tidak berpengaruh atau tidak terdapat interaksi digunakan karena memiliki kestabilan
antara implan dan tubuh. Osteokonduktif kimia, kekuatan mekanik yang tinggi serta
yaitu kemampuan untuk merangsang sel-sel bioresobsi yang lebih baik (Miao et al. 2005).
osteoblas pada jaringan keras (Hench 1991). β-TCP mempunyai keungulan yang lebih
Implan tubuh mempunyai satu atau lebih dari baik dari TCP bentuk polymorphic lain.
sifat-sifat tersebut. Material ini telah diaplikasikan secara luas
Biomaterial digunakan sebagai material dalam bidang ortopedi (rekonstruksi tulang)
dasar yang digunakan untuk kepentingan dan aplikasi dental meliputi augmentasi
medis, salah satunya sebagai implan. Implan alveolar, elevasi sinus dan rekonstruksi sinus
bertujuan untuk memperbaiki, memelihara (Zhao et al. 2014).
atau mengganti bagian tulang yang rusak Meraldo (2016) menyatakan bahwa
akibat terkena penyakit, kecelakaan atau biopolimer didefinisikan sebagai polimer
trauma. Jenis-jenis biomaterial antara lain yang dibuat dari sumber biologi, misalnya
biokeramik, biopolimer, biokomposit, dan mikroorganisme, alga atau tumbuhan.
biologam (Anwar dan Solechan 2014) yang Biopolimer yang paling sederhana adalah
dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi selulosa dan pati biopolimer banyak
tubuh (Kim 2015). Masing-masing jenis dikembangkan di dunia medis, produksi
biomaterial mempunyai sifat yang berbeda makanan, dan obat-obatan. Biopolimer dapat
sesuai dengan fungsi atau kegunaannya. Jenis disintesis dengan metode kimia dan fisika,
biokeramik misalnya hydroxyapatite (HA) dan sesuai dengan jenis polimernya. Kolagen
adalah salah satu jenis biopolimer.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 357


JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3 Sintesis dan Karakterisasi Biokomposit BCP/Kolagen, Anjarsari et al.

Ada banyak jenis kolagen yang terdapat stabilitas penyembuhan tulang. Menurut
pada hewan, salah satunya adalah kolagen tipe Lim et al. (2015), perbandingan HA dan
I. Kolagen tipe I, merupakan salah satu protein β-TCP 70:30, memiliki kualitas perancah
struktural yang banyak terdapat di jaringan yang baik karena sifat osteokonduktif sesuai
keras, salah satunya adalah tulang (±38% dari dengan kondisi tulang alami. Kolagen tipe I
komposisi tulang), dan merupakan mediator tidak hanya sebagai mediator pertumbuhan
fungsi sel osteoblas (Lee et al. 2015). Kolagen osteoblas, tetapi juga dapat meningkatkan sifat
banyak diaplikasikan sebagai biomaterial mekanik perancah (Li et al. 2014). Penelitian
karena mempunyai sifat biodegradasi, bertujuan untuk menjelaskan sintesis dan
biokompotibel, dan dapat membantu karakteristik dari biokomposit BCP/kolagen
pembentukan pori pada perancah (Chen et sebagai material perancah tulang.
al. 2012). Kolagen baik digunakan sebagai
implan tulang karena dapat mempercepat BAHAN DAN METODE
proses penyembuhan tulang maupun sebagai Bahan dan Alat
pemeliharaan tulang. Bahan yang digunakan adalah cangkang
Biokomposit merupakan campuran dari telur ayam ras, hidroksiapatit (HA), β-tri
dua atau material yang berbeda, baik berasal kalsium fosfat (β-TCP), pro analis kolagen
dari mahluk hidup atau bahan yang dapat (Merck), akuades. Peralatan yang digunakan
diperbaharui, dan mempunyai sifat berbeda diantaranya furnace Nuberthem, freeze dryer,
dari sebelumnya. Biokomposit umumnya Fourier Transform Infrared Spectrophotometer
terdiri dari dua unsur. Unsur yang berfungsi (FTIR), Scanning Electron Microscope (SEM).
sebagai pengisi (fillers) yaitu serat (fiber) dan
bahan pengikat serat-serat tersebut yang Metode Penelitian
disebut matriks. Biokomposit dapat berupa Sintesis biokomposit BCP dilakukan
gabungan diantara dua atau lebih biomaterial. dengan mencapurkan hidroksiapatit dan
Gabungan biokeramik (HA dan β-TCP), β-tri kalsium fosfat dengan perbandingan
dengan biopolimer (kolagen tipe I), akan 70:30 dalam akuades dan di-sintering pada
menghasilkan biokomposit yang dapat suhu 110oC (Lim et al. 2015). Hidroksiapatit
digunakan sebagai perancah. HA dan β-TCP dan β-tri kalsium disintesis dari cangkang
sebagai fiber, dan kolagen sebagai matrix. telur, dengan suhu sintering masing-
Hydroxyapatite (HA) mempunyai sifat masing 900oC dan 1000oC. BCP kemudian
resorbabilitas yang sangat rendah, sedangkan dicampurkan dengan kolagen perbandingan
β-TCP mempunyai sifat resorbabilitas yang 95/5, 90/10, 85/15 dalam larutan asam
sangat tinggi. β-TCP lebih cepat larut dalam asetat 2%. BCP dan kolagen diaduk dengan
sitem biologi. Gabungan HA dan β-TCP dapat kecepatan 500 rpm selama 2 jam, kemudian
mengatur laju degradasi yang tepat untuk di-freeze drying dalam suhu -50oC selama 26
pembentukan tulang baru (Lee et al. 2015). jam. Sampel dikarakterisasi menggunakan
Gabungan HA dan β-TCP dikenal dengan Fourier Transform Infra-Red (FTIR) untuk
Bipasic Calcium Phosphate (BCP). Tingkat mengidentifikasi gugus fungsi pada sampel,
degradasi BCP dapat dikontrol dengan dan uji Scanning Electron Microscope (SEM)
membandingkan komposisi pencampuran untuk mengetahui struktur morfologi.
HA: β-TCP. Menurut Teixeira et al.
(2008), material BCP dapat menyebabkan HASIL DAN PEMBAHASAN
pertumbuhan sel, proliferasi sel dan Gambar 1 merupakan spektra analisis
perkembangan sel. Proses biologi yang terjadi FTIR hasil sintesis biokomposit BCP/kolagen
setelah implamasi keramik BCP adalah proses pada daerah serapan 4000-500 cm-1, dengan
difusi larutan, yang diikuti dengan kolosinasi kode sampel BCP/K5, BCP/K10, BCP/K15
sel. perbandingan BCP/kolagen masing-masing
Tulang membutuhkan lebih banyak 95/5, 90/10, dan 85/15. Informasi gugus
kalsium untuk pertumbuhan. HA dengan fungsi dan bilangan gelombang dijelaskan
jumlah yang lebih tinggi, akan memberikan pada Tabel 1.

358 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Sintesis dan Karakterisasi Biokomposit BCP/Kolagen, Anjarsari et al. JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3

Gambar 1 Sektra FTIR Biokomposit BCP/kolagen; (A) BCP/K5, (B) BCP/K10, (C) BCP/K15

Gugus fungsi yang ada pada sampel Daerah serapan sekitar 1111 cm-1 dan 633
mengacu pada buku Stuart 2004. Gugus cm diindikasi sebagai gugus fungsi O-P-O
-1

fungsi O-H dengan vibrasi stretching, terlihat dengan vibrasi stretching, dan gugus fungsi
pada daerah serapan sekitar 3572 cm-1 dan gugus fungsi C=O dengan vibrasi stretching
2361 cm-1. Gugus fungsi N-H (bending) yang muncul pada daerah serapan sekitar 1219 cm-1
ada pada amida sekunder bertumpuk dengan , sedangkan gugus fungsi Ca-O muncul pada
gugus fungsi milik O-H, sehingga pada spektra daerah serapan sekitar 571 cm-1. Menurut Xie
FTIR terlihat lebih lebar pada masing-masing (2016) gugus sungsi O-P-O, C-O, dan Ca-O
sampel pada daerah serapan sekitar 3402 cm-1 didindikasi sebagai bipasik kalsium fosfat (HA
dan 1659 cm-1. Gugus fungsi C-N dengan dan β-TCP). Beda halnya dengan gugus fungsi
vibrasi stretching pada amida sekunder, dan yang ada pada kolagen, gugus fungsi pada
C-H (bending) muncul pada daerah serapan BCP mengalami penurunan nilai absorbansi.
masing-masing 1659 cm-1, 1558 cm-1, dan Hasil sintesis biokomposit BCP/kolagen
1442 cm-1. Gugus fungsi O-H, N-H, C-H dan menunjukkan, meningkatnya konsentrasi
N-H, diindikasi sebagai kolagen yang terdapat kolagen pada perancah, meningkatkan nilai
pada masing-masing sampel (Liu et al. 2007). absorbansi gugus fungsi yang terdapat pada
Hasil sintesis biokomposit BCP/kolagen kolagen, namun menurunkan nilai absorbansi
menunjukkan bahwa, gugus fungsi masing- gugus fungsi yang ada pada BCP.
masing perancah mengalami penurunan Sintesis biokomposit BCP/kolagen,
nilai transmitansi, artinya nilai absorbansi tidak menunjukkan perbedaan spektrum
meningkat. Meningkatnya nilai absorbansi yang nyata antara 95/5, 90/10, 85/15, artinya
seiring dengan meningkatnya persentase sintesis biokomposit BCP/kolagen terjadi
kolagen dalam perancah. secara fisika. Gugus fungsi yang hadir pada

Tabel 1 Gugus Fungsi dan Bilangan Gelombang Analisis FTIR


Puncak sarapan (cm-1)
Gugus fungsi Vibrasi
BCP/K5 BCP/K10 BCP/15
O–H 3572, 2361 3572, 2361 3572, 2361 Stretching
N–H 3410, 1659 3379, 1659 3348, 1666 Stretching
C–N 1558 1558 1566 stretching
C–H 1442 1443 1443 bending
C=O 1219 1211 1219 Stretching
O-P-O 1111, 633, 910 1111, 633, 910 1103, 633, 903 Stretching
Ca-O 571 563 563 Stretching

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 359


JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3 Sintesis dan Karakterisasi Biokomposit BCP/Kolagen, Anjarsari et al.

Gambar 2 Morfologi biokomposit BCP/kolagen pembesaran 15.000x; (A) BCP/K5, (B) BCP/
K10, (C) BCP/K15

biokomposit BCP/kolagen hanya berbeda KESIMPULAN


pada nilai presentasi transmitansinya saja. Gugus fungsi yang terdapat pada
Sintesis biokomposit BCP/kolagen memiliki kolagen menunjukkan penurunan nilai
gugus fungsi yang sama untuk perancah persentase transitansi atau persentase
tulang baik dengan konsentrasi 95/5, 90/10 absorbansi meningkat. Gugus fungsi yang
maupun 85/15. terdapat pada kolagen meningkat karena
Analisis morfologi biokomposit BCP/ konsentrasi kolagen yang meningkat pada
Kolagen dilakukan dengan menggunakan perancah. Gugus fungsi O-P-O, C=O, dan
Scanning Electron Microscope (SEM) dengan Ca-O yang terdapat pada bipasik kalsium
pembesaran 15.000 kali. Analisis morfologi fosfat mengalami peningkatan persentase
dilakukan untuk mengetahui pembentukan transmitansi seiring dengan meningkatnya
pori pada sintesis biokomposit BCP/Kolagen kolagen pada perancah. Biokomposit BCP/
dengan variasi konsentrasi yang berbeda. kolagen 85/15 terlihat adanya pembentukan
Hasil analisis morfologi SEM dapat dilihat pori. Pori dalam perancah sebagai ruang
pada Gambar 2. untuk pertumbuhan sel osteoblas yang
Perbedaan morfologi yang ditunjukkan berfungsi sebagai pembentukan tulang baru.
pada hasil SEM tampak nyata, hal ini Biokomposit BCP/kolagen tidak mengalami
ditunjukkan pada pembentukan pori yang perubahan gugus fungsi, tetapi mempengaruhi
berbeda pada masing-masing sampel. Gambar pembentukan pori pada material perancah
2A, biokomposit BCP/K5 tidak tampak tulang seiring dengan meningkatnya kolagen
adanya pori. Tidak terbentuknya pori karena pada proses sintesis.
konsentrasi kolagen yang sangat rendah, yaitu
5%. Gambar 2B dengan konsentrasi kolagen DAFTAR PUSTAKA
10%, terlihat adanya pori, namun ukuran pori Anwar SA, Solechan. 2014. Analisa
pada perancah ini sangat kecil dan dengan karakteristik dan sifat mekanik Scaffold
jumlah yang sedikit. Gambar 2C dengan rekonstruksi mandibula dari material
konsentrasi kolagen 15% dalam perancah, bhipasis calsium phospate dengan penguat
tampak nyata pembentukan pori dengan cangkang kerang srimping dan gelatin
ukuran yang besar dan jumlah yang sangat menggunakan metode functionally
banyak. graded material. Di dalam: Anwar S,
Konsentrasi kolagen yang bertambah Solechan, editor. Prosiding SNATIF Ke
dalam perancah, meningkatkan pembentukan -1. Universitas Muria Kudus: Fakultas
pori sehingga menyediakan ruang untuk Teknik: 137- 144.
sel osteoblas yang berfungsi sebagai Balazsi C, Kover Z, Horvath E, Nemeth C,
pembentukan tulang baru (Lee et al. 2015). Kasztovszy Z, Kurunczi S, Weber F.
Sintesis biokomposit BCP/kolagen dengan 2007. Examination of calcium-phosphate
perbandingan 85/15, efektif untuk membentuk prepared from eggshell. Material science
pori pada perancah. Forum 537-538:105-112.

360 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Sintesis dan Karakterisasi Biokomposit BCP/Kolagen, Anjarsari et al. JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3

Chen Q, Bruyneel A, Clarke K, Carr C, osteoconductivity of biphasic calcium


Czernuszka J. 2012. Collagen-based phosphate in the rabbit sinus model. Int J
Scaffolds for potential application of heart Oral Maxillofac Implants 30(1):65-72.
valve tissue engineering. J Tissue Sci Eng Liu HY, Li D, Guo, SH. 2007. Studies on
S:11. collagen from the skin of channel catfish
Dahlan K, Dewi SU, Nurlaila A, Soejoko D. (Ictaurus punctatus). Food Chemistry
2012. Synthesis and characterization of (101): 621–625.
calcium phosphate/chitosan composite. Meraldo A. 2016. Introduction to Bio-Based
International Journal of Basic and Applied Polymers. Lux Research. Plastics Design
Sciences 12(1):50-51. Library: 47–52.
Fathi MH, Hanifi A, Mortazavi V. 2008. Miao X, Lim WK, Huang X, Chen Y. 2005.
Preparation dan bioactivity evaluation of Preparation and characterization of
bond-like hydroxyapatite nanopower. J interpenetrating phased TCP/HA/PLGA
Materials Processing Technology 202:536- composites. Materials Letters 59 (29-300):
42. 4000-4005.
Gergely G, Wéber F, Lukács I, Illés L, Attila Mitra AE, Mehran SH, Farzadi A, Osman NA.
L. Tóth, Z, Horváth, Mihály J. 2010. 2014. Artificial neural network approach
Nano-Hydroxyapatite Preparation from to estimate the composition of chemically
Biogenic Raw Materials. Cent. Eur. J. synthesized biphasic calcium phosphate
Chem 8(2): 375–381. powders. Ceramics International 40:
Hench, L. 1991. Bioceramics: From concept to 12439–12448.
clinic. J Am. Ceram. Soc 74 (7) 1487-510. Nuzulia NA. 2014. Synthesis of Chiken
Kim DH, Hwang KH, Lee JD, Park HC, Yoon Eggshells-Based β-Tricalcium Phosphate
SY. 2015. Long and short range order Biocermics and Their Biocompatibility
structural analysis of in-situ formed Test as A Tooth Filler [Tesis]. Bogor:
biphasic calcium phosphates. Biomaterials Institut Pertanian Bogor.
Research 19:14. Ramli RA, Adnan R, Bakar MA, Masudi SM.
Lee MH, You C, Kim KH. 2015. Combined 2011. Synthesis and characterisation of
effect of a microporous layer and type I pure nanoporous hydroxyapatite. Journal
collagen coating on a biphasic calcium of Physical Science 22(1): 25–37.
phosphate Scaffold for bone tissue Teixeira S, Oliveira S, Ferraz M, Monteiro F.
engineering. Materials 8: 1150-1161. 2008. Three dimensional macroporous
Li W, Pastrama ML, Ding Y, Zheng K, calcium phosphate Scaffolds for bone
Hellmich C, Boccaccini A. 2014. tissue engineering. Key Engineering
Ultrasonic elasticity determination of Materials 361-363: 947-950.
45S5 bioglasss-based Scaffolds: influence Xie L, Yu H, Deng Y, Yang W, Liao L, Xie QLL,
of polymer coating and crosslinking Yu H, Deng Y, Yang W, Lia L, Long Q. 2016.
treatment. J Mechanical Behavior of Preparation, characterization and in vitro
Biomedical Materials 40: 85- 94. dissolution behavior of porous biphasic
Lieshout E, Kralingen G, El-Massoudi Y, Α/Β-tricalcium phosphate bioceramics.
Weinans H, Patka P. 2011. Microstructure Materials Science and Engineering 59:
and biomechanical characteristics of bone 1007–1015.
substitutes for trauma and orthopaedic Zhao X, He J, Zhang J, Wang X, Wang
surgery. BMC Musculoskeletal Disorders W. 2014. The effect of magnetic field
12:34. on electromically deposited calcium
Lim HC, Zhang ML, Lee JS, Jung UW, Choi SH. phosphate/collagen coating. Bio-Medical
2015. Effect of different hydroxyapatite: Materials Engineering 24: 1851-1859.
b-tricalcium phosphate ratios on the

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 361

Anda mungkin juga menyukai