Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah sebuah negara dengan pertumbuhan dan

perkembangan populasi yang tinggi. Hal ini bersamaan dengan begitu

banyaknya kasus resiko penyakit tulang dan gangguan tulang. Kasus penyakit

tulang di Indonesia menunjukkan berbagai tantangan dan dampak yang perlu

di perhatikan, contohnya osteoporosis. Osteoporosis merupakan penyakit

tulang dengan masalah yang cukup serius, mengutip data dari International

Osteoporosis Foundation (IOF) menyebutkan jika 1 dari 4 perempuan lansia

di Indonesia berisiko terkena osteoporosis. Selain itu, kecelakaan lalu lintas di

Indonesia juga menjadi penyebab utama gangguan penyakit tulang, termasuk

patah tulang. Gangguan penyakit tulang yang disebabkan oleh kecelakaan di

Indonesia mencangkup beberapa kondisi, seperti dislokasi, kompresi tulang

belakang, dan kerusakan jaringan lunak. Semua ini menunjukkan

kompleksitas dan urgensi dalam menangani kasus penyakit dan gangguan

tulang di Indonesia.

Kasus penyakit tulang dan kecelakaan di Indonesia memiliki

hubungan dengan biomaterial dalam beberapa aspek, seperti pengembangan

alat kesehatan biomaterial berupa pengisi tulang (bone filler) dan potensi

pengembangan material implan tulang hidroksiapatit berbasis bahan alam


lokal. Biomaterial sendiri merupakan bahan yang digunakan dalam aplikasi

medis untuk meregenerasi jaringan rangka, seperti tulang dan gigi.

Biomaterial ini dapat mencakup berbagai jenis, termasuk hidroksiapatit (HA),

karbonat hidroksiapatit (CHA), dan honeycomb (HCB). (Sari et al., 2021).

Berdasarkan bahan penyusun material, biomaterial terdiri dari dua

jenis yaitu logam dan non logam. Biomaterial logam yang paling banyak

digunakan yaitu stainless steel, sedangkan non-logam memiliki material

penyusunnya seperti, material keramik, polimer dan komposit. Biomaterial

keramik memiliki sifat inert, sedangkan biomaterial logam memiliki kekuatan

yang baik. Biomaterial komposit merupakan perpaduan sifat dari kedua jenis

biomaterial tersebut, yang saling mengisi kekurangan, contohnya adalah

campuran antara logam dan keramik. Logam memiliki kekuatan yang baik

namun, kurang dalam jaringan tubuh. Keramik merupakan bahan yang rapuh

tetapi cocok dengan jaringan tubuh. Biomaterial keramik memiliki sifat inert

dan kekuatan tekan yang baik sehingga cocok untuk pembuatan gigi buatan.

Contoh biokeramik adalah alumina, hidroksiapatit, bioglas, zirconia dll.

(Yusuf et al., 2019).

Hidroksiapatit (HA) merupakan senyawa biomaterial golongan

keramik yang tersusun atas kalsium dan fosfat dengann rumus molekul

Ca10(PO4)6(OH)2. Senyawa ini merupakan senyawa mineral yang menjadi

komponen utama dari tulang dan gigi. Hidroksiapatit merupakan material

biokeramik yang memiliki sifat biocompatibility yang tinggi, solid, tetapi


rapuh. Karakterisasi ini sangat sesuai digunakan dalam proses perbaikan

jaringan tulang dan gigi yang rusak. HA merupakan jenis bahan

biokompatibel dan bioaktif terhadap jaringan tubuh manusia serta mempunyai

sifat mudah diserap oleh tubuh. Biokompatibel adalah kemampuan material

beradaptasi dan bersifat tidak membahayakan lingkungan implan, sedangkan

bioaktif adalah kemampuan material untuk berikatan dengan jaringan di

sekitarnya pada tubuh manusia. Selain memiliki sifat biikompatibilitas dan

bioaktif, penggunaan HA bermanfaat sebagai pelapis karena HA dapat

bertindak sebagai reservoir ion kalsium dan fosfat, dapat menstimulasi

pertumbuhan jaringan tulang pada implan, memastikan ikatan interface yang

kuat denga jaringan hidup (Racquel dan Besim, 2014). Selain itu, adanya

kesamaan struktur kimia dengan tulang pada jaringan manusia, maka HA

menunjukkan daya tarik/daya afinitas yang sangat kuat pada jaringan keras

(Yusuf et al., 2019).

Selain itu, HA juga dapat disintesis dari berbagai sumber biologis,

seperti tulang-belulang, cangkang telur, kerang, dan cangkang moluska

lainnya, sehingga memiliki potensi sebagai bahan baku yang ramah

lingkungan untuk aplikasi biomedis. (Sari et al., 2021). Hidroksiapatit (HA)

juga dapat dimodifikasi dengan berbagai bahan alami untuk meningkatkan

sifat-sifat tertentu sesuai dengan kebutuhan aplikasi tertentu. Diantara sumber

biologis yang tersedia di alam, Hidroksiapatit berbahan dasar tulang ikan

bandeng menjadi bahan penelitian pada kesempatan ini.


Tulang ikan bandeng, sebagai limbah dari industri perikanan, menjadi

sumber daya yang melimpah di Indonesia. Pada tahun 2014, total produksi

ikan bandeng di Indonesia sebanyak 631.125 ton atau 14,74% dari total

produksi budidaya ikan. Tingginya produksi budidaya ikan bandeng dapat

berbanding lurus dengan limbahnya. Limbah tuang ikan bandeng yang

dihasilkan dapat mencapai kurang lebih 5,4 ton per tahun. (Lolo, 2022).

Tingginya angka limbah tuang ikan bandeng yang dihasilkan berbanding

terbalik dengan nilai gizi yang terkandung dalam tulang ikan bandeng. Tulang

ikan bandeng mengandung kalsium 4%, fosfor 3%, dan protein 32%.

(Sudoyo, 2009). Oleh karena itu, tuang ikan bandeng dapat menjadi alternatif

bahan untuk dimanfaatkan sebagai rekayasa scaffold tulang berbahan dasar

hidroksiapatit berbahan dasar tulang ikan bandeng. Namun, hingga saat ini,

potensinya dalam rekayasa jaringan tulang masih kurang dimanfaatkan.

Dengan memanfaatkan bahan alam lokal ini, kita tidak hanya dapat

mengurangi dampak limbah industri, tetapi juga meningkatkan ketersediaan

bahan untuk pengembangan scaffold tulang.

Hidroksiapatit dapat disintesis dengan berbagai metode antara lain

metode hidroternal, metode sol-gel, metode deposisi biomimetik, metode

interfacial reaction menggunakan multiple emulsion, metode cationic

surfactant template, dan metode presipitasi. Pemilihan metode sintesis HA

dengan tepat sangat penting dilakukan untuk mengontrol sifat-sifat HA seperti

kemurnian fase, rasio Ca/P, ukuran kristal, kristalinitas, dan homogenitas


partikel (Yusuf et al., 2019). Pada penelitian ini proses sintesis yang dipilih

yaitu proses presipitasi, di mana proses tersebut merupakan reaksi asam-basa

yang menghasilkan padatan kristalin (garam hasil reaksi) serta air. Beberapa

alasan dipilihnya proses ini adalah karena bahan baku yang murah, reaksi

kimia yang relatif sederhana serta ukuran dan homogenitas ukuran partikel

yang didapat cenderung cukup baik.

Peneletian ini menggunakan komposit HA dengan penambahan bahan

alami yaitu pati jagung/propolis/agen antibakteri dari minyak cengkeh. Pati

jagung berfungsi sebagai porogen alami dalam pembuatan scaffold tulang

berbahan dasar HA yang merupakan bahan penting dalam desain jaringan

berpori untuk aplikasi medis seperti implan tulang. Bahan porogen pati jagung

pada pembuatan scaffold HA digunakan untuk membentuk pori-pori dalam

scaffold. Struktur pori yang terbentuk akan mempengaruhi sifat-sifat scaffold

HA seperti porositas, distribusi bentuk, dan ukuran pori yang sangat penting

dalam mendukung pertumbuhan jaringan. (Sakinah & Kurniawansyah, 2018).

Kemudian komposit HA dengan penambahan propolis merupakan zat

resin yang dikumpukan oleh lebah dari tunas, pucuk dan kulit pohon. Dalam

pembuatan scffoldd HA, propolis berfungsi sebagai bahan antimikroba,

antiinflamasi, dan penyembuhan luka dan juga dapat diguntuk aplikasi

kesehatan dan dan kedokteran gigi. (Kriswanto, et al., 2020). Propolis juga

dapat berfungsi sebagai poimer alami. Selain itu, bahan antibakteri yang

digunakan adalah cengkeh (Syzygium aromaticum) karena minyak cengkeh


mengandung beberapa senyawa aktif yang memiliki efek antibakteri di

antaranya adalah eugenol. Salah satu senyawa aktif dalam cengkeh ini

memiliki kemampuan untuk mengambat pertumbuhan bakteri termasuk

bakteri yang resisten terhadapa ntibiotik. (Andries, et al,. 2014). Berdasarkan

penmabahan komposit-komposit yang telah disebutkan dapat menghasil

scaffold tulang berbahan dasar HA yang lebih optimal.

Metode freeze drying digunakan dalam penelitian ini berfungsi untuk

menciptakan scaffold dengan sifat mekanik dan struktur pori yang optimal

untuk interaksi sel-scaffold. Metode ini juga membantu untuk menciptakan

sinyal mekanotrsansduksi dan meniru fungsi matriks ekstraseluler kulit.

Dengan demikian, metode freeze drying berperan penting dalam menciptakan

scaffold yang cocok untuk aplikasi biomedis. (Aghmiuni, et al., 2020).

Dalam penelitian ini, dilakukan beberapa analisis sifat antara lain,

physicochemical, antibakteri, dan uji mekanik. Analisis sifat physicochemical

meliputi analisis struktur kristal menggunakan XRD (X-Ray Diffraction),

analisis gugus fungsi karakteristik HA menggunakan FTIR (Fouier Transform

Infra Red), analisis morfologi menggunakan SEM-EDS (Scanning Electron

Microscopy Dispersive X-ray Spectroscopy), mengukur distribusi ukuran

partikel dari material menggunakan PSA (Particel Size Analyzer),

mengidentifikasi kristalinitas, interaksi molekul, dan sifat optik menggunakan

spektrometer UV-Vis, dan mengukur kadar logam dalam sampel

menggunakan uji AAS (Atomic Absorption Spectrometer). (Sari, et al., 2021).


Selain itu, menguji aktivitas bakteri dari scaffold HA menggunakan

metode zona bening. Metode ini digunakan untuk menguji aktivitas bakteri

suatu bahan terhadap tiga jenis bakteri, seperti Staphylococcus aureus,

Escherichia coli, dan jamur. (Nurhayati, et al., 2020). Analisis yang terakhir

adalah menguji sifat mekanik dari material scaffold HA menggunakan uji

meknaik kuat tekan benda.

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan fabrikasi dan

karakterisasi HA dari tulang ikan bandeng, serta pembuatan scaffold tulang

berbahan dasar HA dari tulang ikan bandeng/pati jagung/propolis/cengkeh

untuk rekayasa jaringan tulang. Selain itu peneliti akan menggunakan metode

freeze drying dalam pembuatan scaffold tulang berbahan dasar hidroksiapatit.

Hasil karakterisasi sampel meliputi analisis struktur kristal, analisis gugus

fungsi karakteristik HA, analisis morfologi, analisis distribusi ukuran partikel,

analisis sifat optik, dan analisis kadar logam dalam sampel. Proses fabrikasi

dan karakterisasi ini bertujuan untuk meningkatkan potensi aplikasi material

tersebut dalam aplikasi rekayasa jaringan tulang.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi suatu masalah yaitu :

1. Belum banyaknya penelitian yang membahas mengenai Rekayasa

Scaffold Tulang Berbahan Dasar Hidroksiapatit dari Tulang Ikan Bandeng.


2. Meskipun hidroksiapatit dianggap biokompatibel, kombinasi dengan

bahan alam tertentu seperti propolis dan cengkeh dapat meningkatkan

risiko reaksi alergi atau intoleransi.

3. Bahan alam seperti tulang ikan bandeng, pati jagung, propolis, dan

cengkeh memiliki komposisi yang bervariasi berdasarkan sumber dan

lingkungan pertumbuhannya.

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Material yang digunakan dalam fabrikasi scaffold HA adalah tulang ikan

bandeng (Chanos chanos), pati jagung (Amylum Maydis), propolis, dan

cengkeh (Syzygium aromaticum)

2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik freeze

drying atau pengeringan beku

3. Analisis atau karakterisasi yang digunakan dalam penelitian ini di

antaranya physicochemical properties (SEM, PSA, XRD, AAS,

Spektrometer UV-Vis) , sifat mekanik dengan uji mekanik kuat tekan

(compressive strenght), serta sifat antibakteri menggunakan metode zona

bening.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Bagaimana pengaruh suhu kalsinasi pada HA terhadap sifat fisikokimia

seperti kristalinitas, morfologi, komposisi kimiawi, ukuran partikel seraan,

dan lain sebagainya?

2. Bagaimana pengaruh waktu saat proses freeze drying terhadap sifat

physichocemical, sifat mekanik, dan sifat antibakteri pada hasil scaffold

HA?

3. Bagaimana pengaruh penambahan agen antibakteri minyak cengkeh

terhadap daya antibakteri scaffold HA?

E. Tujuan Peneletian

Adapaun tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi pengaruh suhu kalsinasi pada HA terhadap sifat

fisikokimia seperti kristalinitas, morfologi, komposisi kimiawi, ukuran

partikel seraan, dan lain sebagainya.

2. Mengidentifikasi pengaruh waktu saat proses freeze drying terhadap sifat

physichocemical, sifat mekanik, dan sifat antibakteri pada hasil scaffold

HA

3. Mengidentifikasi pengaruh penambahan agen antibakteri minyak cengkeh

terhadap daya antibakteri scaffold HA?

4. Manfaat Peneletian

1. Bagi Universistas
- Keberhasilan dalam penelitian dapat menjadi daya tarik besar bagi

mahasiswa dan dosen yang mencari lingkungan akademik yang

progresif dan inovatif.

2. Bagi Mahasiswa

- Melalui penelitian, mahasiswa dapat mengembangkan keterampilan

analisis, pemecahan masalah, dan pemikiran kritis.

- Penelitian ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk

mendalami pengetahuan dalam bidang rekayasa scaffold tulang,

biomaterial, dan ilmu kesehatan.

3. Bagi Masyarakat

- Hasil penelitian dapat mendukung perkembangan teknologi medis

terbaru

- Peningkatan perawatan medis dan kemampuan untuk mengatasi

masalah tulang
BAB III

METODOOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan pada skripsi ini merupakan jenis penelitian

eksperimen. Eksperimen merupakan suatu cara untuk mencoba atau menguji

sesuatu secara sengaja untuk melihat apa yang terjadi. Eksperimen dalam hal

ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik scaffold tulang berbahan dasar

hidroksiapatit dari tulang ikan bandeng, pati jagung, propolis, dan cengkeh

menggunakan SEM, PSA, XRD, FTIR, Spektrometer UV-Vis, AAS, dan uji

mekanik kuat tekan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
a. Laboratorium Koloid Lantai 2 Departemen Fisika, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Yogyakarta

untuk tempat pembuatan serta karakterisasi scaffold tulang berbahan

dasar hidroksiapatit dari tulang ikan bandeng, pati jagung, propolis,

dan cengkeh menggunakan spektrometer UV-Vis, FTIR, PSA, AAS,

SEM, dan XRD.

b. Laboratorium Pengujian dan Penelitian Terpadu (LPPT), Universitas

Gadjah Mada untuk scaffold tulang berbahan dasar hidroksiapatit dari

tulang ikan bandeng, pati jagung, propolis, dan cengkeh mengunakan

SEM.

c. Laboratorium Bahan Bangunan, Departemen Teknik Sipil Sekolah

Vokasi Univeritas Gadjah Mada untuk pengujian kuat tekan scaffold

tulang berbahan dasar hidroksiapatit

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2024 hingga Juli 2024

C. Variabel Penelitian

Dalam Penelitian ini, variabel yang diteliti adalah :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas atau dikenal juga dengan variabel independen

merupakan variabel yang diubah atau dimanipulasi dalam suatu penelitian

untuk melihat pengaruhnya terhadap variabel terikat. (Sari et al., 2021).

Variabel bebas merupakan faktor yang dianggap mempengaruhi hasil dari


suatu penelitian. Dalam penelitian ini, variabel bebas adalah konsentrasi

porogen dari pati jagung serta sifat fisiko-kimia dari scaffold tulang HAp.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat atau dikenal juga dengan varibel dependen

merupakan variabel yang nilainya bergantung pada variabel bebas.

Variabel ini adalah hasil dari pengaruh variabel bebas. (Sari et al., 2021).

Dalam penelitian ini, variabel terikat mencangkup hasil karakterisasi

menggunakan spektrometer UV-Vis, FTIR, PSA, AAS, XRD, dan uji kuat

tekan.

3. Variabel Terkontrol

Variabel terkontrol adalah variabel yang disengaja diatur atau

dikendalikan agar nilanya tetap konstan atau tidak berubah dalam suatu

penelitian. Variabel berfungsi untuk memastikan bahwa perubahan yang

diamati pada variabel terikat disebabkan oleh variabel bebas, bukan oleh

faktor lain. (Sari et al., 2021). Dalam penelitian ini, variabel terkontrol

mencangkup suhu dan durasi proses sintesis dalam pembuatan scaffold

tulang HAp serta karakteristik bahan HAp itu sendiri.

D. Alat dan Bahan

1. Alat Penelitian

a. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1) Oven (Panasonic, Osaka, Japan)

2) Magnetic Stirrer (B-ONE series AHS-12A)


3) Sieve Shaker (Tyler, CA, USA)

4) Mortar (OneMed, Surabaya, Jawa Timur)

5) Ballmil (Labroratory Disc Mill, Shicheng, China)

6) Timbangan Digital (OHAUS AX324, Shanghai, China)

7) Biuret (IWAKI, Sumedang, Jawa Barat)

8) Furnace (Barnstead Thermolyne Tipe 47900, Belknap, Amerika

Serikat)

9) Gelas Backer

10) Spatula

b. Alat-Alat Karakterisasi

1) Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV-Vis 2450, Kyoto, Japan)

2) XRD (PAN Analytica Type X’Pert Pro, Tokyo, Japan)

3) FTIR (Thermo Nicolet iS10, Kyoto, Japan)

4) AAS (Shimadzu AA-7000, Kyoto, Japan)

5) SEM (Joel JSM-6510LA, Tokyo, Japan)

6) PSA (Microtrac Nanotrac Wave II, New York, USA)

7) Universal Testing Machine (TN20MD, Controlab, Paris, France)

2. Bahan Penelitian

1) Tulang Ikan Bandeng (Yogyakarta, Indonesia)

2) Pati Jagung (Yogyakarta, Indonesia)

3) Propolis (NTB, Indonesia)

4) Minyak cengkeh (NTT, Indonesia)


5) Diammonium hidroksi fosfat ((NH4)2HPO4)

6) Natrium bicarbonat (NaHCO3)

7) Aseton (Laboratorium Koloid UNY, Yogyakarta, Indonesia)

8) Distilled water (Aquabidest)

E. Langkah Pengambilan Data

1. Tahap Preparasi Sampel Kalsium Oksida (CaO) dari Tulang Ikan Bandeng

- Tulang ikan bandeng direndam dengan aquabidest selama 24 jam

- Tulang ikan bandeng dibersihkan dari daging yang masih menempel

pada tulang ikan bandeng

- Tulang ikan bandeng yang direbus selama satu jam hingga air

mendidih kemudian mencuci kembali dengan aquabidest

- Ditiriskan kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama 4 hari

- Tulang ikan bandeng direndam dengan aseton selama satu jam atau

hingga kering

- Setelah mengering, tulang ikan bandeng dipanaskana dalam oven

selama 2 jam pada suhu 105oC kemudian digerus menjadi bubuk

kalsium oksida (CaCo3)

- Bubuk CaCo3 diayak menggunakan sieve shaker dengan kecepatan

230 mesh agar diperoleh ukuran yang homogen

- Bubuk CaCo3 dikalsinasi dengan suhu 950oC selama 6 jam untuk

menghasilkan senyawa CaO


- Bubuk CaO diayak menggunakan sieve shaker dengan kecepatan 170

mesh agar diperoleh ukuran yang homogen

- Bubuk CaO dikarakterisasi menggunakan SEM, XRD, dan FTIR

2. Sintesis HA dengan Metode Presipitasi

- Bubuk CaO dengan masing-masing 6.048 gram dicampur dengan 60

ml aquabidest dan diaduk dengan kecepatan 350 rpm dengan suhu

ruangan selama 1 jam hingga terbentuk larutan kalsium oksida

(Ca(OH2))

- Larutan (NH4)2HPO4 (8,5536 gram dalam 70 ml aquabidest)

ditambahkan secara perlahan tetes demi tetes dengan laju 1ml/menit ke

dalam bubuk kalsium oksida. Selanjutnya diaduk dengan kecepatan

350 rpm dengan suhu ruangan selama 1 jam

- pH larutan (NH4)2HPO4 dikontrol dengan menambahkan ammonium

hidroksida (NH4OH, 25%) 3M secara perlahan hingga mencapai pH 9

dan larutan bersifat basa dengan magnetic stirrer dengan kecepatan

350 rpm dengan suhu ruangan selama 50 menit

- Larutan diendapkan selama 24 jam

- Hasil pengendapan disaring dengan menggunakan kertas saring dan

dicuci atau dimurnikan dengan aquabidest sebanyak 3 kali

- Hasil penyaringan dikalsinasi dengan suhu 1000oC dengan variasi

waktu 3 jam, 6 jam, dan 9 jam dengan konsentrasi larutan 10 wt%

untuk mendapatkan HA murni


- HA dikarakterisasi sifat physicochemical properties menggunakan

spektrometer UV-Vis, FTIR, PSA, AAS SEM dan XRD

3. Pembuatan Larutan Pati Jagung/Propolis/Minyak Cengkeh

- Pati jagung dilarutkan dengan aquabidest dengan optimasi konsentrasi

uji (0wt%, 5wt%, 10wt%, dan 15wt%)

- Propolis dilarutkan dengan aquabidest dengan konsentrasi 10wt%

dengan takaran V/V

- Minyak cengkeh di larutkan dengan aquabidest dengan konsentrasi

10wt%

- Larutan pati jagung dan propolis dicampur dengan perbandingan 3ml

pati jagung dan 7 ml propolis menggunakan magnetic stirrer hingga

larutan menjadi homogen. 4 hasil larutan kemudian ditentukan mana

larutan dengan optimasi konsentrasi uji yang terbaik.

- Larutan dengan optimasi konsentrasi uji terbaik dari jagung/propolis

dicampur dengan bahan antibakteri minyak cengkeh dengan optimasi

konsentrasi uji (5wt%, 10wt%, dan 15wt%) menggunakan magnetic

stirrer hingga larutan menjadi homogen.

4. Tahap Fabrikasi Scaffold HA/Pati Jagung/Propolis/Minyak Cengkeh

- HA (10 wt% dan waktu kalsinasi 3 jam) dicampurkan dengan tiga

sampel Pati Jagung/Propolis/Minyak Cengkeh (3wt%, 10 wt%, dan 15

wt%) dan diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan

350 rpm pada 60°C selama 24 jam


- HA (10 wt% dan waktu kalsinasi 6 jam) dicampurkan dengan tiga

sampel Pati Jagung/Propolis/Minyak Cengkeh (3w1%, 10 wt%, dan 15

wt%) dan diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan

350 rpm pada 60°C selama 24 jam

- HA (10 wt% dan waktu kalsinasi 3 jam) dicamparkan dengan tiga

sampel Pati Jagung/Propolis/Minyak Cengkeh (3wt%, 10 wt%, dan 15

wt%) dan diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan

350 rpm pada 60°C selarm 24 jam

- Sampel Scaffold HA berbahan dasar Pati Jagung/Propolis/Minyak

Cengkeh berjumlah 9 sampel dimasukkan dalam botol vial dan

disimpan dalam drybox

5. Tahap Fabrikasi Scaffold HA/Pati Jagung/Propolis/Minyak Cengkeh

menggunakan metode freeze drying

- Larutan HA/Pati Jagung/Propolis/Minyak Cengkeh diubah menjadi

padatan dengan alat freeze dryer menjadi scaffold

- Scaffold HA/Pati Jagung/Propolis/Minyak Cengkeh dilakukan

karakterisansı physicochemical properties menggunakan spektrometer

UV-Vis, FTIR, PSA, AAS, SEM dan XRD

- Scaffold HA/Pati Jagung/Propolis/Minyak Cengkeh dilakukan uji

mekanik kuat tekan menggunakan Universal Testing Mechine

F. Teknik Analisis Data

a. Spektrometer UV-Vis
Meganalisis sifat physicochemical seperti kristanilitas, sifat optik,

dan interkasi molekul dari HA yang telah disintesis dan scaffold tulang

dari HA/Pati Jagung/Propolis/Cengkeh menggunakan spektrometer UV-

Vis (Shimadzu UV-Vis 2450, Kyoto, Japan). Analisis data UV-Vis

dilakukan dengan memeriksa puncak absorbansi yang muncul pada

spektrum UV-Vis untuk menentukan karakteristik optik dari sampel yang

diuji.

b. FTIR (Fourier Transform Infra-Red)

FTIR (Thermo Nicolet iS10, Kyoto, Japan) dilakukan untuk

mengetahui gugus fungsi tulang ikan bandeng yang telah dikalsinasi,

sintesis HA, dan scaffold tulang dari HA/Pati Jagung/Propolis/Cengkeh.

Secara terpisah, bubuk serta scaffold dihaluskan dan dicampur dengan

kalsium bromida (KBr) kemudian dimasukkan ke dalam tablet padat.

Instrumen FTIR dioperasikan pada kisaran 400 – 4000cm-1.

c. PSA (Particel Size Analyzer)

Data yang dihasilkan berbentuk histrogram, kurva distribusi, atau

data numerik yang memuat informasi mengenai frekuensi atau proporsi

partikel pada setiap ukuran. Analisis data yang digunakan adalah metode

statistik untuk menganalisis data ukuran partikel, seperti menghitung rata-

rata, median, dan modus dari distribusi ukuran partikel, serta standar

deviasi dan varians

d. AAS (Atomic Absorption Spektrometer)


Data yang dihasilkan dari karakterisasi AAS berupa konsentrasi

unsur kimia dalam HA yang telah disintesis dan scaffold tulang dari

HA/Pati Jagung/Propolis/Cengkeh menggunakan AAS (Shimadzu AA-

7000, Kyoto, Japan). Data ini diperoleh melalui proses analisis data

absorbansi dari larutan standar dan larutan sampel untuk membuat kurva

kalibrasi masing-masing logam yang dianalisis. Selain itu, analisis data

AAS juga melibatkan perhitungan konsentrasi unsur kimia dalam sampel

berdasarkan kurva kalibrasi

e. SEM (Scanning Electron Microscope)

Alat karakterisasi ini digunakan untuk menganalisis morfologi dari

tulang ikan bandeng yang telah dikalsinasi, sintesis HA, dan scaffold

tulang dari HA/Pati Jagung/Propolis/Cengkeh menggunakan SEM (Joel

JSM-6510LA, Tokyo, Japan). Selain itu, karakterisasi ini untuk

menganalisis ukuran pori serta persentase porositas dari bahan polimer

alami menggunakan perangkat lunak ImageJ.

f. XRD (X-Ray Diffraction)

XRD dianalisis untuk mengetahui sifat kristalografi dari tulang

ikan bandeng yang telah dikalsinasi, HA yang disintesis, dan scaffold

tulang dari HA/Pati Jagung/Propolis/Cengkeh. Teknis analisis ini

menggunakan alat XRD (PAN Analytica Type X’Pert Pro, Tokyo, Japan).

Data XRD dilakukan pada rentang 2θ :10-80° menggunakan radiasi Cu –

Kα pada λ = 0.154nm.
g. Uji Mekanik Kuat Tekan

Uji ini berfungsi untuk menganalisis fifat mekanik kuat tekan,

modulus elastisitas, dan perpanjangan (elongation) menggunakan sampel

berukuran 1×4cm scaffold ditempatkan pada mesin uji kuat tekan,

kemudian instrumen dihidupkan, mengatur kecepatan serta memilih beban

digunakan untuk menguji kuat tekan. Uji kuat tekan berlangsung hingga

terjadi keretakan. Perubahan atau keretakan yang terjadi kemudian dicatat.

Kekuatan dari uji kuat tekan sampel dihitung dengan persamaan 1 :

F
σ=
A

Dimana tegangan maksimum dalam satuan N/m2, F adalah gaya (dalam

satuan N), dan A merupakan luas penampang sampel dalam sataun m2.

Modulus elastisitas dihitung dengan persamaan 2 :

σ
E=
ε

dimana σ merupakan tegangan dalam satuan N/m2 kemudian ε adalah

regangan.

Nilai elongasi (%El) hingga rusak atau retak dihitung dengan

persamaan 3 yaitu :

∆L
El= ×100 %
L
G. Diagram Alir

Kriswanto er al lihat di jurnal bu mona dafpus nomer 3

Serburia Suplemen Tulang Ikan Bandeng Dengan Cangkang Kapsul

Alginat Untuk Mencegah Osteoporosis - Neliti

Anda mungkin juga menyukai