Diajukan oleh :
NIM : 18103011037
2021
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar belakang
Dengan melihat kondisi di atas, industri alat kesehatan dalam negeri telah
mampu memenuhi kurang lebih 50% dari standar fasilitas alat kesehatan di rumah
sakit tipe A, B, C dan D. Namun, khususnya industri prostetik dan ortotik masih
mengalami keterbatasan untuk produksi di dalam negeri, mulai dari teknologi
pabrikan hingga tidak tersedianya material yang memiliki kekuatan dan
kemampuan menahan beban dinamis. Bahan penguat terutama jenis carbon fiber,
nylon glass dan glass fiber yang digunakan dalam pembuatan alat bantu masih
import dan mahal yaitu kira-kira diatas Rp. 1.000.000 / m 2, belum lagi dengan
harga alat bantu yang secara keseluruhan tidak terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat penyandang disabilitas.
Diperlukan bahan penguat untuk pembuatan soket dari sumber-sumber
lokal di Indonesia. Indonesia dengan potensi alam yang luar biasa memiliki
sumber daya alam yang cukup beragam, upaya untuk mencari bahan prostesis
soket yang berasal dari bahan alam yang ada seperti serat alam yang tersebar luas
di seluruh Indonesia misalnya serat rami, serat bambu, serat daun nana, ijuk atau
serat sabut kelapa , serat tebu, serat rotan dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut saat
ini banyak digunakan untuk industri furnitur dan industri lainnya. Di lain sisi saat
ini masalah lingkungan utama yang dihadapi adalah sampah plastik yang tidak
dapat terdegradasi. Produksi dan pemanfaatan plastik yang berkelanjutan di setiap
sektor kehidupan kita telah meningkatkan sampah plastik dalam skala besar.
Dengan meningkatnya penggunaan bahan serat sintetis, masalah lingkungan
seperti pembuangan limbah, layanan pembuangan sampah, dan pencemaran dari
pembakaran menjadi lebih penting (J.T. Kim, 2010). Penggunaan serat alami
sebagai pengganti serat sintetis, seperti kaca dan karbon, baru-baru ini mendapat
perhatian yang meningkat dalam menangani masalah lingkungan ini.
Rekayasa material berkembang lebih cepat dan ini didorong oleh
kebutuhan material yang memiliki karakteristik sifat mekanik tertentu yang
diinginkan. Salah satunya di bidang komposit. Kemampuan komposit yang mudah
dibentuk mendorong penggunaan komposit khususnya yang berasal dari bahan
alami sebagai pengganti material logam dan plastik pada berbagai produk baik
skala mikro maupun makro. Bahan bio-komposit ini dimaksudkan untuk memiliki
5
I. 2. Rumusan masalah:
I. 3. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian Tugas Akhir
ini adalah:
I. 4. Batasan Masalah
I. 5. Manfaat
6
7
dengan cara laminasi anyaman serat pisang kontinyu dengan fraksi volume serat
(Vf) 20-30%. Proses laminasi dibantu dengan proses tekan dan divakum dengan
tekanan -50 bar untuk menghilangkan void. Karakteristik mekanik diperoleh
dengan pengujian tekan mengacu pada standard ASTM D695. Analisis morfologi
menggunakan bantuan Scanning Electron Microscope (SEM). Berdasarkan hasil
pengujian diperoleh kekuatan tekan sampel prototipe produk socket prosthesis
sebesar 18.15 ± 2.5 MPa dengan regangan tekan sebesar 8.48 ± 1.61 %. Analisis
morfologi dengan menggunakan SEM menunjukkan bahwa interface antara serat
dan matriks cukup baik dan tidak terlihat adanya void. Hasil ini cukup baik
sebagai dasar untuk pengembangan bahan socket prosthesis berbasis serat alam
dengan fraksi volume serat yang berbeda.
Eda Rachman, dkk (2019) meneliti pengaruh variasi fraksi volume serat
rotan untuk pembuatan prostesis kaki palsu terhadap pengujian kekerasan dan
pengujian impak.Metodologi penelitiannya yaitu material yang digunakan adalah
komposit resin yang dicampurkan dengan serat rotan dengan berbagai variasi
campuran sesuai fraksi volume yaitu 0%, 20%, 30% dan 40%, lalu dilakukan
pengujian bahan yaitu uji kekerasan dan uji impak. Kemudian hasil analisis
datanya didasarkan pada angka-angka hasil perhitungan untuk menentukan variasi
campuran terbaik pada pembuatan prostesis kaki palsu.Hasil dari penelitian ini
adalah nilai kekerasan rata-rata material komposit resin pada variasi 0% campuran
serat rotan memiliki nilai 140,68 BHN, lalu terjadi peningkatan nilai pada variasi
20% campuran serat rotan menjadi 149,98 BHN, terjadi kembali peningkatan
pada variasi 30% campuran serat rotan yaitu 152,03 BHN, dan pada variasi 40%
meningkat menjadi 159,28 BHN. Untuk nilai keuletan rata-rata material komposit
resin pada variasi 0% campuran serat rotan memiliki nilai 1,096 J/m2, lalu terjadi
penurunan nilai pada variasi 20% campuran serat rotan menjadi 1,068 J/m2,
adanya peningkatan kembali pada variasi 30% campuran serat rotan yaitu 1,230
J/m2, dan pada variasi 40% meningkat menjadi 1,677 J/m2.
berhasil diperkuat dengan resin epoksi dengan teknik hand lay-up yang sederhana
dan murah. Hasil pengujian mekanik soket prostesis biokomposit ini
menunjukkan bahwa konsep penggunaan beberapa serat alami layak untuk
aplikasi soket prostesis. Namun, ada ruang lingkup untuk mengoptimalkan fraksi
volume dari serat alami sebagai penguat untuk mencapai sifat mekanik yang
ditingkatkan dari prostesis soket. Serat rami dan komposit pisang memiliki
kekuatan tarik tertinggi di antara benda uji serat alami; oleh karena itu, mereka
memilih untuk menenun benang rami menjadi bahan stockkinette untuk membuat
soket uji serat alami dan resin tanaman. Sampel komposit serat karbon
menunjukkan modulus Young tertinggi (8,8 GPa) dan kekuatan tarik ultimat
(127,5 MPa)
II.2.1 Prostesis
Prostesis Atas Lutut Eksoskeletal adalah kaki palsu yang ditujukan untuk
pasien dengan amputasi di atas lutut desain eksoskeletal. Prostesis jenis ini
biasanya terbuat dari bahan polyesteresin, alumunium, dan rubber foot seperti
pada Gambar 2.1 berikut.
Prostesis atas lutut Endoskeletal adalah kaki palsu yang ditujukan untuk
pasien dengan amputasi di atas lutut dengan desain endoskeletal seperti pada
Gambar 2.2. Bagian-bagian prostesis jenis ini biasanya terdiri dari soket, knee
joint, adaptor, pylon / shank, ankle joint, dan bagian telapak kaki. Biasanya untuk
fungsi kosmetikum atau memperindah prostesis jenis ini, ditambahkan cover
untuk menutupi shank.
Gambar 2.2 Prostesis Atas Lutut Endoskeletal Dan Cover (Shruti Patil,
2016)
1. Soket
Soket adalah salah satu bagian dari prostesis kaki palsu yang berkontak
atau bersentuhan secara langsung dengan stump (bagian kaki yang telah
diamputasi) yang berguna sebagai tempat atau wadah stump pasien. Dalam
pembuatannya, bentuk soket dibuat berdasarkan bentuk stump pasien. Bahan
12
pembuat soket biasanya terbuat dari bahan polymer atau komposit. Komposit
yang biasa digunakan pada pembuatan soket pada umumnya menggunakan
matriks polimer seperti polyester resin dan epoksi, dengan penguat serat fiberglass
atau yang sering disebut GRP (glass-reinforced plastic). Ada dua jenis soket yang
sudah dikenal di dunia hingga saat ini yaitu :
a. Quadrilateral Socket
Quadrilateral Socket atau Soket segi empat (QUAD) diperkenalkan
pada tahun 1950, oleh University of California di Berkeley. Soket jenis ini
seperti yang ditampilkan pada gambar 2.3 telah menjadi standar desain
soket untuk prostesis transfemoral selama sekitar empat dekade. Sesuai
dengan namanya soket segiempat memiliki empat dinding yang berbeda.
Diameter medio-lateral meningkat dan diameter antero-posterior
memendek. Soket jenis ini memiliki rak posterior tempat iskium
bersandar. Permukaan penahan beban utama adalah tuberositas iskia dan
otot gluteal. Oleh karena itu, soket jenis ini pada prostesis dapat menjadi
bantalan beban gluteal ischial di mana 83% dari beratnya ditanggung oleh
otot iskium dan gluteal. Soket segiempat memberikan stabilitas yang baik
pada bidang sagital. Stabilitas medio-lateral dan rotasi minimal. Soket
segiempat lebih pas dengan lengan sisa yang kokoh dan panjang dengan
otot adduktor yang baik. (Nitha, 2016)
.
Gambar 2.4 Ischial Containment Socket (Jason, 2013)
2. Knee Joint
Knee joint adalah bagian dari prostesis kaki palsu yang menghubungkan
antara soket dengan shaft / pylon. Material yang digunakan dalam membuat knee
joint biasanya adalah logam paduan. Ditampilkan pada Gambar 2.5
3. Shank
Shank adalah bagian pada prostesis kaki palsu yang berfungsi sebagai
pengganti tulang betis, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.6, shank berada
di antara ankle joint di atas kaki palsu dan knee joint. Panjang dan diameter serta
panjang dari shank dapat diatur sesuai kebutuhan pasien. Terdapat dua jenis
shank, yaitu endoskeleton dan eksoskeleton. Shank pada jenis endoskeleton
biasanya terbuat dari alumunium, titanium, dan graphite. Sedangkan untuk jenis
eksoskeleton biasanya terbuat dari termoplastik material, carbon fiber, danada
juga yang terbuat dari kayu.
4. Ankle Joint
Ankle joint adalah bagian pada prostesis kaki palsu yang berfungsi sebagai
engkel pada kaki. Menghubungkan antara kaki palsu dengan shank. Ada dua jenis
ankle joint, yaitu single-axis ankle joint dapat dilihat pada Gambar 2.7 dan multi-
axis ankle joint dapat dilihat pada Gambar 2.8. Multi-axis ankle joint dapat
memberikan gerakan horizontal pada bagian telapak kaki sedangkan single-axis
ankle joint tidak.
16
5. Adaptor
Feet atau bagian telapak kaki berfungsi sebagai pengganti kaki palsu.
Dihubungkan dengan ankle joint ke shank seperti ditunjukkan pada Gambar
2.10.. Material yang digunakan dalam pembuatan kaki palsu biasanya adalah
carbon fiber, komposit, atau kayu.
18
II.2.2 Komposit
berpenguat serat atau FRP (Fibre Reinforced Polymers of Plastic). Komposit ini
menggunakan suatu polimer berbahan resin sebagai matriksnya, dan suatu jenis
serat sebagai penguatnya.
Komposit polimer ini terdiri dari resin polimer sebagai pengikatnya dan
serat sebagai penguatnya. Bahan tersebut digunakan pada berbagai industri yang
menggunakan komposit dengan jumlah besar pada temperatur ruangan, kelebihan
lain dari komposit jenis ini adalah kemudahannya untuk dibentuk, dan relatif
murah harganya (Callister dan Rethswich, 2014)
banyak dipakai. Bahan komposit serat terdiri dari serat-serat yang terikat oleh
matriks yang saling berhubungan. Penggunaan bahan komposit serat sangat
efisien dalam menerima beban dan gaya. Oleh sebab itu, bahan komposit serat
sangat kuat dan kaku bila dibebani searah serat, sebaliknya sangat lemah bila
dibebanidalam arah gerak tegak lurus serat. Selain itu serat juga dapat menghemat
penggunaan resin. Komposit serat terdiri dari serat sebagai bahan penguat matriks
dan matriks sebagai bahan pengikat, pengisi volume dan pelindung serat yang
berfungsi untuk mendistribusikan beban atau gaya terhadap serat (Schwartz,
1984). Serat dapat menentukan karakteristik suatu komposit seperti kekuatan,
keuletan, kekakuan, dan sifat mekanik lainnya (Jones, 1975)
II.2.2.3 Matriks
Material komposit terdiri dari matriks, yaitu fase kontinyu, yang dilapisi
dengan penguat (penguat adalah fase sekunder), yang biasanya merupakan fase
terputus-putus. Matriks menggabungkan partikel penguat, melindunginya dari
pengaruh eksternal. Fungsi dasar dari matriks adalah untuk mentransmisikan
beban eksternal ke fase yang diperkuat. Untuk matriks, diperlukan kekuatan
ikatan yang baik dengan bahan fase penguat (yaitu keterbasahan sempurna tanpa
interaksi kimiawi pada antarmuka matriks dan penguat). Di antara persyaratan lain
untuk matriks, berat yang rendah biasanya disertakan. Dibandingkan dengan fase
penguat, matriks umumnya memiliki kekuatan yang lebih rendah dan plastisitas
yang lebih besar (Klarova, 2015).
24
a. Matriks Logam
Matriks logam memiliki konduktivitas listrik dan termal yang baik, mudah
dibentuk, memiliki ketahanan aus dan panas yang baik, dan juga memberikan
kemungkinan pelapisan dan ikatan. Matriks logam yang paling banyak digunakan
adalah aluminium, magnesium, titanium dan paduannya, untuk keperluan listrik
digunakan matriks tembaga atau perak.
b. Matriks Polimer
Matriks polimer adalah jenis matriks yang paling umum digunakan dalam
produksi. Dibandingkan dengan logam, matriks polimer ini memiliki bobot yang
relative rendah, kekuatan yang tinggi, ketahanan yang baik terhadap korosi, tidak
memerlukan perawatan permukaan, menyerap getaran dengan baik, dan memiliki
konduktivitas termal dan listrik yang rendah. Sifat mekanik bervariasi sesuai
dengan jenis polimer, apakah itu termoplastik, termoset atau elastomer. Dalam
produksi komposit, ketiga jenis matriks polimer ini digunakan. Termoplastik
sebagian besar tahan secara kimiawi dan lebih tangguh daripada termoset,
sedangkan untuk elastomer, fitur yang dominan adalah perpanjangannya.
c. Matriks Keramik
a. Partikulat
Partikel dalam komposit biasanya digunakan tidak hanya untuk
memperbaiki sifat mekanik, tetapi sering (juga) untuk memperbaiki atau
memodifikasi sifat seperti ketahanan panas, konduktivitas listrik, redaman
getaran, ketahanan aus, kekerasan, ketahanan terhadap suhu tinggi, dan lain-lain.
Penguat partikulat, dengan penyebarannya, dapat digunakan hampir pada
komposit apa saja, tetapi yang paling sering digunakan adalah partikel keramik.
Dispersi atau penyebarannya biasanya terdiri dari serbuk partikel dengan berbagai
bentuk (bulat, piramidal, lamelar, dan lain-lain.) dan berbagai ukuran. Sebagai
dispersi partikulat (serbuk pengisi) biasanya digunakan serbuk senyawa anorganik
seperti oksida (MgO, ZnO, BeO, Al2O3, ZrO2, dll.), Karbida (SiC, TiC, B4C,
Al4C3, dll.), Nitrida (Si3N4 , BN), borida, atau silikat (kaolin, mika, manik-
manik kaca, dll.).
b. Serat
Serat adalah salah satu bahan utama penyusun komposit yang berfungsi
sebagai penahan beban, sehingga besar kecilnya kekuatan bahan komposit sangat
bergantung pada serat pembentuknya. Semakin kecil diameter serat makan akan
semakin kuat bahan tersebut, dikarenakan minimnya cacat pada material (Triyono
dan Diharjo, 2000).
Sera dibedakan menjadi dua, yaitu serat alam dan serat sintetis. Serat alam
adalah serat yang berasal dari alam yaitu berupa tumbuh-tumbuhan seperti eceng
gondok, serabut kelapa, daun nanas, serat batang pisang, dan sebagainya.
Sedangkan serat sintetis adalah serat yang dibuat dari bahan-bahan anorganik
dengan komposisi bahan kimia tertentu. Pada umumnya serat sintetis yang
kebanyakan digunakan adalah serat gelas, nilon, kevlar, serat karbon, dan lain-lain
(Scwartz, 1984).
Fungsi utama serat adalah sebagai berikut :
26
komposit mulai popular dalam berbagai sektor industri di masa kini khususnya
bagi negara berkembang karena dapat memanfaatkan bahan baku yang melimpah
dan terbaik yang dapat diperoleh di daerah mereka.
Serat karbon adalah yang paling penting di antara serat keramik. Mereka
diproduksi dalam bentuk serat karbon atau grafit, yang bervariasi pada suhu
pemrosesan akhir. Pada tahap pertama, karbonisasi berakhir pada temperatur 900 -
1500 ° C, pada tahap kedua, grafitisasi dilakukan pada temperatur 2600 - 2800 °
C. Grafitisasi meningkatkan modulus elastisitas sementara kekuatan akan
menurun. Keunggulan lain dari serat karbon adalah kepadatannya yang sangat
rendah.
Jenis serat keramik lainnya adalah senyawa sederhana, yang paling sering
digunakan antara lain oksida (MgO, ZnO2, TiO2, Al2O3, dan SiO2), oksida
campuran (mullite 3Al2O3.2SiO2 atau spinel MgO. Al2O3), karbida (SiC, TiC,
B4C), nitrida atau senyawa logam.
Ciri-ciri dasar serat keramik:
Ketahanan dan stabilitas termal yang tinggi
Digunakan dalam komposit dengan matriks logam dan keramik untuk
suhu tinggi
Kekakuan tinggi
Kepadatan lebih rendah dari logam, tetapi lebih tinggi dari plastik atau
serat karbon
Ekspansi termal rendah
Tidak seperti karbon, kaca dan aramid, serat keramik menahan
tekanan yang lebih besar
30
c. Kerangka
Penguatan rangka adalah perkuatan dimana matriks dan fase sekunder
membentuk formasi rangka yang saling menembus secara mekanis. Dalam hal ini
kami membedakan matriks dan kerangka pelindung. Teknologi persiapan terdiri
dari infiltrasi kerangka matriks oleh zat cair (logam atau polimer dengan leleh
rendah) yang mengeras di pori-pori matriks dan menciptakan kerangka pelindung.
Kerangka utama adalah benda berpori dari logam, keramik, atau grafit yang dibuat
dengan teknik metalurgi serbuk.
II.2.2.5 Katalis
Katalis adalah cairan yang sering digunakan pada proses pembuatan
komposit. Fungsi dari bahan ini adalah untuk mempercepat reaksi pengeringan
dalam suhu ruangan, namun pencampuran katalis ke dalam resin ini harus sesuai
aturan yaitu dengan persentase 0,2 – 0,5%. Hal itu dikarenakan jika pencampuran
katalis ke dalam resin terlalu banyak, atau terlalu sedikit dapat menyebabkan
ruskanya produk komposit, sebab cairan katalis ini menimbulkan panas dalam
proses pengeringan. Ada beberapa jenis katalis yang umum digunakan dalam
pembuatan komposit, antara lain katalis MEKPO, katalis MEPOXE, dan katalis
trigonox.
geometri bahan penyusunnya, dan interaksi antar fase penyusunnya. Hal-hal yang
perlu dihindari pada pembuatan komposit antara lain terbentuknya rongga udara
(void), tidak merekatnya fase penguat pada matrik, rusaknya serat (crack), dan
adanya rongga antara matriks dan penguat.
Persentase serat
V serat
Persentase serat= x 100 %
V matriks+ V serat
Dimana : V serat = volume serat
33
Persentase matriks
V matriks
Persentase matriks= x 100 %
V matriks+V serat
Dimana : V serat = volume serat
V matriks = volume matriks
Persentse katalis
V katalis
Persentase katalis= x 100 %
V resin
Dimana : V katalis = volume katalis
V resin = volume resin
Gambar 2.16 Spesimen tulang ikan pada pengujian tarik (Brinson, 2008)
34
P
σ=
Ao
Dimana :
𝜎 = engineering stress (Mpa)
P = gaya (N)
Ao = luasan (m2)
Selain adanya engineering stress (ketegangan pada material) gambar diatas
juga mengakibatkan adanya pertambahan panjang (engineering strain), dapat
dirumuskan sebagai berikut:
L−Lo
ε=
Lo
Dimana :
ε = pertambahan panjang
L = luas akhir (m2)
Lo = luas awal (m2)
bahan akan mengalami deformasi dengan dua buah gaya yang berlawanan bekerja
pada saat yang bersamaan. Gambar 2.17 menunjukkan pengujian bending dengan
3 titik.
P L3
δmax=
48 EL
Dimana :
E = modulus elongasi
P = gaya (N)
Luasan = luasan (m2)
III.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan guna membantu dalam penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Timbangan Digital
Timbangan digital digunakan untuk menimbang massa serat dan matriks
yang akan digunakan pada penelitian dapat dilihat pada gambar III.1.
36
37
8. Masker
Masker digunakan untuk melindungi hidung dari serat dan potongan
gerinda yang beterbangan sehingga tidak masuk ke saluran pernapasan, masker
dapat dilhat pada gambar III.8.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan komposit dengan
penguat serat batang pisang adalah sebagai berikut.
1. Resin
Resin yang digunakan sebagai matriks dalam komposit ini adalah
menggunakan resin polyester, dapat dilihat pada gambar III.16.
3. Katalis
Katalis yang digunakan pada penelitian ini adalah katalis jenis MEPOXE
(Methyl Ethyl Ketone Peroxide), dapat dilhat pada gambar III.18
Pada penelitian ini ada 3 tahap prosedur, yaitu mulai dari tahap awal
penelitin, proses pelaksanaan penelitian, dan terakhir proses pengujian.
DAFTAR PUSTAKA
Adetya Riyanto dkk, 2018, ”Pengaruh Fraksi Volume Serat Komposit Hybrid
Berpenguat Serat Bambu Acak Dan Serat E-Glass Anyam Dengan Resin
Polyester Terhadap Kekuatan Bending”, Mahasiswa Jurusan Teknik
Mesin Manufaktur, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya..
Agustinus Purna Irawan dkk, 2015, ”Kekuatan Komposit Serat Limbah Pisang
Dengan Matriks Epoksi Sebagai Bahan Socket Prosthesis” Mahasiswa
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tarumanegara
Jakarta.
American Society for Testing and Materials. 2002. Standard Test Method for
Flexural Properties of Unreinforced and Reinforced Plastics and Electrical
Insulating Materials (ASTM D790). ASTM International.
American Society for Testing and Materials. 2003. Standard Test Method for
Tensile Properties of Plastics (ASTM D638). ASTM International.
Eda Rachman dkk, 2019, ”Analisa Material Komposit Resin Berpenguat Serat
Rotan Untuk Pembuatan Prostesis Kaki Palsu Bagi Penderita
Disabilitas”, Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Universitas Pancasakti Tegal.
Kaw A.K., 1997, ”Mechanics of Composite Material”, CRC Press, New York,
United States.
Schwartz Mel M., 1984, ”Composite Material Handbook”, Mc Graw Hill, Inc
New York, United States.