Anda di halaman 1dari 4

Evaluation Efectivitas of Biomaterial Synthetic Alveolar Bone

Graft Materials: A Literature Review

Gypsum adalah bahan yang jumlah air kristalisasinya bervariasi dengan kondisi sekitarnya, seperti suhu
atau kelembaban, dan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu kalsium sulfat anhidrit
(CaSO4), kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4∙1/2H2O ), dan kalsium sulfat dihidrat (CaSO4∙2H2O) [1].
Kalsium sulfat hemihidrat dapat dikategorikan lebih lanjut ke dalam bentuk α dan β, sedangkan kalsium
sulfat anhidrit dapat dikategorikan lebih lanjut ke dalam bentuk I, II, dan III.

Studi sebelumnya telah berfokus pada produksi kalsium sulfat hemihidrat dari kalsium sulfat anhidrit dan
kalsium sulfat dihidrat [2,3,4,5,6]. Baik α-kalsium sulfat hemihidrat (αHH) dan β-kalsium sulfat
hemihidrat adalah gipsum terlarut yang mudah terhidrasi melalui kelembapan di sekitarnya, dan secara
khas menghidrasi dan membentuk kalsium sulfat dihidrat dengan adanya air. Kelarutan kalsium sulfat
hemihidrat lebih tinggi daripada kalsium sulfat anhidrit atau kalsium sulfat dihidrat; karenanya,
penambahan yang berlebihan menghasilkan larutan jenuh, yang menyebabkan pengendapan dan
pengaturan kalsium sulfat dihidrat. Seperti disebutkan sebelumnya, kalsium sulfat hemihidrat gipsum
yang larut dapat dengan mudah menyerap kelembaban dan dengan demikian mempercepat laju
ekspansi dan pengerasan.

Tipe Graft

Material bone graft dapat dibagi menjadi empat kelompok utama, yaitu: Autograft, Allograft, Xenograft,
dan biomaterial sintetik.9

1. Autograft Autograft adalah bone graft yang ditransplantasikan langsung dari satu area skeletal seorang
individu ke area skeletal lain ditubuhnya sendiri. Sering juga dikenal sebagai autogenous atau autologous
bone graft. Autograft merupakan suatu jaringan tulang yang diambil dari suatu tempat dan ditanam di
tempat lain pada individu yang sama.

a. Autograft kanselus Autograft kanselus (autogenous cancellous graft) merupakan gold standard yaitu
dengan menggunakan tulang iliaka sebagai donor utama.

b. Autograft kortikal Sumber autograft kortikal adalah kalvaria, fibula, iga, dan krista iliaka.Autograft
kortikal memiliki sedikit atau tidak ada sifat osteoinduktif dan lebih banyak osteokonduktif, namun
osteoblas yang bertahan mengandung sifat osteogenik.

2. Allograft Bone graft yang berasal dari donor lain (individu lain) yang masih satu species disebut
allograft. Allograft umumnya berasal dari bank tulang 14 yang dicangkok dari tulang kadaver.Allograft
didapat dari jaringan kadaver berupamineralized freeze-dried (FDBA) atau decalcified freezedried
(DFBA). Baik FDBA maupun DFDBA diambil dari cortical tulang panjang karena kaya akan protein induktif
tulang dan kurang antigenik dibanding tulang kanselus.

3. Xenograft Xenograft adalah jaringan tulang yang diambil dari satu spesies dan ditanam ke spesies lain.
Xenograft yang paling umum digunakan adalah anorganic bovine bone (ABB). ABB merupakan suatu
biomaterial yang mempunyai sejarah keberhasilan yang tinggi dan telah banyak digunakan secara klinis.
ABB memiliki kelebihan yaitu mempunyai komposisi ultrastruktural yang mirip dengan tulang manusia,
terdiri dari hydroxyapatite, dan telah dilakukan prosedur kimiawi untuk menghilangkan komponen
organiknya sehingga dapat digunakan tanpa menimbulkan respon immune host.

4. Biomaterial Sintetik (bone graft subtitutes) Adanya masalah keterbatasan dalam suplai autograft
membuat para peneliti mencari bahan lain yang dapat digunakan sebagai pengganti (substitusi).
Terdapat beberapa kategori bahan pengganti bone graft yang bervariasi dalam hal materi, sumber, dan
origin (natural vs sintetik). Bahan pengganti bone graft terdiri dari variasi material dandapat dibentuk
dari satu atau lebih tipe komposit. Bone graft sintetis yang baik adalah bone graft yang secara struktur
dan komposisi mirip dengan tulang alami. Komposisi yang mengandung kolagen-hidroksiapatit
merupakanbone graft sintetis yang sangat mirip dengan tulang alami dari banyak sudut pandang. Tulang
terdiri dari kolagen dan hidroksiapatit sebagai komponen utama dan beberapa persen berasal dari
komponen lainnya. Komposit kolagen-hidroksiapatit saat ditanamkan dalam tubuh manusia
menunjukkan sifat osteokonduktif yang lebih baik dibandingkan dengan hidroksiapatit monolitik dan
menghasilkan kalsifikasi matriks tulang yang persis sama. Selain itu, 15 komposit kolagen-hidroksiapatit
terbukti biokompatibel baik pada manusia maupun hewan.15

2.4.3 Indikasi penggunaan bone graft dalam bidang orthopaedi : Terdapat beberapa indikasi penggunaan
bone graft antara lain;16

1. Fraktur nonunion dengan bone loss

2. Fraktur Kominutif

3. Defek pada Tulang

5. Sebagai Implant, Prostetik pada Sendi, dan Penggantian Ossicul

6. Fraktur Kompresi

2.4 Alloplastic Material sintetik ini bersifat inert dengan sedikit atau tidak adanya aktivitas osteoinduksi.
Kelebihan dari penggunaan alloplastic sebagai bone graft adalah tidak adanya sifat antigenik, tidak ada
potensi membawa penyakit menular, dan ketersediaannya yang tidak terbatas. Material alloplastic dapat
dibuat sehingga menjadi resorbale atau non resorbable, tersedia dalam berbagai ukuran partikel,
dikombinasikan dengan berbagai carrier untuk meningkatkan karakterisitik, dan memiliki kandungan
bioaktif untuk meningkatkan fungsi osteoinduksi.(Singh et al., 2016)

Tipe alloplastic yang ada sampai saat ini meliputi:

1. Polimer: HTR Polimer Merupakan komposit mikroporus dari polimetilmetakrilat,


polihidroksiletilmetakrilat, dan kalsium hidroksida. Hasil klinis dari HTR yang baik dapat dicapai dalam
perawatan intrabony dan defek furkasi. Biasanya tersedia sebagai scaffold untuk formasi tulang ketika
dalam kontak yang dekat dengan tulang alveolar.(Singh et al., 2016)
2. Biokeramik Secara umum terdiri dari kalsium fosfat, dengan proporsi dari kalsium dan fosfat sama
pada tulang. Dua jenis dari biokeramik yang sering digunakan adalah trikalsium fosfat dan hidroksiapatit.
(Singh et al., 2016)

a. Trikalsium fosfat Merupakan bentuk porus dari kalsium fosfat, yang paling sering digunakan adalah p-
trikalsium fosfat. Tersedia sebagai filler biologis 16 yang dapat diasorbsi secara parsial dan
memungkinkan untuk penggantian tulang. Konversi dari graft sangat penting untuk regenerasi
periodontal; pertama, berfungsi sebagai perancah untuk pembentukan tulang dan kemudian
memungkinkan penggantian dengan tulang.(Singh et al., 2016)

b. Hidroksiapatit Merupakan mineral utama dalam tulang. Hidroksiapatit sintetik telah dipasarkan dalam
berbagai bentuk, yang paling banyak yaitu sebagai porus resorbable, non resorbable padat, dan bentuk
resorbable (non keramik, porus). (Singh et al., 2016)

Cangkok tulang alloplastic, yang termasuk dalam kelompok biomaterial sintetik, digunakan sebagai
alternatif standar emas. Keuntungan dari pengganti cangkok tulang ini adalah biokompatibilitasnya,
kemampuan osteokonduktif, dan stabilitasnya. Selain itu, tidak diperlukan lokasi donor, dan tidak ada
risiko penularan penyakit menular [21,22,23].

Pengganti tulang sintetis mewakili sekelompok besar biomaterial anorganik dengan sifat fisik, kimia, dan
struktural yang berbeda. Pengganti tulang sintetis terdiri dari kalsium fosfat agar semirip mungkin
dengan tulang alami, yang terutama terdiri dari hidroksiapatit kalsium fosfat. Penggunaan eksperimental
pertama dari biomaterial ini dilaporkan pada tahun 1920 [24]. Kalsium fosfat sintetik termasuk
hidroksiapatit (HA) yang tidak dapat diserap, kaku, rapuh, β-trikalsium fosfat (β-TCP) yang dapat diserap,
dan kompleks yang disebut kalsium fosfat bifasik (BCP) [9,24]. HA tidak diserap tetapi bertindak sebagai
scaffold untuk mempertahankan ruang dan integritas pada defek tulang inang, sedangkan β-TCP
sepenuhnya diserap, menghasilkan stimulasi tulang baru melalui pelepasan ion kalsium dan fosfor
[24,25,26 ].

Biomaterial sintetik harus sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan inflamasi dan respons inflamasi.
Keseimbangan yang tepat antara resorpsi scaffold dan pembentukan tulang baru penting untuk
suksesnya remodeling tulang [9]. Selain itu, integrasi biomaterial dan degradasi serta vaskularisasinya
dapat dipengaruhi oleh jumlah sitokin dan sekresi sel inflamasi invasif. Ketika jaringan rusak dan
biomaterial dimasukkan ke dalam defek, mediator inflamasi dilepaskan dari plasma protein dan jaringan,
yang menempel pada biomaterial. Lapisan sel seperti itu mengarah pada integrasi mediator inflamasi, di
mana makrofag harus disorot, yang terlibat dalam degradasi dan/atau fagositosis biomaterial yang
dimasukkan. Selain itu, bergantung pada ukuran bahan yang bersentuhan dengan makrofag, respons
inflamasi seluler secara keseluruhan dan pembentukan jaringan granulasi akan terpengaruh. Partikel
berukuran lebih besar >500 µm dengan porositas rendah menghasilkan regenerasi tulang yang lebih baik
karena terdegradasi lebih lambat daripada partikel berukuran <50 µm. Oleh karena itu, dalam studi oleh
Karabuda et al., di mana tiga biomaterial berbeda digunakan, hubungan antara pembentukan tulang
baru dan resorpsi biomaterial tertentu diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomaterial dengan
ukuran butiran dari 500 hingga 1000 µm berkontribusi pada persentase pembentukan tulang baru yang
lebih tinggi. Dalam studi yang sama, biomaterial dengan ukuran granula yang lebih kecil secara histologis
ditemukan memiliki jaringan ikat dan sumsum paling banyak setelah 6 bulan penyembuhan. Namun,
partikel yang lebih kecil memungkinkan pengisian semua cacat dan tidak dapat mencegah pertumbuhan
jaringan ikat ke dalam cacat karena degradasinya yang cepat. Oleh karena itu, menurut Ghanaati et al.,
dalam biomaterial sintetik murni, penggabungan butiran ß-TCP murni ke dalam sistem pembawa berair
dapat mencegah degradasi biomaterial yang cepat, terutama dalam pasta injeksi di mana butiran adalah
pengisi bioaktif dan fase berair berkontribusi pada integritas material sebagai pembawa. Oleh karena itu,
perubahan porositas, morfologi, dan ukuran partikel suatu biomaterial dapat mempengaruhi hasil akhir
[3,27,28].

Anda mungkin juga menyukai