Anda di halaman 1dari 15

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

IBUKOTA JAKARTA

NOMOR 68 TAHUN 2005

TENTANG

PERUBAHAN KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH


KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA NOMOR 115 TAHUN 2001 TENTANG
PEMBUATAN SUMUR RESAPAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

Menimbang: a. bahwa pengaturan menjadi pembuatan sumur resapan


sebagaimana telah ditetapkan berdasarkan Keputusan
Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 115 Tahun 2001, sudah tidak sesuai dengan
perkembangan dan situasi saat ini;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


d i m a k s u d pada huruf a d a n d a l a m r a n g k a
meningkatkan pembuatan sumur resapan, perlu
menetapkan kembali Peraturan Gubernur tentang
Pembuatan Sumur Resapan.

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang


Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup;

3. Undang-Undang N o m o r 34 Tahun 1999 tentang


Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara
Republik Indonesia J a k a r t a ;

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang


Pengelolaan S u m b e r Daya A i r ;

5- Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang


Pembentukan Peratu-an P e r u n d a n g - u n d a n g a n ;

6- Undang-Undang N o m o r 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan D a e r a h ;

7, Peraturan Pemerintah N o m o r 25 Tahun 2000 tentang


Kewenangan Pemerintah d a n Kewenangan Provinsi
sebagai Daerah O t o n o m ;

8, Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta


Nomor 11 Tahun 1988 tentang Ketertiban U m u m dalam
Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

9. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota


Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota J a k a r t a ;

10. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota


Jakarta Nomor 11 Tahun 2003 tontang
Penyelenggaraan Pertambangan U m u m , Minyak dan
Gas Bumi serta Ketenagalistrikan;
11. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 139 Tahun 2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta;

12. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota


Jakarta Nomor 140 Tahun 2001 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Tata Kota Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta;

13. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota


Jakarta Nomor 47 Tahun 2002 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan
Provinsi Daerah Khusus ibukota Jakarta;

14. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota


Jakarta Nomor 53 Tahun 2002 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Tata Bangunan dan Gedung Pemda
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

15. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota


Jakarta Nomor 57 Tahun 2002 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Pertambangan Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta;

16. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota


Jakarta Nomor 70 Tahun 2002 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta;

17. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota


Jakarta Nomor 170 Tahun 2002 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : P E R A T U R A N G U B E R N U R T E N T A N G PEMBUATAN
S U M U R RESAPAN

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

D a l a m Peraturan ini yang d i m a k s u d dengan ;

1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus ibukota J a k a r t a ;

2. Pemerintah Daerah adalah G u b e r n u r dan Perangkat


D a e r a h sebagai unsur Pelaksana Pemerintah D a e r a h ;

3. G u b e r n u r adalah G u b e r n u r Provinsi Daerah Khusus


Ibukota J a k a r t a ;

4. Kotamadya adalah Kotamadya di Provinsi Daerah


K h u s u s Ibukota J a k a r t a ;

5. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah


selanjutnya disingkat B P L H D adalah Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup D a e r a h Provinsi D a e r a h K h u s u s
Ibukota J a k a r t a ;

6. Dinas Tata Kota yang selanjutnya disingkat DTK adalah


Dinas Tata Kota Provinsi D a e r a h Khusus Ibukota
Jakarta;

7. Dinas Penataan dan P e n g a w a s a n Bangunan yang


selanjutnya disingkat D P 2 B adalah Dinas Penataan d a n
Pengawasan Bangunan Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta;
8. Dinas Pekerjaan U m u m yang selanjutnya disingkat DPI
adalah Dinas Pekerjaan U m u m Provinsi Daerah K h u s u s
Ibukota J a k a r t a ;

9. Dinas Pertambangan adalah Dinas Pertambangan


Provinsi D a e r a h Khusus Ibukota J a k a r t a ;

10. Biro Administrasi Sarana Perkotaan yang selanjutnya


disingkat Biro A S P adalah Biro Administrasi Sarana
Perkotaan Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota J a k a r t a ;

11. Kantor Tata Bangunan dan G e d u n g Pemda yang


selanjutnya disingkat K T B G P adalah Kantor Tata
B a n g u n a n dan G e d u n g Pemda Provinsi Daerah Khusus
Ibukota J a k a r t a ;

12. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup KoLamadya yang


selanjutnya disingkat S P L H D Kotarnadya adalah Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Kotarnadya di Provinsi
Daerah K h u s u s Ibukota J a k a r t a ;

13. S u k u Dinas Tata Kota Kotarnadya yang selanjutnya


disingkat S u d i n T a t a Kota Kotarnadya adalah Suku Dinas
Tata Kota Kotarnadya di Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta;

14. S u k u Dinas Penataan dan P e n g a w a s a n Bangunan


Kotarnadya yang selanjutnya disingkat Sudin P2B
Kotarnadya adalah Suku Dinas Penataan dan
Pengawasan Bangunan Kotarnadya di :Vjv:,isi Daerah
Khusus Ibukota J a k a r t a ;

15. S u k u Dinas Pekerjaan U m u m Kotarnadya ya-.g


selanjutnya disingkat Sudin PU Kotarnadya adalah S u k u
Dinas Pekerjaan U m u m Kotarnadya di Provinsi Daerah
Khusus Ibukota J a k a r t a ;
16. Kantor Tata B a n g u n a n dan G e d u n g P e m d a Kotamadya
y a n g selanjutnya disingkat K T B G P Kotamadya a d a l a h
Kantor Tata B a n g u n a n dan G e d u n g P e m d a Kotamadya
di Provinsi Daerah Khusus Ibukota J a k a r t a ;

17. Dinas Teknis a d a l a h unit/satuan Peranakat Daerah vana


m e m b e r i k a n pelayanan dan p e n g a w a s a n kegiatan
teknis yang berkaitan d e n g a n pembuatan sumur
resapan;

18. Pembina Teknis a d a l a h unit/satuan kerja/satuan


P e r a n g k a t D a e r a h y a n g m e m b e r i k a n pofayanan
kegiatan teknis y a n g berkaitan d e n g a n p e r e n c a n a a n ,
p e l a k s a n a a n , monitoring dan evaluasi serta koordinas;
p e m b u a t a n sumur resapan di Provinsi DKI J a k a r t a ,
sesuai d e n g a n bidang tugasnya m a s i n g - m a s i n g ;

19- Badan H u k u m adalah badan h u k u m yang meliputi


D U M N , B U M D , dan s w a s t a , t e r m a s u k milik p e r o r a n g a n ;

20. S u m u r R e s a p a n aaalah sistem resapan buatan yang


dapat m e n a m p u n g air hujan akibat dari adanya
p e n u t u p a n t a n a h oleh bangunan baik dari lantai
bangunan m a u p u n dari h a l a m a n yang diplester atau
diaspai yang dialurkan me'alui atap, pipa talang
m a u p u n saluran, d a p a t berbentuk sumur, kolam
d e n g a n r e s a p a n , saluran porous dan sejenisnya;

2 1 . Teknologi lain pengganti sumur resapan adalah bentuk


teknologi y a n g m e m p u n y a i prinsip s a m a d e n g a n sumur
resapan yaitu sumur resapan komunal atau teknologi
lainnya;

22. P e n a n g g u n g j a w a b bangunan adalah pemilik/penyewa


b a n g u n a n , baik perorangan m a u p u n badan hukum
yang diberi kuasa atau hak untuk m e n e m p a t i a t a u
mengelola bangunan;
23. Air tanah adalah air yang terdapat d a l a m lapisan tanah
penyimpan air (akuifer) yang terdapat di bawah
permukaan tanah;

24. Permeabilitas tanah adalah k e m a m p u a n suatu lapisan


tanah untuk meloloskan air baik secara vertikal m a u p u n
horisontal;

25. Volume s u m u r resapan adalah v o l u m e t a m p u n g a n


sumur resapan yang merupakan bagian y a n g kosong
sebelum diisi oleh air hujan;

26. Keterangan R e n c a n a Kota yang selanjutnya disingkat


KRK adalah Keterangan Rencana Kota yang diterbitkan
oleh DTK;

27. Rencana Tata Letak Bangunan selanjutnya disingkat


RTLB adalah R e n c a n a Tata Letak B a n g u n a n yang
diterbitkan oleh D T K ;

28. Izin Mendirikan B a n g u n a n yang selanjutnya disingkat


I M B adalah Izin Mendirikan B a n g u n a n y a n g diterbitkan
Oleh D P 2 B ;

29. Izin P e n g g u n a a n B a n g u n a n yang selanjutnya disingkat


IPB adalah Izin P e n g g u n a a n B a n g u n a n yang diterbitkan
oleh D P 2 B ;

3 0 . Kelayakan M e n g g u n a k a n B a n g u n a n yang selanjutnya


disingkat K M B adalah Kelayakan Menggunakan
B a n g u n a n yang diterbitkan oleh D P 2 B .
BAB II
MAKSUD DAN T U J U A N

Pasal 2

Maksud d a n tujuan disusunnya Peraturan Gubernur ini


adalah dalam rangka mengoptimalkan pembuatan
sumur resapan di kalangan masyarakat yang bertujuan
untuk m e n a m p u n g , m e n y i m p a n dan menambah
cadangan air tanah serta dapat mengurangi limpasan
air hujan Ke saluran pembuangan dan badan air
lainnya, sehingga dapat dimanfaatkan pada musim
kemarau dan sekaligus mengurangi timbulnya banjir.

BAB III

S U M B E R AIR S U M U R RESAPAN

Pasal 3
Air yang diperbolehkan masuk ke dalam s u m u r resapan
adalah air hujan y a n g berasal dan limpasan atap
bangunan atau permukaan tanah yang tertutup oleh
bangunan atau air lainnya yang s u d a h melalui Instalasi
Pengelolaan Air Limbah dan sudah memenuhi standar
Baku Mutu,

BAB IV
KEWAJIBAN PEMBUATAN S U M U R RESAPAN

Pasal 4

(1) Kewajiban pembuatan sumur resapan bagi perorangan


dan badan hukum ditujukan k e p a d a ;

a. setiap penanggung jawab bangunan yang menutup


permukaan tanah;
b. setiap pemohon dari pengguna sumur d a l a m ;

c. setiap pemilik bangunan berkonstruksi pancang


dan/atau memanfaatkan air tanah dalam yang lebih
dari 40 m;

d. setiap usaha industri yang memanfaatkan air tanah


permukaan.

(2) Selain kewajiban pembuatan sumur resapan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terhadap
pengembang yang akan membangun di atas lahan lebih
dari 5-000 m 2 . diwajibkan menyiapkan 1,0% dari lahan
yang akan digunakan untuk bangunan kolam resapan di
luar perhitungan sumur resapan.

(3) Terhadap kewajiban pembuatan sumur resapan bagi


setiap pemilik bangunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), apabila lokasinya tidak
memungkinkan maka harus membangun di lokasi
pengganti yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 5

(1) Setiap pemohon IMB wajib membuat perencanaan dan


pembuatan sumur resapan.

(2) Perencanaan dan pembuatan sumur resapan


dituangkan dalam KRK dan RTLB yang merupakan
kelengkapan permohonan IMB.

(3) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi
untuk diterbitkannya IPB dan KMB oleh Dinas Penataan
dan Pengawasan Bangunan Provinsi DKI Jakarta.
(3) Setiap bangunan yang telah berdiri dan belum
mempunyai s u m u r resapan diwajibkan membuat
sumur resapan.

(4) Dalam hal perpanjangan I P B dapat diberikan apabila


sumur resapan berfungsi dengan baik berdasarkan
hasil pengawasan B P L H D

Pasal 6

Bagi masyarakat yang tidak m a m p u membuat sumur resapan,


Pemerintah Daerah dapat membuat sumur resapan secara
komunal.

BAB V

PERSYARATAN LOKASI PEMBUATAN SUMUR RESAPAN

Pasal 7

(1) Persyaratan ickasi p e m b u a t a n sumur resapan adalah


sebagai berikut.

a. sumur resapan harus dibuat di dalam areal


bangunan yang bersangkutan.

b. saluran drainase y a n g menuju sumur resapan


terpisah dari saluran limbah.

c. sumur resapan harus dibangun di lokasi yang


struktur tanahnya stabil d a n / a t a u tidak terjal.

D. Sumur resapan harus dibuat di luar tokasi timbunan


s a m p a h , bekas timbunan sampah atau tanah yang
mengandung bahan p e n c e m a r
(2) Selain persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud p a d a
ayat (1), bak kontrol yang dialiri air hujan dan tidak
bercampur dengan air cucian rumah tangga serta
limbah lainnya dapat berfungsi sebagai sumur resapan
setelah dimodifikasi.

(3) Gambar dan bahan bangunan untuk pembuatan


konstruksi sumur resapan pada lokasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah
sebagaimana tercantum pada lampiran I sampai
dengan lampiran VII Peraturan Gubernur ini.

Pasal 8

(1) Apabila secara teknis lokasi untuk pembuatan


sumur resapan sebagaimana dimakcud dalam
Pasal 7 tidak dapat memenuhi persyaratan, maka
kepada perorangan dan badan hukum serta pomohon
IMB sebagaimana dimaksud daiam Pasal 4 dan Pasal 5,
wajib memberikan kompensasi kepada Pemerintah
Daerah,

(2) Tidak memenuhinya persyaratan sebagai lokasi


pembuatan sumur resapan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikarenakan bangunan yang terletak
pada lokasi tersebut mempunyai kedalaman muka air
tanah kurang dari 1 meter

Pasal 9

(1) Bentuk kompensasi sebagaimana dimaksud d a l a m


Pasal 8 ayat(1) dapat berupa :

a. pembuatan sumur resapan di lokasi pengganti;

b. Penanaman pohon penghijauan dalam rangka


konservasi sumber daya air;
c, pembuatan teknologi lain pengganti s u m u r resapan.

(2) Terhadap bentuk kompensasi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) secara teknis ditentukan lebih lanjut oleh
B P L H D berkoordinasi d e n g a n instansi terkait.

BAB VI

PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

Bagian Kesatu Pembinaan

Pasal 10

Untuk menunjang keterpaduan pelaksanaan


pembuatan s u m u r resapan, Dinas Teknis terkait yang
berperan sebagai pembina teknis dalam pembuatan
sumur resapan adalah sebagai berikut.

a. Dinas Tata Kota Provinsi DKI Jakarta dan Sudin Tata


Kota Kotamadya mempunyai tugas menerbitkan :

1) Rencana Tata Kota (RTK)

2) Rencana Tata Letak Bangunan (RTLB)

3) S i t e P l a n

4) B l o k P l a n

b. DP2B dan Sudin Penataan dan Pengawasan Bangunan


Kotamadya mempunyai tugas menerbitkan :

1) izin mendirikan bangunan (IMB) dengan kewajiban


membuat sumur resapan bagi si pemohon dengan
menyesuaikan luas bangunan terhadap jumlah
sumur resapan y a n g a k a n d i b a n g u n ;
2) mengawasi pembuatan/pembangunan sumur
r e s a p a n y a n g d i b a n g u n oleh s i p e m o h o n ,
berkoordinasi dengan instansi teknis terkait di
lingkungan Kotamadya.

c. Dinas Pertambangan melaksanakan pembinaan teknis


berkaitan dengan peta ketinggian permukaan air tanah
dan permeabilitas t a n a h , serta pengelolaan
pemanfaatan air bawah tanah termasuk pemantauan
fluktuasi permukaan air bawah tanah.

d. DPU dan Sudin PU Kotamadya, serta KTBGP dan KTBGP


Kotamadya mempunyai tugas untuk mengkaji kondisi
geologi lingkungan wilayah/lokasi p e m b a n g u n a n
sumur resapan dengan standar konstruksi.

e. B P L H D dan BP LH D Kotamadya berperan untuk


mengendalikan serta berkoordinasi dengan tingkat
Walikotamadya dalam pengawasan pembangunan
s u m u r resapan.

f. Biro ASP bertugas untuk mengumpulkan data-data


jumlah pembangunan sumur resapan serta
memberikan pembinaan dan arahan serta pemecahan
masalah yang berkaitan dengan pembangunan sumur
resapan, berkoordinasi dengan para Instansi Teknis
terkait dengan menyampaikan laporan secara berkala
kepada Gubernur,

Bagian Kedua Pengendalian

Pasal 11

(1) Selain melaksanakan koordinasi, monitoring dan


evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10,
B P L H D juga melaksanakan pengendalian terhadap
pelaksanaan Peraturan Gubernur ini.
(2) Kewajiban m e l a k s a n a k a n pengendalian s e b a g a i m a n a
d i m a k s u d p a d a ayat (1) dilaporkan secara periodik
kepada Gubernur

B A B IX

SOSIALISASI

Pasal 12

(1) B P L H D b e r s a m a D i n a s Teknis terkait lainnya melakukan


sosialisasi s e c a r a t e r p r o g r a m dan berkelanjutan
tentang kewajiban m e m b u a t s u m u r resapan t e r h a d a p
s e g e n a p lapisan masyarakat.

2) D a l a m m e l a k u k a n sosialisasi s e b a g a i m a n a d i m a k s u d
p a d a ayat (1), d a p a t melakukan kemitraan d e n g a n
A s o s i a s i Profesi d a n L S M y a n g t e r k a i t

BAB X

SANKSI

Pasal 13

S e t i a p o r a n g , B a d a n H u k u m dan p e m o h o n I M B y a n g
tidak m e l a k s a n a k a n kewajiban s e b a g a i m a n a d i m a k s u d
d a l a m Pasal 4 d a n Pesai 5, d i k e n a k a n s a n k s i
administrasi sesuai d e n g a n peraturan p e r u n d a n g -
u n d a n g a n y a n g berlaku.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal H

Pada saat mulai berlakunya Peraturan G u b e r n u r in


M a k a Keputusan G u b e r n u r Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta N o m o r 115 Tahun 2001 tentang
Pembuatan S u m u r Resapan di Provinsi Daerah Khusus
Ibukota J a k a r t a , dicabut dan dinyatakan tidak beriaku.

Pasal 15

Peraturan G u b e r n u r ini muiai berlaku pada tanggal


diundangkan.

A g a r setiap orang dapat mengetahui, m e m e r i n t a h k a n


pengundangan P e r a t u r a n G u b e r n u r ini d e n g a n
penempatannya d a l a m Berita Daerah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota J a k a r t a .

Ditetapkan di Jakarta
p a d a tanggal 8 Juli 2005

G U B E R N U R PROVINSI D A E R A H
KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,

ttd

SUTIYOSO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 17 Juni 2005

SEKRETARIS D A E R A H PROVINSI D A E R A H
K H U S U S IBUKOTA J A K A R T A ,

ttd

R ITO LATA TASMAYA


NIP 140091657

BERITA D A E R A H PROVINSI D A E R A H K H U S U S IBUKOTA JAKARTA


T A H U N 2005 N O M O R 6 1

Anda mungkin juga menyukai