Anda di halaman 1dari 5

Bab 6

STANDARDISASI DALAM
EPIDEMIOLOGI
Imas Masturoh, SKM., M.Kes(Epid)

Pendahuluan

S
tandardisasi Menurut Webb et al (2005), Standardisasi merupakan suatu metode
yang digunakan untuk menghasilkan ukuran yang setara atau komparabel antara
beberapa populasi atau sub-grup, dengan memperhitungkan konfounding utama,
seperti perbedaan umur dan sex pada komposisi populasi atau sub grop yang berbeda
Sedangkan, menurut Rothman (2002), standardisasi adalah sebuah metode dengan
menggabungkan angka rata-rata kategori spesifik ke dalam nilai kesimpulan tunggal dengan
mengambil rata-rata yang telah ditakar

Epidemiologi
Topik 1

Standarisasi dalam Epidemiologi


Untuk mengetahui apakah angka kematian satu jenis penyakit di suatu negara lebih tinggi
atau lebih rendah dari negara lain, biasanya kita membandingkan angka kematian kasar pada
penyakit tertentu. Sehingga kita bisa mengukur apakah tingkat kematian di suatu negara
dapat menjadi tolak ukur tingkat kesehatan pada suatu negara dibandingkan di negara
lain. Misal, jika kita perhatikan tabel 1 dibawah ini, angka kematian kasar atau crude rate
ratio dari penyakit jantungiskemik pada negara maju seperti, Jerman, Australia, Kanada,  4
kali lebih tinggi daripada negara Jepang dan Brazil. Hal yang patut dianalisa yaitu ‘apakah
perbandingan ini tepat dan adil?’ melihat kemungkinan perbedaan sebaran populasi pada
setiap negara dan jumlah kasus yang ada[1]

Tabel 1. Angka kematian kasar Penyakit Jantung Iskemik pada lelaki pada beberapa negara,
1995-1998 [1]
Angka kematian kasar Jantung Iskemikper
Negara 105 per tahun
Jerman 211
Australia 168
Kanada 160
Singapura 118
Spanyol 116
Jepang 50
Brazil 47
(Sumber data: global Cardiovascular Infobase, www.cvdinfobase.ca, accessed 23 September
2003)
Bisa kita amati  bahwa kelemahan utama dari membandingkan angka rata-rata kasar (‘crude
rates’)  adalah angka rata-rata ini tidak memperhitungkan fakta bahwa perbedaan populasi
memiliki perbedaan struktur umur  dan resiko menjadi sakit atau kematian bervariasi
terhadap umur. Pada  grafik jumlah penduduk di Jerman dan Brazil, dapat kita lihat bahwa,
proporsi penduduk tua itu lebih banyak di negara Jerman, sedangkan, proporsi penduduk
muda lebih banyak terdapat di Brazil. Oleh karena itu, jika kita bandingkan kesehatan jantung
pada dua negara ini  tidak memiliki makna yang tidak berarti secara signifikan. Dengan kata
lain, umur dapat menjadi faktor perancu (confounding factors) utama yang mempengaruhi

Epidemiologi
angka rata-rata kasar kematian dari populasi dengan penyakit jantung iskemik pada kedua
negara. Salah satu cara untuk melakukan perbandingan angka kesakitan atau kematian pada
dua negara atau lebih adalah dengan menggunakan teknik standardisasi.

Sumber: distribusi umur pada populasi di Brazil(1995) dan Jerman


(1998)www.cdvinfobase.ca, diakses pada 23 September 2003) [1].

Menurut Webb et al (2005), standardisasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk
menghasilkan ukuran yang setara atau komparabel antara beberapa populasi atau sub-grup,
dengan memperhitungkan faktor petancu utama, seperti perbedaan umur dan sex pada
komposisi populasi atau sub grup yang berbeda [2]. Sedangkan, menurut Rothman (2002),
standardisasi adalah sebuah metode dengan menggabungkan angka rata-rata kategori spesifik
ke dalam nilai kesimpulan tunggal dengan mengambil rata-rata yang telah ditakar [3].
Standardisasi menakar angka rata-rata spesifik kategori dengan menggunakan hasil ukuran
yang berasal dari populasi standar.  Dengan kata lain, standardisasi merupakan proses
penakaran dari angka rata-rata dari dua atau lebih kategori dengan susunan spesifik dari
populasi yang menjadi takaran atau perbandingan[3].

Oleh karena itu hasilnya merupakan paket angka rata-rata yang terstandardisasi (standardized
rates).  Sedangkan pada standardisasi tidak langsung, angka rata-rata spesifik umur/jenis
kelamin per kelompok dari populasi standar diaplikasikan pada setiap kelompok dalam
populasi studi. Sehingga hasil dari standardisasi tidak langsung adalah rasio angka kematian
atau kesakitan yang terstandardisasi (standardised mortality/morbidiy ratios/ SMR)[2].

Epidemiologi
Walaupun demikian, perhitungan angka rara-rata yang distandardisasi, langsung ataupun
tidak langsung, pada dasarnya sama[3].  Kedua metode ini bisa digunakan untuk
mempertimbangkan faktor lain selain umur dan jenis kelamin, seperti perbedaan komposisi
ras/suku dalam kelompok studi[2].

Tabel 2. Perbedaan Standardisasi Langsung dan Tidak Langsung[2]

Standardisasi Tidak
Standardisasi Langsung Langsung
Angka rata-rata pada
Angka rata-rata studi populasi standar
diaplikasikan pada populasi diaplikasikan pada populasi
Metode standar studi
Data yang
dibutuhkan
Komposisi dan total
kematian atau kasus variabel
Angka spesifik rata-rata umur- umur-jenis kelamin (Age-sex
jenis kelamin (Age-sex specific composition +total deaths
 Populasi studi rates) (or cases)
Rata-rata variabel umur-jenis
Komposisi variabel umur-jenis kelamin dan rata-rata
  Populasi standar kelamin keseluruhan
Rasio angka kematian-
kesakitan yang
terstandardisasi(Standardise
Angka rata-rata umur-jenis d mortality (morbidity)
kelamin yang terstandardisasi ration(+age-sex adjusted
Hasil (Age-sex adjusted rate) rate)

Ringkasan

Epidemiologi
Standardisasi Menurut Webb et al (2005), Standardisasi merupakan suatu metode
yang digunakan untuk menghasilkan ukuran yang setara atau komparabel antara beberapa
populasi atau sub-grup, dengan memperhitungkan konfounding utama, seperti perbedaan
umur dan sex pada komposisi populasi atau sub grop yang berbeda Sedangkan, menurut
Rothman (2002), standardisasi adalah sebuah metode dengan menggabungkan angka rata-rata
kategori spesifik ke dalam nilai kesimpulan tunggal dengan mengambil rata-rata yang telah
ditakar

Daftar Pustaka
Amiruddin, R.(2017). Surveilans Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media.
Bustan. (2007). Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta
Najmah. (2016). Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers

Epidemiologi

Anda mungkin juga menyukai