Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH BUDAYA PERUSAHAAN TERHADAP MOTIVASI KERJA SERTA

DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN


(Studi pada PT. Syngenta Seed Indonesia, Pasuruan Site)

Adin Galang Daniswara


Mochammad Al Musadieq
Mohammad Iqbal
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
E-mail: adin.daniswara@gmail.com

ABSTRACT

This research is aimed to explain the impacts of company culture that affected by home country culture on
motivation, impacts of company culture on employee performance, and impacts of motivation on employee
performance. This research is quantitative research with the method of explanatory research, and used
questionnaire method. The populations are employees of PT. Syngenta Seed Indonesia, Pasuruan Site. This
research was analyzed by using descriptive and path analysis. The results shows that company culture that
affected by home country culture has significant positive effect on motivation. Company culture has significant
positive effect on employee performance. Motivation has significant positive effect on employee performance.
So that, company culture also has significant positive indirect effect on employee performance through
motivation variable. It means that the more home country culture adapted to company culture, the more
motivation and employee performance in multinational company will increase.

Keywords: Company Culture, Home Country Culture, Motivation, Employee Performance

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh budaya perusahaan yang dipengaruhi oleh budaya home
country terhadap motivasi kerja, pengaruh budaya perusahaan terhadap kinerja karyawan, serta pengaruh
motivasi kerja terhadap kinerja karyawan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan
explanatory research, dengan teknik pengumpulan data berupa penyebaran kuesioner kepada responden.
Populasi penelitian ialah karyawan PT. Syngenta Seed Indonesia, Pasuruan Site. Penelitian ini dianalisis
dengan analisis deskriptif dan analisis jalur (path). Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya perusahaan
yang dipengaruhi oleh budaya home country memiliki pengaruh positif signifikan terhadap motivasi kerja.
Budaya perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan. Motivasi kerja memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian, budaya perusahaan secara tidak
langsung memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan melalui motivasi kerja. Dengan kata lain semakin
budaya home country diadaptasikan pada budaya perusahaan, maka akan meningkatkan motivasi kerja dan
kinerja karyawan di perusahaan multinasional.

Kata Kunci: Budaya Perusahaan, Budaya Home Country, Motivasi Kerja, Kinerja Karyawan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 37 No. 1 Agustus 2016| 55


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
1. PENDAHULUAN Dari keempat fungsi MSDM tersebut, terdapat
Pada era kini, studi mengenai budaya telah fungsi motivasi yang dibuat untuk mendorong
banyak berkembang. Menurut Hofstede (2010) kinerja karyawan yang maksimal. Kinerja karyawan
budaya merupakan keseluruhan pola pemikiran, yang maksimal akan juga menghasilkan kinerja
perasaan, dan tindakan dari suatu kelompok sosial organisasi yang maksimal. Motivasi akan
yang membedakan dengan kelompok yang lain. mengarahkan individu dalam perusahaan untuk
Lebih lanjut Hofstede menjelaskan bahwa budaya di melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan
suatu negara (budaya nasional) memiliki enam serius, hal ini berperan dalam kinerja karyawan
dimensi diantaranya ialah Power Distance Index dalam mencapai kinerja organisasi yang maksimal.
(PDI), Individualism (IDV), Masculinity (MAS), Dari pernyataan ini, disimpulkan bahwa motivasi
Uncertainty Avoidance Index (UAI), dan Long kerja dan kinerja karyawan merupakan faktor
Term Orientation (LTO). Melalui penelitiannya di penting dalam kesuksesan suatu organisasi.
beberapa negara di dunia, Hofstede menyimpulkan Dari beberapa uraian di atas, diketahui bahwa
indeks budaya nasional di masing-masing negara budaya home country yang memengaruhi budaya
berdasarkan enam dimensi budaya nasional perusahaan mengindikasikan pengaruhnya juga
tersebut. terhadap praktik MSDM di perusahaan. Seiring
Memasuki era bisnis internasional, budaya dengan perkembangan bisnis internasional yang
nasional merupakan isu penting yang sering semakin pesat, peneliti kemudian tertarik untuk
dikaitkan dengan suksesnya aktivitas bisnis mencari tahu pengaruh budaya perusahaan
internasional. Dengan adanya bisnis internasional, multinasional yang dipengaruhi oleh budaya home
membuka peluang yang besar bagi suatu perusahaan country terhadap MSDM perusahaan, khususnya
untuk memerluas jaringan bisnisnya di negara lain. pada aspek motivasi kerja dan kinerja karyawan
Perusahaan yang memiliki anak cabangnya di pada karyawan MNC yang bertempat di Indonesia.
negara lain disebut sebagai Multi National
Corporation (MNC). Dalam aktivitas MNC, 2. KAJIAN PUSTAKA
terdapat tiga peran budaya yang terlibat di Manajemen Sumber Daya Manusia
dalamnya, yaitu budaya home country (negara asal (MSDM)
perusahaan), budaya host country (negara tuan MSDM ialah kebijakan, strategi, dan praktik
rumah), dan budaya third country. perusahaan dalam mengatur sumber daya manusia
Budaya home country, budaya host country, di dalam organisasi untuk mencapai tujuan
dan budaya negara asal karyawan (third country) organisasi melalui fungsi-fungsi MSDM. Dari
menjadi beberapa faktor eksternal yang harus pengertian MSDM tersebut mengindikasikan
diperhatikan oleh perusahaan. Menurut Sylwia tanggungjawab MSDM yang memunyai peranan
(2013) dalam jurnalnya, dalam beberapa tahun penting bagi perusahaan dalam rangka mendukung
terakhir terjadi peningkatan publikasi tentang pencapaian tujuan organisasi. Fungsi MSDM
dampak budaya nasional terhadap MSDM di menurut Hasibuan (2005) terdiri atas dua hal, yaitu
perusahaan, hal ini terutama terkait dengan fungsi manajerial (perencanaan, pengorganisasian,
meningkatnya kompleksitas kegiatan usaha yang pengarahan, dan pengendalian) dan fungsi
berhubungan dengan globalisasi. Dengan demikian, operasional (pengadaan, pengembangan,
budaya home country merupakan aspek penting kompensasi, integrasi, pemeliharaan, kedisiplinan,
yang juga memengaruhi budaya perusahaan. Aluko dan pemberhentian.
(2003) dalam jurnalnya menjelaskan bahwa
hubungan yang ditunjukkan atas pengaruh budaya Budaya Nasional
nasional terhadap budaya perusahaan ialah budaya Dalam penelitian mendalam mengenai dimensi
nasional home country akan teraplikasikan baik budaya nasional, Hofstede (2010) telah
secara langsung maupun tidak langsung pada anak menyimpulkan beberapa dimensi budaya nasional
perusahaannya. sebagai berikut.
Pertumbuhan MNC tidak lepas dari peran a. Power Distance Index (PDI)
sumber daya manusia di dalamnya. Untuk mengatur Suatu tingkat kepercayaan atau penerimaan
sumber daya manusia di dalam perusahaan, telah dari suatu power yang tidak seimbang di
dikenal adanya Manajemen Sumber Daya Manusia antara orang. Budaya di mana beberapa
(MSDM). Menurut Musadieq (2011) MSDM orang dianggap lebih superior dibandingkan
memiliki empat fungsi, yaitu fungsi akuisisi, fungsi dengan yang lain karena status sosial,
pengembangan, fungsi pemeliharaan, dan fungsi gender, ras, umur, pendidikan, kelahiran,
motivasi. pencapaian, latar belakang atau faktor
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 37 No. 1 Agustus 2016| 56
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
lainnya merupakan bentuk power distance f. Indulgence (IND)
yang tinggi. Indulgensi menunjukkan budaya
b. Individualism (IDV) masyarakat yang membenarkan kebebasan
Individualisme adalah lawan dari dalam hidup sehingga dapat menikmatii
kolektivisme, yaitu tingkat di mana individu kehidupan yang dijalani. Sedangkan pada
terintegrasi ke dalam kelompok. Dari sisi budaya restraint (menahan diri)
individualis kita melihat bahwa terdapat menunjukkan budaya masyarakat yang
ikatan yang longgar di antara individu. menekan hidup mereka dari kesenangan dan
Setiap orang diharapkan untuk mengurus mengatur kehidupan mereka dengan norma-
dirinya masing-masing dan keluarga norma sosial yang ketat.
terdekatnya. Sementara itu dari sisi
kolektivis, kita melihat bahwa sejak lahir Budaya Perusahaan
orang sudah terintegrasi ke dalam suatu Berikut adalah indeks budaya home country
kelompok. PT. Syngenta Seed (Swiss) yang memengaruhi
c. Masculinity (MAS) budaya perusahaan.
Maskulinitas merupakan tingkat dimana
masyarakat lebih cenderung memiliki pola
pikir pada tujuan hidup untuk pencapaian,
kekuatan, dan pengendalian. Sedangkan
feminitas adalah pola pikir masyarakat yang
lebih condong memilik tujuan hidup untuk
kesejahteraan dan kebahagiaan.
d. Uncertainty Avoidance Index (UAI)
Uncertainty avoidance adalah tingkat
ketidakpastian dan ambiguitas, kemudian
bagaimana mereka beradaptasi terhadap
perubahan. Pada negara uncertainty Gambar 1. Grafik Budaya Nasional Swiss Menurut
avoidance tinggi, cenderung menjunjung Dimensi Budaya Nasional Hofstede
tinggi konformitas dan keamanan, Sumber: situs www.geert-hofstede.com
menghindari risiko dan mengandalkan
peraturan formal dan juga ritual. a. PDI Rendah
Kepercayaan hanyalah diberikan kepada Karakteristik PDI rendah tergambar dengan
keluarga dan teman yang terdekat. Akan beberapa hal berikut; mandiri, kebutuhan
sulit bagi seorang negotiator dari luar untuk hirarki hanya saat dibutuhkan, persamaan
menjalin hubungan dan memperoleh hak, akses yang mudah pada atasan, sistem
kepercayaan dari mereka. Pada negara pelatihan untuk atasan, fasilitas dan
dengan uncertainty avoidance yang rendah, wewenang yang diberikan pada level
cenderung lebih bisa menerima risiko, dapat manajer, kekuasaan terdesentralisasi,
memecahkan masalah, memiliki struktur manajer bergantung pada pengalaman
organisasi yang flat, dan memilki toleransi bawahannya, bawahan lebih menyukai
terhadap ambiguitas. Bagi orang dari konsultasi dengan atasan dibandingkan
masyarakat luar, akan lebih mudah untuk kontrol dari atasan, hubungan dengan atasan
menjalin hubungan dan memperoleh lebih cenderung bersifat informal,
kepercayaan. komunikasi bersifat langsung dan
e. Long Term Orientation (LTO) parsitipatif.
Nilai orientasi jangka panjang versus b. IDV Tinggi
orientasi jangka pendek menjelaskan Dalam masyarakat individualis, pelanggaran
tentang pandangan suatu masyarakat terhadap norma akan menimbulkan rasa
mengenai waktu (masa lalu, masa kini, dan bersalah dan hilangnya harga diri, hubungan
masa depan). Pada budaya yang antarkaryawan berdasarkan pada hubungan
berorientasikan jangka panjang, nilai profesional saja, keputusan perekrutan dan
efektifitas dan efisiensi lebih diutamakan, promosi jabatan hanya berdasarkan pada
sedangkan pada orientasi jangka pendek prestasi individu yang bersangkutan.
lebih mengutamakan tradisi.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 37 No. 1 Agustus 2016| 57


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
c. MAS Tinggi tinggi standar kebutuhan dan kepuasan yang
Beberapa karakteristik yang ditunjukkan diinginkan, maka akan semakin tinggi pula motivasi
negara dengan budaya maskulin ialah; untuk bekerja. Teori kepuasan yang dijelaskan oleh
dorongan dan orientasi yang sangat tinggi Alderfer ini disebut sebagai teori ERG (Existence,
pada kesuksesan (hal ini lebih terlihat pada Relation, and Growth). Dijelaskan bahwa ada tiga
Swiss di bagian Jerman), berpola pikir kelompok kebutuhan yang utama, yaitu kebutuhan
bahwa “hidup untuk bekerja”, manajer akan keberadaan/existence, kebutuhan
diharapkan untuk tegas, lebih menekankan afiliasi/relation, dan kebutuhan akan
pada kekayaan, kompetisi, dan performa pertumbuhan/growth.
kinerja, serta penyelesaian konflik dengan
memerangi mereka. Kinerja Karyawan
d. UAI Tinggi kinerja merupakan hasil kerja yang telah
Negara dengan dimensi uncertainty dilaksanakan oleh individu di dalam organisasi
avoidance tinggi digambarkan dengan dengan tujuan untuk mencapai tujuan organisasi.
beberapa hal berikut; tidak toleran pada Kinerja individu yang baik di dalam organisasi,
perilaku dan ide-ide yang tidak lazim, tentunya akan memberikan kinerja organisasi yang
adanya kebutuhan emosional atas peraturan, baik pula. Karena organisasi adalah serangkaian
berpedoman bahwa waktu adalah uang, individu yang kinerjanya sangat bergantung pada
masyarakatnya memiliki dorongan pribadi hasil kerja masing-masing individu di dalamnya.
untuk bekerja keras, ketelitian dan ketepatan Menurut Dharma (2003) tolok ukur kinerja
waktu adalah norma yang selalu karyawan di dalam perusahaan terdiri atas tiga hal,
dilaksanakan, inovasi mungkin ditentang, yaitu kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu.
keamanan adalah motivasi penting bagi
seseorang, dan keputusan selalu diambil Model Hipotesis
setelah melakukan analisis yang cermat atas
semua informasi yang ada. Motiva
e. LTO Tinggi
Pada negara LTO tinggi pragmatis, si
masyarakatnya meyakini bahwa kebenaran H1 H3
sangat bergantung pada situasi, konteks, dan
waktu. Mereka memiliki kemampuan untuk
beradaptasi dengan mudah pada perubahan, Buday Kinerj
kecenderungan yang tinggi untuk a H2 a
menyimpan uang dan menginvestasikannya,
dan memiliki ketekunan dalam mencapai Gambar 2. Model Hipotesis Penelitian
suatu tujuan tertentu. Sumber: Data Diolah Tahun 2015
f. IND Tinggi
Masyarakat dengan dimensi indulgence H1 : budaya perusahaan berpengaruh signifikan
yang tinggi pada umumnya menunjukkan terhadap motivasi kerja.
dorongan dan keinginan untuk menikmati H2 : budaya perusahaan berpengaruh signifikan
hidup dan bersenang-senang. Mereka terhadap kinerja karyawan.
memiliki perilaku positif dan H3 : motivasi kerja berpengaruh signifikan
kecenderungan pada sikap optimis. Selain terhadap kinerja karyawan.
itu, mereka sangat memanfaatkan waktu
luang yang mereka miliki, melakukan apa 3. METODE PENELITIAN
yang ingin mereka lakukan, serta Jenis Penelitian
menghabiskan uang sesuai dengan Penelitian ini menggunakan pendekatan
keinginan mereka. explanatory research. Menurut Hasan (2009)
explanatory research adalah penelitian dengan
Motivasi Kerja menggunakan data yang sama dan peneliti
Alderfer dalam Hasibuan (2009) menjelaskan memberikan penjelasan mengenai hubungan kausal
teori motivasi yang didasarkan pada faktor antarvariabel melalui uji hipotesis. Peneliti
kebutuhan dan kepuasan individu yang menggunakan metode kuantitatif dengan
menyebabkan individu tersebut termotivasi dalam pendekatan explanatory research dalam penelitian
melaksanakan suatu tugas/pekerjaan. Semakin
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 37 No. 1 Agustus 2016| 58
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
ini untuk menguji dan menjelaskan hipotesis yang a. Analisis deskriptif merupakan bagian dari
telah dirumuskan berdasarkan rumusan masalah. statistika yang digunakan untuk
Lokasi Penelitian menganalisa data dengan cara memberikan
Penelitian dilakukan pada PT. Syngenta Seed deskripsi atau gambaran atas data yang telah
Indonesia yang merupakan anak perusahaan dari didapatkan. Dengan demikian akan mampu
Syngenta yang berpusat di Basel, Swiss. Perusahaan menjelaskan dan menggambarkan data
multinasional ini berlokasi di Kawasan Industri statistik yang dihasilkan selama proses
PIER (Jl. Keraton Industri Raya No. 4), Pasuruan, pengambilan data.
Jawa Timur. b. Analisis path digunakan untuk menganalisis
hubungan antarvariabel yang bertujuan
Populasi dan Sampel untuk mengetahui pengaruh langsung
Dalam penelitian ini digunakan populasi maupun tidak langsung antara variabel
terbatas, yaitu seluruh karyawan perusahaan pada bebas terhadap variabel terikat (Riduwan &
level jabatan staf, operator, dan supervisor yang Kuncoro, 2008). Dalam analisis path,
bekerja di PT. Syngenta Seed Indonesia, Pasuruan variabel bebas memengaruhi variabel terikat
site, yaitu sebanyak 113 karyawan yang terdiri atas tidak hanya secara langsung namun juga
60 karyawan permanen dan 53 karyawan non- secara tidak langsung melalui variabel
permanen. antara.
Penelitian ini menggunakan rumus Slovin
dalam menentukan jumlah sampel, karena populasi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian merupakan populasi terbatas atau sudah Hasil
diketahui jumlah konkretnya. Berdasarkan rumus Tabel 1. Analisis Deskriptif
perhitungan sampel Slovin, ukuran sampel Mean Grand
Variabel Indikator
penelitian dari jumlah populasi (N) sebanyak 113 Indikator Mean
karyawan adalah sebanyak 53 karyawan. PDI 3,40
Teknik pengambilan sampel yang digunakan IDV 3,03
Budaya
dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan MAS 3,39
Perusahaan 4,32
teknik non-probability berupa accidental sampling. UAI 4,02
(X)
Accidental sampling adalah teknik pengambilan LTO 4,15
sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang IND 3,59
secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat Existence
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang 3,63
Needs
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber Motivasi Relation
data (Sugiyono, 2001). Teknik accidental sampling 4,21 3,91
Kerja (Y1) Needs
digunakan sebagai teknik pengambilan sampel Growth
karena peneliti memandang semua sampel setara, 3,89
Needs
yaitu sebagai karyawan perusahaan. Selain itu juga Kuantitas 4,03
karena penyesuaian dengan aktivitas kerja di Kinerja
Kualitas 4,13
perusahaan, mengingat masing-masing karyawan Karyawan 4,03
Ketepatan
memiliki keluangan waktu untuk mengisi kuesioner (Y2) 3,93
Waktu
yang berbeda-beda. Sumber: Data Diolah Tahun 2015

Metode Pengumpulan Data Berdasarkan tabel 1, indikator pertama tentang


Dalam penelitian ini digunakan metode PDI di perusahaan didapatkan mean indikator
penelitian kuesioner yang dibagian kepada 113 sebesar 3,40. Indikator kedua tentang Individualism
responden. Kuesioner berisikan pertanyaan (IDM) di perusahaan didapatkan mean indikator
mengenai biodata responden dan 30 butir sebesar 3,03. Indikator ketiga tentang Masculinity
pernyataan yang disesuaikan dengan item (MAS) di perusahaan didapatkan mean indikator
penelitian. sebesar 3,39. Indikator keempat tentang
Uncertainty Avoidance Index (UAI) di perusahaan
Metode Analisis Data didapatkan mean indikator sebesar 4,02. Indikator
Berikut adalah metode analisis data dalam kelima tentang Long Term Orientation (LTO) di
penelitian ini. perusahaan didapatkan mean indikator sebesar 4,15.
Indikator keenam tentang Indulgence (IND) di

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 37 No. 1 Agustus 2016| 59


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
perusahaan didapatkan mean indikator sebesar 3,59. Pada SPSS Amos Untuk menguji signifikansi
Secara keseluruhan, pada variabel budaya faktor dalam variabel dapat dilihat dari C.R.
perusahaan didapatkan mean sebesar 4,32 yang (Critical Ratio). Nilai C.R. didapatkan dari nilai
mengindikasikan bahwa budaya home country estimate dibagi dengan S.E. (Standard Error). Nilai
memang telah teradaptasi pada lingkungan C.R. yang lebih dari 1,96 (probability < 0,05)
perusahaan. menunjukkan bahwa semua item secara signifikan
Berdasarkan tabel 1, indikator pertama tentang merupakan variabel dari faktor yang dibentuk.
existence needs karyawan didapatkan mean Kolom P pada tabel 15 menunjukkan signifikansi
indikator sebesar 3,63. Indikator kedua tentang jika nilainya < 0,05 yang ditunjukkan dengan tanda
relation needs karyawan didapatkan mean indikator *** (Wahyu Widhiarsono, 2011).
sebesar 4,21. Indikator ketiga tentang growth needs Berdasarkan tabel 2, didapatkan data bahwa
karyawan didapatkan mean indikator sebesar 3,89. variabel X memiliki pengaruh positif signifikan
Secara keseluruhan, pada variabel motivasi kerja terhadap variabel Y1 dengan nilai C.R. > 1,96
didapatkan mean sebesar 3,91 yang ditunjukkan dengan nilai 4,203 dan nilai P < 0,05
mengindikasikan bahwa karyawan PT. Syngenta ditunjukkan dengan tanda ***. Lebih lanjut pada
Seed Indonesia, Pasuruan site telah memiliki tabel 3 menunjukkan bahwa variabel X memberikan
motivasi kerja yang baik di perusahaan. pengaruh total terhadap variabel Y1 sebesar 0,504
Berdasarkan tabel 1, indikator pertama tentang (50,4%). Pada tabel 5 menunjukkan bahwa
kuantitas didapatkan data bahwa rata-rata (mean) pengaruh sebesar 0,504 (50,4%) merupakan
indikator sebesar 4,03. Indikator kedua tentang pengaruh langsung, hal ini juga dibuktikan pada
kualitas didapatkan data bahwa rata-rata (mean) tabel 6 bahwa pengaruh tidak langsung variabel X
indikator sebesar 4,13. Indikator ketiga tentang terhadap variabel Y1 sebesar 0 atau tidak ada.
ketepatan waktu didapatkan data bahwa rata-rata Berdasarkan tabel 2, didapatkan data bahwa
(mean) indikator sebesar 3,93. Secara keseluruhan, variabel X memiliki pengaruh positif signifikan
pada variabel kinerja karyawan didapatkan mean terhadap variabel Y2 dengan nilai C.R. > 1,96
sebesar 4,03 yang mengindikasikan bahwa ditunjukkan dengan nilai 2,190 dan nilai P < 0,05
karyawan PT. Syngenta Seed Indonesia, Pasuruan ditunjukkan dengan tanda ***. Lebih lanjut pada
site telah memiliki kinerja yang baik di perusahaan. tabel 3 menunjukkan bahwa variabel X memberikan
pengaruh total terhadap variabel Y2 sebesar 0,538
Tabel 2. Regression Weights (53,8%). Pada tabel 4 menunjukkan bahwa variabel
Estimate S.E. C.R. P X memberikan pengaruh langsung terhadap
Y1 <--- X 0,204 0,049 4,203 *** variabel Y2 sebesar 0,232 (23,2%).
Y2 <--- X 0,069 0,032 2,190 *** Berdasarkan tabel 2, didapatkan data bahwa
variabel Y1 memiliki pengaruh positif signifikan
Y2 <--- Y1 0,449 0,078 5,743 ***
terhadap variabel Y2 tentang kinerja karyawan
Sumber: Data Diolah Tahun 2015 dengan nilai C.R. > 1,96 ditunjukkan dengan nilai
5,743 dan nilai P < 0,05 ditunjukkan dengan tanda
Tabel 3. Standarized Total Effects
***. Lebih lanjut pada tabel 3 menunjukkan bahwa
X Y1 variabel Y1 memberikan pengaruh total terhadap
Y1 ,504 ,000 variabel Y2 sebesar 0,608 (60,8%). Pada tabel 4
Y2 ,538 ,608 menunjukkan bahwa pengaruh sebesar 0,608
Sumber: Data Diolah Tahun 2015 (60,8%) merupakan pengaruh langsung, hal ini juga
dibuktikan pada tabel 5 bahwa pengaruh tidak
Tabel 4. Standarized Direct Effects langsung variabel Y1 terhadap variabel Y2 sebesar 0
X Y1 atau tidak ada.
Y1 ,504 ,000 Dalam penelitian ini, variabel X memiliki
Y2 ,232 ,608 pengaruh secara tidak langsung terhadap variabel
Sumber: Data Diolah Tahun 2015 Y2. Hal ini diketahui melalui tabel 5 yang
menunjukkan bahwa variabel X memberikan
Tabel 5. Standarized Indirect Effects pengaruh tidak langsung terhadap variabel Y2
X Y1 sebesar 0,306 (30,6%).
Y1 ,000 ,000
Y2 ,306 ,000
Sumber: Data Diolah Tahun 2015
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 37 No. 1 Agustus 2016| 60
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Pembahasan merasa memiliki peluang untuk
Pengaruh Budaya Perusahaan (X) terhadap mengembangkan karir di perusahaan,
Motivasi Kerja (Y1) sehingga karyawan merasa growth needs
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa mereka telah terpenuhi, ditunjukkan dengan
semakin budaya home country teraplikasikan di mean 3,89 untuk indikator growth needs.
perusahaan, maka akan memberikan pengaruh Power distance rendah di perusahaan
positif terhadap motivasi kerja karyawan. Dengan ditunjukkan dengan item kesetaraan level karyawan
kata lain pengaplikasian budaya home country di di perusahaan dengan mean 3,57 dan kemudahan
perusahaan akan memberikan dampak akses komunikasi dengan atasan dengan mean 4,28,
meningkatnya motivasi kerja karyawan. namun ada satu item yang tidak banyak disetujui
Hal ini konsisten dengan pernyataan Sylwia oleh responden yaitu kecenderungan bekerja sendiri
(2013) bahwa memasuki era globalisasi, budaya tanpa kontrol atasan dengan mean 2,34. Sebagian
home country, budaya host country, dan budaya besar responden lebih menyukai bekerja dengan
negara asal karyawan (third country) menjadi kontrol atasan, hal ini dikarenakan perbedaan yang
beberapa faktor eksternal yang harus diperhatikan tinggi antara power distance Swiss dan Indonesia
oleh perusahaan. Dalam beberapa tahun terakhir, sehingga menyebabkan satu item ini lebih condong
terjadi peningkatan publikasi tentang dampak pada power distance tinggi Indonesia. Hal ini
budaya nasional terhadap MSDM di perusahaan. konsisten dengan pernyataan Sumantri dan
Hal ini terutama terkait dengan meningkatnya Suharyono (2007) bahwa dengan budaya power
kompleksitas kegiatan usaha yang berhubungan distance tinggi Indonesia, pemimpin harus
dengan globalisasi. Hasil analisis penelitian ini telah bertindak aktif dan bersifat kebapakan
memberikan gambaran bahwa budaya perusahaan (paternalistic) dan pengasuh (murturant) yang
yang dipengaruhi oleh budaya home country memerhatikan anak buahnya. Power distance
memang memiliki pengaruh positif signifikan rendah di perusahaan ditunjukkan dengan bentuk
terhadap MSDM di perusahaan, khususnya pada ruangan yang tidak membedakan ruang kerja antara
motivasi kerja. karyawan dan manager, hal ini membuktikan bahwa
Beberapa budaya home country yang perusahaan tidak terlalu membedakan antara level
diterapkan di perusahaan dan memiliki pengaruh atasan dan level bawahan.
terhadap motivasi kerja karyawan adalah sebagai Individualism tinggi ditunjukkan dengan
berikut. dengan item keputusan promosi jabatan berdasarkan
a. Budaya power distance rendah Swiss prestasi karyawan dengan mean 3,94, namun ada
memberikan pengaruh bagi perusahaan dua item yang tidak banyak disetujui oleh responden
bahwa karyawan memiliki kesetaraan. Hal yaitu mencapai tujuan atas kehendak pribadi dengan
ini mengakibatkan dalam hal pembagian gaji mean 3,04 dan kekerabatan hanya dengan yang
tidak terdapat kesenjangan yang tinggi, terkait hubungan profesional dengan mean 2,11.
sehingga karyawan merasa gaji dari Sebagian besar responden mencapai tujuan pribadi
perusahaan mampu untuk memenuhi atas kehendak keluarga dan kerabat serta menjalin
kebutuhan hidup mereka, ditunjukkan kekerabatan dengan semua karyawan, bukan hanya
dengan mean 3,45 untuk item perusahaan dengan yang terkait hubungan profesional. Hal
memberikan gaji yang cukup. tersebut dikarenakan perbedaan yang tinggi antara
b. Budaya power distance rendah Swiss individualism Swiss dan Indonesia sehingga
memberikan pengaruh bagi perusahaan menyebabkan kedua item ini lebih condong pada
bahwa karyawan memiliki akses yang individualism rendah Indonesia. Hal ini juga
mudah untuk berkomunikasi dengan atasan. konsisten dengan pernyataan Sumantri dan
Hal ini mengakibatkan karyawan akan Suharyono (2007) bahwa kebutuhan yang dianggap
semakin mudah juga untuk menjalin penting oleh karyawan adalah dapat menjalin
hubungan dengan atasannya, sehingga hubungan yang dekat dengan keluarga dan rekan
karyawan merasa relation needs mereka kerja.
telah terpenuhi, ditunjukkan dengan mean
4,21 untuk indikator relation needs. Pengaruh Budaya Perusahaan (X) terhadap
c. Budaya individualism tinggi Swiss Kinerja Karyawan (Y2)
memberikan pengaruh bagi perusahaan Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
bahwa keputusan promosi jabatan di semakin budaya home country teraplikasikan di
perusahaan berdasarkan pada prestasi perusahaan, maka akan memberikan pengaruh
karyawan. Hal ini mengakibatkan karyawan positif terhadap kinerja karyawan. Dengan kata lain
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 37 No. 1 Agustus 2016| 61
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
pengaplikasian budaya home country di perusahaan dimensi budaya long term orientation dan skor
akan memberikan dampak meningkatnya kinerja dimensi budaya uncertainty avoidance antara
karyawan. Indonesia dan Swiss adalah yang paling rendah
Hal ini konsisten dengan pernyataan Aluko selisihnya, sehingga kedua negara tidak banyak
(2003) dalam penelitiannya yang menjelaskan perbedaan pada dua dimensi budaya ini.
bahwa hubungan yang ditunjukkan atas pengaruh Masculinity tinggi di perusahaan ditunjukkan
budaya nasional terhadap kinerja karyawan ialah dengan item orientasi kehidupan pada kesuksesan
budaya nasional home country akan teraplikasikan dengan mean 3,89 dan memberi performa yang baik
baik secara langsung maupun tidak langsung pada untuk menunjukkan keunggulan dengan mean 3,40,
anak perusahaannya, dengan demikian akan namun ada satu item yang tidak banyak disetujui
membentuk nilai, norma, sikap, dan kepercayaan oleh responden yaitu tujuan di perusahaan lebih
pada diri masing-masing individu dalam bekerja. condong pada pendapatan dengan mean 2,89.
Hal-hal tersebut akan berpengaruh pada kinerja Sebagian besar responden memiliki tujuan di
karyawan yang diberikan. Hasil analisis penelitian perusahaan lebih condong pada hubungan sosial,
ini telah memberikan gambaran bahwa budaya bukan pendapatan. Hal ini dikarenakan perbedaan
perusahaan yang dipengaruhi budaya home country yang tinggi antara masculitnity Swiss dan Indonesia
memang memiliki pengaruh positif terhadap kinerja sehingga menyebabkan satu item ini lebih condong
karyawan. pada budaya feminisme Indonesia.
Beberapa budaya home country yang Masculinity tinggi ditunjukkan dengan salah
diterapkan di perusahaan dan memiliki pengaruh satu poin dari lima komitmen perusahaan yaitu
terhadap motivasi kerja karyawan adalah sebagai berusaha untuk perbaikan terus menerus dalam
berikut. setiap tindakan yang dilakukan. Selain itu, sistem
a. Budaya masculinity tinggi, uncertainty reward and recognition yang diberikan kepada
avoidance tinggi, dan long term orientation karyawan juga merupakan salah satu contoh budaya
tinggi Swiss memberikan pengaruh bagi masculinity tinggi yang diterapkan di perusahaan.
perusahaan bahwa karyawan memiliki Dengan kedua hal tersebut, akan memacu karyawan
kinerja yang kompetitif. Hal ini untuk memberikan performa kerja yang lebih baik
mengakibatkan kinerja karyawan yang baik untuk menunjukkan keunggulan mereka.
pada indikator kuantitas yaitu Indulgence tinggi di perusahaan ditunjukkan
menyelesaikan tugas sesuai dengan jumlah dengan item pemanfaatan waktu luang secara
target, ditunjukkan dengan mean 4,04 dan maksimal dengan mean 4,02 dan pembagian waktu
menyelesaikan tugas sesuai dengan standar kerja dan waktu istirahat yang proporsional dengan
perusahaan, ditunjukkan dengan mean 4,02. mean 4,04, namun ada satu item yang tidak banyak
Serta pada indikator kualitas yaitu mencapai disetujui oleh responden yaitu kehidupan sehari-
mutu hasil kerja yang baik, ditunjukkan hari di perusahan cenderung bebas dengan mean
dengan mean 4,17 dan memberikan 2,70. Sebagian besar responden berpendapat bahwa
kepuasan perusahaan terhadap hasil kerja, kehidupan sehari-harinya di perusahaan tidak
ditunjukkan dengan mean 4,09. bebas, melainkan diatur norma-norma sosial yang
b. Budaya indulgence tinggi Swiss berlaku. Hal ini dikarenakan adanya beberapa
memberikan pengaruh bagi perusahaan norma sosial yang berlaku di Indonesia, sehingga
bahwa perusahaan memberikan waktu kerja dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia
dan waktu istirahat yang proporsional pada mematuhi norma sosial ini, begitu pula kehidupan
karyawan. Hal ini mengakibatkan karyawan di perusahaan. Indulgence tinggi ditunjukkan
merasa memiliki cukup waktu untuk dengan pembagian jam kerja di perusahaan yang
menyelesaikan tugas-tugas mereka, proporsional, yaitu 5 hari kerja dalam seminggu, 8
ditunjukkan dengan mean 3,87 dan jam kerja dan waktu istirahat selama satu jam.
kedisiplinan karyawan dalam Menurut hasil analisis data, usia 20-30 tahun
menyelesaikan tugas perusahaan terpenuhi, adalah yang paling dominan. Pada usia dewasa
ditunjukkan dengan mean 3,98. muda (20-30 tahun) merupakan periode
pertumbuhan fungsi tubuh dalam tingkat yang
Sesuai dengan hasil analisis data, budaya long optimal, diikuti dengan tingkat kematangan
term orientation dan budaya uncertainty avoidance emosional, intelektual, dan sosial. Sedangkan usia
adalah yang paling banyak diterapkan di dewasa pertengahan (41-50 tahun) secara umum
perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori Hofstede merupakan puncak kejayaan sosial, kesejahteraan,
tentang dimensi budaya negara, dimana skor sukses ekonomi dan stabilitas (Holmes T. et al,
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 37 No. 1 Agustus 2016| 62
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
1989). Dengan demikian, beberapa item yang satunya dalam hal kinerja karyawan. Hasil analisis
banyak disetujui oleh responden didukung juga penelitian ini telah memberikan gambaran bahwa
dengan usia dominan responden. Di antaranya ialah terpenuhinya motivasi kerja (existence needs,
pada item orientasi kehidupan pada kesuksesan, relation needs, dan growth needs) memiliki
memberi performa yang baik untuk menunjukkan pengaruh positif signifikan terhadap kinerja
keunggulan, ketepatan waktu menyelesaikan tugas, karyawan PT. Syngenta Seed Indonesia, Pasuruan
terdorong untuk bekerja keras di perusahaan, dan site.
ketekunan dalam mencapai suatu tujuan.
Menurut hasil analisis data, masa kerja 2-4 Pengaruh Budaya Perusahaan (X) terhadap
tahun adalah yang paling dominan. Pada masa kerja Kinerja Karyawan (Y2) melalui Motivasi
yang cukup, akan memberikan pengalaman kerja Kerja (Y1)
yang cukup pula bagi karyawan. Dengan Hasil uji analisis telah membuktikan bahwa
pengalaman kerja yang cukup tentunya akan secara budaya perusahaan memiliki pengaruh secara tidak
tidak langsung membentuk karyawan yang lebih langsung terhadap kinerja karyawan. Hal ini
terampil, ulet, dan kemampuan menganalisis ditunjukkan dengan adanya pengaruh budaya
hambatan-hambatan di perusahaan. Dengan perusahaan terhadap motivasi kerja dan adanya
demikian, beberapa item yang banyak disetujui oleh pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan.
responden didukung juga dengan masa kerja Sehingga secara tidak langsung apabila budaya
responden. Di antaranya ialah pada item memberi home country semakin teraplikasikan di
performa yang baik untuk menunjukkan perusahaan, maka akan mengakibatkan
keunggulan, ketepatan waktu menyelesaikan tugas, meningkatnya juga kinerja karyawan.
mampu beradaptasi terhadap perubahan di
perusahaan, dan pemanfaatan waktu luang secara 5. KESIMPULAN DAN SARAN
maksimal. Kesimpulan
Menurut hasil analisis data, jenjang pendidikan a. Budaya perusahaan berpengaruh positif
Sarjana adalah yang paling dominan. Menurut signifikan terhadap motivasi kerja. Dengan
Hasbullah (2009) pendidikan adalah usaha yang kata lain pengaplikasian budaya home
dijalankan oleh seseorang untuk menjadi lebih country di perusahaan akan memberikan
dewasa atau mencapai tingkat hidup atau dampak meningkatnya motivasi kerja
penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. karyawan.
Dengan demikian, beberapa item yang banyak b. Budaya perusahaan berpengaruh positif
disetujui oleh responden didukung juga dengan signifikan terhadap kinerja karyawan.
jenjang pendidikan responden. Di antaranya ialah Dengan kata lain pengaplikasian budaya
pada item orientasi kehidupan pada kesuksesan, home country di perusahaan akan
memberi performa yang baik untuk menunjukkan memberikan dampak meningkatnya kinerja
keunggulan, ketepatan waktu menyelesaikan tugas, karyawan.
terdorong untuk bekerja keras di perusahaan, c. Motivasi kerja berpengaruh positif
mampu beradaptasi terhadap perubahan di signifikan terhadap kinerja karyawan.
perusahaan, dan ketekunan dalam mencapai suatu Dengan kata lain terpenuhinya motivasi
tujuan. kerja karyawan akan memberikan dampak
meningkatnya kinerja karyawan.
Pengaruh Motivasi Kerja (Y1) terhadap d. Budaya perusahaan berpengaruh positif
Kinerja Karyawan (Y2) signifikan secara tidak langung terhadap
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa kinerja karyawan melalui motivasi kerja.
semakin tinggi motivasi kerja karyawan, maka akan Hal ini ditunjukkan dengan adanya pengaruh
memberikan pengaruh positif terhadap kinerja budaya perusahaan terhadap motivasi kerja
karyawan. Dengan kata lain motivasi kerja dan adanya pengaruh motivasi kerja
karyawan yang baik akan memberikan dampak terhadap kinerja karyawan. Sehingga secara
meningkatnya kinerja karyawan. tidak langsung apabila budaya home country
Hal ini konsisten dengan pendapat Alderfer semakin diterapkan di perusahaan, maka
dalam Hasibuan (2009) bahwa dengan terpenuhinya akan mengakibatkan meningkatnya juga
existence needs, relation needs, dan growth needs, kinerja karyawan.
maka seorang karyawan akan memiliki pengaruh
dalam bekerja. Pendapat ini memberikan arahan
bahwa pengaruh yang diberikan adalah salah
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 37 No. 1 Agustus 2016| 63
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Saran Hasibuan, Malayu S. P. (2009), Manajemen Sumber
a. Perusahaan menjaga budaya power distance Daya Manusia, Cetakan Ketujuh, Jakarta:
rendah Swiss untuk diterapkan di Bumi Aksara.
perusahaan, khususnya pada hal kesetaraan
Hofstede, Geert. (2010). What About the
hak karyawan di perusahaan. Dengan
Indonesia?. 7 Agustus 2014, http://geert-
kesetaraan hak karyawan terbukti dapat
hofstede.com.
meningkatkan motivasi kerja karyawan,
khususnya dengan terpenuhinya existence Hofstede, G., Hofstede, G. J., Minkov, M. (2010),
needs karyawan. Cultures and Organizations: Software of the
b. Perusahaan menjaga budaya power distance Mind, Edisi Kedua, New York: McGraw-Hill.
rendah Swiss untuk diterapkan di Sumantri, Suryana., Suharyono. (2007). Kajian
perusahaan, khususnya pada hal akses yang Proposisi Hubungan antara Dimensi Budaya
mudah untuk berkomunikasi dengan atasan. Nasional dengan Motivasi dalam Suatu
Dengan hal ini terbukti dapat meningkatkan Organisasi Usaha.
motivasi kerja karyawan, khususnya dengan
terpenuhinya relation needs karyawan Sylwia, Bialas. (2013). The Home-Country Culture
dengan atasan. as One of the Factors of Human Resource
c. Perusahaan menjaga budaya individualism Management: a Case of MNCs in Poland.
tinggi Swiss untuk diterapkan di perusahaan, Widhiarso, W. (2011). Diskusi Metodologi
khususnya pada hal keputusan promosi Penelitian: Contoh Analisis Melalui AMOS. 2
jabatan di perusahaan berdasarkan pada Desember 2015,
prestasi karyawan. Dengan hal ini terbukti http://widhiarso.staff.ugm.ac.id.
dapat meningkatkan motivasi kerja
karyawan, khususnya dengan terpenuhinya Widhiarso, W. (2011). Diskusi Metodologi
growth needs karyawan di perusahaan. Penelitian: Menghitung Signifikansi Peranan
d. Perusahaan menjaga budaya masculinity Tidak Langsung Program AMOS. 2 Desember
tinggi, uncertainty avoidance tinggi, dan 2015, http://widhiarso.staff.ugm.ac.id.
long term orientation tinggi Swiss untuk
diterapkan di perusahaan. Penerapan budaya
tersebut di perusahaan dapat melalui
regulasi perusahaan serta program-program
tertentu yang dirancang khusus oleh
perusahaan. Dengan hal ini terbukti dapat
meningkatkan kinerja karyawan, khususnya
dalam hal kuantitas dan kualitas kinerja
karyawan yang akan semakin baik.
e. Perusahaan menjaga budaya indulgence
tinggi Swiss untuk diterapkan di perusahaan,
khususnya pada hal pemberian waktu kerja
dan waktu istirahat yang proporsional pada
karyawan. Dengan hal ini terbukti dapat
meningkatkan kinerja karyawan, khususnya
dalam hal ketepatan waktu karyawan dalam
kinerjanya yang akan semakin baik.

DAFTAR PUSTAKA
Aluko, M. A. O. (2003). The Impact of Culture on
Organizational Performance in Selected Textile
Firms in Nigeria. Nordic Journal of African
Studies 12 (2): 164-179.
Dharma, A. (2003), Manajemen Prestasi Kerja,
Edisi Pertama, Jakarta: Rajawali.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 37 No. 1 Agustus 2016| 64


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai