Anda di halaman 1dari 4

Kehutanan:

1. SK kehutanan menggunakan yang ter-mutakhir yang dikeluarkan oleh KLHK. (Jika


daerah memiliki SK dan SHP kehutanan terbaru (lebih update daripada yang dimiliki
Studio Peta) maka bisa menggunakan data tersebut dan menginformasikan SK dan SHP
tersebut kepada ATR saat asistensi);
2. Untuk RDTR yang memiliki area pelepasan hutan, jika belum ada surat keputusannya
pelepasan hutan tersebut, maka kawasan tersebut menjadi “holding zone”. Pola Ruang
di-overlay-kan dengan SK Hutan yang terakhir. Penggambaran holding zone,
menggunakan warna dasar hutan yang akan dilepaskan, lalu diarsir. Notasi, zona
sebelum dilepaskan/ zona yang akan direncanakan. Cth: HL/RTH-1. Namun, jika sudah
memiliki surat pelepasan hutan sebelum linsek, maka dalam pola ruang tidak perlu ada
holding zone terhadap hutan.

LP2B
1. LP2B merupakan Perda tersendiri atau turunan dari RTRW Provinsi dan Kabupaten;
2. Jika tidak memiliki Perda LP2B, daerah dapat merencanakan LP2B dengan
mempertimbangkan peta lahan baku sawah, peta usulan LP2B (Kementerian
ATR/BPN), dan hasil analisa;
3. Hasil peta LP2B (shp) harus disetujui oleh Kepala Dinas Pertanian, berupa Surat
BA/SK dan SHP;
4. LP2B merupakan P1 (tanaman pangan) dan/atau P2 (holtikultura), tetapi tidak semua
P1 dan/atau P2 menjadi LP2B;
5. LP2B hanya berupa tanaman pangan dan/atau hortikultura;
6. Lahan yang menjadi LP2B perlu terkoneksi dengan jaringan irigasi primer, sekunder
dan/atau tersier. Maka jika ada LP2B, maka harus ada rencana dalam struktur ruang
tentang jaringan irigasi. Apabila belum tersedia jaringan irigasi, maka daerah wajib
merencanakan jaringan irigasi di kawasan tersebut untuk menjamin alokasi anggaran
dalam Indikasi Program;
7. Apabila daerah tidak mengusulkan LP2B tetapi daerah tersebut memiliki jaringan
irigasi primer dan sekunder maka Pemerintah Daerah perlu mempertimbangkan
kawasan tersebut menjadi LP2B;;
8. Jika daerah tidak memiliki usulan LP2B maka daerah perlu mengeluarkan surat
pernyataan dari Pemerintah Daerah bahwa tidak ada usulan LP2B dalam RDTR.

Rawan Bencana
1. Zona KRB 4 (zona merah) harus menjadi zona lindung, contoh: sempadan cesar, jika
ada garis cesar, maka perlu disempadankan kurang lebih 10 m (kanan-kiri);
2. Rawan bencana dapat menggunakan data tematik, inarisk dan hasil kajian. Jangan lupa
cantumkan sumber dalam peta tematik;
3. Diperbolehkan menggunakan data inarisk (raster to shp), perlu untuk di-smoothing pada
shpnya;
4. Jika muncul sliver (perpotongan/area kecil) pada pola ruang akibat tampalan KRB,
maka perlu diperbaiki dengan meng-eliminate dalam ArcGIS.
RTH
1. Perhitungan RTH mengikuti pedoman RTRW Kota terbaru;
2. Jika di dalam BWP tidak mengakomodir RTH public sebesar 20%, maka Pemerintah
Daerah (Kepala Daerah) dapat membuat surat komitmen bahwa selisih RTH tersebut
diakomodir kedalam BWP lainnya dalam 1 Kabupaten;
3. RTH yang bersifat privat (min.10%) tidak perlu tergambar dalam peta dan masuk ke
zona/subzona yang dominan. Contoh ada RTH dalam zona industri dimana RTH
tersebut milik industri tersebut, maka RTH tersebut tidak tergambarkan dan hanya
menjadi zona industri.

Ketentuan Khusus
1. Zona solid pada pola ruang tidak perlu dicantumkan dalam ketentuan khusus kembali.
Misalnya, dalam pola ruang zona cagar budaya, maka atribut tabel pada bagian
ketentuan khusus Cagar Budaya atau Adat diisi tidak ada. Contoh lain dalam pola
ruang merupakan zona hankam, maka atribut tabel pada bagian ketentuan khusus
Hankam diisi tidak ada;
2. Seluruh kegiatan yang diatur dalam ketentuan khusus, perlu dicantumkan di dalam
atribut “ketentuan khusus”;
3. KKOP:
- Jika memiliki data KKOP dari Dishub, maka harus menggunakan shp tersebut.
Masukan shp tersebut kedalam shp peta tematik dan jangan lupa sumber dan tahun
peta tersebut.
- Jika tidak memiliki data KKOP dari Dishub, maka dapat menggunakan hasil analisis
KKOP sesuai dengan peraturan terkait;
- Ketentuan KKOP ini berlaku untuk seluruh bandara baik itu public maupun privat.
Artinya jika ada bandara dalam BWP maka harus ada KKOP, dan jika ada bandara
dekat BWP, perlu dicek dahulu KKOP-nya masuk atau tidak ke dalam BWP;
- Seluruh bandara baik itu public maupun privat menjadi zona transportasi dan
memiliki ketentuan khusus KKOP.
4. LP2B:
sudah dijelaskan diatas
5. Kawasan Rawan Bencana:
sudah dijelaskan diatas
6. TOD:
- Sesuai aturan yang berlaku
7. Tempat Evakuasi Bencana:
- Lokasi evakuasi menyesuaikan dengan jenis bencananya.
- Menggunakan data dari BPBD atau hasil analisis.
- Zona/subzone yang merupakan Lokasi evakuasi bencana, perlu dilengkapi pada
atribut ketentuan khusus TEB.
8. Cagar Budaya atau adat:
- Seluruh cagar budaya, Perlu dilengkapi dengan SK dari dinas terkait.
- Usulan cagar budaya dalam perencanaan perlu dilengkapi dengan SK ataupun BA
dari dinas terkait.
- Jika zona cagar budaya merupakan zona solid pada pola ruang, maka tidak perlu
dicantumkan dalam Ketentuan Khusus.
- Tetapi, Jika zona cagar budaya budaya merupakan kegiatan maka perlu dicantumkan
dalam ketentuan khusus.
9. Pertahanan dan keamanan:
- Area yang termasuk ke dalam ketentuan khusus hankam yaitu area yang memiliki
sudut kepentingan pertahanan dan keamanan yang bersifat rahasia.
- Data berasal dari instansi hankam.
10. Pusat penelitian:
- Jika suatu zona terdapat pusat penelitian, maka diatur dalam ketentuan khusus.
Contoh: kebun raya, merupakan zona taman kota tetapi memiliki kegiatan lain
sebagai tempat penelitian, maka dalam “ketentuan khusus” dilengkapi dengan atribut
pusat penelitian.
11. Resapan air:
- Yang dimaksud dengan resapan air yaitu Kawasan yang memiliki “imbuhan” dan
“lepasan” didalam CAT (cekungan air tanah). Bukan CAT nya.
12. Penyangga:
- Yang dimaksud dengan Penyangga yaitu Sempadan yang mendukung jaringan
infrastruktur. Contoh: sempadan SUTET.
13. TPZ :
- Penulisan TPZ dalam tabel atribut hanya a,b,c nya saja. Tetapi di peta penulisannya
kode subzone.kode TPZ1,kode TPZ2, dst. Contoh : K-1.a,b (hal 71 dalam Permen
No.14/2020 tentang basis data).

Badan Air
a. Apakah badan air digambarkan?
Iya, seluruh permukaan air perlu digambarkan seperti sungai, danau, embung.
b. Tetapi tidak semua badan air digambarkan sempadannya. Hanya sungai dan danau,
waduk. (mengikuti badan air yang terdapat di Peta dasar RBI).
c. Jika eksisting merupakan perumahan diatas badan air bagaiamana dalam perencanaanya?
Zona yang muncul adalah perumahan, dan bukan merupakan badan air.
d. Saluran drainase bukan merupakan zona badan air jika memiliki lebar kurang dari 2,5 m,
hanya berupa garis dalam struktur ruang.
e. Saat mengecek sempadan sungai, perlu ditampilkan Perairan_LN dan Perairan_AR yang
terdapat pada peta dasar

Kawasan Peruntukan Industri


a. Yang termasuk dalam KPI yaitu industri skala besar yang memiliki saluran pembuangan
limbah (Contoh: ada cerobong asap);
b. Namun jika SIKM tersentralisasi, termasuk ke dalam KPI;
c. Jika industri skala rumahan dan menyebar dan tidak ada pembuangan limbah, maka
masuk ke dalam kegiatan saja.

Zona Perikanan
a. Jika terdapat cold storage, pasar ikan, TPI, maka itu termasuk dalam zona perikanan
subzone perikanan tangkap.
b. Apabila cold storage terpisah jauh dari sarana perikanan tangkap lainnya berarti masuk ke
dalam zona pergudangan.

Anda mungkin juga menyukai