Anda di halaman 1dari 115

TESIS

ANALISIS STRATEGI BISNIS


LOGISTICS & SUPPLY CHAIN SUKU CADANG
TOYOTA PADA PT. HADJI KALLA (KALLA TOYOTA)

AN ANALYSIS OF BUSINESS STRATEGY


LOGISTICS AND SUPPLY CHAIN TOYOTA
SPARE PARTS AT PT. HADJI KALLA (KALLA TOYOTA)

sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister

disusun dan diajukan oleh

A. MUH. FIRDAUS
P2100216005

kepada

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
TESIS

ANALISIS STRATEGI BISNIS


LOGISTICS & SUPPLY CHAIN SUKU CADANG
TOYOTA PADA PT. HADJI KALLA (KALLA TOYOTA)

AN ANALYSIS OF BUSINESS STRATEGY


LOGISTICS AND SUPPLY CHAIN TOYOTA
SPARE PARTS AT PT. HADJI KALLA (KALLA TOYOTA)

sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister

disusun dan diajukan oleh

A. MUH. FIRDAUS
P2100216005

kepada

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
iii

TESIS

ANALISIS STRATEGI BISNIS


LOGISTICS & SUPPLY CHAIN SUKU CADANG
TOYOTA PADA PT. HADJI KALLA (KALLA TOYOTA)

AN ANALYSIS OF BUSINESS STRATEGY


LOGISTICS AND SUPPLY CHAIN TOYOTA
SPARE PARTS AT PT. HADJI KALLA (KALLA TOYOTA)

disusun dan diajukan oleh

A. MUH. FIRDAUS
P2100216005

telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Makassar, Juli 2018

Komisi Penasehat,

Ketua Anggota

Dr. H. Muh. Yunus Amar, S.E., M.T. Dr. Mursalim Nohong, S.E., M.Si.
NIP 196204301988101001 NIP 19710619 2000031001

Ketua Program Studi Magister manajemen


Sekolah Pascasarjana
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. H. Syamsu Alam, S.E., M.Si., CIPM


NIP 196007031992031001
iv

TESIS

ANALISIS STRATEGI BISNIS


LOGISTICS & SUPPLY CHAIN SUKU CADANG
TOYOTA PADA PT. HADJI KALLA (KALLA TOYOTA)

disusun dan diajukan oleh

A. MUH. FIRDAUS
P2100216005

telah dipertahankan dalam sidang ujian tesis


pada tanggal 07 Agustus 2018 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan

Komisi Penasehat,

Ketua Anggota

Dr. H. Muh. Yunus Amar, S.E., M.T. Dr. Mursalim Nohong, S.E., M.Si.

Ketua Program Studi Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis


Magister Manajemen Universitas Hasanuddin

Prof.Dr.H. Syamsu Alam,SE,M.Si,CIPM Prof.Dr.H. Abd.Rahman Kadir,SE,M.Si,CIPM


v

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : A. MUH. FIRDAUS


NIM : P2100216005
Jurusan/Program Studi : Magister Manajemen

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Tesis yang berjudul:

ANALISIS STRATEGI BISNIS


LOGISTICS & SUPPLY CHAIN SUKU CADANG
TOYOTA PADA PT. HADJI KALLA (KALLA TOYOTA)

adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang sepengetahuan saya di dalam
naskah tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan/ditulis/diterbitkan
sebelumnya, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan
dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan
terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Makassar, Agustus 2018


Yang membuat pernyataan,

Materai

Rp 6.000

A. MUH. FIRDAUS
vi

PRAKATA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas berkah, rahmat

dan hidayah-Nya sehingga Tugas Sarjana ini dapat terselesaikan dengan baik.

Dan salam dan salawat kepada Nabiullah Muhammad SAW sebagai tauladan

yang telah mengantarkan kita untuk selalu menuntut ilmu untuk bekal akhirat dan

duniawi.

Adapun Tesis dengan judul: “Analisis Strategi Bisnis Logistics & Supply

Chain Suku Cadang Toyota pada di PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota).” Tesis ini

disusun untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Strata Dua pada Program

Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Sekolah Pascasarjana,

Universitas Hasanuddin.

Alhamdulillah, penulisan dan penyusunan Tesis ini dapat diselesaikan

dengan baik dan semoga dapat bermanfaat. Semuanya berkat bantuan dan

masukan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua yang tercinta yakni Ibunda A. Hamsiah Mattawaf dan

Ayahanda A. Amir Syarifuddin, yang tidak pernah lupa mendoakan,

menyemangati dan mendukung penulis baik secara moril maupun materil

sehingga penulis dapat segera menyelesaikan Tesis ini dan memperoleh

gelar Magister.

2. Istriku yang tercinta yakni Dewi Anggraini dan kedua Putra Kembarku yang

tersayang yakni A. Muhammad Usaid Firdaus & A. Muhammad Uwais

Firdaus, yang selalu menyemangatiku, selalu mendoakanku, selalu


vii

menungguku, selalu bersamaku dalam menjalani hari-hari ini sehingga

penulis dapat segera menyelesaikan Tesis ini dan memperoleh gelar

Magister.

3. Saudaraku yang tercinta A. Heriani, A. Patawari, dan A. Tenriampa atas

dukungannya.

4. Bapak Dr. H. Muh. Yunus Amar, S.E., M.T. selaku dosen pembimbing

pertama sekaligus penguji dan Bapak Dr. Mursalim Nohing, S.E., M.Si.

selaku dosen pembimbing kedua sekaligus penguji atas segala

bimbingannya baik berupa koreksi, kritikan maupun saran dalam menuntun

penyelesaian Tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rakhman Laba, S.E., M.B.A., Bapak Dr. Sumardi,

S.E., M.Si., dan Ibu Dr. Hj. Andi Ratna Sari Dewi, S.E., M.Si. selaku dosen

penguji atas segala masukan dan kritikan dalam penyelesaian Tesis ini.

6. Bapak Prof. Dr. Hj. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A. Selaku Rektor dan para

Wakil Rektor serta staf Rektorat Universitas Hasanuddin Makassar.

7. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Ali, S.E., M.S. selaku Dekan serta para

Wakil Dekan Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin.

8. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rakhman Kadir, S.E., M.Si. selaku Dekan serta

para Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

9. Bapak Prof. Dr. H. Syamsul Alam, S.E., M.Si., CIPM. selaku Ketua Program

Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Sekolah

Pascasarjana, Universitas Hasanuddin.

10. Seluruh Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama

penulis menuntut ilmu pada Program Studi Magister Manajemen, Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Hasanuddin.


viii

11. Seluruh Staf atas segala bantuannya pada Program Studi Magister

Manajemen, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Sekolah Pascasarjana,

Universitas Hasanuddin.

12. Bapak Hariyadi Kaimuddin selaku CEO Kalla OTO (Otomotif, Transportasi

& Logistik) PT. Hadji Kalla.

13. Bapak Tarsimin selaku CDO Kalla OTO (Otomotif, Transportasi & Logistik)

PT. Hadji Kalla.

14. Bapak Robby Wijaya selaku COO Kalla Toyota PT. Hadji Kalla.

15. Bapak A. Muh. Gunawan M. selaku COO Kalla Transport & Logistics PT.

Hadji Kalla.

16. Ibu Tetty R. Tambunan selaku Human Capital Division Head Kalla OTO

(Otomotif, Transportasi & Logistik) PT. Hadji Kalla.

17. Bapak Abdul Wahab selaku Marketing & Customer First Division Head

Kalla Toyota PT. Hadji Kalla.

18. Bapak Muh. Pahreva Haryansyah selaku Logistics Division Head Kalla

Transport & Logistics PT. Hadji Kalla.

19. Bapak Muhammad Syauki selaku Human Capital Services Department

Head Kalla Toyota PT. Hadji Kalla.

20. Seluruh Manajemen dan karyawan Kalla OTO (Otomotif, Transportasi &

Logistik) PT. Hadji Kalla. Terkhusus karyawan di Parts Logistic (DEPO

Parts) Makassar dan General Logistic Department.

21. Sahabatku di Program Magister Manajemen angkatan XLI Sekolah

Pascasarjana Universitas Hasanuddin atas kebersamaan serta

dukungannya selama ini.

22. Serta pihak-pihak yang telah membantu yang tidak tersebutkan.

Semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapatkan ridha dan

balasan dari ALLAH SWT.


ix

Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, yang

tentunya tidak lepas dari sifat penulis sebagai manusia biasa yang tidak luput dari

kesalahan dan kekhilafan. Mohon dimaafkan. Oleh karena itu, masukan dan kritikan

rekan-rekan sekalian kiranya dapat membantu pengembangan penelitian Tesis ini

selanjutnya.

Akhir kata, semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya

bagi mahasiswa/i Program Magister Manajemen Kekhususan Manajemen

Strategik. Aamiin….

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Makassar, Agustus 2018

A. Muh. Firdaus
x

ABSTRAK

ANALISIS STRATEGI BISNIS


LOGISTICS & SUPPLY CHAIN SUKU CADANG
TOYOTA PADA PT. HADJI KALLA (KALLA TOYOTA)

A. Muh. Firdaus
Muhammad Yunus Amar
Mursalim Nohong

Strategi bisnis sangat penting dalam mengembangkan dan mengoptimalkan


potensi bisnis kedepan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kondisi kinerja
bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang Toyota pada PT. Hadji Kalla serta
mengukur dan menentukan strategi bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang
Toyota pada PT. Hadji Kalla. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan pada PT. Hadji Kalla dengan waktu ± 2
Bulan. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis SWOT & TOWS
Balanced Scorecard. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data
kualitatif dan kuantitatif. Sumber data yang digunakan berasal dari data primer dan
sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, kinerja bisnis Logistics &
Supply Chain Suku Cadang Toyota pada PT. Hadji Kalla memiliki sebaran yang
berbeda dari setiap jenis dan tipe kendaraan. Kedua, analisis SWOT dari keempat
perspektif BSC menunjukkan posisi perusahaan dominan pada kuadran I sehingga
harus dilakukan tindakan progresif melalui pemanfaatan kekuatan internal untuk
meraih peluang pasar yang cukup besar. Ketiga, penentuan strategi bisnis dari
empat perspektif BSC: keuangan, yaitu manajemen dalam pemilihan bisnis baru
dapat segera disiapkan dan disosialisasikan ke seluruh bagian organisasi;
pelanggan yaitu meningkatkan customer touch point kepada para pelanggan;
proses bisnis internal yaitu inovasi teknologi dalam menghadapi era digital; serta
pembelajaran & pertumbuhan yaitu memperkuat posisi karyawan perusahaan
dalam kesejahteraan serta kompetensi. Kondisi kinerja bisnis dengan penerapan
analisis SWOT & TOWS BSC dapat terpetakan posisi perusahaan dan
memberikan output berupa strategi dari keempat perspektif bisnis perusahaan.

Kata kunci: Strategi Bisnis, Analisis SWOT, Balanced Scorecard.


xi

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF BUSINESS STRATEGY


LOGISTICS AND SUPPLY CHAIN TOYOTA
SPARE PARTS AT PT. HADJI KALLA (KALLA TOYOTA)

A. Muh. Firdaus
Muhammad Yunus Amar
Mursalim Nohong

Business strategy is very important in developing and optimizing future business


potential. The aim of this study is to understand the condition of business
performance Logistics and Supply Chain Toyota Spare Parts at PT. Hadji Kalla
and to measure also to determine the business strategy of Logistics and Supply
Chain Toyota Spare Parts at PT. Hadji Kalla. The study applied qualitative and
quantitative descriptive, which conducted at PT. Hadji Kalla for ± 2 Months.
Analysis method used SWOT analysis & TOWS Balanced Scorecard. Data were
applied in research consist of qualitative and quantitative. Primary and secondary
were source data. The results of study shows that 1) The performance of business
Logistics and Supply Chain Toyota Spare Parts at PT. Hadji Kalla has different
distribution of each kind and type of cars. 2) SWOT analysis of fourth BSC
perspective indicates dominant position of company at quadrant I than progressive
action should be taken through utilization of internal strengths for reaching a big
enough marketing opportunity. 3) The business strategy determination of 4th
perspective BSC: finance that is management in new business selection can be
immediately prepared and socialized to the whole organization; customer that is to
rais customer touch point to the customer; internal business process that is
technological innovation to in facing digital era; and learning and growing that is to
strengthen the position company’s employee in prosperity and completion. From
this is condition of business performance with SWOT & TOWS BSC analysis
application can be mapping the position of company and giving the output strategy
of the fourth company business perspectives.

Key words: Business Strategy, SWOT Analysis, Balanced Scorecard.


xii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................... v
PRAKATA ..................................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... x
ABSTRACT ................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN/SIMBOL .................................................................. xviii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 9
1.5 Sistematika Penulisan ........................................................... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Manajemen Strategik ............................................................. 11
2.1.1 Definisi Manajemen Strategik ................................... 11
2.1.2 Tahap-Tahap Manajemen Strategik ......................... 12
2.1.3 Mengintegrasikan Intuisi dan Analisis ....................... 14
2.1.4 Manfaat Manajemen Strategik .................................. 15
2.1.5 Hakikat Analisis dan Pilihan Strategi ........................ 16
2.2 Bisnis Logistics & Supply Chain ............................................ 32
2.2.1 Definisi Bisnis Logistics & Supply Chain ................... 32
2.2.2 Ruang Lingkup Logistics & Supply Chain ................. 35
2.2.3 Strategi Logistics & Supply Chain ............................. 36
xiii

2.3 Analisis SWOT ...................................................................... 39


2.3.1 Pengertian Analisis SWOT......................................... 39
2.3.2 Faktor-Faktor Analisis SWOT .................................... 40
2.3.3 Kegunaan Analisis SWOT.......................................... 43
2.3.4 Hubungan antara Strength, Weaknesses, Opportunities,
dan Treaths dalam Analisis SWOT ............................ 44
2.3.5 Manfaat Analisis SWOT ............................................ 46
2.4 Balance Scorecard (BSC) ..................................................... 47
2.4.1 Pengertian Balance Scorecard ................................. 47
2.4.2 Kriteria Balance Scorecard ....................................... 49
2.4.3 Balanced Scorecard Mempunyai 4 Perspektif yang
Berbeda ..................................................................... 49
2.5 Penelitian Terdahulu ............................................................. 53

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN


3.1 Kerangka Pemikiran .............................................................. 56
3.1.1 Analisis SWOT atau TOWS ...................................... 56
3.1.2 Balanced Scorecard (BSC) ........................................ 62

BAB IV. METODE PENELITIAN


4.1 Sifat Dan Tipe Penelitian ...................................................... 63
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................ 63
4.3 Jenis Dan Sumber Data ........................................................ 63
4.3.1 Jenis Data .................................................................. 63
4.3.2 Sumber Data .............................................................. 64
4.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................... 64
4.5 Teknik Analisis Data ............................................................. 65
4.5.1 Langkah Pengukuran Analisis SWOT atau TOWS .. 65
4.5.2 Langkah Pengelolaan Data Blanced Scorecard ........ 70

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................... 73
5.1.1 Visi & Misi .................................................................. 73
5.1.2 Nilai-Nilai ................................................................... 73
xiv

5.2 Strategi Bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang (Parts)
Toyota..................................................................................... 75
5.2.1 Kondisi Kinerja Bisnis Logistics & Supply Chain Suku
Cadang Toyota di PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota) ...... 75
5.2.2 Mengukur Kinerja Bisnis Logistics & Supply Chain Suku
Cadang Toyota di PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota) dengan
Metode SWOT-BSC ................................................... 77
5.2.3 Menentukan Strategi Bisnis Logistics & Supply Chain Suku
Cadang Toyota di PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota) dengan
Metode TOWS-BSC ................................................... 85

BAB VI. PENUTUP


6.1 Kesimpulan ............................................................................ 90
6.2 Saran ..................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 92

LAMPIRAN ..................................................................................................... 95
xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Perbedaan Manajemen Logistik dengan Supply Chain ........................ 33


4.1 Matriks SWOT Kearns ........................................................................... 65
4.2 SWOT Strategic Issues .......................................................................... 69
5.1 Tren Bisnis Penjualan Suku Cadang (Parts) by Jenisnya ..................... 75
5.2 Tren Bisnis Penjualan Suku Cadang (Parts) by Tipe Kendaraan ......... 76
xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Profil Parts Logistics (Depo Parts) PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota) ........ 6
1.2 Gambaran Alur Bisnis Parts Logistics (Depo Parts) PT. Hadji Kalla (Kalla
Toyota)..................................................................................................... 6
1.3 Tren Bisnis Penjualan Unit (Vehicle) vs Penjualan Suku Cadang (Parts) PT.
Hadji Kalla (Kalla Toyota) ....................................................................... 7
2.1 Keuntungan bagi Perusahaan yang Melakukan Rencana Strategik...... 16
2.2 Model Manajemen Strategik Komprehensip .......................................... 17
2.3 Kerangka Analitis Perumusan Strategi ................................................... 20
2.4 Matriks Analisis SWOT............................................................................ 22
2.5 Matriks SPACE ....................................................................................... 23
2.6 Matriks BCG ........................................................................................... 24
2.7 Rantai Pasokan ...................................................................................... 34
3.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 56
3.2 Kerangka Konseptual SWOT ................................................................. 60
3.3 Kerangka Operasional SWOT ............................................................... 61
3.4 Balanced Scorecard sebagai Kerangka Kerja ....................................... 62
4.1 Posisi Kuadran Analisis SWOT .............................................................. 68
5.1 Tren Bisnis Penjualan Suku Cadang (Parts) by Jenisnya ...................... 75
5.2 Tren Bisnis Penjualan Suku Cadang (Parts) by Tipe Kendaraan ......... 76
5.3 Posisi Perusahaan Berdasarkan Analisis SWOT (Perspektif Finance) 79
5.4 Posisi Perusahaan Berdasarkan Analisis SWOT (Perspektif Customer)
81
5.5 Posisi Perusahaan Berdasarkan Analisis SWOT (Perspektif Internal
Business Process) .................................................................................. 82
5.6 Posisi Perusahaan Berdasarkan Analisis SWOT (Perspektif Learning &
Growth) ................................................................................................... 84
xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Biodata ............................................................................................ 95
2 Matriks TOWS-BSC Full Analysis .................................................... 96
3 Matriks TOWS-BSC Strategy........................................................... 97
xviii

DAFTAR SINGKATAN/SIMBOL

Singkatan/Simbol Keterangan

BSC Balanced Scorecard


EFE External Factor Evaluation

IFE Internal Factor Evaluation

Rp. Satuan mata uang Rupiah

SCC Special Inventory Control Classes


SWOT Strength, Weaknesses, Opportunities,
Threats
TOWS Threats, Opportunities, Weaknesses,
Strength
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adanya perkembangan perekonomian dewasa ini, menyebabkan

terjadinya persaingan yang semakin ketat antar perusahaan baik yang bergerak di

bidang industri, dagang maupun jasa, setiap perusahaan berusaha untuk dapat

mempertahankan kelangsungan usahanya. Setiap perusahaan yang didirikan

bermaksud untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik itu jangka panjang

maupun jangka pendek. Untuk mencapai tujuan tersebut, masing-masing

perusahaan harus dapat mengkoordinasikan bagian-bagian yang ada dalam

perusahaan. Artinya antara bagian yang satu dengan yang lain tidak berjalan

sendiri-sendiri melainkan saling terkait sehingga efektifitas dan efisiensi

perusahaan dapat tercapai. (Nasution, 2005).

Salah satu bagian yang sangat memerlukan efektifitas dan efisiensi adalah

bagian perawatan mesin (maintenance) khususnya pada kendaraan dengan

merek Toyota. Kelancaran proses perawatan mesin tersebut salah satunya

ditentukan oleh ketersediaann suku cadang (parts) yang merupakan elemen

penting dalam kesiapan pengoperasian kendaraan perusahaan yang

membutuhkan perawatan. (Johnny Darmawan, 2014).

Suku cadang ini sendiri merupakan salah satu faktor yang sangat penting

dalam menunjang kegiatan perawatan mesin. Kekurangan ataupun ketidaksiapan

suku cadang dapat berakibat terhentinya proses perawatan mesin yang

memerlukan suku cadang tersebut. Akan tetapi terlalu besarnya persediaan suku

cadang dapat menyebabkan terjadinya pemborosan biaya terutama pada biaya


2

penyimpanan dan pemeliharaan suku cadang tersebut, yang akan memperbesar

biaya perawatan.

Nasution (2005) menyatakan bahwa persediaan adalah suatu sumber daya

menganggur yang menunggu proses lebih lanjut dan persediaan mempunyai

pengaruh yang sangat besar terhadap kelancaran jalannya perusahaan dan

keberhasilan perusahaan.

Menurut Johnny Darmawan (2014) Pelanggan Toyota di tanah air tersebar

di seluruh provinsi bahkan hingga ke pelosok daerah. Tentu mereka harus

didukung dengan layanan purna jual (after-sales) yang lengkap. Kawasan

Indonesia Timur menjadi perhatian dari PT. Toyota-Astra Motor (TAM) yang mana

selalu mendorong ekspansi outlet Toyota. Ekspansi ini didasari pencapaian pasar

otomotif Sulawesi yang semakin meningkat. Salah satu keunggulan Toyota di hati

pelanggan adalah layanan purna jual (after-sales) mencakup pemeliharaan

(service) dan ketersediaan suku cadang (parts) yang lengkap dan tersebar di

seluruh tanah air. Hal ini memudahkan pelanggan Toyota dalam melakukan

perawatan mobil maupun saat hendak menjual kembali kendaraannya.

Spare Parts atau suku cadang adalah bagian krusial dari layanan purna

jual (after-sales). Sebab jika suku cadang sulit diperoleh dan hanya diganti dengan

bukan suku cadang asli (Toyota Genuine Parts), kendaraan yang diservis justru

makin buruk kinerjanya. Selain ketersediaan suku cadang, waktu dan proses

pengerjaan penggantian suku cadang juga sangat diperhatikan oleh pelanggan.

Konsep Logistics & Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan

yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan mengantarkan suatu

produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya

termasuk supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan-perusahaan

pendukung seperti perusahaan jasa logistik. (I Nyoman Pujawan, 2017).


3

Pada suatu Supply Chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus

dikelola. Pertama, adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir

(downstream). contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik.

Setelah produk selesai diproduksi, mereka dikirim ke distributor, lalu ke pengecer

atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. Yang kedua, adalah aliran uang dan

sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga, adalah aliran informasi

yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya.

Ke depan akan semakin banyak perusahaan yang menerapkan Logistics

& Supply Chain ini. Terutama manufaktur yang distribusi produknya meliputi

wilayah yang sangat luas, penerapan Logistics & Supply Chain sudah tidak bisa

ditawar lagi demi memenangkan persaingan atau bahkan untuk sekadar

mempertahankan eksistensi. Alasan pertama adalah sotuasi geografis Indonesia

sebagai negara kepulauan. Bisa dibayangkan betapa rumitnya perusahaan yang

pabriknya di Aceh, bila mengirim barang dalam jumlah besar ke Papua. Mereka

harus melewati beberapa pelabuahn, beberapa moda transportasi, dan jenis

birokrasi. Dengan begitu, untuk menjamin kecepatan dan ketepatan pengiriman

perlu biaya tinggi dan ketepatan informasi dengan akurasi yang tinggi. Untuk itu

diperlukan metode kerja yang mampu mengintegrasikan seluruh elemen yang

berada dalam jaringan yang menghubungkan mulai dari pemasok paling awal

sampai ke konsumen paling akhir. Alasan kedua adalah perubahan paradigma

persaingan. Dari yang tadinya bersaing antarperusahaan, berubah menjadi

bersaing antarjaringan. Alasan ketiga adalah semakin canggihnya dukungan

teknologi informasi. Konsep integrasi arus barang dan informasi dari pemasok ke

konsumen sebenarnya sudah lama dikemukakan. Masalahnya memang masih

sebatas wacana karena sulit diterapkan. Sekarang lebih memungkinkan dengan

tersediaanya dukungan teknologi seperti tersediaanya berbagai macam perangkat

lunak ERP (Enterprise Resource Planning). Demikian pula dengan kemajuan


4

sistem komunikasi seperti internet dan intranet yang bisa menghubungkan tempat

terpencil dan jauh sekalipun dengan sangat cepat. (Andi Ilham Said, 2006)

Pada Supply Chain & Logistics Review, edisi Desember 2015, terjadi

kondisi otomotif yang lesu. Hal ini dirasakan salah satu perusahaan pemegang

merk Suzuki, Indomobil Group yang beralih menggarap Bisnis Logistik. PT.

Indomobil Sukses Internasional, Tbk. masuk ke bisnis logistik melalui dua cucu

usahanya, PT. Seino Indomobil Logistics dan PT. Seino Indomobil Logistics

Service. Dua perusahaan iniadalah hasil kerja sama dengan perusahaanJepang,

Seino Holdings Co. Ltd. Seino Indomobil Logistics akanfokus pada distribusi

barang di Jawa, sementara konsultan logistik ditanganiSeino Indomobil Logistics

Service.

Selanjutnya Supply Chain & Logistics Review, edisi Februari 2018.

Efisiensiadalah kunci kesuksesan bisnis di masa depan. Ini berlaku di semua

segmen bisnis termasuk bidang logistik dan rantai pasokan. Faktor efisiensi inilah

yang ditawarkan oleh teknologi, berupa otomatisasi di hampir seluruh aspek

aktifitas bisnis melalui penerapan sistem otomatis baik hardware maupun software

dan semua jenis software otomatis (termasuk Internet of Things).

Dalam bisnis logistik dan supply chain kategorinya merangsek hingga

penerapan Computer Numerical Control (CNC), penggunaan robot, sistem

materials-handling, software manajemen rantai pasok, hingga building

automationsystems (termasuk fire and security, processing equipment, dan

electrical equipment). Selain bisa memangkas biaya gaji karyawan hingga 80%,

penerapan otomatisasi di gudang misalnya, bisa menekan tingkat kehilangan

produk dan produktivitas.

Riset Peerless Research Group (PRG) menyimpulkan 91% responden

sepakat bahwa otomatisasi bakal berdampak pada daya tahan bisnis, kehandalan

dan waktu operasional. Sebanyak 87% juga meyakini otomatisasi akan berujung
5

pada tingginya tingkat pengembalian investasi atau return oninvestment (ROI) dan

menurunkan biaya perawatan, sedangkan 71% percaya otomatisasi berefek pada

menurunnya beban penjualan perusahaan.

Tren otomatisasi juga menjangkiti Indonesia. Mulai banyak perusahaan-

perusahaan rintisan atau start-up yang menawarkan layanan otomatisasi, dan

sebaliknya perusahaan-perusahaan besar mulai menyisihkan dana untuk belanja

teknologi, khususnya untuk pergudangan dan pengiriman. Banyak pelaku bisnis

yang meyakini dalam 5-10 tahun ke depan, investasi teknologi sebagai bagian dari

otomatisasi di bisnis pergudangan tak lagi terelakkan.

Hal penting yang perlu menjadi catatan pada tren baru ini adalah, apakah

layanan otomatisasi ini hanya akan dikuasai oleh pemain-pemain asing, ataukah

bisa menjadi kesempatan pemain lokal untuk mengembangkan diri. Di sisi lain,

otomatisasi juga dapat berakibat pada turunya serapan tenaga kerja. Kedua hal ini

tentu perlu disikapi oleh pemangku kepentingan, agar kemajuan teknologi bisa

menciptakan peluang dan bukannya menjadi ancaman.

Perusahaan PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota) – Parts Center, merupakan

pusat suku cadang Toyota dan menjadi pusat operasional serta logistik suku

cadang Toyota yang melayani seluruh cabang yang tersebar di seluruh jaringan

PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota) selaku salah satu founder dealer resmi dari PT.

Toyota-Astra Motor (TAM) di Indonesia yang area operasional dan pemasarannya

mencakup Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Sulawesi

Tengah, dan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Adapun kondisi perusahaan PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota) – Parts Center,

dapat diperlihatkan seperti pada gambar di bawah ini.


6

Sumber: PT. Hadji Kalla (2018)

Gambar 1.1 Profil Parts Logistics (Depo Parts) PT. Hadji Kalla (Kalla
Toyota)

Gambaran alur proses kerja bisnis suku cadang Toyota / Parts Logistics

(DEPO) Operations PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota) mulai dari supplier, distributor,

hingga customer dapat digambarkan secara umum pada ilustrasi dibawah ini:

Sumber: PT. Hadji Kalla (2018)


Gambar 1.2 Gambaran Alur Bisnis Parts Logistics (Depo Parts) PT.
Hadji Kalla (Kalla Toyota)
7

Adapun tren penjualan unit kendaraan Toyota PT. Hadji Kalla (Kalla

Toyota) dalam sepuluh tahun terakhir (2008-20017) memperlihatkan terjadinya

tren penurunan penjualan. Sedangkan indikator yang diperlihatkan pada data

kinerja penjualan suku cadang Toyota (Parts Sales Growth) di PT. Hadji Kalla

(Kalla Toyota) – Parts Center yang selalu menunjukkan adanya peningkatan

produktivitas dalam sepuluh tahun terakhir (2008-2017).

Hal yang menarik pula adalah bahwa selain penurunan penjualan unit

tersebut juga disertai dengan kondisi pertumbuhan ekonomi nasional yang juga

cenderung mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir ini. Akan tetapi

penjualan suku cadang tetap memperlihatkan tren yang positif sehingga hal ini

perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan secara terus menerus untuk

kelangsungan bisnis perusahaan PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota).

PART SALES GROWTH vs VEHICLE SALES GROWTH (2008-2017)


400.000

350.000 80.000

300.000

60.000
250.000

200.000
40.000
150.000

100.000
5,61% 20.000

50.000 5,14% 5,10% 5,05%


4,80%

- -
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
PART SALES GROWTH (x Rp.1,000,000) 84.686 101.978 121.062 146.833 173.360 256.180 264.764 288.289 310.425 345.705
VEHICLE SALES GROWTH (Unit) 9.441 9.666 14.720 15.709 20.779 24.187 19.501 18.444 19.016 16.916

Sumber: PT. Hadji Kalla (2018)

Gambar 1.3 Tren Bisnis Penjualan Unit (Vehicle) vs Penjualan Suku


Cadang (Parts) PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota)
8

Sehubungan dengan penjabaran di atas sebagai hal yang melatar belakangi

penulis dan menarik untuk diteliti lebih lanjut maka penulis mengangkat tema

dalam menganalisa serta memformulasikan strategi apa yang sesuai untuk

mengembangkan dan mengoptimalkan potensi Bisnis Logistik Suku Cadang

Toyota di area Pemasaran PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota) yang mencakup

Kawasan Timur Indonesia di tengah terjadinya tren penurunan penjualan unit

kendaraan Toyota itu sendiri. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengambil

Penelitian Tesis dengan judul: “Analisis Strategi Bisnis Logistics & Supply

Chain Suku Cadang Toyota pada di PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota).”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi kinerja Bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang

Toyota di PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota) pada saat ini.

2. Mengukur kinerja Bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang Toyota di PT.

Hadji Kalla (Kalla Toyota) dalam menerapkan Metode Analisis SWOT &

TOWS BSC.

3. Menentukan strategi Bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang Toyota di

PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota) dengan menggunakan hasil Metode Analisis

SWOT & TOWS BSC.

1.3 Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui kondisi kinerja Bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang

Toyota di PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota) pada saat ini.


9

2. Dapat mengukur kinerja Bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang

Toyota di PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota) dalam menerapkan Metode

Analisis SWOT & TOWS BSC.

3. Dapat menentukan strategi Bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang

Toyota di PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota) dengan menggunakan hasil

Metode Analisis SWOT & TOWS BSC.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi perusahaan

baik shareholder maupun stakeholder, khususnya pihak-pihak yang terlibat dalam

proses Bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang Toyota di PT. Hadji Kalla

(Kalla Toyota) yaitu:

1. Sebagai masukan terhadap perangkat perusahaan dalam mengelola dan

menjalankan Bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang Toyota.

2. Sebagai masukan bagi perusahaan dalam rangka pengembangan Bisnis

lainnya.

3. Sebagai acuan bagi peneliti lain yang tertarik dengan masalah yang

berkaitan dengan Bisnis Logistics & Supply Chain.

1.5 Sistematika Penulisan

Pada tulisan ini, penulis membagi menjadi 6 bab, yaitu:

BABI. PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penulisan.


10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang tinjauan teori dan konsep yang digunakan

dalam penelitian yaitu Manajemen Strategik, Bisnis Logistics & Supply

Chain, Analisis SWOT / TOWS, Balance Scorecard (BSC), dan Penelitian

Terdahulu.

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

Pada bab ini mencakup tentang Kerangka Pemikiran.

BAB IV. METODE PENELITIAN

Pada bab ini mencakup tentang Sifat dan Tipe Penelitian, Waktu dan

Lokasi Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data dan

Teknik Analisis Data.

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini memuat tentang data temuan yang diperoleh dengan

menggunakan metode dan prosedur yang diuraikan dalam BAB III. Bab ini

juga memuat gagasan peneliti, serta penafsiran dan penjelasan dan

temuan atau teori yang diungkap dari lapangan.

BAB VI. PENUTUP

Pada bab ini berisi temuan pokok atau kesimpulan, implikasi dan tindak

anjut, serta keterbatasan penelitian, dan juga saran atau rekomendasi yang

diajukan.
11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Strategik

2.1.1 Definisi Manajemen Strategik

Fred R. David, Forest R. David (2016). Manajemen Strategik (strategic

management) dapat didefinisikan sebagai seni dan sains dalam memformulasi,

mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat

organisasi dapat memperoleh tujuannya. Seperti yang diungkapkan dalam definisi

ini, manajemen strategik berfokus pada pengintegrasian manajemen, pemasaran,

keuangan dan akuntansi, produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan,

serta sistem informasi untuk memperoleh kesuksesan organisasi. Istilah

manajemen strategik dalam hal ini digunakan secara sinonim dengan istilah

perencanaan strategik (strategic planning). Istilah perencanaan strategik lebih

sering digunakan dalam dunia bisnis, sedangkan manajemen strategik sering

digunakan dalam dunia akademis. Terkadang istilah manajemen strategik

digunakan dengan mengacu pada formulasi, implementasi, dan evaluasi strategi,

sedangkan perencanaan strategik mengacu hanya pada formulasi strategi.

Vincent Gaspersz (2004) mengatakan perencanaan strategik adalah

common sense. Bersifat visioner (visionary), namun realistik; mengantisipasi

keadaan masa depan yang diinginkan (desirable) dan dapat dicapai (achievable).

Perencanaan strategik memberikan suatu struktur untuk pembuatan keputusan

praktek dan langkah-langkah yang harus diikuti.

Fred R. David, Forest R. David (2016). Tujuan manajemen strategik adalah

untuk menemukan dan menciptakan kesempatan yang baru serta berbeda untuk
12

esok; perencanaan jangka panjang (long-range planning), sebaliknya, mencoba

untuk mengoptimalisasi tren esok berdasarkan tren saat ini.

Rencana strategik, esensinya, adalah rencana permainan perusahaan.

Seperti tim sepakbola yang membutuhkan rencana permainan yang baik agar

memiliki peluang untuk sukses, perusahaan harus memiliki rencana strategik yang

baik agar berhasil dalam kompetisi. Margin laba perusahaan-perusahaan di

sebagian besar industri sangat tipis, sehingga hanya ada sedikit ruang untuk

kesalahan! Rencana strategik adalah hasil dari pilihan manajerial yang sulit di

antara beberapa alternatif yang baik, serta menandakan komitmen terhadap pasar,

kebijakan, prosedur, dan operasi yang spesifik sebagai pengganti tindakan lain

yang “lebih tidak diinginkan”.

Istilah manajemen strategik digunakan pada banyak kampus dan

universitas sebagai judul bahasan mata kuliah administrasi bisnis. Mata kuliah ini

mengintegrasikan materi dari semua mata kuliah buisnis, dan selai itu,

memperkenalkan konsep serta teknik manajemen strategik yang baru yang secara

luas digunakan oleh perusahaan dalam perencanaan strategik.

Mulyadi (2005) Sistem perencanaan strategic berfungsi sebagai alat untuk

menerjemahkan hal-hal yang bersifat kualitatif, fundamental, dan abstrak ke dalam

sasaran dan inisiatif strategic. Inisiatif strategik ini kemudian dijabarkan ke dalam

program melalui system penyusunan program. Sistem perencanaan strategic dan

system penyusunan program ini menghasilkan rencana long-range value creating

activities yaitu rencana yang berisi aktivitas untuk menciptakan nilai (shareholder

value) dalam jangka panjang.

2.1.2 Tahap-Tahap Manajemen Strategik

Proses manajemen strategik (strategic management) terdiri atas tiga tahap

yaitu formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.


13

a. Formulasi Strategi (strategy formulation),

Mencakup pengembangan visi dan misi, mengidentifikasi kesempatan dan

ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan

internal, menciptakan tujuan jangka panjang, memulai strategi alternatif,

dan memilih strategi khusus untuk dicapai. Isu-isu formulasi strategi

mencakup penentuan bisnis baru yang akan dimasuki dan bisnis baru yang

akan dihindari, apakah akan memperluas operasi atau mendiversifikasi,

apakah akan memasuki pasar internasional, apakah akan

menggabungkan usaha atau membentuk joint venture, dan cara

menghindari pengambilalihan paksa.

b. Implementasi Strategi (strategy implementation)

Memerlukan perumusan tujuan tahunan, kebijakan yang memotivasi

karyawan, dan pengalokasian sumber daya oleh persahaan, sehingga

strategi yang diformulasikan dapat dilakukan. Implementasi strategi

mencakuppengembangan budaya suportif-strategi, penciptaan struktur

organisasi yang efektif, pengarahan kembali usaha pemasaran, persiapan

anggaran, pengembangan dan penggunaan sistem informasi, serta

pengaitan kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi.

c. Evaluasi Strategi (strategy evaluation)

Merupakan tahapan final dalam manajemen strategik. Manajer harus

mengetahui ketika strategi tertentu tidak bekerja dengan baik; evaluasi

strategi adalah cara yang tepat untuk mengetahui informasi ini. Semua

strategi merupakan subjek untuk modifikasi di masa yang akan datang

karena faktor internal dan eksternal senantiasa berubah. Tiga aktifitas

fundamental evaluasi strategi adalah :

1) Meninjau faktor internal dan eksternal yang merupakan basis untuk

strategi saat ini.


14

2) Mengukur kinerja.

3) Mengambil tindakan korektif.

Evaluasi strategi dibutuhkan karena kesuksesan hari ini bukan jaminan

kesuksesan besok! Sukses selalu menciptakan permasalahan baru; rasa

puas pada organisasi sering kali berujung pada kematian organisasi.

Formulasi, implementasi, dan evaluasi strategi adalah aktivitas-aktivitas

yang terjadi dalam tiga level hirearki di organisasi besar : peruahaan, unit

divisi atau strategis, dan fungsional. Dengan membantu komunikasi dan

interaksi antar-manajer dan karyawan lintas level hirearki, manajemen

strategik membantu fungsi perusahaan sebagai tim yang kompetitif.

Sebagian besar bisnis kecil dan beberapa bisnis besar tidak memiliki divisi

atau unit strategi bisnis; mereka hanya memiliki level perusahaan dan

fungsional. Manajer dan karyawan pada dua level ini sebaiknya secara aktif

terlibat dalam akvifitas manajemen startegik. (Fred R. David, Forest R.

David.2016)

2.1.3 Mengintegrasikan Intuisi dan Analisis

Edward Deming pernah berkata, “ Pada Tuhan kami percaya. Pada hal

lainnya, berikan data.” Manajemen strategik dapat dideskripsikan sebagai tujuan,

logika, pendekatan sistematik untuk membuat keputusan dalam organisasi.

Manajemen strategik berusaha untuk mengorganisasiinformasi kuantitatif dan

kualitatif di mana keputusan efektif dapat dibuat meski dalam kondisi yang tidak

pasti. Namun, manajemen strategik bukanlah sains murni yang baik, rapi, dan

pendekatan satu-dua-tiga.

Berdasarkan pengalaman yang lalu, penilaian dan perasaan, sebagian

orang mengakui bahwa intuisi (intuition) sangat penting dalam membuat

keputusan strategik yang baik. Intuisi secara khusus berguna dalam membuat
15

keputusan pada situasi dengan ketidakpastian yang besar atau preseden yang

kecil. Intuisi juga membantu ketika variabel-variabel yang saling terkait ada atau

ketika harus memilih di antara berbagai alternatif yang membingungkan. Beberapa

manajer dan pemilik bisnis memiliki kemampuan luar biasa dalam menciptakan

strategi yang hebat hanya dengan intuisi.

2.1.4 Manfaat Manajemen Strategik

Manajemen strategik membuat organisasi lebih proaktif daripada reaktif

dalam membentuk masa depannya sendiri; hal tersebut memungkinkan organisasi

untuk memulai dan mempengaruhi (bukan hanya merespon) aktivitas dan oleh

karena itu dapat mengendalikan nasibnya sendiri.Pemilik usaha kecil, CEO,

direktur, dan manajer dari banyak organisasi yang mencari keuntungan dan nirlaba

telah mengetahui dan menyadari manfaat dari manajemen strategik.

Secara historis, keuntungan utama dari manajemen strategik telah

membantu organisasi untuk memformulasi strategi melalui penggunaan

pendekatan yang lebih sistematik, logis, dan rasional terhadap pilihan strategik. Ini

tentu saja berlanjut menjadi manfaat utama dari manajemen strategik, namun studi

penelitian saat ini mengindikasikan bahwa proses, bukan keputusan atau

dokumen, merupakan kontribusi yang lebih penting dari manajemen strategik.

Komunikasi adalah kunci dalam penerapan manajemen strategik yang berhasil.

Melalui keterlibatan dalam prosesnya, dengan kata lain, melalui dialog dan

partisipasi, manajer dan karyawan berkomitmen untuk mendukung organisasi.

a. Manfaat Keuangan

Penelitian mengindikasikan bahwa organisasi yang menggunakan konsep

manajemen strategik lebih menguntungkan dan berhasil dibandingkan organisasi

yang tidak menggunakan konsep manajemen strategik. Perusahaan yang

menggunakan konsep manajemen strategik menunjukkan peningkatan signifikan


16

dalam penjualan, tingkat keuntungan, dan produktivitas dibandingkan dengan

perusahaan tanpa aktivitas perencanaan sistematis.

b. Manfaat Non-Keuangan

Selain membantu perusahaan menghindari kegagalan keuangan,

manajemen strategik menawarkan keuntungan berwujud lainnya, seperti

meningkatnya kesadaran atas ancaman eksternal, pemahaman yang meningkat

akan strategi pesaing, produktivitas karyawan meningkat, berkurangnya resistensi

terhadap perubahan, dan pemahaman yang lebih jelas dari hubungan kinerja-

imbalan.

Figur dibawah ini mengilustrasikan manfaat intrinsik dari perusahaan yang

melaksanakan perencanaan strategik.

Memperdalam / Komitmen
Menigkatkan yang Lebih
Pemahaman Besar HASIL
Meningkatkan
Komunikasi a. Atas tinjauan Semua manajer
a. Untuk
orang lain mencapai tujuan dan karyawan
a. Dialog b. Atas dalam misi
b. Untuk
perencanaan untuk
b. Partisipasi mengimplement
apa yang menyukseskan
asukan strategis
dilakukan perusahaan
perusahaan dan c. Untuk bekerja
mengapa keras

Sumber: Fred R. David & Forest R. David (2016)

Gambar 2.1 Keuntungan bagi Perusahaan yang Melakukan Rencana


Strategik

2.1.5 Hakikat Analisis dan Pilihan Strategi

Strategi merupakan tindakan yang bersifat in-cremental (senantiasa

meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang

tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan

demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan

dimulai dari apa yang terjadi.


17

Analisis dan pilihan strategi berfokus pada usaha menciptakan dan

mengevaluasi strategi-strategi alternatif, selain memilih strategi yang hendak

dijalan- kan. Analisis dan pilihan strategi berusaha menentukan tindakan alternatif

yang paling baik dalam membantu perusahaan mencapai misi dan tujuannya.

Strategi, tujuan dan misi perusahaan, ditambah dengan infor masi audit eksternal

dan internal, memberikan landas an untuk menciptakan serta mengevaluasi

strategi alternatif yang masuk akal.

Sumber: Fred R. David & Forest R. David (2016)

Gambar 2.2 Model Manajemen Strategik Komprehensip

a. Proses Menciptakan dan Memilih Strategi

Para penyusun strategi tidak pernah dapat mempertimbangkan seluruh

alternatif yang dapat menguntungkan perusahaan karena akan sangat banyak

tindakan yang mungkin dan tak terbatas cara untuk menerapkan tindakan-tindakan

tersebut. Untuk itu serangkaian strategi alternative paling menarik yang bisa

dikelola harus dikembangkan.Keuntungan, kerugian, trade off, biaya, dan manfaat

strategi-strategi ini harus ditentukan. Proses menciptakan dan memilih strategi

dalam kerangka manajemen strategik yang komprehensif dapat dilihat pada

gambar diatas.
18

Mengidentifikasi dan mengevaluasi strategi alternatif hendaknya

melibatkan banyak manajer dan karyawan yang sebelumnya merumuskan

pernyataan visi dan misi organisasi, melakukan audit eksternal dan internal.

Perwakilan setiap departemen dan divisi dalam perusahaan harus diikutsertakan

dalam proses ini, sebagaimana juga terjadi dalam aktivitas perumusan strategi

yang dibahas sebelumnya.

Seluruh partisipan dalam analisis dan pemilihan strategi harus memiliki

informasi audit eksternal dan internal di hadapan mereka. Informasi ini, ditambah

dengan pernyataan misi perusahaan, akan membantu para partisipan

mengkristalisasi dalam benak mereka sendiri berbagai strategi yang mereka yakini

paling bermanfaat bagi perusahaan. Kreatifitas harusnya didorong dalam proses

pemikiran ini.

Strategi-strategi alternatif yang diajukan oleh para partisipan harus

dipertimbangkan dan didiskusikan dalam satu atau serangkaian rapat.Berbagai

strategi tersebut dapat disusun dalam bentuk tertulis.

Ketika semua strategi yang masuk akal yang diidentifikasi oleh partisipan

telah disampaikan dan dimengerti, strategi-strategi tersebut hendaknya

diperingkat berdasarkan daya tarik masing-masing menurut partisipan dengan 1=

jangan diterapkan, 2=mungkin diterapkan, 3=sebaiknya diterapkan dan 4=harus

diterapkan.Proses ini akan menghasilkan sebuah daftar prioritas terbaik yang

mencerminkan pemikiran seluruh anggota kelompok.

b. Sebuah Kerangka Perumusan Strategi yang Komprehensif

Teknik-teknik perumusan strategi yang penting dapat diintegrasikan ke

dalam kerangka pengambilankeputusan tiga tahap seperti ditunjukkan dalam

gambar di bawah ini:

Tahap 1 dari kerangka perumusan terdiri atas Matriks Evaluasi Faktor

Eksternal (External Faktor Evaluation- EFE), Matriks Evaluasi Faktor Internal


19

(Internal Faktor Evaluation- IFE) dan Matriks Profil Kompetitif (Competitive Profile

Matrix).Tahap 1, tahap input (input stage), berisi informasi input dasar yang

dibutuhkan untuk merumuskan strategi. Tahap 2, tahap pencocokan (matching

stage), berfokus pada penciptaan strategi alternatif yang masuk akal dengan

memperhatikan faktor-faktor eksternal dan internal utama.Teknik-teknik tahap dua

meliputi: Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (Strength,

Weaknesses, Opportunities and Threats - SWOT), Matriks Posisi Strategi dan

Evaluasi Tindakan (Strategic Posisition and Action Evalualtion - SPACE), Matriks

Boston Consulting Group (BCG), Matriks Internal-Eksternal (Internal-Eksternal -

IE) dan Matriks Strategi Besar (Grand Strategy Matrix).

Tahap 3, tahap keputusan (decision stage), melibatkan satu teknik saja, Matriks

Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix - QSPM).

QSPM menggunakan informasi input dari tahap 1 untuk secara objektif

mengevaluasi strategi-strategi alternatif yang diidentifikasi dalam tahap 2. QSPM

menunjukkan daya tarik relatif ber- bagai strategi alternatif dan dengan demikian

memberikan landasan objektif bagi pemilihan strategi alternative.

Mulyadi (2007) Strategi dipilih untuk menggalang berbagai sumber daya

organisasi dan mengarahkannya ke pencapaian visi organisasi. Dengan strategi

yang tepat, seluruh sumber daya organisasi dikerahkan menjadi kekuatan yang

luar biasa besarnya untuk diarahkan ke pencapaian visi organisasi, sehingga akan

menjanjikan pencapaian visi organisasi. Dalam lingkungan bisnis kompetitif,

strategi memainkan peran penting dan menentukan dalam mempertahankan

kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisasi.

Oleh karena manajemen strategik merupakan proses yang berkelanjutan,

sekali strategi yang dipilih diimplementasikan, sering kali diperlukan modifikasi

atas strategi tersebut, disesuaikan dengan perubahan lingkungan dan/atau kondisi

organisasi. Lingkungan bisnis turbulen dan kompetitif menuntut organisasi untuk


20

melakukan pemantauan secara berkelanjutan terhadap ketepatan strategi pilihan

untuk mewujudkan visi organisasi.

Sumber: Fred R. David & Forest R. David (2016)

Gambar 2.3 Kerangka Analitis Perumusan Strategi

Berikut ini adalah dijelaskan masing-masing tahap di atas secara

sistematis:

1. Tahap Input

Informasi yang diperoleh dari analisis kondisi internal, eksternal dan profil

kompetitif menjadi informasi dasar untuk tahap pencocokan dan tahap keputusan.

Alat-alat input mendorong para penyusun strategi untuk mengukur subjektifitas

selama tahap awal proses perumusan strategi. Membuat berbagai keputusan-

keputusan kecil dalam matriks input menyangkut signifikansi relatif faktor-faktor

eksternal dan internal memungkinkan para penyusun strategi untuk secara lebih

efektif menciptakan serta mengevaluasi strategi alternatif. Penilaian intuitif yang

baik selalu dibutuhkan dalam menentukan bobot dan peringkat yang tepat.

2. Tahap Pencocokan

Strategi seringkali didefinisikan sebagai pencocokan yang dibuat suatu

organisasi antara sumber daya dan keterampilan internalnya serta peluang dan

resiko yang diciptakan oleh faktor-faktor eksternal.Tahap pencocokan dari


21

kerangka perumusan strategi terdiri atas lima teknik yang dapat digunakan dengan

urutan manapun: Matriks SWOT, Matriks SPACE, Matriks BCG, Matriks IE dan

Matriks Strategi Besar.

Alat-alat ini bergantung pada informasi yang diperoleh dari tahap input

untuk memadukan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan

kelemahan internal. Mencocokkan (matching) faktor-faktor keberhasilan penting

eksternal dan internal merupakan kunci untuk menciptakan strategi alternatif yang

masuk akal.

Setiap organisasi, apakah militer, berorientasi produk, berorientasi jasa,

pemerintahan, atau bahkan olah raga, harus mengembangkan dan menjalankan

strategi yang tepat agar berhasil.Serangan yang bagus tanpa pertahanan yang

baik, atau sebaliknya, biasanya mengakibatkan kekalahan.Mengembangkan

gagasan yang memanfaatkan kekuatan untuk menangkap peluang dapat

dianggap sebuah serangan, sementara strategi yang dirancang untuk

memperbaiki kelemahan sembari menghindar dari ancaman bisa diistilahkan

sebagai pertahanan.Setiap organisasi memiliki peluang dan ancaman ekternal

serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat dipelajari untuk merumuskan

strategi alternatif yang masuk akal.

a) Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (SWOT)

Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman adalah sebuah alat

pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan

empat jenis strategi.


22

Sumber: Fred R. David & Forest R. David (2016)

Gambar 2.4 Matriks Analisis SWOT

1. Strategi SO (kekuatan-peluang) memanfaatkan kekuatan internal

untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal.

2. Strategi WO (kelemahan-peluang) bertujuan untuk memperbaiki

kelemahan internal dengan mengambil keuntungan dari peluang

eksternal.

3. Strategi ST (kekuatan-ancaman) menggunakan kekuatan sebuah

perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman

eksternal.

4. Strategi WT (kelemahan-ancaman) merupakan taktik defensif yang

diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari

ancaman eksternal.

b) Matriks Posisi Strategis dan Evaluasi (SPACE)

Tindakan (Strategic Posistion and Action Evaluation-SPACE) merupakan

kerangka empat kuadran yang menunjukkan apakah strategi agresif,

konservatif, defensif atau kompetitif yang paling cocok untuk organisasi


23

tertentu. Sumbu-sumbu Matriks SPACE menunjukkan dua dimensi internal

(kekuatan finansial/financial strength – FS) dan keunggulan kompetitif

(competitive advantage – CA) dan dua dimensi eksternal yaitu stabilitas

lingkungan (environment stability-ES) dan kekuatan industri (industry

strength- IS). Keempat faktor ini kiranya merupakanpenentu terpenting dari

strategi keseluruhan suatu organsisasi.

Sumber: Fred R. David & Forest R. David (2016)

Gambar 2.5 Matriks SPACE

c) Matriks Boston Consulting Group (BCG)

Matriks BCG secara grafis menggambarkan perbedaan antara divisi dalam

hal posisi pangsa pasar relatif dan tingkat pertumbuhan industri. Matriks

BCG memungkinkan sebuah organisasi multidivisional mengelola

portofolio bisnisnya dengan cara mengamati posisi pangsa pasar relatif

dan tingkat pertumbuhan industri tiap divisi relatif terhadap semua divisi

lain dalam organisasi.


24

Sumber: Diadaptasi dari Boston Consulting Group (1974)

Gambar 2.6 Matriks BCG

Divisi yang berada di Kuadran I memiliki posisi pangsa pasar yang relatif

rendah, namun mereka bersaing di industri dengan tingkat pertumbuhan

tinggi. Pada umumnya, kebutuhan kas perusahaan ini tinggi sementara

pendapatan kas mereka rendah. Bisnis ini dinamakan Tanda Tanya karena

organisasi harus memutuskan apakah akan memperkuat bisnis dengan

strategi yang intensif atau menjualnya.

Pada kuadran II dinamakan dengan Bintang, yang menggambarkan

peluang pertumbuhan dan profitabilitas jangka panjang terbaik

organisasi.Divisi dengan pangsa pasar relative tinggi dan tingkat

pertumbuhan industri yang tinggi harus memperoleh investasi yang

substansial untuk mempertahankan atau memperkuat posisi mereka.

Integrasi ke depan, integrasi ke belakang dan integrasi horizontal,

penetrasi pasar, pengembangan pasar serta pengembangan produk


25

merupakan strategi yang sesuai untuk dipertimbangkan oleh berbagai

divisi.

Kuadran III disebut Sapi Perah Kas karena memiliki posisi pangsa pasar

relatif yang tinggi tetapi bersaing di industri dengan tingkat pertumbuhan

yang rendah. Dinamakan Sapi Perah Kas karena divisi ini menghasilkan

kas melebihi kebutuhannya dan sering ”diperah”. Pengembangan produk /

diversifikasi bisa menjadi strategi yang menarik bagi Sapi Perah Kas.

Sementara divisi-divisi pada kuadran IV dinamakan Anjing karena memiliki

posisi pangsa pasar relative yang rendah dan bersaing dalam industri yang

tumbuh lambat atau sama sekali tidak tumbuh. Oleh karena posisi internal

dan eksternal mereka yang lemah, bisnis ini seringkali di likuidasi,

didivestasi, atau dipangkas melalui penciutan.

d) Matriks Internal-Ekternal (IE Matrix)

Matriks Internal-Ekternal (IE Matrix) memosisikan berbagai divisi suatu

organisasi dalam tampilan sembilan sel. Matriks IE serupa dengan matriks

BCG dalam pengertian bahwa kedua alat tersebut menempatkan divisi-

divisi organisasi dalam sebuah diagram sistematis. Akan tetapi terdapat

perbedaan penting antara matriks BCG dan Matriks IE. Pertama,

sumbunya tidak sama. Juga, matriks IE membutuhkan lebih banyak

informasi dari pada matriks BCG. Selain itu, implikasi strategis dari setiap

matriks berbeda.Oleh karena alasan ini, para penyusun strategi di berbagai

perusahaan multidivisional seringkali mengembangkan baik Matriks BCG

maupun Matriks IE dalam merumuskan strategi alternatif.

Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci: skor bobot IFE total pada

sumbu x dan skor bobot EFE total pada sumbu y. Skor bobot total yang

diperoleh dari divisi-divisi tersebut memungkinkan susunan Matriks IE di

tingkat perusahaan. Pada sumbu x dari Matriks IE, skor bobot IFE total 1,0–
26

1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah, skor 2,0– 2,99 dianggap

sedang, dan skor 3,0 sampai 4,0 adalah kuat. Serupa dengannya, pada

sumbu y, skor bobot EFE total 1,0–1,99 dipandang rendah, skor 2,0–2,99

dianggap sedang, dan skor 3,0–4,0 adalah tinggi.

Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yang mempunyai

implikasi strategis yang berbeda-beda. Pertama, ketentuan untuk divisi-

divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai

tumbuh dan membangun. Strategi yang intensif (penetrasi pasar,

pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integratif

(integrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi horizontal) bisa

menjadi pilihan yang paling tepat bagi divisi-divisi ini. Kedua, divisi yang

masuk dalam sel III, V, atau VII dapat ditangani dengan baik melalui

strategi menjaga dan mempertahankan; penetrasi pasar dan

pengembangan produk adalah dua strategi yang paling banyak digunakan

dalam jenis divisi ini. Ketiga,ketentuan umum untuk divisi yang masuk

dalam sel VI, VIII, dan IX adalah panen atau divestasi. Organisasi yang

berhasil, mampu mencapai portofolio bisnis yang masuk atau berada di

seputar sel I dalam Matriks IE.Hal ini dapat terlihat pada Gambar 3.

Contoh Matriks IE yang lengkap ditampilkan pada Gambar 4 berikut ini, di

mana organisasi terdiri atas empat divisi.Sebagaimana diindikasikan oleh

posisi lingkarannya, strategi tumbuh dan dan membangun sesuai untuk

Divisi 1, 2, dan 3. Divisi 4 adalah kandidat untuk strategi panen atau

divestasi.Divisi 2 menghasilkan persentase terbesar dari penjualan

perusahaan maka ditunjukkan dengan lingkaran terbesar.Divisi 1

menghasilkan proporsi terbesar dalam total laba, sehingga memperoleh

potongan kue terbesar.


27

e) Matriks Strategi Besar (Grand Strategy Matrix)

Matriks Strategi Besar (Grand Strategy Matrix) telah menjadi alat yang

populer untuk merumuskan strategi alternatif.Semua organisasi dapat

diposisikan di salah satu dari empat kuadran strategis.Untuk divisi-divisi

suatu perusahaan dapat dilakukan yang serupa.Hal ini terlihat pada

Gambar. Matriks Strategi Besar didasarkan pada dua dimensi evaluative,

posisi kompetitif dan pertumbuhan pasar (industri).

Setiap industri yang pertumbuhan penjualan tahunannya melebihi 5%

dapat dianggap memiliki pertumbuhan yang cepat.Strategi yang tepat

untuk dipertimbangkan organisasi ditampilkan dalam urutan daya tarik di

setiap kuadran matrik tersebut.

Perusahaan-perusahaan yang berada dalam kuadran I Matriks Strategi

Besar memiliki posisi strategis yang sempurna. Untuk perusahaan-

perusahaan tersebut, konsentrasi pada pasar (penetrasi pasar dan

pengembangan pasar) dan produk (pengembangan produk) yang ada saat

ini merupakan strategi yang sesuai.

Perusahaan-perusahaan yang berada di Kuadran II perlu secara serius

mengevaluasi pendekatan mereka terhadap pasar.Walaupun industry

mereka tengah tumbuh, mereka tidak mampu bersaing secara efektif, dan

mereka perlu mencari tahu mengapa pendekatan perusahaan saat ini tidak

efektif dan bagaimana perusahaan mencari tahu mengapa pendekatan

perusahaan saat ini tidak efektif serta bagaimana perusahaan memperbaiki

daya saingnya.Untuk ini dapat digunakan strategi intensif (sebagai

kebalikan strategi integratif atau diversifikasi) sebagai pilihan utama untuk

dipertimbangkan. Namun jika perusahaan kurang memiliki keunggulan

kompetitif, integrasi horizontal menjadi alternatif lain yang bagus. Sebaga

pilihan terakhir, divestasi atau likuidasi dapat dipertimbangkan.


28

Organisasi-organisasi kuadran III bersaing di industri yang

pertumbuhannya lambat serta memiliki posisi kompetitif lemah.Berbagai

perusahaan ini harus segera membuat perubahan drastis untuk

menghindari penurunan yang lebih jauh atau kemungkinan

likuidasi.Pengurangan biaya dan aset yang ekstensif harus dilakukan

pertama kali. Strategi alternatif lainnya adalah dengan mengalihkan

sumber daya dari bisnis saat ini ke bidang lain (diversifikasi).

Terakhir, bisnis-bisnis kuadran IV memiliki posisi kompetitif yang kuat

namun berada dalam industry yang pertumbuhannya lambat. Perusahaan-

perusahaan ini mempunyai kekuatan untuk mengadakan program

diversifikasi ke bidang-bidang pertumbuhan baru yang lebih menjanjikan:

karakteristik perusahaan-perusahaan kuadran IV adalah memiliki tingkat

arus kas yang tinggi serta kebutuhan pertumbuhan internal yang terbatas

dan seringkali dapat menjalankan strategi diversifikasi terkait atau tak

terkait dengan berhasil.

3. Tahap Keputusan

Analisis dan intuisi menjadi landasan bagi pengambilan keputusan

perumusan strategi.Teknik-teknik pencocokan yang baru saja dibahas

memaparkan berbagai alternatif strategi yang bisa ditempuh. Banyak dari strategi

ini kemungkinan akan diusulkan oleh para manajer dan karyawan yang

berpartisipasi dalam analisis dan aktivitas pemilihan strategi. Setiap strategi

tambahan yang dihasilkan dari analisis-analisis pencocokan dapat didiskusikan

dan ditambahkan pada daftar pilihan alternatif yang masuk akal.


29

a) Tahap keputusan menggunakan Matriks Perencanaan Strategis


Kuantitatif (QSPM)

Teknik ini secara objektif menunjukkan strategi mana yang terbaik. QSPM

menggunakan analisis dari input di Tahap 1 dan hasil pencocokan dari

analisis Tahap 2 untuk secara objektif menentukan strategi yang hendak

dijalankan di antara strategi-strategi alternatif.

Secara konseptual QSPM menentukan daya tarik dari berbagai strategi

yang dibangun berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting internal dan

eksternal.Daya tarik relatif dari tiap strategi di dalam serangkaian alternatif

dihitung dengan menentukan dampak kumulatif dari setiap faktor

keberhasilan penting internal dan eksternal. Berapapun rangkaian strategi

alternatif dapat dimasukkan dalam QSPM, dan berapapun strategi dapat

dimasukkan dalam setiap rangkaian tersebut, tapi hanya strategi-strategi

didalam rangkaian tertentu yang dievaluasi relatif satu terhadap yang lain.

Langkah-langkah pelaksanaan QSPM meliputi:

1) Buatlah daftar berbagai peluang/ancaman eksternal dan

kekuatan/kelemahan internal utama di kolom kiri QSPM,

2) Berilah bobot pada setiap faktor eksternal dan internal utama tersebut,

3) Cermatilah matriks-matirks Tahap 2 (pencocokan), dan

mengidentifikasi berbagai strategi alternatif yang harus

dipertimbangkan diterapkan oleh organisasi,

4) Tentukanlah skor daya tarik (AS) didefinisikan sebagai nilai numeric

yang mengindikasikan daya tarik berbagai strategi alternatif dari setiap

strategi di rangkaian alternative tertentu,

5) Hitunglah skor daya tarik total, dan

6) Hitunglah jumlah keseluruhan daya tarik total.


30

b) Keistimewaan dan Keterbatasan QSPM

Salah satu keistimewaan dari QSPM adalah bahwa rangkaian-rangkaian

strateginya dapat diamati secara berurutan atau bersamaan.

Keistimewaan lain dari QSPM adalah mendorong para penyusun strategi

untuk memasukkan faktor-faktor eksternal dan internal yang relevan ke

dalam proses keputusan. Mengembangkan QSPM memperkecil

kemungkinan bahwa faktor-faktor utama akan terlewat atau diberi bobot

secara berlebihan. QSPM menggarisbawahi berbagai hubungan penting

yang mempengaruhi keputusan strategi. Walaupun dalam

mengembangkan QSPM dibutuhkan sejumlah keputusan

subjektif,membuat keputusan-keputusan kecil disepanjang proses

meningkatkan probabilitas bahwa keputusan strategi akhir yang dicapai

adalah yang terbaik bagi organisasi. QSPM dapat diadaptasi untuk

digunakan oleh organisasi berorientasi laba dan nirlaba yang besar

maupun kecil sehingga bisa diaplikasikan hamper setiap jenis organisasi.

QSPM bukannya tanpa keterbatasan. Pertama,QSPM selalu

membutuhkan penilaian intuisi dan asumsi yang berdasar. Pemeringkatan

dan skor daya tarik membutuhkan keputusan penilaian, meskipun hal itu

harus didasarkan pada informasi yang objektif. Keterbatasan yang lain

adalah QSPM hanya akan baik dan bermanfaat sepanjang informasi

prasyarat dan analisis pencocokan yang menjadi dasarnya.

c. Aspek-Aspek Budaya dari Pemilihan Strategi

Semua organisasi memiliki budaya. Budaya (culture) ini mencakup

serangkaian nilai, keyakinan, sikap, kebiasaan, norma, kepribadian, dan pemujaan

bersama yang menggambarkan perusahaan. Merupakan hal yang

menguntungkan melihat manajemen strategis dari perspektif budaya karena


31

keberhasilan seringkali bergantung pada seberapa besar dukungan yang

diperoleh strategi itu dari budaya sebuah perusahaan. Budaya perusahaan juga

bisa menjadi antagonistic terhadap strategi baru yang akan mengakibatkan

kekacauan dan kebingungan.

Semua organisasi itu politis. Kecuali dikelola, maneuver politik

menghabiskan banyak waktu, menyubversikan tujuan organisasional,

mengalihkan energy manusia, dan mengakibatkan hilangnya beberapa karyawan

yang berharga.Kadang, bias politis dan preferensi personal melekat pada

keputusan pemilihan strategi.

Tanggung jawab utama penyusun strategi adalah memandu

pengembangan koalisi, memelihara konsep tim yang menyeluruh, dan

memenangkan dukungan dari banyak individu dan kelompok individu yang

penting. Dengan tiadanya analisis yang obyektif, keputusan strategi dapat

didasarkan pada keadaan politik saat itu.Dan itu semua sekarang sudah dapat

diminimalisir dengan berkembangnya alat-alat perumusan strategi.

Oleh karena para penyusun strategis harus efektif di pasar dan sanggup

memenangkan komitmen internal, taktik berikut yang sudah digunakan oleh

politikus selama berabad-abad dapat membantu mereka :

a. Ekuifinalitas (lebih mementingkan hasil akhir yang lebih baik daripada

memaksakan metode tertentu untuk meraih keberhasilan).

b. Memuaskan (Mencapai hasil yang memuaskan dengan strategi yang bisa

diterima lebih baik daripada gagal mencapai hasil yang optimal dengan

strategi yang tidak bisa diterima).

c. Generalisasi (Mengubah focus dari isu-isu spesifik ke yang lebih umum).

d. Fokus pada Isu-Isu yang lebih tinggi (lebih fokus pada kepentingan

jangka panjang).

e. Menyediakan akses politis pada Isu-isu yang penting.


32

2.2 Bisnis Logistics & Supply Chain

2.2.1 Definisi Bisnis Logistics & Supply Chain

Yolanda (2005) Bisnis Logistik merupakan kegiatan yang unik, karena

kegiatan ini merupakan kegiatan yang tertua sekaligus kegiatan yang termuda.

Bisnis Logistik disebut tertua, jika dilihat dari kegiatan individu, kegiatan

logistik sudah ada sejak manusia ada. Hal ini sebagai upaya manusia memenuhi

kebutuhannya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pada

perusahaan, logistik dilakukan pada pengelolaan, penyimpanan bahan baku, suku

cadang, dan barang jadi.

Bisnis Logistik disebut muda, karena kelahiran manajemen logistik baru

muncul dan diperhitungkan sejak 1950, setelah terjadi perubahan dalam kegiatan

logistik, yang awalnya terpisah-pisah menjadi kegiatan yang terpadu dengan

diterapkannya sistem manajemen logistik terpadu.

Richardus (2005) Supply Chain (rantai pasokan) adalah suatu sistem

tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para

pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai

organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu

sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut.

Kata “penyaluran” mungkin kurang tepat karena istilah supply meliputi juga proses

perubahan barang tersebut, misalnya dari bahan mentah menjadi barang jadi.

Konsep Supply Chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik.

Konsep lama melihat logistik sebagai persoalan intern masing-masing

perusahaan, dan pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan secara intern di

perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru ini, masalah logistik dilihat

sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan

dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata

rantai pasokan barang.


33

Konsep Supply Chain Management yang relatif baru tersebut sebetulnya

tidak sepenuhnya baru karena konsep itu merupakan perpanjangan dari konsep

manajemen logistik (logistic management). Hanya manajemen logistik lebih

terfokus pada pengaturan aliran barang di dalam suatu perusahaan, sedangkan

supply chain management menganggap bahwa internal integration tidaklah cukup.

Integrasi harus dicapai untuk seluruh mata rantai pengadaan barang, mulai dari

yang paling hulu sampai dengan yang paling hilir. Secara sepintas lalu telah

dijelaskan perbedaan antara manajemen logistik dan supply chain management.

Berikut ini akan dijelaskan secara lebih terperinci baik persamaan maupun

perbedaannya. Persamaan dapat disebutkan antara lain :

a. Keduanya menyangkut pengelolaan arus barang atau jasa.

b. Keduanya menyangkut pengelolaan mengenai pembelian, pergerakan,

penyimpanan, pengangkutan, administrasi, dan penyaluran barang.

c. Keduanya menyangkut usaha untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

pengelolaan barang.

Disamping persamaan-persamaan tersebut, ada beberapa perbedaan

mendasar diantara keduanya yang antara lain dapat disebutkansebagai berikut:

Tabel 2.1 Perbedaan Manajemen Logistik dengan Supply Chain

Manajemen Logistik Manajemen Supply Chain


Mengutamakan pengelolaan, Mengutamakan arus barang antar
termasuk arus barang dalam perusahaan, sejak paling hulu sampai
perusahaan. paling hilir.
Berorientasi pada perencanaan dan Atas dasar kerangka kerja ini,
kerangka kerja yang menghasilkan mengusahakan hubungan dan koordinasi
rencana tunggal arus barang dan antar proses dari perusahaan-
informasi di seluruh perusahaan. perusahaan lain dalam business
pipelines, mulai dari suppliers sampai
kepada pelanggan.
Sumber: Yolanda (2005)
34

Supply Chain Management (SCM), menurut (Heizer & Rander: 2004),

merupakan kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh

bahan mentah tersebut menjadi barang dalam proses atau barang setengah jadi

kemudian mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui sistem distribusi.

Kegiatan-kegiatan ini mencakup fungsi pembelian tradisional ditambah kegiatan

penting lainnya yang berhubungan antara pemasok dengan distributor. SCM bisa

meliputi penetapan:

(1) Pengangkutan;

(2) Pentransferan kredit dan tunai;

(3) Pemasok;

(4) Distributor dan bank;

(5) Utang dan piutang;

(6) Penggudangan;

(7) Pemenuhan pesanan;

(8) Membagi informasi mengenai ramalan permintaan, produksi, dan kegiatan

pengendalian persediaan.

Pemikiran yang mendasari hal ini adalah berusaha mengurangi kesia-siaan

dan maksimisasi nilai pada rantai pasokannya. Kegiatan pada SCM mencakup

disiplin akuntansi, keuangan, pemasaran, dan manajemen operasi.

 Informasi penjadwalan
 Arus kas
 Arus pesanan

Pemasok Persediaan Perusahaan Distribusi Konsumen

 Arus kredit
 Arus bahan baku

Sumber: Heizer & Rander (2004)


Gambar 2.7 Rantai Pasokan
35

SCM berkaitan langsung dengan siklus lengkap bahan baku dari pemasok

ke produksi, gudang, dan distribusi kemudian sampai ke konsumen. Sementara

perusahaan meningkatkan kemampuan bersaing mereka melalui penyesuaian

produk, kualitas yang tinggi, pengurangan biaya, dan kecepatan mencapai pasar

diberikan penekanan tambahan terhadap rantai pasokan.

Rantai pasokan mencakup keseluruhan interaksi antara pemasok,

perusahaan manufaktur, distributor, dan konsumen. Interaksi ini juga berkaitan

dengan transportasi, informasi penjadwalan, transfer kredit dan tunai, serta

transfer bahan baku antara pihak-pihak yang terlibat.

2.2.2 Ruang Lingkup Logistics & Supply Chain

Richardus (2005) Supply Chain Management (SCM) sebenarnya sudah

dikenal dari beberapa tahun yang lalu dan terintegrasi dengan logistik. SCM

menegaskan interaksi antar fungsi pemasaran, produksi pada suatu perusahaan.

Memanfaatkan kesempatan untuk meningkatkan pelayanan dan penurunan biaya

dapat dilakukan melalui koordinasi dan kerjasama antara pengadaan bahan baku

dan pendistribusiannya. Hal ini terkait dengan kegiatan rantai pasokan yang

secara tidak langsung terkontrol dari kegiatan logistik. Saat ini tidak dapat

dipungkiri bahwa perusahaan besar maupun yang kecil pasti melakukan kegiatan

logistik, baik logistik di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan. Saluran

persediaan bahan baku sampai penyaluran barang jadi, sangat membutuhkan

logistik. Perusahaan yang menjalankan just in time sangat besar

ketergantungannya pada kelancaran bahan baku dan berusaha meminimalkan

persediaan dengan jalan membangun hubungan yang baik dengan para supplier-

nya. Ruang lingkup supply chain management meliputi :

a. Rantai pasokan (SC) mencakup seluruh kegiatan arus dan transformasi

barang mulai dari bahan mentah, sampai penyaluran ke tangan konsumen


36

termasuk aliran informasinya. Bahan baku dan aliran informasi adalah

rangkaian dari rantai pasokan (SC).

b. Rantai pasokan sebagai suatu sistem tempat organisasi menyalurkan

barang produksi dan jasa kepada para pelanggannya.

Rantai pasokan harus saling mendukung diantara organisasi yang saling

berhubungan agar kegiatan pengadaan dan penyaluran bahan baku dan

produk akhir terintegrasi secara baik dan benar, sehingga misi mereka

menjadi sama, yaitu ”to get the right goods or services to the right place, at

the right time, and in the desired condition, while making the greatest

contribution to the firm”.

2.2.3 Strategi Logistics & Supply Chain

Strategi logistik/SCM diperlukan untuk membantu pencapaian tujuan

perusahaan yang diinginkan dalam strategi perusahaan. Inovasi terhadap

pendekatan-pendekatan strategi SCM akan membuat perusahaan dapat unggul

dalam bersaing.

Dalam perencanaan strategi SCM diperlukan beberapa sumber-sumber

pengambilan keputusan. Suatu perspektif strategi untuk sumber dari dalam dan

luar perusahaan bertujuan agar mampu bersaing berdasarkan diferensiasi produk

dan atau fokus. Unsur-unsur pembuatan strategi SCM menurut Sislian dan Satir

(2000), terdiri dari Faktor Primer (keunggulan bersaing dan fleksibilitas

permintaan) dan Faktor Sekunder (kapabilitas proses, kematangan proses, dan

resiko strategi).

a. Keunggulan Bersaing (Competitive Advantage)

Secara umum keunggulan bersaing menurut Porter (1980) dapat diperoleh

dari:
37

1) Diferensiasi, yaitu berusaha menciptakan/membuat produk yang unik

berbeda atau minimal lebih baik dari produk yang sudah ada;

2) Kepeloporan biaya, yaitu berusaha meminimalkan biaya tetapi tanpa

mengurangi nilai atau kualitas produk. Hal ini dapat dilakukan dengan

inovasi proses, mendesain produk dengan benar, mengurangi biaya

manufaktur;

3) Respon yang cepat, ditandai dengan sifat fleksibel, reliable, cepat

tanggap terhadap perubahan-perubahan.

b. Fleksibilitas Permintaan (Demand Flexibility)

Kebutuhan fleksibilitas sangat tergantung pada jumlah dan cakupan

perubahan yang diinginkan terhadap permintaan barang dan jasa.

Fleksibilitas permintaan menurut Slack (1990) dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu produk itu sendiri, campuran produk, volume, dan tipe

pengantaran. Pengukuran terhadap fleksibilitas permintaan bermacam-

macam, dapat dilihat dari ketepatan pengantaran, peramalan permintaan

yang tepat dan lain sebagainya.

c. Kapabilitas Proses (Process Capability)

Faktor ini sangat berkaitan dengan sejauh mana perusahaan dapat

menjalankan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan. Hal ini sangat tergantung

pada tipe kegiatan, dengan kata lain terdapat banyak cara untuk memenuhi

kebutuhan tersebut. Jika kapabilitas proses sesuai dengan standar industri

maka benchmarking dapat efektif digunakan.

d. Kematangan Proses (Process Maturity)

Sangat berkaitan dengan tingkat kinerja proses, bagaimana proses ini

dapat tanggap dan memenuhi penawaran pasar. Faktor ini sangat

dibutuhkan untuk pertimbangan terhadap proses manufaktur yang akan

digunakan.
38

e. Resiko Strategi

Resiko yang dimaksud di sini bukanlah resiko terhadap kuantitas atau

kualitas yang diberikan pemasok melainkan adanya penyebaran resiko.

Penyebaran resiko adalah resiko yang diterima perusahaan akibat adanya

kebocoran informasi tentang produk dan layanannya, baik itu yang diterima

atau yang diberikan pemasok, sehingga pesaing dapat mengetahui

strategi-strategi perusahaan. Resiko dapat menjadi tinggi ketika pemasok

memiliki konsumen lain sehingga pesaing memperoleh layanan pemasok

dan mengetahui strategi-strategi perusahaan. Berdasarkan hal tersebut

maka manajer sudah selayaknya mengevaluasi seluruh strategi yang

dijalankan.

Dalam prosesnya strategi SCM memiliki 3 tujuan, yaitu meliputi cost

reduction, capital reduction, dan service improvement.

1) Cost reduction; strategi SCM yang dijalankan harus dapat

meminimalkan biaya logistic yang terjadi, misalnya dengan memilih

alat/model transportasi, penggudangan, standard dan layanan yang

meminimalkan biaya.

2) Capital reduction; strategi yang ditujukan untuk meminimalisasikan

tingkat investasi di dalam strategi logistik. Strategi ini dapay

menghasilkan biaya variabel yang lebih tinggi dari pada strategi yang

membutuhkan level yang lebih tinggi untuk investasi, tetapi pada saat

pengembalian investasi diharapkan sangat meningkat.

3) Service improvement; pelayanan harus selalu diperbaiki. Strategi

supply chain harus secara proaktif dijalankan. Pendapatan yang

diperoleh perusahaan tergantung level pelayanan/jasa logistic yang

diberikan. Walaupun terjadi kenaikan pada biaya, tetapi ditutupi oleh

naiknya level dari logistic pelayanan konsumen dan meningkatnya


39

pendapatan dapat menutupi biaya. Untuk lebih efektif maka strategi

pelayanan/jasa ini dikembangkan berbeda dari para pesaing.

2.3 Analisis SWOT

2.3.1 Pengertian Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan

untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang

(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi

bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths,

weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan

yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal

dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.

Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah

berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya

dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan

(strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang

(opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses)

yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada,

selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman

(threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan

(weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau

menciptakan sebuah ancaman baru.

Menurut Daniel Start dan Ingie Hovland analisis SWOT adalah instrumen

perencanaaan strategis yang klasik dengan menggunakan kerangka kerja

kekuatan dan kelemahan serta kesempatan ekternal dan ancaman. Instrumen ini

memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk


40

melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang

bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka.

Metode SWOT pertama kali digunakan oleh Albert Humphrey yang

melakukan penelitian di Stamford University pada tahun 1960-1970 dengan

analisa perusahaan yang bersumber dalam Fortune500. Meskipun demikian, jika

ditarik lebih ke belakang analisa ini telah ada sejak tahun 1920-an sebagai bagian

dari Harvard Policy Model yang dikembangkan di Harvard Business School.

Namun, pada saat pertama kali digunakan terdapat beberapa kelemahan utama

di antaranya analisa yang dibuat masih bersifat deskriptif serta belum bahkan tidak

menghubungkan dengan strategi-strategi yang mungkin bisa dikembangkan dari

analisis kekuatan-kelemahan yang telah dilakukan.

Hasil analisis biasanya adalah arahan / rekomendasi untuk

mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yang ada,

sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman. Jika digunakan

dengan benar, analisis SWOT akan membantu kita untuk melihat sisi-sisi yang

terlupakan atau tidak terlihat selama ini. Analisis ini bersifat deskriptif dan

terkadang akan sangat subjektif, karena bisa jadi dua orang yang menganalisis

sebuah organisasi akan memandang berbeda keempat bagian tersebut. Hal ini

wajar terjadi, karena analisis SWOT adalah sebuah analisis yang akan

memberikan output berupa arahan dan tidak memberikan solusi “ajaib” dalam

sebuah permasalahan.

2.3.2 Faktor-Faktor Analisis SWOT

Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:

a. Strengths (Kekuatan)

Faktor-faktor kekuatan dalam lembaga pendidikan adalah kompetensi

khusus atau keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus


41

atau keunggulan komparatif lembaga pendidikan tersebut. Hal ini bisa

dilihat jika sebuah lembaga pendidikan harus memiliki skill atau

keterampilan yang bisa disalurkan bagi perserta didik, lulusan terbaik atau

hasil andalan, maupun kelebihan-kelebihan lain yang dapat membuat

sekolah tersebut unggul dari pesaing-pesaingnya serta dapat

memuaskan steakholders maupun pelanggan (peserta didik, orang tua,

masyarakat dan bangsa).

Sebagai contoh dari bidang keunggulan, antara lain kekuatan pada sumber

keuangan, citra yang positif, keunggulan kedudukan di masyrakat, loyalitas

pengguna dan kepercayaan berbagai pihak yang berkepentingan.

Sedangkan keunggulan lembaga pendidikan di era otonomi pendidikan

atara lain yaitu sumber daya manusia yang secara kuantitatif besar, hanya

saja perlu pembenahan dari kualitas. Selain itu antusiasme pelaksanaan

pendidikan yang sangat tinggi, didukung dengan sarana prasarana

pendidikan yang cukup memadai. Hal lain dari faktor keunggulan lembaga

pendidikan adalah kebutuhan masyarakat terhadap yang

bersifat transendental sangat tinggi, dan itu sangat mungkin diharapkan

dari proses pendidikan lembaga pendidikan yang agamis.

Bagi sebuah lembaga pendidikan untuk mengenali kekuatan dasar

lembaga tersebut sebagai langkah awal atau tonggak menuju pendidikan

yang berbasis kualitas tinggi merupakan hal yang sangat penting.

Mengenali kekuatan dan terus melakukan refleksi adalah sebuah langkah

besar untuk menuju kemajuan bagi lembaga pendidikan.

b. Weakness (Kelemahan)

Kelemahan adalah hal yang wajar dalam segala sesuatu tetapi yang

terpenting adalah bagaimana sebagai penentu kebijakan dalam lembaga

pendidikan bisa meminimalisasi kelemahan-kelemahan tersebut atau


42

bahkan kelemahan tersebut menjadi satu sisi kelebihan yang tidak dimiliki

oleh lembaga pendidikan lain. Kelemahan ini dapat berupa kelemahan

dalam sarana dan prasarana, kualitas atau kemampuan tenaga pendidik,

lemahnya kepercayaan masyarakat, tidak sesuainya antara hasil lulusan

dengan kebutuhan masyarakat atau dunia usaha dan industri dan lain-lain

Oleh karena itu, ada beberapa faktor kelemahan yang harus segera

dibenahi oleh para pengelola pendidikan, antara lain yaitu:

1) Lemahnya SDM dalam lembaga pendidikan

2) Sarana dan prasarana yang masih sebatas pada sarana wajib saja

3) Lembaga pendidikan swasta yang pada umumya kurang bisa

menangkap peluang, sehingga mereka hanya puas dengan keadaan

yang dihadapi sekarang ini.

4) Output pada lembaga pendidikan yang belum sepenuhnya bersaing

dengan output lembaga pendidikan yang lain dan sebagainya.

c. Opportunities (Peluang)

Peluang adalah suatu kondisi lingkungan eksternal yang menguntungkan

bahkan menjadi formulasi dalam lembaga pendidikan. Situasi lingkungan

tersebut misalnya:

1) Kecenderungan penting yang terjadi dikalangan peserta didik.

2) Identifikasi suatu layanan pendidikan yang belum mendapat perhatian

3) Perubahan dalam keadaan persaingan.

4) Hubungan dengan pengguna atau pelanggan dan sebagainya.

Peluang pengembangan dalam lembaga pendidikan dapat dilakukan

antara lain yaitu:

1) Di era yang sedang krisis moral dan krisis kejujuran seperti ini

diperlukan peran serta pendidikan agama yang lebih dominan.


43

2) Pada kehidupan masyarakat kota dan modern yang cenderung

konsumtif dan hedonis, membutuhkan petunjuk jiwa, sehingga kajian-

kajian agama berdimensi sufistik kian menjamur. Ini menjadi salah satu

peluang bagi pengembangan lembaga pendidikan ke depan.

3) Secara historis dan realitas, mayoritas penduduk Indonesia adalah

muslim, bahkan merupakan komunitas muslim terbesar di seluruh

dunia. Ini adalah peluang yang sangat strategi bagi pentingnya

manajemen pengembangan lembaga pendidikan.

d. Threats (Ancaman)

Ancaman merupakan kebalikan dari sebuah peluang, ancaman meliputi

faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan bagi sebuah lembaga

pendidikan. Jika sebuah ancaman tidak ditanggulangi maka akan menjadi

sebuah penghalang atau penghambat bagi maju dan peranannya sebuah

lembaga pendidikan itu sendiri.

Contoh ancaman tersebut adalah minat peserta didik baru yang menurun,

motivasi belajar peserta didik yang rendah, kurangnya kepercayaan

masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut dan lain-lain.

2.3.3 Kegunaan Analisis SWOT

Secara umum, analisis SWOT dipakai untuk:

a. Menganalisis kondisi diri dan lingkungan pribadi.

b. Menganalisis kondisi internal lembaga dan lingkungan eksternal

lembaga.

c. Menganalisis kondisi internal perusahaan dan lingkungan eksternal

Perusahaan.

d. Mengetahui sejauh mana diri kita di dalam lingkungan kita.

e. Mengetahui posisi sebuah lembaga diantara lembaga-lembaga lain.


44

f. Mengetahui kemampuan sebuah perusahaan dalam menjalankan

bisnisnya dihadapkan dengan para pesaingnya.

2.3.4 Hubungan antara Strength, Weaknesses, Opportunities, dan Treaths


dalam Analisis SWOT

Menurut Said, 2013 menggambarkan hubungan antara Strength,

Weaknesses, Opportunities, dan Treaths dalam analisis SWOT adalah sebagai

berikut:

a. Kekuatan dan Kelemahan.

Kekuatan adalah faktor internal yang ada di dalam institusi yang bisa

digunakan untuk menggerakkan institusi ke depan. Suatu kekuatan

(strenghth) atau distinctive competence hanya akan menjadi competitive

advantage bagi suatu institusi apabila kekuatan tersebut terkait dengan

lingkungan sekitarnya, misalnya apakah kekuatan itu dibutuhkan atau bisa

mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Jika pada institusi lain

juga terdapat kekuatan yang memiliki core competence yang sama, maka

kekuatan harus diukur dari bagaimana kekuatan relatif suatu institusi

tersebut dibandingkan dengan institusi yang lain. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak semua kekuatan yang dimiliki institusi harus

dipaksa untuk dikembangkan karena ada kalanya kekuatan itu tidak terlalu

penting jika dilihat dari lingkungan yang lebih luas.

Hal-hal yang menjadi opposite dari kekuatan adalah kelemahan. Sehingga

sama dengan kekuatan, tidak semua kelemahan dari institusi harus

dipaksa untuk diperbaiki terutama untuk hal-hal yang tidak berpengaruh

pada lingkungan sekitar.


45

b. Peluang dan Ancaman.

Peluang adalah faktor yang didapatkan dengan membandingkan analisis

internal yang dilakukan di suatu institusi (strenghth dan weakness) dengan

analisis internal dari kompetitor lain. Sebagaimana kekuatan, peluang juga

harus diranking berdasarkan success probbility, sehingga tidak semua

peluang harus dicapai dalam target dan strategi institusi.

Peluang dapat dikategorikan dalam tiga tingkatan yaitu:

1) Low, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang kecil dan peluang

pencapaiannya juga kecil.

2) Moderate, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang besar namun

peluang pencapaian kecil atau sebaliknya.

3) Best, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang tinggi serta peluang

tercapaianya besar.

Sedangkan, ancaman adalah segala sesuatu yang terjadi akibat trend

perkembangan (persaingan) dan tidak bisa dihindari. Ancaman juga bisa

dilihat dari tingkat keparahan pengaruhnya (seriousness) dan

kemungkinan terjadinya (probability of occurance).

Sehingga ancaman tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

1) Ancaman utama (Major Threats) adalah ancaman yang kemungkinan

terjadinya tinggi dan dampaknya besar. Untuk ancaman utama ini,

diperlukan beberapa planning yang harus dilakukan institusi untuk

mengantisipasi.

2) Ancaman tidak utama (Minor Threats) adalah ancaman yang

dampaknya kecil dan kemungkinan terjadinya kecil

3) Ancaman moderate (Moderate Threats) berupa kombinasi tingkat

keparahan yang tinggi namun kemungkinan terjadinya rendah dan

sebaliknya.
46

Dari hal tersebut dapat disimpulkan beberapa kategori situasi institusi

dilihat dari keterkaitan antara peluang dan ancamannya, yaitu sebagai

berikut:

1) Suatu institusi dikatakan unggul jika memiliki major opportunity yang

besar dan major threats yang kecil.

2) Suatu institusi dikatakan spekulatif jika memiliki high opportunity dan

threats pada saat yang sama.

3) Suatu institusi dikatakan mature jika memiliki low opportunity dan low

threat.

4) Suatu institusi dikatakan in trouble jika memiliki low opportinity dan

high threats.

Tidak ada satu cara terbaik untuk melakukan analisis SWOT. Yang paling

utama adalah membawa berbagai macam pandangan/perspektif bersama-

sama sehingga akan terlihat keterkaitan baru dan implikasi dari hubungan

tersebut.

2.3.5 Manfaat Analisis SWOT

Metode analisis SWOT bisa dianggap sebagai metode analisis yangg

paling dasar, yang bermanfaat untuk melihat suatu topik ataupun suatu

permasalahan dari 4 empat sisi yang berbeda. Hasil dari analisa biasanya berupa

arahan ataupun rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan untuk

menambah keuntungan dari segi peluang yang ada, sambil mengurangi

kekurangan dan juga menghindari ancaman. Jika digunakan dengan benar,

analisis ini akan membantu untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak

terlihat selama ini. Dari pembahasan diatas tadi, analisis SWOT merupakan

instrumen yang bermanfaat dalam melakukan analisis strategi. Analisis ini

berperan sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam


47

suatu perusahaan atau organisasi serta menekan dampak ancaman yang timbul

dan harus dihadapi.

2.4 Balance Scorecard (BSC)

2.4.1 Pengertian Balance Scorecard

Balanced Scorecard adalah sebuah perencanaan strategis dan sistem

manajemen yang digunakan secara ekstensif dalam bisnis dan industri,

pemerintah, dan organisasi nirlaba di seluruh dunia untuk kegiatan usaha untuk

menyelaraskan visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan

eksternal, dan memantau kinerja organisasi terhadap strategis tujuan. Itu berasal

dari Robert Kaplan (Harvard Business School) dan David Norton sebagai kerangka

pengukuran kinerja yang strategis menambahkan non-ukuran kinerja keuangan

tradisional metrik keuangan untuk memberikan para manajer dan eksekutif yang

lebih 'seimbang' pandangan kinerja organisasi. Sementara frase balanced

scorecard diciptakan pada awal tahun 1990-an, akar dari jenis ini pendekatan yang

mendalam, dan termasuk karya perintis General Electric pada pengukuran kinerja

pelaporan di tahun 1950-an dan pekerjaan proses Perancis insinyur (yang

menciptakan Tableau de Bord - secara harfiah, sebuah "dashboard" ukuran

kinerja) di bagian awal abad ke-20.

Balanced Scorecard telah berevolusi dari awal digunakan sebagai

kerangka pengukuran kinerja yang sederhana untuk penuh perencanaan strategis

dan sistem manajemen. Yang "baru" scorecard seimbang mentransformasikan

organisasi rencana strategis dari menarik tetapi pasif dokumen ke dalam "berbaris

perintah" untuk organisasi sehari-hari. Menyediakan kerangka kerja yang tidak

hanya menyediakan pengukuran kinerja, tetapi membantu perencana


48

mengidentifikasi apa yang harus dilakukan dan diukur. Ini memungkinkan para

eksekutif untuk benar-benar melaksanakan strategi mereka.

Pendekatan baru ini manajemen strategis pertama kali rinci dalam

serangkaian artikel dan buku oleh Kaplan dan Norton. Mengenali beberapa

kelemahan dan ketidakjelasan dari pendekatan manajemen sebelumnya,

pendekatan scorecard yang seimbang memberikan resep yang jelas mengenai

apa yang harus perusahaan untuk mengukur 'keseimbangan' perspektif keuangan.

Seimbang Scorecard adalah sebuah sistem manajemen (bukan hanya suatu

sistem pengukuran) yang memungkinkan organisasi untuk menjelaskan visi dan

strategi mereka dan menerjemahkannya ke dalam tindakan. Menyediakan umpan

balik di sekitar kedua proses bisnis internal dan eksternal hasil dalam rangka untuk

terus meningkatkan kinerja dan hasil strategis. Ketika sepenuhnya dikerahkan,

Balanced Scorecard mentransformasikan perencanaan strategis dari latihan

akademis ke pusat saraf suatu perusahaan.

Kaplan dan Norton menggambarkan inovasi yang seimbang scorecard

sebagai berikut:

"The Balanced Scorecard tetap mempertahankan ukuran keuangan

tradisional. Tapi ukuran finansial menceritakan peristiwa masa lalu, cerita yang

memadai untuk usia industri perusahaan yang investasi dalam jangka panjang

kemampuan dan hubungan dengan pelanggan tidak penting untuk kesuksesan.

Ukuran finansial ini tidak memadai, namun , untuk menuntun dan mengevaluasi

perjalanan perusahaan abad informasi yang harus membuat untuk menciptakan

nilai masa depan melalui investasi pada pelanggan, pemasok, karyawan, proses,

teknologi, dan inovasi."

(Vincent Gaspersz, 2017). Balanced Scorecard memberi manajemen

organisasi suatu pengetahuan, keterampilan, dan system yang memungkinkan

karyawan dan manajemen belajar dan berkembang terus-menerus (perspektif


49

pembelajaran dan pertumbuhan) dalam berinovasi untuk membangun kapabilitas

strategis yang tepat serta efisiensi (perspektif proses bisnis internal) agar mampu

menyerahkan nilai spesifik ke pasar (perspektif pelanggan) dan selanjutnya akan

mengarah pada nilai saham yang terus-menerus meningkat (perspektif finansial).

2.4.2 Kriteria Balance Scorecard

Balance scorecard yang baik harus memenuhi beberapa kriteria yaitu:

a. Dapat mendefinisikan tujuan strategi jangka panjang dari masing-masing

perspektif (outcomes) dan mekanisme untuk mencapai tujuan tersebut

(performance driver)

b. Setiap ukuran kinerja harus merupakan elemen dalam suatu hubungan

sebab akibat (cause and effect relationship)

c. Terkait dengan keuangan, artinya strategi perbaikan seperti peningkatan

kualitas, pemenuhan kepuasan pelanggan, atau inovasi yang dilakukan

harus berdampak pada peningkatan pendapatan perusahaan.

2.4.3 Balanced Scorecard Mempunyai 4 Perspektif yang Berbeda

A. Perspektif Keuangan (Financial Perspective)

Balanced Scorecard menggunakan tolok ukur kinerja keuangan, seperti

laba bersih dan ROI (Return on Investment), karena tolok ukur tersebut secara

umum digunakan dalam organisasi yang mencari keuntungan/provit. Tolok ukur

keuangan memberikan bahasa umum untuk menganalisis perusahaan. Orang-

orang yang menyediakan dana untuk perusahaan, seperti lembaga keuangan dan

pemegang saham, sangat mengandalkan tolok ukur kinerja keuangan dalam

memutuskan hal yang berhubungan dengan dana. Tolok ukur keuangan yang

didesign dengan baik dapat memberikan gambaran yang akurat untuk

keberhasilan suatu organisasi.


50

Tolok ukur keuangan adalah penting, akan tetapi tidak cukup untuk

mengarahkan kinerja dalam menciptakan nilai (value). Tolok ukur nonkeuangan

juga tidak memadai untuk menyatakan angka paling bawah (bottom line).

Balanced scorecard mencari suatu keseimbangan dari tolok ukur kinerja yang

multiple-baik keuangan maupun nonkeuangan untuk mengarahkan kinerja

organisasional terhadap keberhasilan.

B. Perspektif Pelanggan (Customer Perspective)

Perspektif pelanggan berfokus pada bagaimana organisasi

memperhatikan pelanggannya agar berhasil. Mengetahui pelanggan dan harapan

mereka tidaklah cukup, suatu organisasi juga harus memberikan insentif kepada

manajer dan karyawan yang dapat memenuhi harapan pelanggan. Bill Mariot

mengatakan "Take care of your employee and they take care of your

customer”. Perhatikan karyawan anda dan mereka akan memperhatikan

pelanggan anda. Perusahaan antara lain menggunakan tolok ukur kinerja barikut,

pada waktu mempertimbangkan perspektif pelanggan yaitu :

1) Kepuasan pelanggan (customer satisfaction)

Tolok ukur kepuasan pelanggan adalah mengukur apakah perusahaan

memenuhi harapan pelanggan atau sebaliknya, formulir kepuasan

pelanggan sering tersedia di restoran, hotel, bengkel kendaraan.

2) Retensi pelanggan (customer retention)

Tolok ukur retensi atau loyalitas pelanggan menunjukan bagaimana

baiknya perusahaan berusaha mempertahankan pelanggannya. Secara

umum dikatakan bahwa dibutuhkan 5x lebih banyak untuk memperoleh

seorang pelanggan baru daripada mempertahankan seorang pelanggan

lama.
51

3) Pangsa Pasar (market share)

Pangsa pasar mengukur proporsi perusahaan dari total usaha dalam pasar

tertentu.

4) Pelanggan yang profitable

Untuk perusahaan yang mencari provit/keuntungan, hal yang digaris

bawahin (bottom line) adalah pelanggan yang profitable, yaitu pelanggan

yang memberikan keuntungan kepada perusahaan. Mempunyai pelanggan

yang puas dan setia dari pangsa pasar yang besar adalah baik, akan tetapi

pencapaian tersebut tidak menjamin kemampuan pelanggan dalam

memberi keuntungan kepada perusahaan. Kepuasan pelanggan yang

lebih baik mengarah pada peningkatan jumlah pelanggan yang profitable.

C. Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Business Process


Perspective)

Terdapat hubungan sebab akibat antara perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan dengan perspektif usaha internal dan proses produksi. Karyawan

yang melakukan pekerjaan merupakan sumber ide baru yang terbaik untuk proses

usaha yang lebih baik.

Hubungan pemasok adalah kritikal untuk keberhasilan, khususnya dalam

usaha eceran dan perakitan manufacturing. Perusahaan tergantung pemasok

mengirimkan barang dan jasa tepat pada waktunya, dengan harga yang rendah

dan dengan mutu yang tinggi. Perusahaan dapat berhenti berproduksi apabila

terjadi problema dengan pemasok.

Pelanggan menilai barang dan jasa yang diterima dapat diandalkan dan tepat pada

waktunya. Pemasok dapat memuaskan pelanggan apabila mereka memegang

jumlah persediaan yang banyak untuk meyakinkan pelanggan bahwa barang-

barang yang diminati tersedia ditangan. Akan tetapi biaya penanganan dan
52

penyimpanan persediaan menjadi tinggi, dan kemungkinan mengalami keusangan

persediaan. Untuk menghindari persediaan yang berlebihan, alternatif yang

mungkin adalah membuat pemasok mengurangi throughput time. Throughput time

adalah total waktu dari waktu pesanan diterima oleh perusahaan sampai dengan

pelanggan menerima produk. Memperpendek throughput time dapat berguna

apabila pelanggan menginginkan barang dari jasa segera mungkin.

D. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learn and Growth /


Infrastructure Perspective)

Untuk tujuan insentif, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan berfokus

pada kemampuan manusia. Manajer bertanggung jawab untuk mengembangkan

kemampuan karyawan. Tolok ukur kunci untuk menilai kinerja manajer adalah

kepuasan karyawan, retensi karyawan, dan produktivitas karyawan. Kepuasaan

karyawan mengakui bahwa moral karyawan adalah penting untuk memperbaiki

produktivitas, mutu, kepuasan pelanggan, dan ketanggapan terhadap situasi.

Manajer dapat mengukur kepuasan karyawan dengan mengirim survei,

mewawancarain karyawan, mengamati karyawan pada saat bekerja.

Retensi karyawan mengakui bahwa karyawan yang mengembangkan

modal intelektual khusus organisasi adalah merupakan aktiva non keuangan yang

bernilai bagi perusahaan. Lagi pula adalah sangat mahal menemukan dan

menerima orang yang berbakat untuk menggantikan orang yang meninggalkan

perusahaan. Perputaran karyawan diukur dengan persentase orang yang keluar

setiap tahun, hal ini merupakan tolok ukur umum untuk retensi.

Produktivitas karyawan mengakui pentingnya pengeluaran setiap karyawan,

pengeluaran dapat diukur dalam arti tolok ukur fisik seperti halaman yang

diproduksi, atau dalam tolok ukur keuangan seperti pendapatan setiap karyawan,

laba setiap karyawan. Suatu sistem insentif yang baik akan mendorong manajer
53

meningkatkan kepuasaan karyawan yang tinggi, perputaran karyawan yang

rendah dan produktivitas karyawan yang tinggi.

2.5 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini, seperti

yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain.

Penelitian yang berhubungan diantaranya oleh Saeed Ahmad Pour

Kasgari, Mostafa Tahmasebi &Bahram Torabi (2015) dengan judul Model integrasi

menggunakan SWOT-BSC untuk strategi menggambar di industri Teknologi

Informasi yang mana penelitiannya menemukan bahwa menggunakan pola yang

disarankan diperiksa di Shima Film Company yaitu di antara lima perusahaan

teratas di bidang keamanan jaringan dengan staf ahli. Shima Film Company

adalah salah satu perusahaan terbesar di bidang keamanan jaringan di Iran.

Perusahaan ini telah mengembangkan beberapa rencana komprehensif untuk

proyek publik besar untuk organisasi pemerintah dan sekarang telah menjadi salah

satu pusat paling bergengsi dan setia di bidang keamanan jaringan. Membuat

strategi dan membangun hubungan sebab akibat dan kembangkan peta strategi,

hasil ini diperoleh berdasarkan hasil analisis SWOT. Pertama, kekuatan dan

kelemahan pusat ditentukan untuk analisis dan mengidentifikasi peluang dan

ancaman terhadap lingkungan. Kemudian, langkah selanjutnya berdasarkan hal

tersebut, pendekatan strategis disajikan.Setelah analisis SWOT, inti awal untuk

mengembangkan strategi, merumuskan strategi dipindahkan ke peta strategi.

Dengan mempelajari hubungan kausal yang dibutuhkan dan pengaruh masing-

masing strategi, peta strategi selesai dan setiap strategi ditempatkan dalam

perspektif diri yang benar.


54

Penelitian yang berhubungan juga oleh Alborz Hajikhani &Hamid Reza

Jafari (2013) tentang Mengembangkan Metode Campuran SWOT, BSC & QFD

menuju Perencanaan Strategis, yang mana studi empiris mendukung peran

konten strategi dalam kinerja organisasi sehingga membangun hubungan antara

konten strategis dan kinerja di organisasi sektor publik. Dari perspektif manajemen

strategis, masalah internal ini menciptakan lingkungan yang kompleks. Di

lingkungan eksternal, persyaratan pemberi dana eksternal memiliki dampak yang

lebih besar pada manajemen strategis sebuah organisasi dalam hal non-profit

daripada elemen dalam lingkungan internal atau dinamika permintaan klien.

Organisasi nirlaba merespons perubahan lingkungan eksternal dengan berbagai

cara; diferensiasi (Barman, 2002), bisnis berbasis efisiensi (Chetkovich dan

Frumkin, 2003) dan tipologi Miles and Snow (Brown dan Iverson, 2004). Fungsi

sumber daya manusia ditemukan sebagai penghubung penting apakah dipandang

sebagai fungsi pendukung atau alat strategis (Weilemaker and Flint, 2005).

Akhirnya, implementasi manajemen strategis dalam organisasi nirlaba meliputi

struktur organisasi dan budaya, rencana operasional, pemantauan, dan

manajemen sumber daya manusia (Rhodes dan Keogan, 2005) dan jika tidak

dipantau secara hati-hati bisa menjadi sumber kegagalan. Apalagi, manajemen

strategis merupakan aspek manajemen nirlaba yang semakin penting; dimensi

yang digariskan oleh Rhodes dan Keogan memberikan landasan menyeluruh

untuk mengevaluasi manajemen strategis di organisasi nirlaba.

Penelitian lainnya adalah oleh Elaheh Enteshari Najaf Abadi, Ali Karbasi

Najaf Abadi, &Iraj Soltani (2012) mengenai Perumusan Model Perencanaan

Strategis Berdasarkan Balanced Score Card: Studi Kasus. Bahwa Di masa lalu,

manajer organisasi hanya berpikir untuk memenuhi perspektif keuangan

perusahaan tapi hari ini mereka telah menemukan bahwa kinerja keuangan

bergantung pada kepuasan pelanggan atau kurangnya kepuasan. Kepuasan


55

pelanggan atau kurangnya kepuasan juga merupakan hasil efisiensi,

pengembalian dan kualitas proses organisasi dan kualitas pencapaian proses ini

juga bergantung pada kualitas, insentif, otoritas, dan sistem informasi manusia.

Oleh karena itu, berdasarkan perspektif empat kali lipat dan metode perencanaan

strategis konvensional (SWOT) ini.

Ada juga penelitian oleh Suharno (2016) mengenai Integrasi SWOT-

Balance Scorecard Untuk Membentuk Perencanaan Strategis Dalam Teknologi

Dan Pendidikan Vokasi Di Indonesia yang menunjukkan TVE memiliki peran

strategis di setiap negara untuk membantu kemajuan ekonomi dan pertumbuhan

akhir yang mantap untuk menciptakan profesional kompetitif nasional. Dengan

pemikiran ini, TVE harus disesuaikan dengan tujuan nasional. Penting untuk

mengukur dan memantau relevansi dan kualitas pendidikan secara memadai.

Evaluasi tersebut akan menjadi masukan bagi perencanaan strategis di masa

depan. The SWOT. Balance Scorecard yang digunakan dalam penelitian ini

bermanfaat untuk menetapkan strategi. Namun, masih ada pekerjaan lebih lanjut

yang harus dilakukan dalam menetapkan prioritas. Prioritas penting karena Anda

tidak bisa menyerang semuanya sekaligus dengan sumber daya terbatas. Pada

studi lebih lanjut, kami akan memasukkan skala prioritas.

Selanjutnya juga penelitian dari Dhea Novanda (2012) perihal

Implementasi Integrasi SWOT-Balanced Scorecard Dalam Perancangan Sistem

Pengukuran Kinerja PT. Grafika Jaya Sumbar. Setelah dilakukan perancangan

sistem pengukuran kinerja dan analisis terhadap hasil perancangan tersebut,

kemudian dapat diambil kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan untuk

menjawab tujuan penelitian dan diberikan saran-saran berupa implikasi dari hasil

penelitian ataupun saran untuk lanjutan penelitian yang dapat dilakukan.


56

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Model kerangka pemikiran ini diawali dengan adanya Visi dan Strategi

bisnis perusahaan yang mana akan dilakukan analisis SWOT/TOWS terhadap

empat perspektif bisnis dalam perusahaan.

Perspektif
Financial

SWOT

VISI Perspektif
Perspektif Proses
Pelanggan
SWOT & STRATEGI SWOT Bisnis
BISNIS Internal

SWOT

Perspektif
Pembelajaran
&
Pertumbuhan

Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran

3.1.1 Analisis SWOT atau TOWS

SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses

(kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman). Jadi, SWOT adalah

sebuah strategi yang mengevaluasi Strengths (kekuatan), Weaknesses

(kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) di dalam bisnis.


57

TOWS adalah singkatan dari Threats (ancaman),Opportunities (peluang),

Weaknesses (kelemahan) dan Strengths (kekuatan) kedua mengacu pada hal

yang sama. (Arthur A. Thompson, JR. And A. J. Strickland III, 1993).

a. Analisis Faktor Internal SWOT atau TOWS

Faktor Internal SWOT atau TOWS adalah faktor yang berasal dari dalam

suatu perusahaan yang berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan

tersebut. Faktor internal merupakan lingkungan internal yang terdiri dari kekuatan

(Strenght) dan kelemahan (Weaknesses). Faktor Internal pada analisis SWOT

atau TOWS ditentukan dari kondisi atau situasi lingkungan dalam perusahaan itu

sendiri. Faktor internal ini penting dalam menentukan SWOT atau TOWS karena

dalam suatu perencanaan, perusahaan perlu melihat kondisi dan kemampuan

yang dimiliki. Dengan begitu, perusahaan dapat memprediksi sejauh mana

tindakan yang dapat diambil demi memajukan perusahaan.

Pearce and Robinson (1998) variabel yang berasal dari faktor internal,

antara lain:

1) Sumber Daya Manusia (SDM), yang dimaksudkan disini adalah para

pegawai, manajer, marketing, direktur perusahaan atau semua orang yang

berkecimpung didalam perusahaan itu sendiri. SDM ini dimasukkan dalam

faktor internal perusahaan karena berperan penting di dalam pelaksanaan

operasional intern perusahaan.

2) Proses, yang dimaksudkan disini adalah seluruh tahapan yang dijalankan

oleh semua SDM (Sumber Daya Manusia) yang ada didalam perusahaan.

Contohnya saja mulai dari proses awal memproduksi produk sampai pada

proses memasarkan produk. Proses ini sangat penting pada faktor internal

karena jika tidak ada proses yang dilakukan maka, perusahaan tersebut

tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.


58

3) Produk (barang), yang dimaksudkan adalah suatu bentuk hasil yang

didapat dari proses yang dijalankan oleh perusahaan.

4) Harga, merupakan nilai suatu barang, baik barang yang digunakan selama

proses maupun barang atau produk yang dihasilkan dari proses tersebut.

Harga dinilai dengan mata uang. Karena uang bisa menjadi modal dan

keuntungan bagi perusahaan maka, perusahaan perlu memperhatikan

harga agar tidak terjadi kerugian bagi perusahaan.

5) Tempat dan Saluran Distribusi, yang dimaksud disini adalah tempat dimana

perusahaan itu berdiri dan menjalankan semua aktifitas perusahaan. Baik

aktifitas produksi sampai aktifitas distribusi.

6) Promosi, merupakan bentuk memperkenalkan produk perusahaan kepada

masyarakat luas yang akan menjadi konsumen untukn produk yang dijual.

Promosi ini sangat penting dilakukan perusahaan agar produk dapat terjual

dan dapat mencapai target penjualan untuk memperoleh keuntungan.

7) Layanan Konsumen, merupakan bentuk kepeduliaan perusahaan kepada

masyarakat yang merupakan konsumen produk untuk mendengarkan

semua keluhan, kritik, dan saran dari konsumen. Keluhan, kritik, dan saran

itu nantinya akan ditindaklanjuti oleh perusahaan sebagai sarana untuk

memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan perusahaan.

b. Analisis Faktor Eksternal SWOT atau TOWS

Pearce and Robinson (1998) variabel yang berasal dari faktor eksternal,

antara lain, antara lain:

1) Ekonomi, menjadi faktor eksternal karena segala kondisi ekonomi yang

terjadi di suatu negara pasti akan berpengaruh pada kondisi keuangan

suatu perusahaan. maka dari itu, ekonomi dijadikan sebagai faktor

eksternal yang dapat mempengaruhi kondisi banyak perusahaan.


59

2) Sosial, dapat berpengaruh terhadap kondisi perusahaan. sebab, jika

lingkungan sosial disekitar perusahaan itu baik maka, kondisi perusahaan

juga akan ikut terdukung dengan kondusifnya lingkungan sosial

masyarakat.

3) Budaya atau kebiasaan, dapat mempengaruhi kondisi perusahaan karena

budaya akan mempengaruhi pola hidup masyarakat.

4) Politik, pasti akan berpengaruh kepada kondisi perusahaan manapun.

Karena politik disini berhubungan dengan kebijakan pemerintah. Segala

bentuk usaha yang didirikan pasti harus mematuhi beberapa peraturan

atau kebijakan yang dibuat pemerintah yang berlaku di negara tersebut.

Jadi, sudah pasti kondisi politik di luar akan mempengaruhi kondisi

perusahaan.

5) Pasar, yang dimaksud disini adalah kondisi jual beli yang terjadi di

masyarakat. Jadi, pasar disini meninjau pula kondisi persaingan produk

beberapa perusahaan untuk memperebutkan konsumen.

c. Kerangka Konseptual SWOT atau TOWS

Konsep adalah abstraksi atau gambaran yang dibangun dengan

menggeneralisasi suatu pengertian. Kerangka Teori atau Kerangka Pikir atau

Landasan Teori adalah kesimpulan dari Tinjauan Puskata yang berisi tentang

beberapa konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian

yang akan dilaksanakan.

Berdasarkan Kerangka Teori diatas disusunlah Kerangka Konsep yaitu

suatu bagan yang menggambarkan hubungan antar konsep yang akan diteliti.

(Pearce and Robinson, 1998).


60

INPUT PROCESS OUTPUT

Sumber: Pearce and Robinson (1998)

Gambar 3.2 Kerangka Konseptual SWOT

Dari Gambar di atas dapat diketahui bahwa gambaran konseptual SWOT

meliputi input, process, an output dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Input merupakan strategi perusahaan saat ini, beserta faktor internal

(strength, weakness) faktor eksternal (opportunity, threat) yang

mempengaruhinya.

2) Process merupakan beberapa langkah analisis SWOT.

3) Output merupakan strategi baru dan solusi dari hasil analisis SWOT yang

dilakukan untuk mengembangkan potensial perusahaan lebih maju.

d. Kerangka Operasional SWOT atau TOWS

Operasional adalah seperangkat instruksi yang lengkap untuk menetapkan

apa yang akan diukur dan bagaimana cara mengukur variabel. Jadi, kerangka

operasional atau Kerangka Kerja adalah kerangka yang menyatakan tentang

urutan langkah dalam melaksanakan penelitian. Dalam analisis SWOT kerangka

operasional merupakan urutan langkah menemukan sebuah strategi yang sesuai

antara capabilities dan environment suatu organisasi atau perusahaan. (Pearce

and Robinson, 1998).


61

Identify

To Cultivate Data

Draw Conclusions

Translate in To Action

Sumber: Pearce and Robinson (1998)

Gambar 3.3 Kerangka Operasional SWOT

Dari Gambar diatas dapat diketahui bahwa gambaran kerangka

operasional SWOT dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Operasional sebuah analisis SWOT diawali dengan mengidentifikasi faktor

internal yaitu, Strength dan Weakness; serta faktor eksternal yaitu,

Opportunity dan Threats suatu organisasi atau perusahaan

2) Melakukan pembobotan dan ranking dari beberapa variabel yang

mempengaruhi, kemudian merubahnya kedalam bentuk matrik sehingga

bisa menentukan posisi suatu organisasi atau perusahaan tersebut berada

di kuadran mana.

3) Membuat kesimpulan dan pemilihan strategi yang tepat yang sesuai

dengan capabilities dan environment. Agar suatu organisasi atau

perusahaan tersebut mampu bersaing dengan kompetitior yang lainnya.

4) Merealisasikan strategi tersebut dalam suatu tindakan.


62

3.1.2 Balanced Scorecard (BSC)

Sumber: Kaplan & Norton (1996)

Gambar 3.4 Balanced Scorecard sebagai Kerangka Kerja


Pengelolaan data Balanced Scorecard dilakukan dengan rincian pekerjaan

sebagai berikut:

a. Melakukan pengumpulan data Balanced Scorecard.

b. Pembuatan laporan Balanced Scorecard.

c. Mengirimkan laporan Balanced Scorecard ke Pimpinan dan stakeholders

perusahaan.

d. Tampilkan laporan Balanced Scorecard pada database PC (Personal

Computer).

e. Mengarsipkan laporan Balanced Scorecard.


63

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Sifat dan Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah bersifat studi kasus (case study) dengan jenis

penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif yaitu untuk memberikan gambaran

secara menyeluruh (comprehensive) tentang metode analisis SWOT & TOWS

BSC terhadap perencanaan strategi bisnis yang baik bagi Bisnis Logistics &

Supply Chain Suku Cadang Toyota di PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota).

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian akan dilakasanakan pada Bulan Maret - Mei 2018 (± 2

bulan). Penelitian mengambil lokasi di Toyota Parts Center, PT. Hadji Kalla

(Kalla Toyota), dengan alamat Kawasan Industri Makassar (KIMA), Jl. KIMA Raya

1 B/4A, Daya, Biringkanaya, Makassar 90241 Sulawesi Selatan. Penentuan lokasi

ini didasarkan atas pertimbangan bahwa PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota) merupakan

Main Dealer di Kawasan Timur Indonesia dengan Market Share terbesar.

4.3 Jenis dan Sumber Data

4.3.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Data Kualitatif.

Data yang diperoleh dari manajemen perusahaan dan karyawan.


64

b. Data Kuantitatif

Data yang diperoleh dalam bentuk angka yang dapat dihitung.

4.3.2 Sumber Data

Sumber data yang dgunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam

yaitu:

a. Data Primer

Data yang diperoleh dengan mengumpulkan langsung dari tempat objek

penelitian di PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota).

b. Data Sekunder.

Data yang berupa informasi yang dapat diperoleh dari laporan kinerja bisnis

penjualan suku cadang Toyota PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota), internet,

majalah, dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data sangatlah penting karena berkaitan dengan tersedianya

data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian sehingga

kesimpulan yang diambil adalah benar. Oleh karena itu, metode pengumpulan

data harus dilakukan dengan cara yang tepat. Dalam penelitian ini pengumpulan

data yang digunakan oleh peneliti adalah:

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung di perusahaan/wilayah

sebagai objek penelitian.

b. Wawancara, yaitu melakukan wawancara langsung dengan

pengelolah dan aparat terkait yang ada di lapangan.

c. Focus Discussion Group (FGD), yaitu melaksanakan forum diskusi

dengan beberapa pihak terkait objek penelitian.


65

4.5 Teknik Analisis Data

4.5.1. Langkah Pengukuran Analisis SWOT atau TOWS

Pearce and Robinson (1998) Ada dua macam pendekatan dalam analisis

SWOT, yaitu:

a. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT

Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh

Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak

faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah

kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya

merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua

antara faktor-faktor internal dan eksternal.

Tabel 4.1 Matriks SWOT Kearns

Sumber: Pearce and Robinson (1998)

Keterangan:

1) Sel A: Comparative Advantages merupakan pertemuan dua elemen

kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu

organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat.

2) Sel B: Mobilization merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan.

Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan

kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut,

bahkan kemudian merubah ancaman itumenjadi sebuah peluang.

3) Sel C: Divestment/Investment merupakan interaksi antara kelemahan

organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu
66

pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat

meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang

ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil

adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain)

atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi).

4) Sel D: Damage Control merupakan kondisi yang paling lemah dari

semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi

dengan ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan

membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus

diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga

tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.

b. Pendekatan Kuantitatif Matriks SWOT

Cara perhitungan Bobot dan rating dalam TOWS Matrix (Freddy Rangkuti,

2017). Setelah indikator-indikator SWOT ditentukan, langkah pertama

adalah menentukan bobot, rating, dan score. Bobot ditentukan

berdasarkan tingkat kepentingan atau urgensi penanganan dengan skala

1 sampai 5 (1 = tidak penting, 5 = sangat penting).

Langkah kedua adalah menjumlahkan bobot kekuatan dan bobot

kelemahan. Kemudian dihitung bobot relatif untuk masing-masing indikator

yang terdapat pada kekuatan dan kelemahan, sehingga total nilai bobot

tersebut menjadi 1 atau 100%. Dengan cara yang sama dihitung bobot dan

bobot relatif untuk peluang dan ancaman.

Langkah ketiga adalah menentukan rating. Rating adalah analisis kita

terhadap kemungkinan yang akan terjadi dalam jangka pendek (misalnya

satu tahun ke depan). Nilai rating untuk Variabel Kekuatan diberi nilai 1

sampai 4. Diberi nilai 1 kalau kemungkinan indikator tersebut kinerjanya

semakin menurun dibandingkan pesaing utama. Diberi nilai 2 kalau


67

indikator itu kinerjanya sama dengan pesaing utama. Sedangkan diberi

nilai 3 atau 4, kalau indikator tesebut lebih baik dibandingkan pesaing

utama. Semakin tinggi nilainya artinya kinerja indikator tersebut tahun

depan akan semakin baik dibandingkan pesaing utama.

Nilai Rating Variabel Kelemahan diberi nilai 1 sampai 4. Diberi nilai 1 kalau

indikator tersebut semakin banyak kelemahannya dibandingkan pesaing

utama. Sebaliknya diberi nilai 4 kalau kelemahan indikator tersebut

semakin menurun dibandingkan pesaing utama pada tahun depan. Artinya

pemberian nilai rating untuk variabel kelemahan atau variabel Ancaman

berkebalikan dengan pemberian nilai rating untuk variabel kekuatan dan

variabel peluang.

Nilai Score diperoleh berdasarkan hasil nilai bobot dikali nilai rating. Total

nilai score untuk internal factor menunjukkan bahwa semakin nilainya

mendekati 1, semakin banyak kelemahan internal dibandingkan

kekuatannya. Sedangkan semakin nilainya mendekati 4, semakin banyak

kekuatannya dibandingkan kelemahannya.

Begitu juga dengan total nilai score untuk faktor eksternal. Semakin total

nilai score mendekati 1, semakin banyak ancamannya dibandingkan

dengan peluang. Sedangkan apabila total nilai score mendekati 4, artinya

semakin banyak peluang dibandingkan ancaman. Gabungan kedua kondisi

internal dan eksternal ini selanjutnya kita masukkan dalam Internal External

Matrix, sehingga kita mengetahui posisi persaingan yang akan terjadi pada

korporat, unit bisnis, maupun produk yang kita analisis. Berdasarkan posisi

ini kita dapat menentukan strategi yang tepat untuk memenangkan

persaingan tahun depan.


68

Sumber: Pearce and Robinson (1998)

Gambar 4.1 Posisi Kuadran Analisis SWOT

1) Kuadran I (positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,

Rekomendasi strategi yang diberikan adalah progresif, artinya

organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat

dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar

pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

2) Kuadran II (positif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun

menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang

diberikan adalah diversifikasi strategi, artinya organisasi dalam kondisi

mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga

diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus

berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh

karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam

strategi taktisnya.
69

3) Kuadran III (negatif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat

berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah ubah

strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi

sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk

dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja

organisasi.

4) Kuadran IV (negatif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan

menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan

adalah strategi bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada

pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk

menggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar

tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus

berupaya membenahi diri.

Analisis seluruh faktor internal dan eksternal yang ada akan didapatkan

empat macam strategi organisasi dengan karakteristiknya masing-masing, yakni

sebagai berikut:

Tabel 4.2 SWOT Strategic Issues

Sumber: Pearce and Robinson (1998)

Analisis seluruh faktor internal dan eksternal yang ada. Dari matriks tiga

dapat dihasilkan empat macam strategi organisasi dengan karakteristiknya

masing-masing, yakni sebagai berikut:


70

1) Strategi SO adalah strategi yang harus dapat menggunakan kekuatan

sekaligus memanfaatkan peluang yang ada.

2) Strategi WO adalah strategi yang harus ditunjukkan untuk mengurangi

kelemahan yang dihadapi dan pada saat yang bersamaan memanfaatkan

peluang yang ada.

3) Strategi ST adalah strategi yang harus mampu menonjolkan kekuatan

guna mengatasi ancaman yang mungkin timbul.

Strategi WT adalah strategi yang bertujuan mengatasi hambatan serta

meminimalkan dampak dari ancaman yang ada.

4.5.2. Langkah Pengelolaan Data Balanced Scorecard (BSC)

Untuk lebih mengoptimalkan pengelolaan data Balanced Scorecard telah

dibuat dokumen SOP (Standard Operating Procedures) yang terdiri dari beberapa

dokumen SOP. SOP-SOP yang disusun merupakan serangkaian prosedur yang

harus dijalani untuk menjamin validitas data yang akan menjadi masukan bagi

pengukuran serta laporan kinerja perusahaan.

Atas dasar SOP-SOP yang ada, dapat dilihat bahwa implementasi

Balanced Scorecard di perusahaan terdiri dari 3 (tiga) tahapan utama yaitu:

1) Tahap pengumpulan data Balanced Scorecard

Pada tahap pengumpulan data, masing-masing supervisor menyiapkan

data-data yang diperlukan oleh kunci pengukuran (KPI) bagiannya. Setelah

data-data tersebut disiapkan, para supervisor tersebut kemudian

mengoreksi untuk kemudian menyerahkan yang telah ditentukan beserta

data-data pendukungnya kepada manajer yang menjadi atasan

langsungnya.

2) Tahap Pelaporan
71

Manajer terkait kemudian menyampaikan data tersebut beserta dokumen

pendukungnya kepada manajer yang mengolah ke dalam format Balanced

Scorecard. Pada bagian ini data-data tersebut kembali diperiksa untuk

mendapatkan jaminan atas validitas dan kewajarannya. Setelah proses ini

data tersebut di-input ke loader Balanced Scorecard dan ke dalam form

laporan Balanced Scorecard yang telah distandarkan. Setelah mengoreksi

hasil input baik pada loader Balanced Scorecard maupun form laporan

Balanced Scorecard, bagian manajer tersebut mengirimkan laporan

Balanced Scorecard kepada Pimpinan perusahaan.

3) Tahap Monitoring

Laporan Balanced Scorecard yang ditampilkan pada PC (Personal

Computer) manajemen dalam bentuk database untuk mendapatkan tindak

lanjut dari apa-apa yang telah dicapai perusahaan selama periode yang

bersangkutan. Setelah data masukan ini diproses, aplikasi Balanced

Scorecard perusahaan akan menyajikan pencapaian kinerja perusahaan

dibandingkan dengan target atau anggaran pada periode atau waktu yang

terkait.

Ada beberapa prosedur tanggapan yang dilakukan oleh pihak manajemen

dalam menindaklanjuti laporan kinerja yang ditampilkan ini, yaitu:

1) Melakukan koreksi dengan cara membuat catatan berdasarkan grafik dan

diagram yang ditampilkan pada masing-masing KPI Balanced Scorecard

untuk melihat perkembangan terhadap pelaksanaan kerja dari masing-

masing bagiannya apakah pelaksanaan kerja tersebut dapat mencapai

rencana kerja yang telah ditentukan atau tidak.

2) Mencari penyebab sehingga pelaksanaan kerja yang dilakukan tidak dapat

mencapai rencana kerja yang telah ditentukan sebagai upaya untuk

meningkatkan pelaksanaan kerja periode yang akan datang.


72

3) Mencari cara agar pelaksanaan kerja yang dilakukan pada periode yang

akan datang dapat mencapai rencana kerja yang ditentukan.

Melakukan koordinasi dengan masing-masing bagian di bawahnya

terhadap pelaksanaan kerja periode yang akan datang untuk disesuaikan

dengan rencana kerja yang telah ditentukan.


73

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

PT. Hadji Kalla didirikan pada tahun 1952 dan merupakan salah satu

founder dealer Toyota di Indonesia yang mencakup area Sulawesi Selatan,

Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat & Sulawesi Tenggara dengan 27 cabang.

5.1.1 Visi & Misi

Visi : Menjadi Perusahaan Otomotif yang “Best in Town”.

Misi : Menyediakan kendaraan TOYOTA kepada masyarakat dengan

memberikan kualitas pelayanan terbaik, profit perusahaan dan kesejahteraan

karyawan yang bertumbuh dengan baik.

5.1.2 Nilai-Nilai

Nilai-Nilai Kalla (Kalla Vaues):

Kerja adalah Ibadah

a. Tauhid adalah senantiasa menyadari dan merasakan apapun yang

dikerjakannya pasti diketahui oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

b. Ikhlas adalah meluruskan niat dalam bekerja dan berbisnis semata-mata

untuk mendapatkan ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

c. Amanah adalah sesuatu yang dipercayakan atau kepercayaan, adalah

lawan dari khianat.

d. Jujur adalah perkataan dan perbuatan yang sejalan, selalu dapat

dipercaya, tidak berbohong.


74

e. Istiqamah dapat diartikan tetap di jalan yang lurus, mengikuti jalan yang

lurus, tetap memegang prinsip, tidak goyah oleh berbagai kesulitan,

tantangan & godaan.

Apresiasi Pelanggan

a. Maju Bersama yaitu mengutamakan kemajuan bersama dengan

pelanggan baik internal maupun eksternal.

b. Sipakatau-Sipakalebbi yaitu memuliakan pelanggan baik internal maupun

eksternal, memanusiakan pelanggan, dan saling mengingatkan.

Lebih Cepat, Lebih baik

a. Efektif & Efisien yaitu melakukan sesuatu yang benar dengan cara yang

benar sehingga tujuan perusahaan dapat terwujud tanpa melakukan

pemborosan.

b. Inovatif & Solutif yaitu menghasilkan produk, metode, dan cara-cara baru

serta mencari solusi atas berbagai persoalan dan kendala yang dihadapi.

Aktif Bersama

a. Kekeluargaan yaitu memperlakukan pihak lain selayaknya anggota

keluarga harmonis yang dibangun atas 4 nilai utama, yaitu : murah hati,

rendah hati, komunikasi dan melayani.

b. Sipatuo-Sipatokkong adalah saling membantu dan menguatkan untuk

mengoptimalkan seluruh potensi masing-masing individu dan mencegah

terjadinya perselisihan yang dapat menurunkan produktivitas kerja.

Sumber: Media Kalla (2017)


75

5.2 Strategi Bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang Toyota

5.2.1 Kondisi Kinerja Bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang Toyota
di PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota)

Kondisi Kinerja Bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang Toyota di

PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota) dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 5.1 Tren Bisnis Penjualan Suku Cadang (Parts) by Jenisnya


Amount (Rupiah)
SCC
2014 2015 2016 2017
Accessories 2.127.380.722 4.847.077.613 1.967.696.450 659.426.014
Busi 3.068.937.215 2.518.390.700 3.466.574.459 3.797.775.649
Chemical 1.046.317.960 1.226.966.334 1.099.562.961 2.468.202.948
TGP Dyna 58.920.611.257 54.233.233.127 63.792.503.378 54.327.074.637
TGB 798.595.904 1.065.827.579 844.250.697 1.097.832.256
TGGO 2.644.478.940 2.560.073.843 3.242.497.689 3.102.042.569
TGP 136.109.984.925 134.868.143.575 157.371.449.443 177.196.171.023
TMO Full Synthetic 132.146.847 228.619.548 248.999.922 202.644.168
TMO Mineral 8.358.562.232 6.056.051.614 4.006.288.739 2.532.676.619
TMO Synthetic 51.502.794.443 80.642.550.428 74.325.149.983 100.288.792.428
Tools 54.189.555 42.065.640 60.026.280 32.361.689
Total 264.764.000.000 288.289.000.000 310.425.000.000 345.705.000.000
Sumber: PT. Hadji Kalla & Data Diolah (2018)

Penjualan Suku Cadang by Jenisnya (2014-2017)


400.000.000.000
350.000.000.000
300.000.000.000
250.000.000.000
200.000.000.000
150.000.000.000
100.000.000.000
50.000.000.000
-

2014 2015 2016 2017

Sumber: PT. Hadji Kalla & Data Diolah (2018)

Gambar 5.1 Tren Bisnis Penjualan Suku Cadang (Parts) by Jenisnya

Tabel dan Gambar di atas menunjukkan tren Sales Revenue (Rp.) Kinerja

Bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang Toyota dari tahun 2014 – 2017

memiliki sebaran yang berbeda setiap jenisnya yakni di dominasi oleh penjualan
76

jenis TGP (Toyota Genuaine Parts), kemudian TGP Dyna serta TMO (Toyota

Motor Oil) Synthetic, dan lainnya. Hal ini memperlihatkan bahwa penjualan jenis

TGP memberikan kintribusi terbesar dari total penjualan suku cadang Toyota pada

periode waktu tersebut.

Tabel 5.2 Tren Bisnis Penjualan Suku Cadang (Parts) by Tipe Kendaraan
Amount (Rupiah)
Model
2014 2015 2016 2017
Agya/Calya 908.694.097 3.437.649.131 3.665.228.363 3.353.379.134
Corolla Altis 349.358.544 415.229.116 415.097.802 504.253.590
Avanza 61.603.579.993 57.588.333.461 73.294.258.404 72.808.264.311
Built Up 102.027.746 194.732.852 1.785.916.738 1.756.207.741
Camry 135.803.974 171.638.421 567.457.508 1.075.135.139
All Type *) 63.690.598.541 90.814.375.192 81.448.902.682 100.285.451.293
Dyna 58.928.847.720 55.042.579.661 62.521.895.359 73.834.705.344
Etios 267.578.109 589.460.559 734.738.121 868.080.525
Fortuner 4.700.854.082 4.553.808.980 4.551.833.619 4.680.938.132
Hilux 8.617.489.353 8.653.143.503 11.443.481.013 13.563.834.246
Innova 20.399.725.481 23.811.294.376 27.093.758.762 30.089.643.617
Kijang 29.235.733.051 25.271.302.693 26.478.521.212 26.883.848.798
Land Cruiser 1.852.472.206 1.592.368.927 1.004.165.807 1.158.919.156
Old Sedan 1.184.068.653 617.044.002 2.589.314.787 2.187.223.492
Rush 7.073.821.542 9.686.357.317 6.751.770.566 6.759.910.599
Sienta - - - 57.972.694
Vios 1.595.939.662 1.318.568.106 1.559.971.691 1.485.106.062
Yaris 4.117.407.244 4.531.113.704 4.518.687.566 4.352.126.127
Total 264.764.000.000 288.289.000.000 310.425.000.000 345.705.000.000
Sumber: PT. Hadji Kalla & Data Diolah (2018)

Penjualan Suku Cadang by Tipe Kendaraan (2014-2017)


400.000.000.000
350.000.000.000
300.000.000.000
250.000.000.000
200.000.000.000
150.000.000.000
100.000.000.000
50.000.000.000
-

2014 2015 2016 2017

Sumber: PT. Hadji Kalla & Data Diolah (2018)

Gambar 5.2 Tren Bisnis Penjualan Suku Cadang (Parts) by Tipe Kendaraan
77

Tabel dan Gambar di atas menunjukkan tren Sales Revenue (Rp.) Kinerja

Bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang Toyota dari tahun 2014 – 2017

memiliki sebaran yang berbeda setiap tipe kendaraan yakni di dominasi oleh

penjualan item suku cadang untuk tipe kendaraan Toyota Avanza, kemudian

Dyna, Kijang Innova, dan lainnya. Hal ini memperlihatkan bahwa penjualan tipe

kendaraan Avanza memberikan kintribusi terbesar dari total penjualan suku

cadang Toyota pada periode waktu tersebut.

5.2.2 Mengukur Kinerja Bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang

Toyota di PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota) dengan Metode SWOT-BSC

Berdasarkan pada hasil pengumpulan informasi analisis faktor internal

maupun eksternal, maka disusun External Factor Evaluation (EFE) Matrix dan

Internal Factor Evaluation (IFE) Matrix.

Pada pengukuran kinerja bisnis ini melihat dari empat perspektif

(Keuangan, Pelanggan, Proses Bisnis Internal serta Pembelajaran &

Pertumbuhan) yang mana masing-masing dianalisis faktor yang memepengaruhi

baik itu secara Internal maupun eksternal. Adapun penjabaran analisis faktor

internal dan eksternal darei keempat perspektif tersebut adalah sebagai berikut:

A. Perpektif Keuangan (Finance)

1. Analisis Faktor Internal

IFE Matrix
No. Uraian Bobot Peringkat Skor
A. Kekuatan
1 Kekuatan Finansial (Financial strength) 0,15 4 0,6
2 Management kas (Cash Management) 0,1 4 0,4
Kemampuan Pembiayaan (Funding
3 0,15 3 0,45
Capability)
4 Hubungan Investor (Investors Relation) 0,1 2 0,2
5 Bank Tanah (Land Bank) 0,15 3 0,45
Infrastruktur pendukung (supportive
6 0,1 2 0,2
infrastructure)
78

7 Fasilitas gedung kantor (office building) 0,05 2 0,1


Jumlah 2,4
B. Kelemahan
0
Jumlah 0
Total 0,8 2,4
Selisih 2,4

2. Analisis Faktor Eksternal

EFE Matrix
No. Uraian Bobot Peringkat Skor
A. Peluang
Stabilitas Pemerintahan (Government
1 0,08 4 0,32
Stability)
2 Kebijakan Pemerintah mengenai industri 0,09 4 0,36
Kebijakan Kesejahteraan Sosial (Social
3 0,05 2 0,1
welfare policies)
Regulasi Perdagangan Asing (Foreign trade
4 0,08 3 0,24
regulations)
5 Hubungan Pemerintah dengan Organisasi 0,05 2 0,1
Otonomi Pemerintah Daerah (Local
6 0,07 2 0,14
Government Authonomy')
Tren total GDP dan tingkat pertumbuhan
7 0,05 2 0,1
GDP per kapita
8 Inflasi 0,04 1 0,04
Pengeluaran konsumen dan pendapatan
9 0,1 2 0,2
konsumen yang dapat dibelanjakan
10 Nilai bunga bank (Interest rates) 0,05 2 0,1
Jumlah 1,7
B. Ancaman
1 Kebijakan Perpajakan (Taxation policy) 0,09 4 0,36
Kepemilikan Pemerintah terhadap industri
2 dan sikap terhadap kebijakan monopoli serta 0,07 4 0,28
kompetisi
3 Fluktuasi nilai mata uang dan nilai tukar 0,06 3 0,18
4 Pasar Saham (Stock markets) 0,05 1 0,05
Biaya energi, transport, komunikasi, dan
5 0,07 2 0,14
bahan baku
Jumlah 1,01
Total 1 2,71
Selisih 0,69
79

Kekuatan

2 Progresif

Ancaman 2 -1 0 1 2 Peluang

-1

-2

Kelemahan

Gambar 5.3 Posisi Perusahaan Berdasarkan Analisis SWOT


(Perspektif Finance)

Dari matriks SWOT dapat dilihat bahwa posisi perusahaan pada perspektif

keuangan adalah berada pada Kuadran I, sehingga harus dilakukan tindakan-

tindakan yang progresif melalui pemanfaatan kekuatan internal untuk dapat meraih

peluang pasar yang cukup besar.

B. Perpektif Pelanggan (Customer)

1. Analisis Faktor Internal

IFE Matrix
No. Uraian Bobot Peringkat Skor
A. Kekuatan
1 Penguasaan Pasar (Market Share) 0,1 4 0,4
2 Produk Utama (Key Product) 0,1 4 0,4
3 Kualitas produk (product quality) 0,11 3 0,33
Penerimaan atas Produk (Product
4 0,1 3 0,3
Acceptability)
5 Persaingan harga (Price Competitiveness) 0,07 3 0,21
6 Reputasi/Citra (Reputation/image) 0,07 2 0,14
7 Hubungan Publik (Public Relations) 0,05 2 0,1
8 Jaringan pelanggan 0,1 4 0,4
9 Jaringan supplier 0,07 2 0,14
10 Database pelanggan 0,07 3 0,21
11 Trademarks 0,05 2 0,1
Jumlah 2,73
B. Kelemahan
1 Customer Database 0,11 4 0,44
80

2 0
3 0
4 0
5 0
Jumlah 0,44
Total 1 3,17
Selisih 2,29

2. Analisis Faktor Eksternal

EFE Matrix
No. Uraian Bobot Peringkat Skor
A. Peluang
Angka pertumbuhan populasi (Population
1 0,08 4 0,32
growth rate)
2 Sikap terhadap pekerjaan dan waktu luang 0,09 2 0,18
3 Disitribusi Pendapatan (Income Distribution) 0,05 2 0,1
Demografi kependudukan dan populasi usia
4 0,08 3 0,24
lanjut
5 Perubahan Gaya Hidup (Lifestyle Changes) 0,05 2 0,1
6 Kondisi Pekerjaan (Working condition) 0,07 2 0,14
Pengaruh Gen - Y pada bisnis (Gen-Y
7 0,1 3 0,3
impact on Business)
8 Mobilitas Sosial (Social mobility) 0,07 1 0,07
Pendidikan dan Kejuruan (Education and
9 0,1 1 0,1
vocational)
10 Perawatan Kesehatan (Healthcare) 0,05 1 0,05
11 Media Sosial 0,08 1 0,08
Jumlah 1,68
B. Ancaman
Hukum Kompetisi dan Monopoli (Competition
1 0,1 3 0,3
and Monopoly Law)
2 Hukum Konsumen (Consumer Law) 0,05 2 0,1
Perubahan Iklim, Pemanasan Global
3 0,03 1 0,03
(Climate Change, Global Warming)
Jumlah 0,43
Total 1 2,11
Selisih 1,25
81

Kekuatan

Progresif

Ancaman -2 -1 0 1 2 Peluang

-1

Kelemahan

Gambar 5.4 Posisi Perusahaan Berdasarkan Analisis SWOT


(Perspektif Customer)

Dari matriks SWOT dapat dilihat bahwa posisi perusahaan pada perspektif

pelanggan adalah berada pada Kuadran I, sehingga harus dilakukan tindakan-

tindakan yang progresif melalui pemanfaatan kekuatan internal untuk dapat meraih

peluang pasar yang cukup besar.

C. Perpektif Proses Bisnis Internal (Internal Business Process)

1. Analisis Faktor Internal

IFE Matrix
No. Uraian Bobot Peringkat Skor
A. Kekuatan
Jaringan Penjualan / Dealer (Sales
1 0,1 4 0,4
Channel/Dealer network)
2 Hubungan Pemasok (Supplier relationship) 0,07 4 0,28
Perbaikan berkelanjutan (continuous
3 0,1 4 0,4
improvement)
4 Proses kerja (work process) 0,08 3 0,24
Jumlah 1,32
B. Kelemahan
1 Pemasaran/Iklan (Marketing/advertising) 0,07 3 0,21
Pengelolaan Distribusi/Dealer (Channel
2 0,09 3 0,27
Management)
3 Intelijen pasar (Market Intelligence) 0,02 1 0,02
Edukasi/Hubungan Pelanggan (Customer
4 0,03 3 0,09
Education-Relationship)
5 Layanan Pelanggan (Customer service) 0,1 4 0,4
6 Inovasi Layanan (Service Innovation) 0,1 4 0,4
7 Dokumentasi SOP (SOP Documentation) 0,05 2 0,1
82

Kelengkapan hardware dan software


8 0,05 2 0,1
(hardware & software)
Ketersediaan database (database
9 0,05 2 0,1
availability)
10 Otomatisasi proses (Process automation) 0,09 4 0,36
Jumlah 2,05
Total 1 3,37
Selisih -0,7

2. Analisis Faktor Eksternal

EFE Matrix
No. Uraian Bobot Peringkat Skor
A. Peluang
1 Kebijakan pemerintah terhadap penelitian 0,1 3 0,3
Fokus pemerintah dan industri dalam hal
2 0,1 3 0,3
upaya teknologi
Jumlah 0,6
B. Ancaman
1 Paten dan produk baru 0,2 3 0,6
Kecepatan perubahan dan adopsi teknologi
2 baru (Speed of change and adoption of new 0,1 2 0,2
technology)
3 Tingkat Keusangan (Rates of obsolescence) 0,13 1 0,13
4 Pengaruh Magang (The impact of the Intern) 0,07 2 0,14
5 Kebutuhan IT System 0,3 3 0,9
Jumlah 1,97
Total 1 2,57
Selisih -1,4

Kekuatan

Ancaman -2 -1 0 1 2 Peluang

Defensif -1

-2

Kelemahan

Gambar 5.5 Posisi Perusahaan Berdasarkan Analisis SWOT


(Perspektif Internal Business Process)
83

Dari matriks SWOT dapat dilihat bahwa posisi perusahaan pada perspektif

proses bisnis internal adalah berada pada Kuadran IV, sehingga harus dilakukan

strategi Defensif melalui pemanfaatan kekuatan internal untuk dapat meraih

peluang pasar yang cukup besar, mengendalikan kinerja internal agar tidak

semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi

diri.

D. Perpektif Pembelajaran & Pertumbuhan (Learning & Growth)

1. Analisis Faktor Internal

IFE Matrix
No. Uraian Bobot Peringkat Skor
A. Kekuatan
1 Kualitas karyawan (individual talent quality) 0,2 4 0,8
Menarik calon karyawan (Attract Good
2 0,07 4 0,28
People)
Pengembangan karyawan (People
3 0,13 4 0,52
development)
4 Hubungan karyawan (employee relations) 0,1 3 0,3
Jumlah 1,9
B. Kelemahan
Kaderisasi Pemimpin Masa depan (Talent /
1 0,15 4 0,6
Future Leader)
Imbal jasa prestasi (Rewarding
2 0,15 4 0,6
Achievement)
3 Hubungan industrial (industrial relations) 0,13 3 0,39
Manajemen pengetahuan (sharing
4 0,07 2 0,14
knowledge management)
Jumlah 1,73
Total 1 3,63
Selisih 0,17

2. Analisis Faktor Eksternal

EFE Matrix
No. Uraian Bobot Peringkat Skor
A. Peluang
1 Hukum ketenagakerjaan (Employment Law) 0,15 3 0,45
Masalah Pembuangan dan Limbah
2 0,17 2 0,34
(Displosal or Waste Issues)
84

Masalah Lingkungan, Kesehatan dan


3 Keamanan (Environmental, Heath & Safety 0,1 3 0,3
Issues)
Jumlah 0,79
B. Ancaman
1 Kendali Polusi (Pollution Control ) 0,17 2 0,34
2 Tingkat Kebisingan (Noise Level) 0,1 1 0,1
3 Persyaratan tambahan terkait lingkungan 0,11 1 0,11
4 Masyarakat sekitar Cabang (Outlet) 0,2 1 0,2
Jumlah 0,75
Total 1 1,54
Selisih 0,04

Kekuatan

Progresif

Ancaman -2 -1 0 1 2 Peluang

-1

-2

Kelemahan

Gambar 5.6 Posisi Perusahaan Berdasarkan Analisis SWOT


(Perspektif Learning & Growth)

Dari matriks SWOT dapat dilihat bahwa posisi perusahaan pada perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan adalah berada pada Kuadran I, sehingga harus

dilakukan tindakan-tindakan yang progresif melalui pemanfaatan kekuatan internal

untuk dapat meraih peluang pasar yang cukup besar.

Sehingga setelah melakukan keseluruhan Analisis SWOT dari keempat

perspektif dalam Balanced Scorecard, maka menunjukkan posisi perusahaan

pada:

a. Perspektif Finance, berada pada Kuadran I

b. Perspektif Customer, berada pada Kuadran I

c. Perspektif Internal Business Process, berada pada Kuadran IV


85

d. Perspektif Learning & Growth, berada pada Kuadran I

Dari keempat perspektif Balanced Scorecard tersebut di atas, yang paling

dominan adalah posisi perusahaan pada Kuadran I dengan tiga perspektif , artinya

posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang.

Rekomendasi strategi yang diberikan adalah progresif, artinya organisasi dalam

kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan

ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

Namun ada perspektif dimana perusahaan berada pada Kuadran IV

dengan satu perspektif, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan

dilematis. Oleh karena itu, organisasi disarankan untuk menggunakan strategi

bertahan, dengan mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok.

Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.

5.2.3 Menentukan Strategi Bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang
Toyota di PT. Hadji Kalla (Kalla Toyota) dengan Metode TOWS-BSC

Dalam penentuan kinerja bisnis ini dilakukan full analysis melihat dari

empat perspektif (Keuangan, Pelanggan, Proses Bisnis Internal serta

Pembelajaran & Pertumbuhan) yang mana masing-masing dianalisis faktor

strategi dari segi Strengths-Opportunities, Strengths-Threats, Weaknesses-

Opportunities, Weaknesses-Threats. Adapun Full Analysis faktor dari keempat

perspektif tersebut yang akan menentukan TOWS-BSC Strategy adalah sebagai

berikut:

A. Full Analysis

SO Strategies

STRENGTHS-OPPORTUNITIES STRATEGIES (SO Strategies)


1. Mengembangkan Fasilitas Outlet Hadji Kalla untuk
Menciptakan Fasilitas yang Best In Town
86

2. Mengembangkan Metode Employee Happines untuk


mempertahankan Culture Perusahaan yang lebih baik
3. Mengembangkan Bisnis baru untuk memperkuat Profit after
Tango Project
4. Memperkuat Brand Image Perusahaan
5. Memperkuat Proses Kerja yang lebih mengutamakan
Teknologi dan Perbaikan Berkelanjutan
6. Menguatkan Penguasaan Pasar
7. Mengembangkan program Loyalitas Pelanggan
8. Meningkatkan kepercayaan Partner Bisnis Prerusahaan

ST Strategies

STRENGTHS-THREATS STRATEGIES (ST Strategies)


1. Memperkuat Proses IT diseluruh bagian Proses Kerja
2. Meningkatkan kualitas karyawan menjadi lebih semakin baik
untuk persiapan menghadapi pembukaan bisnis baru
3. Meningkatkan Kepercayaan Pelanggan dalam menghadapi
Kompetisi Industri

WO Strategies

WEAKNESSES- OPPORTUNITIES STRATEGIES (WO Strategies)


1. Memperkuat kualitas database pelanggan
2. Memperkuat sistem dan metode Intelejen Pasar
3. Mengembangkan metode dan sistem Pemasaran yang lebih
baik
4. Memperkuat Otomtisasi Proses Kerja
5. Memperkuat kulitas Kaderisasi guna mengefektifkan tujuan
Organisasi
6. Memperkuat Pengembangan SDM dengan lebih kompeten
sesuai dengan level kompetensi yang lebih tinggi
7. Memperkuat Inovasi Layanan sesuai dengan kebutuahan
Generasi saat ini
87

8. Mengembangkan sistem dan metode imbal jasa untuk lebih


memenuhi dan memenangkan hati karyawan

WT Strategies

WEAKNESSES-THREATS STRATEGIES (WT Strategies)


1. Diperlukan untuk mengembangkan jenis layanan ke pelanggan
untuk tetap meyusuaikan dengan kecepatan perubahan dan
adaptasi teknologi baru
2. Sangat diperlukan memperbaiki database pelanggan serta
meningkatkan kualitas database tersebut untuk mengikat
loyalitas pelanggan dalam rangka menghadapi banyaknya
perubahan dari sisi peraturan pemerintah akan hukum
konsumen
3. Peningkatan kaderisasi pemimpin akan memudahkan dalam
membuka bisnis baru dan juga untuk menghadapi kebijakan
pemerintah akan industri serta kompetisi

B. TOWS-BSC Strategy

FINANCE
1. Mengembangkan Bisnis baru untuk memperkuat Profit
after Tango Project
CUSTOMER
1. Mengembangkan Fasilitas Outlet Hadji Kalla untuk
Menciptakan Fasilitas yang Best In Town
2. Memperkuat Brand Image Perusahaan Menguatkan
Penguasaan Pasar
3. Mengembangkan program Loyalitas Pelanggan
4. Meningkatkan Kepercayaan Pelanggan dalam menghadapi
Kompetisi Industri
5. Memperkuat kualitas database pelanggan
INTERNAL BUSINESS PROCESS
88

1. Memperkuat Proses Kerja yang lebih mengutamakan


Teknologi dan Perbaikan Berkelanjutan
2. Memperkuat sistem dan metode Intelejen Pasar
3. Memperkuat Otomatisasi Proses Kerja
4. Memperkuat Inovasi Layanan sesuai dengan kebutuahan
Generasi saat ini
5. Memperkuat Proses IT diseluruh bagian Proses Kerja
LEARNING & GROWTH
1. Mengembangkan Metode Employee Happines untuk
mempertahankan Culture Perusahaan yang lebih baik
2. Memperkuat kulitas Kaderisasi guna mengefektifkan
tujuan Organisasi
3. Memperkuat Pengembangan SDM dengan lebih kompeten
sesuai dengan level kompetensi yang lebih tinggi
4. Mengembangkan sistem dan metode imbal jasa untuk
lebih memenuhi dan memenangkan hati karyawan
5. Meningkatkan kualitas karyawan menjadi lebih semakin
baik untuk persiapan menghadapi pembukaan bisnis baru

Dengan adanya strategi dari berbagai perspektif maka berikut

pembahasan dari beberapa perspektif strategi tersebut dari sudut pandang

perspektifnya:

1) Strategi dari Perspektif Finance yaitu dengan adanya Project TANGO

Integration yang mana unit bisnis akan diambil alih oleh ATPM dalam hal

ini PT. Toyota-Astra Motor, maka manajemen dalam pemilihan bisnis baru

tersebut dapat segera disiapkan dan disosialisasikan ke seluruh bagian

organisasi.

2) Strategi dari Perspektif Customer yaitu meningkatkan customer touch point

kepada para pelanggan baik yang bersifat fasilitas maupun pelayanan

yang terbaik kepada pelanggan.


89

3) Strategi dari Perspektif Internal Business Process yaitu mengarah kepada

inovasi teknologi yang mana dalam menghadapi era digital saat ini

menuntut perusahaan dapat meningkatkan daya saing dalam inovasi

teknologi.

4) Strategi dari Perspektif Learning & Growth yaitu memperkuat posisi

karyawan perusahaan dalam kesejahteraan serta kompetensi untuk dapat

mengisi adanya startegi serta perubahan dalam perusaahaan.

Adapun perencanaan aktifitas (Action Plan) dari perusahaan adalah

dengan mengambil pilihan Strategi Progresif yang paling dominan diantara

keempat perspektif Balanced Scorecard yang telah diukur sebelumnya oleh

perusahaan adalah dengan memastikan organisasi dalam hal ini PT. Hadji Kalla

(Kalla Toyota) melakukan ekspansi bisnis suku cadang Toyota dengan membuka

bisnis suku cadang Toyota yang baru dalam hal ini menambah outlet ataupun

meningkatkan volume penjualan di setiap outlet yang ada mengingat pangsa pasar

suku cadang Toyota ini masih tetap dalam potensi pertumbuhan penjualan yang

sangat baik.
90

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan pada Bab sebelumnya maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi Kinerja Bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang Toyota

ditinjau dari jenis dan tipe kendaraan menunjukkan tren yang positif dari

tahun ke tahun. Dari jenis suku cadang yang paling berkontribusi terhadap

penjualan adalah item Toyota Genuine Parts (TGP) sedangkan dari tipe

kendaraan yang paling berkontribusi terhadap penjualan suku cadang

adalah kendaraan tipe Avanza.

2. Kinerja Bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang Toyota setelah

dilakukan metode analisis SWOT-BSC dapat terpetakan dari segi faktor

internal maupun eksternal dari keempat perspektif Balanced Scorecard

bisnis perusahaan. Untuk Perspektif Finance berada pada Kuadran I atau

Strategi Progresif, Perspektif Customer berada pada Kuadran I atau

Strategi Progresif, Perspektif Internal Business Process berada pada

Kuadran IV atau Strategi Defensif, Perspektif Learning & Growth berada

pada Kuadran I atau Strategi Progresif. Tetapi pengukuran kinerja bisnis

dominan pada Kuadran I atau Strategi Progresif dengan pemanfaatan

kekuatan internal untuk meraih peluang pasar yang cukup besar.

3. Strategi Bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang Toyota setelah

dilakukan Full Analysis serta penentuan TOWS-BSC Strategy dapat

memberikan output berupa strategi dari keempat perspektif Balanced

Scorecard bisnis perusahaan. Untuk Perspektif Finance yaitu dalam


91

pemilihan bisnis baru dapat segera disiapkan dan disosialisasikan ke

seluruh bagian organisasi. Perspektif Customer yaitu meningkatkan

customer touch point kepada para pelanggan. Perspektif Internal Business

Process yaitu mengarah kepada inovasi teknologi. Perspektif Learning &

Growth yaitu memperkuat posisi karyawan perusahaan dalam

kesejahteraan serta kompetensi.

6.2 Saran

Untuk lebih mengoptimalkan perencanaan strategi bisnis yang baik bagi

Bisnis Logistics & Supply Chain Suku Cadang Toyota pada PT. Hadji Kalla (Kalla

Toyota), maka saran-saran yang disampaikan:

1. Kondisi Kinerja Bisnis agar selalu memperhatikan daya saing perusahaan

dalam menjalankan kegiatan bisnis logistik yang mana harus selalu

diupayakan untuk terus tumbuh serta menjaga tren positif penjualan suku

cadang Toyota.

2. Pengukuran kinerja bisnis logistik perusahaan yang telah dilaksanakan

agar tetap dilakukan monitoring dan evaluasi agar tetap sesuai dengan

kondisi yang semestinya dan memastikan posisi perusahaan dalam

memilih strategi dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya.

3. Penentuan strategi yang dari keempat perspektif Balanced Scorecard

perusahaan agar dijalankan dan tetap dimaksimalkan implementasinya di

lapangan. Namun bukan hanya implementasi saja tetapi perlu adanya

penetapan tujuan, ukuran serta target yang ingin dicapai selanjutnya. Oleh

karena itu penulis berharap agar penelitian selanjutnya dapat

menyempurnakan penelitian yang telah dilaksanakan ini.


92

DAFTAR PUSTAKA

Alao, Esther. (2013). Strategic Decision Making, Balanced Scorecard Profitability:


issues and challenges. International Journal of Accounting Research 2013
Vol. 1, No.1.

Alborz Hajikhani, Hamid Reza Jafari. (2013). Developing a Mix Method of SWOT,
BSC & QFD toward Strategic Planning. Interdisciplinary Journal Of
Contemporary Research In Business. May 2013 Vol 5, No. 1.

Amin, Widjaja Tunggal. (2004). Manajemen Strategik. Jakarta: Havarindo.

Andi Ilham Said, dkk. (2006). Produktivitas dan Efisiensi dengan Supply Chain
Management. Jakarta: Penerbit PPM

Arash Shahin Dr., Professor Mohamed Zairi. Strategic Management and


Benchmarking The Balanced Score Card (BSC): An Integrated
Methodology. International Management Journals. ISSN: 1742-8204,
Volume 2 Issue 2 Special Edition.

Arthur A. Thompson, Jr. and A.J. Strickland III. 1993. Strategic management:
concept and cases. 7th ed. New York: Richard d. Irwin, inc.

Darmawan, Johnny. (2014). Kiprah Toyota Melayani Indonesia.Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama.

Elaheh Enteshari Najaf Abadi, Ali Karbasi Najaf Abadi,Iraj Soltani (2012). Strategic
Planning Model Formulation Based on Balanced Score Card: A Case
Study. International Journal of Academic Research in Business and Social
Sciences July 2012, Vol. 2, No. 7 ISSN: 2222-6990

Emad A. Awadallah, AmirAllam. (2017). A Critique of the Balanced Scorecard as


a Performance Measurement Tool. International Journal of Business and
Social Science, July2015, Vol. 6, No. 7.

Erhard K. Valentin. (2005). Away With SWOT Analysis:Use Defensive/Offensive


Evaluation Instead. The Journalof Applied Business Research–Spring
2005, Volume 21, Number 2.

Fred R. David, Forest R. David. 2016. Konsep Manajemen Strategik: Suatu


Pendekatan Keunggulan Bersaing, Edisi 15.Jakarta: Salemba Empat.

F.Robert Jacobs, Richard B. Chase. 2015. Operations and Supply Chain


Management, 14th Global Edition. Jakarta: Salemba Empat.

Gazpersz, Vincent. 2004. Perencanaan Strategik untuk Peningkatan Kinerja


Sektor Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
93

Gazpersz, Vincent. 2017. Sistem Manajemen Kinerja terintegrasi, Balanced


Scorecard dengan Six Sigma untuk organisasi bisnis dan pemerintah.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

John A, Pearce II and Richard B. Robinson Jr. 1998. Strategic Management, 3rd
ed. USA : Richard D. Irwin, Illions.

Indrajit, Richardus E. and Djokopranoto, Richardus. 2005. Konsep Manajemen


Supply Chain. Jakarta: Grasindo.

Indrianty, Sudirman. 2012. Topik-Topik Riset Manajemen Strategi. Kerjasama: IPB


Press & Unhas Press.

James, C. Craig, & Grant, Robert M. (2003). Manajemen Strategik. Jakarta:


Mediator.

Kaplan, Robert. S & David P. Norton. 2000. Balanced Scorecard: Menerapkan


Strategi menjadi aksi-Balanced Scorecard. Jakarta: diterjemahkan oleh
Peter R. Yosi Pasla Erlangga.

Mariza, Ita. (2003). Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard. Jurnal the
Winners Volume 04 / Nomor 2 / September 2003.

Meena,Chavan. (2009). The Balanced Scorecard: A New Challenge. Journal of


Management Development, Vol.28 No.5, 2009 pp. 393-406.

Mulyadi. (2005). Sistem Manajemen Strategik Berbasis Balanced Scorecard.


Cetakan Ke-1. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Mulyadi. (2007). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen: system


pelipatganda kinerja perusahaan. Edisi Ke-3. Jakarta: Salemba Empat.

Nasution, Arman Hakim. (2005). Manajemen Industri. Yogyakarta: ANDI.

Niven, Paul, R. (2002). Balanced Scorecard Step-By-Step: Maximizing


Performance and Maintaining Results. New York: John Wiley and Sons,
INC.

Novanda, Dhea. (2012). Implementasi Integrasi SWOT Balanced Scorecard


Dalam Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja PT. Grafika Jaya Sumbar.
Unand: Jurnal Teknik Industri. 2012.

Nura Abubakar, Garba Bala Bello. (2013). Strengths, Weaknesses,Opportunities


And Threats(Swot) Analysis On Globacom Ltd. International Journal of
Information Technology and Business Management. 29 August 2013.
Vol.16 No.1.

Pujawan, I Nyoman, Mahendrawathi. 2017. Supply Chain Management, Edisi 3.


Yogyakarta: ANDI
94

Rangkuti, Freddy. (2014). SWOT - Balanced Scorecard : Teknik Menyusun


Strategi Korporat yang Efektif plus Cara Mengelola Kinerja dan Risiko.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rangkuti, Freddy. (2005). Analisa SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: CV


Alfabeta.

Saeed Ahmad Pour Kasgari*, Mostafa Tahmasebi** ,Bahram Torabi. (2015).


Integration model using SWOT-BSC for drawing strategy in Information
Technology industry. Bulletin of the georgian national academy of sciences,
vols. 9, no. 1, 2015.

Sarjono, Haryadi. (2006). Analisis Evaluasi Kinerja Direktorat Jendral Bina


Produksi Holtikultura dengan Pendekatan Balanced Scorecard. Jurnal The
Winners, Volume 7/ Nomor 1/ Maret 2006.

Siagian, Yolanda M. 2005. Aplikasi Supply Chain Management Dalam Dunia


Bisnis. Jakarta: Grasindo.

Sugyiono. (2003). Metode Penelitian Bisnis. Cetakan pertama. Bandung: Alfabeta.

Suharno, (2016). Integration Of SWOT-Balance Scorecard To Formulate Strategic


Planning In The Technology And Vocational Education In Indonesia.
Journal of Technical Education and Training (JTET) |61. Vol. 8, No.2 .
December 2016

Supply Chain & Logistics Review, edisi Desember 2015. Apakah Logistik Masih
Berjaya? hlm. 7.

Supply Chain & Logistics Review, edisi Februari 2018. Menyongsong Otomatisasi
Logistik. hlm. 2.

Tunggal, Widjaja, Amin. (2002). Memahami Konsep Balanced Scorecard.


Jakarta:Harvarindo.

Umar, Husein. (2001). Strategic Management. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wirawan, Handy. (2002). Paradigma Baru Kepuasan Pelanggan. SWA Sembada


Edisi 18/XVIII.

Yuwono, Sony., Sukarno, Edy., & Ichsan, Muhammad. (2003). Petunjuk Praktis
Penyusunan Balanced Scorecard: Menuju Organisasi yang berfokus pada
Strategi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Zizlavsky, Ondrej. (2014). The Balanced Scorecard: Innovative Performance


Measurement and Management Control System. J. Technol. Manag. Innov.
ISSN: 0718-2724.(http://www.jotmi.org)2014, Volume 9, Issue 3.
95

Lampiran 1 : Biodata

BIODATA

Identitas Diri
Nama : A. Muh. Firdaus
Tempat, Tanggal lahir : Kalosi, 28 September 1984
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat Rumah : Perumahan Griya Harapan Bontoduri 1 No. 19A
Jl. Bontoduri Raya I, RT.001 / RW.007
Kel. Pa’Baeng Baeng Kec. Tamalate,
Makassar 90223, Sulawesi Selatan, Indonesia
Telpon Rumah dan HP : 081342453377
Alamat E-mail : a.muh.firdaus@gmail.com
Status Sipil :
Nama Istri/Suami : Dewi Anggraini
Nama Anak : 1). A. Muhammad Usaid Firdaus
2). A. Muhammad Uwais Firdaus

Riwayat Pendidikan
Pendidikan Formal
Tamat SD tahun 1996 di Kalosi, Kec. Alla, Kab. Enrekang
Tamat SLTP tahun 1999 di Baraka, Kec. Baraka, Kab. Enrekang
Tamat SLTA tahun 2002 di Cakke, Kec. Anggeraja, Kab. Enrekang
Sarjana (S1) tahun 2007 di Makassar
Magister (S2) tahun 2018 di Makassar
Pendidikan Non Formal
Program Pembinaan Profesi Insinyur & Sertifikasi Insinyur Profesional,
Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Badan Kejuruan : Teknik Industri (BKTI)
tahun 2015 di Makassar

Pekerjaan dan Riwayat Pekerjaan


Pekerjaan : Karyawan Swasta
NIP/NIK : 0148509/200900316
Pangkat/Jabatan : General Logistic Department Head
Kalla Transport & Logistics, PT. Hadji Kalla

Karya Ilmiah/Artikel yang telah dipublikasikan

Makalah pada Seminar/Konferensi Ilmiah Nasional dan Internasional

Demikian biodata ini dibuat dengan sebenarnya.


Makassar, Agustus 2018

A. Muh. Firdaus
96

Lampiran 2 : Matriks TOWS-BSC Full Analysis

F F
Strengths Weaknesses
C C

FULL
ANALYSIS
IP
S IP
W
LG LG

SO Strategies WO Strategies
F 1. Mengembangkan Fasilitas Outlet Hadji Kalla untuk 1. Memperkuat kualitas database pelanggan
Menciptakan Fasilitas yang Best In Town 2. Memperkuat sistem dan metode Intelejen Pasar
Opportunities 2. Mengembangkan Metode Employee Happines untuk 3. Mengembangkan metode dan sistem Pemasaran yang lebih baik
mempertahankan Culture Perusahaan yang lebih baik
C 3. Mengembangkan Bisnis baru untuk memperkuat Profit after
4. Memperkuat Otomtisasi Prose Kerja
5. Memperkuat kulitas Kaderisasi guna mengefektifkan tujuan
I O 4.
Tango Project
Memperkuat Brand Image Perusahaan
6.
Organisasi
Memperkuat Pengembangan SDM dengan lebih kompeten sesuai
5. Memperkuat Proses Kerja yang lebih mengutamakan
P Teknologi dan Perbaikan Berkelanjutan dengan level kompetensi yang lebih tinggi
6. Menguatkan Penguasaan Pasar 7. Memperkuat Inovasi Layanan sesuai dengan kebutuahan
L 7. Mengembangkan program Loyalitas Pelanggan Generasi saat ini
G 8. Meningkatkan kepercayaan Partner Bisnis Prerusahaan 8. Mengembangkan sistem dan metode imbal jasa untuk lebih
memenuhi memenangkan hati karyawan

ST Strategies WT Strategies
F 1. Memperkuat Proses IT diseluruh bagian Proses 1. Diperlukan untuk mengembangkan jenis layanan ke pelanggan
Threats Kerja untuk tetap meyusuaikan dengan kecepatan perubahan dan
2. Meningkatkan kualitas karyawan menjadi lebih adaptasi teknologi baru
C semakin baik untuk persiapan menghadapi 2. Sangat diperlukan memperbaiki database pelanggan serta
pembukaan bisnis baru meningkatkan kualitas database tersebut untuk mengikat loyalitas
I
P
T 3. Meningkatkan Kepercayaan Pelanggan dalam
menghadapi Kompetisi Industri
3.
pelanggan dalam rangka menghadapi banyaknya perubahan dari
sisi peraturan pemerintah akan hukum konsumen
Peningkatan kaderisasi pemimpin akan memudahkan dalam
membuka bisnis baru dan juga untuk menghadapi kebijakan
L pemerintah akan industri serta kompetisi
G
97

Lampiran 3 : Matriks TOWS-BSC Strategy

FINANCE CUSTOMER
1. Mengembangkan Bisnis baru untuk 1. Mengembangkan Fasilitas Outlet Hadji Kalla untuk
memperkuat Profit after Tango Project
Menciptakan Fasilitas yang Best In Town
2. Memperkuat Brand Image Perusahaan/Menguatkan
Penguasaan Pasar
3. Mengembangkan program Loyalitas Pelanggan
4. Meningkatkan Kepercayaan Pelanggan dalam
menghadapi Kompetisi Industri
5. Memperkuat kualitas database pelanggan
TOWS
INTERNAL PROCESS BSC LEARNING & GROWTH
STRATEGY

1. Memperkuat Proses Kerja yang lebih 1. Mengembangkan Metode Employee Happines untuk
mengutamakan Teknologi dan Perbaikan mempertahankan Culture Perusahaan yang lebih baik
Berkelanjutan 2. Memperkuat kulitas Kaderisasi guna mengefektifkan tujuan
2. Memperkuat sistem dan metode Intelejen Pasar Organisasi
3. Memperkuat Otomtisasi Prose Kerja 3. Memperkuat Pengembangan SDM dengan lebih kompeten
4. Memperkuat Inovasi Layanan sesuai dengan sesuai dengan level kompetensi yang lebih tinggi
kebutuahan Generasi saat ini 4. Mengembangkan sistem dan metode imbal jasa untuk
5. Memperkuat Proses IT diseluruh bagian Proses lebih memenuhi memenangkan hati karyawan
Kerja 5. Meningkatkan kualitas karyawan menjadi lebih semakin
baik untuk persiapan menghadapi pembukaan bisnis baru

Anda mungkin juga menyukai