Anda di halaman 1dari 83

SKRIPSI

ANALISIS PENAWARAN TENAGA KERJA GURU HONORER


DI KABUPATEN MAROS

A. MUH. AWAL RIDHA SYAFAAT


A11111259

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

i
SKRIPSI

ANALISIS PENAWARAN TENAGA KERJA GURU HONORER


DI KABUPATEN MAROS

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun dan diajukan oleh

A. MUH. AWAL RIDHA SYAFAAT


A11111259

Kepada

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

ii
SKRIPSI

ANALISIS PENAWARAN TENAGA KERJA GURU HONORER


DI KABUPATEN MAROS

Disusun dan diajukan oleh


A. MUH. AWAL RIDHA SYAFAAT
A11111259

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi

Makassar, ......... Mei 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Madris, DPS., M.Si Dr. Sabir, SE., M.Si


NIP : 19601231 198811 1 001 NIP : 19740715 200212 1 003

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin

Drs. Muhammad Yusri Zamhuri, M. A. Ph. D


NIP : 19610806 198903 1 004

iii
SKRIPSI

ANALISIS PENAWARAN TENAGA KERJA GURU HONORER


DI KABUPATEN MAROS

Disusun dan diajukan oleh


A. MUH. AWAL RIDHA SYAFAAT
A11111259

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi


Pada tanggal Juli 2018 dan
telah dinyatakan memenuhi syarat kelulusan

Menyetujui
Panitia penguji

No. Nama penguji Jabatan Tanda tangan

1. Dr. H. Madris, DPS., M.Si. Ketua 1. .............................

2. Dr. Sabir, SE., M.Si. Sekretaris 2. .............................

3. Dr. Retno Fitrianti, SE., M.Si Anggota 3. .............................

4. Dr. Hamrullah, SE., M.Si. Anggota 4. .............................

5. Dr. Fatmawati, SE., M.Si. Anggota 5. .............................

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin

Drs. Muhammad Yusri Zamhuri, M. A. Ph. D


NIP : 19610806 198903 1 004

iv
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : A. MUH. AWAL RIDHA SYAFAAT


NIM : A11111259
Departemen / Program Studi : Ilmu Ekonomi / Strata satu (S1)

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang


berjudul :

ANALISIS PENAWARAN TENAGA KERJA GURU HONORER


DI KABUPATEN MAROS

Adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di

dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan

oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan

tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam

naskah ini dan disebut dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari ternyata terdapat dalam naskah skripsi ini dapat

dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi

atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan undang-undang

yang berlaku (UU No.20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Makassar , 25 April 2018

Yang membuat Pernyataan

A. Muh. Awal Ridha Syafaat


A11111259

v
PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah

melimpahkan segala taufiq dan hidayahNya kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan. Tak lupa juga kita senantiasa bershalawat

atas Nabi Besar Muhammad saw. Sang Idola terbaik sepanjang zaman

yang menunjukkan jalan terang benerang.

Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana

Ekonomi (SE) pada Jurusan Ilmu ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin. Meski masih terdapat kekurangan, namun skripsi

ini bernilai lebih dari sekedar apa yang tertuang dari hasil belajar penulis

selama ini. Banyak pihak yang telah mendukung dalam bentuk bimbingan,

nasehat, doa serta saran dari berbagai pihak. Dengan segala hormat

enulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina, M.A selaku Rektor Universitas

Hasanuddin berserta jajarannya.

2. Bapak Prof. Dr. Gagaring Pagalung, S.E., M.S., Ak., CA, selaku

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin berserta

jajarannya.

3. Bapak Drs. Muh. Yusri Zamhuri, M.A., Ph.D. selaku Ketua Jurusan

Ilmu Ekonomi. Terima kasih atas segala bantuan yang senantiasa

diberikan hingga peneliti dapat menyelesaikan studi di Jurusan Ilmu

Ekonomi.

vi
4. Bapak Dr. H. Madris, DPS., M.Si. selaku pembimbing I dan bapak

Dr. Sabir, SE., M.Si. selaku pembimbing II. Penulis sangat

berterimakasih atas segala pemikiran, ide, bantuan, arahan, nasehat,

kesabaran, serta waktu yang diluangkan demi penyelesaian skripsi ini.

5. Dosen penguji Dr. Retno Fitrianti, SE., M.Si, Dr. Hamrullah, SE., M.Si.,

Dr. Fatmawati, SE., M.Si. Penulis mengucapkan terimakasih atas

saran dan kritik terhadap hasil penelitian sehingga menyempurnakan

tugas akhir ini.

6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

menginspirasi dan bersedia membagi ilmunya kepada penulis,

terimakasih atas pembelajaran dan bantuan selama tahun kuliah

penulis.

7. Orang tua tercinta, Ayahanda Drs. Andi Mappiati, M.Pd dan Ibunda

Dra. Andi Nurhayati, S.OS. serta saudara tercinta Andi Hilda Hijriah,

yang memberikan motivasi, nasehat, dorongan dan semangat dalam

menyeesaikan tugas akhir ini.

8. Teman-teman seangkatan yang memberikan masukan-masukan dan

ide-ide dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Akhir kata, tiada kata yang patut peneliti ucapkan selain doa semoga

Allah SWT senantiasa melimpahkan ridho dan berkah-Nya atas amalan

kita di dunia dan di akhirat. Skripsi ini masih jauh dari sempurna walaupun

telah menerima bantuan dari berbagai pihk. Apabila terjadi kesalahan-

kesalahan dalam Skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis

vii
dan bukan para pemberi bantuan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

saran dan kritik bagi pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis

juga mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan

pengetahuan bagi kita semua. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.

Makassar, 21 Mei 2018

A. Muh. Awal Ridha Syafaat

viii
ABSTRAK

ANALISIS PENAWARAN TENAGA KERJA GURU HONORER


DI KABUPATEN MAROS

A. Muh. Awal Ridha Syafaat


Madris
Sabir
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui penawaran
tenaga kerja Guru honrer di Kabupaten Maros. Variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah upah, Non Labor Income,
pengalaman kerja, tingkat pendidikan, status Guru, jenis sekolah dan jenis
kelamin. Data yang digunakan adalah data primer dengan 68 responden.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi,
dan kuesioner yang berhubungan dengan penelitian ini. Dianalisis dengan
model regresi linear berganda menggunakan aplikasi eviews 9. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa upah berpengaruh terhadap Penawaran
tenaga kerja Guru honorer di Kabupaten Maros. Variabel Non Labor
Income tidak berpengaruh terhadap Penawaran tenaga kerja Guru
honorer di Kabupaten Maros. Serta tidak terdapat perbedaan penawaran
tenaga kerja Guru honorer di Kabupaten Maros berdasarkan pengalaman
kerja, status Guru, jenis sekolah dan jenis kelamin.
Kata kunci : Penawaran tenaga kerja, upah, Non Labor Income,
pengalaman kerja, tingkat pendidikan, status Guru, jenis
sekolah, jenis kelamin.

ix
ABSTRACT

ANALISIS PENAWARAN TENAGA KERJA GURU HONORER


DI KABUPATEN MAROS

A. Muh. Awal Ridha Syafaat


Madris
Sabir

This study aims to analyze and know the supply of Master worker honrer
in Maros Regency. The independent variables used in this study were
wages, Non Labor Income, work experience, education level, teacher
status, type of school and gender. The data used are primary data with 68
respondents. Data collection techniques were conducted by interview,
observation, and questionnaire related to this research. Analyzed with
multiple linear regression model using application eviews 9. The results of
this study indicate that wages affect the Supply of honorary teacher labor
in Maros District. Non-Labor Income variables have no effect on the
employment of Master honorary teachers in Maros District. There is no
difference in the employment offer of honorary teachers in Maros Regency
based on work experience, teacher status, type of school and gender.

Keywords : Penawaran tenaga kerja, upah, Non Labor Income,


pengalaman kerja, tingkat pendidikan, status Guru, jenis
sekolah, jenis kelamin.

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL..................................................................... i

HALAMAN JUDUL........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN........................................................... v

PRAKATA ..................................................................................... vi

ABSTRAK ..................................................................................... ix

ABSTRACT ................................................................................... x

DAFTAR ISI................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian .................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori......................................................... 6

2.1.1 Ketenagakerjaan ............................................ 6

2.1.2 Penawaran Tanaga kerja ............................... 10

xi
2.2 Guru Honorer............................................................ 12

2.3 Hubungan Antara Variabel........................................ 15

2.3.1 Hubungan Upah dengan Tenaga kerja .......... 15

2.3.2 Hubungan Non Labor Income dengan


Penawaran Tenaga Kerja............................... 16

2.3.3 Hubungan Pengalaman kerja dengan


Penawaran Tenaga Kerja............................... 17

2.3.4 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan


Penawaran Tenaga Kerja............................... 18

2.3.5 Hubungan Status Guru dengan Penawaran


Tenaga Kerja.................................................. 19

2.3.6 Hubungan Jenis Sekolah dengan Penawaran


Tenaga Kerja.................................................. 20

2.3.7 Hubungan Jenis Kelamin dengan Penawaran


Tenaga Kerja.................................................. 21

2.4 Studi Empiris............................................................. 22

2.5 Kerangka Pikir .......................................................... 24

2.6 Hipotesis ................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian....................... 26

3.2 Populasi dan Jumlah Sampel ................................... 26

3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................ 27

3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................... 28

3.5 Metode Analisis Data ................................................ 28

3.6 Uji Statistik ................................................................ 30

3.6.1 Uji Asumsi Klasik............................................ 30

xii
3.6.2 Uji Statistik F .................................................. 32

3.6.3 Uji Statistik t ................................................... 32

3.7 Definisi Operasional Variabel.................................... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Maros ........................ 35

4.1.1 Karakteristik Tenaga Kerja Kabupaten Maros 35

4.1.2 Karakteristik Guru dan Sekolah Kabupaten


Maros ............................................................. 36

4.2 Karakteristik Responden........................................... 37

4.2.1 Distribusi responden Menurut Upah ............... 38

4.2.2 Distribusi Responden Menurut Non Labor


Income ........................................................... 39

4.2.3 Distribusi Responden Menurut Pengalaman


Kerja............................................................... 40

4.2.4 Distribusi Responden Menurut Tingkat


Pendidikan ..................................................... 41

4.2.5 Distribusi Responden Menurut Status Guru ... 42

4.2.6 Distribusi Responden Menurut Jenis Sekolah 43

4.2.7 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin 44

4.3 Analisis Data............................................................. 45

4.3.1 Pengujian Asumsi Klasik ................................ 45

4.3.2 Hasil Regresi .................................................. 47

4.4 Pembahasan Hasil Analis ......................................... 52

4.4.1 Analisis Pengaruh Upah Terhadap


Penawaran Tenaga Kerja Guru Honorer di

xiii
Kabupaten Maros ........................................... 52

4.4.2 Analisis Pengaruh Non Labor Income


Terhadap Penawaran Tenaga Kerja Guru
Honorer di Kabupaten Maros ......................... 52

4.4.3 Analisis Perbedaan Pengalaman Kerja


Terhadap Penawaran Tenaga Kerja Guru
Honorer di Kabupaten Maros ......................... 53

4.4.4 Analisis Perbedaan Tingkat Pendidikan


Terhadap Penawaran Tenaga Kerja Guru
Honorer di Kabupaten Maros ......................... 54

4.4.5 Analisis Pengaruh Status Guru Terhadap


Penawaran Tenaga Kerja Guru Honorer di
Kabupaten Maros ........................................... 54

4.4.6 Analisis Pengaruh Jenis Sekolah Terhadap


Penawaran Tenaga Kerja Guru Honorer di
Kabupaten Maros ........................................... 55

4.4.7 Analisis Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap


Penawaran Tenaga Kerja Guru Honorer di
Kabupaten Maros ........................................... 55

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ............................................................... 57

5.2 Saran ........................................................................ 58

DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 59

LAMPRAN ..................................................................................... 62

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Pencari Kerja Yang Terdaftar Pada Dinas Tenaga Kerja di


Kabupaten Maros Tahun 2015 .............................................. 3

1.2 Jumlah Tenaga Honorer Guru di Kabupaten Maros Tahun


2016 ...................................................................................... 3

3.2 Jumlah Sampel Penelitian ..................................................... 27

4.1 Penduduk dan Tenaga Kerja Kabupaten Maros.................... 35

4.2 Distribusi responden Menurut Upah ...................................... 38

4.3 Distribusi Responden Menurut Non Labor Income ................ 39

4.4 Distribusi Responden Menurut Pengalaman Kerja ................ 40

4.5 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ............... 41

4.6 Distribusi Responden Menurut Status Guru .......................... 42

4.7 Distribusi Responden Menurut Jenis Sekolah ....................... 43

4.8 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin ....................... 44

4.9 Output pengujian Multikolinearitas......................................... 46

4.10 Hasil Analisis Hubungan Fungsional Variabel Bebas


Terhadap Penawaran Tenaga Kerja Guru Honorer di
Kabupaten Maros .................................................................. 47

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir ....................................................................... 25

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Kuesioner Penelitian.............................................................. 63

2 Tabulasi Data ........................................................................ 65

3 Hasil Olah Data ..................................................................... 67

xvii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan pertumbuhan perekonomian di Indonesia, angka

partisipasi tenaga kerja, terutama jumlah angkatan tenaga honorer

semakin meningkat. Peningkatan tersebut timbul bukan karena faktor

kebetulan, namun dikarenakan persediaan tenaga kerja atau angkatan

kerja dari tahun ke tahun semakin meningkat akan tetapi kesempatan

untuk mendapatkan pekerjaan sangat kecil. Dalam pasar kerja telah

terjadi meningkatnya penawaran kerja dari pada permintaan kerja, maka

terjadi adanya selisih antara penawaran dan permintaan kerja yang

mengakibatkan terciptanya ketidakseimbangan. Hal tersebut perlu

mendapatkan perhatian serius dari pemerintah agar bagaimana tenaga

kerja yang ada ini dapat diserap untuk mendapatkan pekerjaan.

Bagaimanapun, bagi angkatan kerja lapangan pekerjaan merupakan

sumber utama pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Besar atau kecilnya pendapatan yang diperoleh dari lapangan pekerjaan

tersebut menentukan kesejahteraan bagi tenaga kerja serta keluarganya.

Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam

kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial yang

sangat kompleks dan besar serta telah lama menjadi perbincangan yang

terus-menerus berusaha dicarikan jalan keluarnya. Kompleks karena

1
2

masalahnya mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor

yang saling berinteraksi dengan pola yang tidak selalu dipahami, besar

karena menyangkut jutaan jiwa dan akan sangat berdampak bagi

pembangunan dan kesejahteraan perekonomian suatu bangsa. Masalah

ketenagakerjaan merupakan masalah umum dan paling mendasar yang

dihadapi oleh setiap negara, masalah ketenagakerjaan tentunya tidak

lepas dari masalah-masalah mengenai angkatan kerja dan penganguran,

tingkat upah, dan masalah produktivitas tenaga kerja.

Masalah tenaga kerja di Indonesia sangat kompleks, ini di

pengaruhi oleh beberapa faktor : Pertama, tingkat pertumbuhan penduduk

yang relatif cukup tinggi dan praktis telah mengakibatkan tingginya

pertumbuhan tenaga kerja. Kedua, tingkat pendidikan para tenaga kerja

yang masih rendah. Ketiga, terdapatnya ketidakseimbangan dalam

penyebaran suatu penduduk dan tenaga kerja di antar wilayah. Keempat,

begitu rendahnya pendayagunaan tenaga kerja. Kelima, pasar tenaga

kerja belum mampu menyalurkan tenaga kerja secara efektif dan efisien.

Fenomena yang menarik dibahas dari masalah ketenagakerjaan

yaitu mengenai penawaran tenaga kerja karena merupakan gambaran

pasar tenaga kerja dan peningkatan tenaga kerja yang akan terserap

dalam dunia kerja. Penyediaan tenaga kerja pun sifatnya terbatas karena

tidak semua penduduk merupakan tenaga kerja. Hanya penduduk yang

telah mencapai umur minimum tertentu baru bisa dianggap sebagai

tenaga kerja potensial atau angkatan kerja (Mankiw, 2006).


3

Tabel 1.1 Banyaknya Pencari Kerja Yang Terdaftar Pada Dinas Tenaga
Kerja di Kabupaten Maros Tahun 2016.
No. Bulan Pencari Kerja
1. Januari 2.351
2. Februari 2.478
3. Maret 1.194
4. April 2.101
5. Mei 1.927
6. Juni 3.157
7. Juli 2.756
8. Agustus 2.361
9. September 1.587
10. Oktober 2.208
11. November 1.158
12. Desember 1.785
Sumber : BPS, 2017.

Tabel diatas dapat dilihat bahwa pencari kerja di di Kabupaten

Maros mengalami fluktuasi peningkatan dan penurunan di tahun 2015.

Penurunan tingkat pencari kerja di kabupaten maros salah satunya karena

banyaknya tenaga kerja yang terserap pada menjadi tenaga honorer

terutama honorer Guru. Tenaga honorer Guru memberikan sumbangan

yang besar bagi kelangsungan perekonomian dalam dunia pendidikan.

Tabel 1.2 Jumlah Tenaga Guru Honorer di Kabupaten Maros Tahun 2017
Tenaga Honorer
Tingkatan Sekolah Jumlah
Laki Perempuan
Sekolah Menengah Pertama
(SMP) 33 64 97

Sekolah Menengah Atas


(SMA) 22 26 48

Total 55 90 145
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Maros, 2018.
4

Faktor lain yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja adalah

upah. Menurut Sedarmayanti (2001) perubahan tingkat upah akan

mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Tingkat upah merupakan salah

satu faktor pendukung dalam upaya penyerapan tenaga kerja pada suatu

organisasi atau instansi. Jika upah yang diberikan oleh suatu instansi

pada tenaga kerja tidak memenuhi kebutuhan hidup maka produktivitas

pekerja akan sangat rendah atau semakin menurun dan sebaliknya

apabila tingkat upah yang diberikan oleh suatu instansi mencukupi

kebutuhan hidup minimum pekerja maka pekerja akan lebih konsentrasi

dalam bekerja atau kinerja akan semakin meningkat dan pada akhirnya

pekerja lebih produktif. Secara teoritis, apabila tingkat upah tinggi, maka

jumlah penawaran tenaga kerja akan meningkat dan sebaliknya

(Simanjuntak, 2001).

Salah satu upaya dalam mewujudkan suatu relevansi pendidikan

dengan kebutuhan pembangunan, ini dikenal dengan kebijakan link and

match. Kebijakan ini dapat bertujuan untuk dapat mengoptimalkan dan

mengefisienkan sumber daya manusia dengan sistem pendidikan.

Semakin selaras struktur tenaga kerja yang disediakan oleh sistem

pendidikan yang ada dengan struktur lapangan kerja maka akan semakin

efisienlah sistem pendidikan yang ada, (Sunyoto, 2015).

Berdasarkan latar belakang di atas maka penting untuk melakukan

penelitian mengenai “Analisis Penawaran Tenaga Kerja Guru Honorer Di

Kabupaten Maros”.
5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskanlah permasalahan

dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah faktor upah, Non Labor Income berpengaruh terhadap

penawaran tenaga kerja Guru honorer di Kabupaten Maros.

2. Apakah ada perbedaan penawaran tenaga kerja Guru honorer

berdasarkan pengalaman kerja, tingkat pendidikan, status Guru, jenis

sekolah dan jenis kelamin di Kabupaten Maros.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengukur dan mengetahui pengaruh upah, Non Labor Income

terhadap penawaran tenaga kerja Guru honorer di Kabupaten Maros.

2. Untuk mengukur dan mengetahui perbedaan penawaran tenaga kerja

Guru honorer berdasarkan pengalaman kerja, tingkat pendidikan, status

Guru, jenis sekolah dan jenis kelamin di Kabupaten Maros.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah Kabupaten Maros dalam

menentukan kebijakan untuk memecahkan masalah ketenagakerjaan

khususnya tenaga Guru honorer.

2. Sebagai bahan refrensi bagi yang ingin mengadakan penelitian lebih

lanjut dalam obyek penelitian ini maupun objek penelitian yang sejenis.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Ketenagakerjaan

Menurut Undang-Undang Pokok Ketenagakerjaan No. 13 Tahun

2003Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1, tenaga kerja adalah setiap orang

yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa,

baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Sedangkan menurut Depnakertrans tahun 2006, tenaga kerja merupakan

setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan

barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun

masyarakat. Depnakertrans juga mendefinisikan tenaga kerja sebagai

setiap laki-laki atau wanita yang berumur 15tahun keatas yang sedang

dalam dan atau akan melakukan pekerjaan baik didalam maupun di luar

hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat.

Menurut Simanjuntak (2001) yang dimaksud tenaga kerja

adalahpenduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari

pekerjaan dan yang melakukan kegiatan-kegiatan lain, seperti bersekolah,

menGurus rumah tangga dan penerima pendapatan lain. Batas umur

mínimum tenaga kerja yaitu 15 tahun tanpa ada batas umur maksimum.

Menurut Dumairy (2000) yang dimaksud tenaga kerja adalah penduduk

6
7

yang berumur di dalam batas usia kerja, baik yang sedang bekerja

maupunsedang mencari pekerjaan dengan batas usia minimum 15 tahun

ke atas tanpa batas umur maksimum.

Apabila ditinjau secara umum pengertian tenaga kerja

adalahmenyangkut manusia yang mampu bekerja untuk menghasilkan

barang atau jasa dan mempunyai nilai ekonomis yang dapat berguna bagi

kebutuhan masyarakat. Secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan

usia. Dengan kata lain orangdalam usia kerja dianggap mampu bekerja

(Suparmoko, 2000).

Tenaga kerja di Indonesia adalah penduduk yang berumur 10

tahun keatas sementara penduduk yang berumur di bawah 10 tahun

digolongkan bukan tenaga kerja atau penduduk usia muda. Alasan

pemilihan 10 tahun sebagai batas umur mínimum didasarkan kenyataan

bahwa dalam batas umur tersebut sudah banyak penduduk Indonesia

terutama di pedesaan yang sudah bekerja atau sedang mencari

pekerjaan, alasan lain penggunaan batas umur yang dikenakan untuk

tenaga kerja umur 10 tahun ke atas oleh Badan Pusat Statistik (BPS),

batasan umur mínimum ini merupakan upaya pemerintah untuk

melindungi tenaga kerja dibawah umur 10 tahun, namun semenjak

dilaksanakan Sakernas 2001, batas usia kerja yang semula 10 tahun

dirubah oleh pemerintah menjadi 15 tahun atau lebih mengikuti definisi

yang dianjurkan oleh International Labour Organization (ILO), selain

batasan umur yang diterapkan oleh pemerintah untuk melindungi tenaga


8

kerja di bawah umur pemerintah juga melaksanakan program wajib belajar

sembilan tahun (Widodo, 2015).

Indonesia tidak memiliki batasan umur maksimum tenaga kerja,

karena Indonesia belum mempunyai jaminan sosial nasional, dan hanya

pegawai negeri yang menerima tunjangan hari tua dan hanya sebagian

kecil pegawai dari perusahaan swasta, namun tunjangan ini biasanya

tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan mereka. Oleh sebab itulah

mereka yang sudah mencapai usia pensiun biasanya masih tetap aktif

dalam kegiatan ekonomi makanya tetap digolongkan sebagai tenaga

kerja, itulah mengapa sebabnya di Indonesia tidak menganut batasan

umur maksimum (Suparmoko,2000).

Tenaga kerja dibedakan menjadi dua golongan yaitu angkatan

kerja dan bukan angkatan kerja. Golongan angkatan kerja yaitu kelompok

yang ikut serta dalam pasar tenaga kerja, kelompok ini terbagi menjadi

dua golongan yaitu golongan bekerja dan menganggur atau sedang

mencari pekerjaan. Sedangkan golongan bukan angkatan kerja terbagi

menjadi tiga kelompok yaitu kelompok bersekolah, menGurus rumah

tangga (MRT), dan yang terakhir adalah kelompok yang menerima

pendapatan. Meskipun kelompok bukan angkatan kerja tidak bekerja

tetapi secara fisik dan mental mereka mampu bekerja dan sewaktu waktu

dapat masuk ke dalam kelompok angkatan kerja. Oleh karena itu

kelompok bukan angkatan kerja dapat juga disebutkan sebagai angkatan

kerja potensial (Simanjuntak, 2001).


9

Pengertian angkatan kerja menurut Sulistyaningsih (1983) adalah

“bagian dari penduduk yang masuk usia kerja yang bekerja maupun

sementara mencari pekerjaan, yang masih mau dan mampu untuk

melaksanakan pekerjaan”. Menurut Widodo (2015), pendekatan angkatan

kerja pertama kali digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1930. Pada

dasarnya pendekatan ini membedakan penduduk atas dua kelompok

besar yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk yang

tergolong bukan tenaga kerja terdiri atas dua kelompok yaitu yang

termasuk dalam kelompok usia muda (young age population) dan

kelompok usia tua (old age population). Batasan antara penduduk yang

tergolong tenaga kerja dan bukan tenaga kerjasangat tergantung pada

konsep dari batasan pengertian tenaga kerja yang digunakan dan dapat

bervariasi di setiap negara. Sedangkan yang dimaksud dengan bukan

angkatan kerja adalah mereka yang masih bersekolah, ibu rumah tangga,

para penyandang cacat dan lanjut usia (Sinungan, 2008).

Golongan yang bekerja atau pekerja adalah angkatan kerja yang

sudah aktif dalam menghasilkan barang dan jasa. Kelompok ini terdiri dari

orang yang bekerja penuh dan setengah pengangguran. Golongan

bekerja penuh adalah orang yang cukup dimanfaatkan dalam bekerja dari

jumlah jam kerja, produktivitas kerja dan penghasilan yang diperoleh.

Sedangkan yang termasukdalam golongan setengah menganggur adalah

orang yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja baik dilihat dari segi jam

kerja, produktivitas kerja maupun dari segi penghasilan. (Sinungan, 2008).


10

Penduduk yang tergolong bukan tenaga kerja terdiri atas dua

kelompok yaitu yang termasuk dalam kelompok usia muda (young age

population) dan kelompok usia tua (old age population). Batasan antara

penduduk yang tergolong tenaga kerja dan bukan tenaga kerja sangat

tergantung pada konsep dari batasan pengertian tenaga kerja yang

digunakan dan dapat bervariasi di setiap negara ( Sunyoto, 2015).

2.1.2 Penawaran Tenaga Kerja

Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat

disediakan oleh pemilik tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah

dalam jangka waktu tertentu. Dalam teori klasik sumber daya manusia

(pekerja) merupakan individu yang bebas mengambil keputusan untuk

bekerja atau tidak. Bahkan pekerja juga bebas untuk menetapkan jumlah

jam kerja yang diinginkannya. Teori ini didasarkan pada teori tentang

konsumen, dimana setiap individu bertujuan untuk. Memaksimumkan

kepuasan dengan kendala yang dihadapinya. ( Suwatno, 2008)

Analisis employment berdasarkan model klasik mempunyai tiga hal

yang menjadi ciri utama : Pertama, baik dalam fungsi penawaran maupun

dalam fungsi permintaan tenaga kerja, upah rill yang merupakan hasil bagi

upah nominal dengan harga barang dan jasa. Kedua, hubungan positif

antara upah rill dengan jumlah tenaga kerja dalam fungsi penawaran

tenaga kerja menunjukkan bahwa jumlah pekerja akan semakin tinggi

seiring kenaikan upah rill. Ketiga, keseimbangan pasar tenaga kerja dalam
11

jangka pendek ditentukan oleh sisi penawaran. Keseimbangan di pasar

tenaga kerja terjadi pada saat permintaan tenaga kerja sama dengan

penawaran tenaga kerja yang menghasilkan kondisi keseimbangan

berupa jumlah orang yang bekerja (Suparmoko, 2000).

Secara umum, penyediaan tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti jumlah penduduk, jumlah tenaga kerja, jumlah jam kerja,

pendidikan, produktivitas dan lain-lain. Menurut Simanjutak (2001),

variabel kependudukan yang dapat mempengaruhi besarnya alokasi

waktu seseorang untuk bekerja diantaranya adalah jenis kelamin, jumlah

tanggungan keluarga, pendidikan dan umur. Penawaran atau penyediaan

tenaga kerja mengandung pengertian jumlah penduduk yang sedang dan

siap untuk bekerja serta pengertian kualitas usaha kerja yang diberikan.

Jadi, penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat

disediakan oleh pemilik tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah

dalam jangka waktu tertentu (Simanjuntak, 2001).

Jumlah tenaga kerja disediakan suatu perekonomian tergantung

pada (1) jumlah penduduk, (2) persentase jumlah penduduk yang memilih

masuk angkatan kerja, (3) jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh

angkatan kerja. Jumlah tenaga kerja keseluruhan yang ditawarkan

tergantung spada upah pasar. Jadi,dengan segera kita dapat melihat

bahwa penawaran tenaga kerja secara intern merupakan suatu gejala

yang rumit. Dengan kata lain jumlah penduduk tertentu yang memilih

masuk ke dalam angkatan kerja maupun jumlah jam kerja yang


12

ditawarkan oleh para angkatan kerja, keduanya tergantung pada upah

pasar (Suparmoko, 2000).

Menurut Becker (1976), kepuasan individu bisa diperoleh melalui

konsumsi atau menikmati waktu luang (leisure). Sedang kendala yang

dihadapi individu adalah tingkat pendapatan dan waktu. Bekerja sebagai

kontroversi dari leisure menimbulkan penderitaan, sehingga orang hanya

mau melakukan jika memperoleh kompensasi dalam bentuk pendapatan,

sehingga solusi dari permasalahan individu ini adalah jumlah jam kerja

yang ingin ditawarkan pada tingkat upah dan harga yang diinginkan,

Sedarmayanti (2004) menyebutkan bahwa keputusan individu untuk

menambah atau mengurangi waktu luang dipengaruhi oleh tingkat upah

dan pendapatan non kerja. Adapuntingkat produktivitas selalu berubah-

rubah sesuai dengan fase produksi denganpola mula-mula naik mencapai

puncak kemudian menurun.

2.2 Guru Honorer

Menurut Darmaningtyas (2004) Guru dilihat dari statusnya terdapat

beberapa jenis, antara lain : Guru pegawai negeri sipil yang bertugas di

sekolah negeri (selanjutnya disebut dengan Guru negeri), Guru negeri di

sekolah swasta (Guru DPK), Guru tetap di sekolah swasta (GTY), Guru

honorer di sekolah swasta (GTT), Guru honorer di sekolah negeri (GTT),

Guru bakti (yang mengajar hanya mengganti Guru yang cuti dan terjadi di

sekolah-sekolah negeri).
13

Darmaningtyas (2004) menambahkan profesi Guru merupakan

manusia yang memiliki peran mendidik di lembaga pendidikan, yang telah

diakui baik oleh negara seperti PNS maupun diakui oleh pihak sekolah

seperti Guru non PNS. Walaupun status dari profesi Guru berbeda-beda,

namun tugas utama sebagai seorang Guru tetaplah sama yaitu mendidik

para peserta didik dan ikut serta dalam tujuan nasional pendidikan

Indonesia.

Guru honorer atau Guru tidak tetap adalah Guru yang hanya

menggunakan sebagian kecil waktunya disekolah bersangkutan dan sisa

waktu yang terbanyak dipergunakan di sekolah/kantor lainnya Menurut

(http://id.wikipedia.org/wiki/Guru) yang dimaksud dengan Guru honorer

adalah Guru yang bekerja pada pemerintah atau instansi dengan status

tidak tetap.

Guru tidak tetap yang belum berstatus minimal sebagai calon

pegawai negeri sipil, dan digaji per jam pelajaran. Seringkali mereka digaji

secara sukarela, dan bahkan di bawah gaji minimum yang telah

ditetapkan secara resmi. Secara kasat mata, mereka sering nampak tidak

jauh berbeda dengan Guru tetap, bahkan mengenakan seragam pegawai

negeri sipil layaknya seorang Guru tetap. Guru honorer atau dapat disebut

sebagai Guru tidak tetap adalah Guru yang diangkat untuk jangka waktu

tertentu guna melaksanakan tugas lembaga pendidikan yang bersifat

teknis professional dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan pihak sekolah (Darmaningtyas, 2004).


14

Walaupun hanya berstatus Guru honorer, namun sesungguhnya

pekerjaan Guru honorer sama dengan Guru PNS. Sebagai contoh,

seorang Guru honorer SMP, dia mendapatkan mandat untuk menjadi

Guru kelas 1, lalu ada Guru PNS yang bekerja sebagai Guru kelas 2, ini

sudah jelas bahwa peran dan pekerjaan keduanya adalah sama karena

keduanya sama-sama bekerja memegang siswa di satu kelas. Namun

kenyataanya mereka mendapatkan kompensasi yang selisihnya sangat

jauh, hal ini tentu akan menyebabkan kecemburuan sosial dalam suatu

organisasi dan kesenjangan sosial. Dengan adanya hal tersebut besar

kemungkinan akan terjadi konflik internal dalam organisasi, dalam hal ini

lembaga pendidikan. Konflik antar anggota organisasi tentu akan

menyebabkan hubungan antar anggota menjadi tidak harmonis, padahal

kelangsungan hidup organisasi/pondasi suatu organisasi terletak pada

keharmonisan individu-individu yang menjadi bagian dari organisasi

tersebut.

Pendapatan seorang Guru honorer akan membawa permasalahan-

permasalahan yang sangat kompleks, mulai dari masalah individu, yaitu

Guru honorer tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya, lalu

permasalahan internal dalam lembaga pendidikan dimana terjadinya

kecemburuan sosial antara Guru honorer dengan Guru PNS yang akan

berakibat terhadap kelangsungan kinerja lembaga pendidikan, bahkan

dampak jangka panjang terhadap kualitas SDM (para peserta didik)

sebagai calon generasi penerus bangsa yang kualitasnya tidak akan


15

mampu bersaing dengan bangsa lain karena proses pendidikan yang tidak

berjalan dengan maksimal. Dengan adanya hal tersebut besar

kemungkinan akan terjadi konflik internal dalam organisasi, dalam hal ini

lembaga pendidikan. Konflik antar anggota organisasi tentu akan

menyebabkan hubungan antar anggota menjadi tidak harmonis, padahal

kelangsungan hidup suatu organisasi/pondasi suatu organisasi terletak

pada keharmonisan individu-individu yang menjadi bagian dari organisasi

tersebut ( Dumairy, 2000).

2.3 Hubungan Antara Variabel

Bentuk hubungan antara variabel-variabel independen dengan

variabel-variabel dependen, dapat berupa hubungan korelasional dan

hubungan sebab akibat. Sesuai dengan fenomena sosial yang dijelaskan,

bentuk hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

dapat bersifat positif atau negatif. Berdasarkan teori beberapa hubungan

antara variabel independen dan dependen, dijelaskan sebagai berikut :

2.3.1 Hubungan Upah dengan Penawaran Tenaga Kerja.

Penawaran tenaga kerja yang dapat disediakan oleh pemilik tenaga

kerja disetiap kemungkinan upah dalam jangka waktu tertentu. Penawaran

tenaga kerja dipengaruhi oleh keputusan seseorang apakah dia mau

bekerja atau tidak. Keputusan ini tergantung pula pada tingkah laku

seseorang untuk menggunakan waktunya, apakah digunakan untuk

kegiatan lain yang sifatnya lebih santai (konsumtif), atau kombinasi


16

keduanya. Apabila dikaitkan dengan tingkat upah, maka keputusan untuk

bekerja seseorang akan dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya

penghasilan seseorang. Apabila penghasilan tenaga kerja relatif sudah

cukup tinggi, maka tenaga kerja tersebut cenderung untuk mengurang

waktu yang dialokasikan untuk bekerja (Sumarsono, 2003).

Teori neoklasik penyediaan atau penawaran tenaga kerja akan

bertambah bila tingkat upah bertambah. Sebaliknya permintaaan terhadap

tenaga kerja akan berkurang bila tingkat upah menurun. Dengan asumsi

bahwa semua pihak mempunyai informasi yang lengkap mengenai pasar

kerja, maka teori neo klasik beranggapan bahwa jumlah penyediaan

tenaga kerja selalu sama dengan permintaan (Suparmoko, 2000).

Menurut Simanjuntak (2001),salah satu faktor yang mempengaruhi

jumlah partisipasi angkatan kerja adalah tingkat upah. Semakin tinggi

tingkat upah yang ditawarkan dalam pasar kerja, maka semakin banyak

orang yang tertarik masuk ke pasar tenaga kerja. Upah tenaga kerja

memainkan peranan penting dalam ketengakerjaan. Upah merupakan

salah satu faktor yang jika dilihat dari sisi penawaran ketenagakerjaan.

2.3.2 Hubungan Non Labor Income dengan Penawaran Tenaga Kerja

Menurut Supardi (2005), pada tingkat pendapatan yang diperoleh

dengan tidak bekerja (non labor income) yang relatif tinggi seseorang

akan merasa kebutuhan hidupnya akan barang dan jasa sudah tercukupi,

sehingga mereka memilih untuk tidak kerja dan memiliki waktu luang
17

(leisure time) yang banyak menikmati pendapatannya yang diperoleh dari

tidak bekerja. Non labor income berpengaruh positif terhadap leisure time,

jika non labor income meningkat maka seseorang memilih tidak bekerja

daripada bekerja dengan upah rendah. ( Hasibuan, 2014).

Menurut Nurhidayati (2015) pemanfaatan tenaga kerja, pendapatan

yang berasal dari balas jasa berupa disebut pendapatan tenaga kerja

(Labor Income), sedangkan pendapatan dari selain tenaga kerja disebut

dengan pendapatan bukan tenaga kerja (Non LaborIncome). Non labor

income merupakan pendapatan yang tidak diperoleh dari bekerja.

2.3.3 Hubungan Pengalaman Kerja dengan Penawaran Tenaga Kerja

Pengalaman kerja juga menjadi pertimbangan tersendiri bagi

perusahaan. Masa kerja yang cukup lama juga akan membentuk pola

kerja yang efektif. Dengan adanya pengalaman kerja dari karyawan

dipandang mampu melaksanakan pekerjaan atau cepat menyesuaikan

dengan pekerjaannya, sekaligus tanggung jawab yang telah diberikan

padanya. Dengan kata lain bahwa semakin sering berpengalaman

menyelesaikan tugas yang sama.

Menurut Sutomo (2006) menyatakan bahwa dengan pengalaman

kerja lebih mudah mencari kerja lebih sanggup untuk mendapatkan

pekerjaan yang sesuai, pengalaman kerja menggambarkan pengetahuan

pasar kerja. Dengan memiliki pengalaman kerja didukung tingkat

pendidikan yang tinggi, maka tenaga kerja akan mempunyai lebih banyak

suat kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan.


18

2.3.4 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penawaran Tenaga Kerja

Tingkat pendidikan yang melalui pendidikan formal dan berbagai

lembaga pendidikan, melalui perbuatan, belajar dari pengalaman dan

melalui berbagai pengaruh sosial serta lingkungan hidup. Pendidikan

sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing

peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Sebagaimana

dikemukakan oleh Sedarmayanti (2004) bahwa melalaui pendidikan,

seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap tahu, mengenal

dan mengembangkan metode berpikir secara sistematik agar dapat

memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan dikemudian hari.

Pendidikan dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan sumber

daya manusia yang berkualitas. Karena, pendidikan dianggap mampu

untuk menghasilkan tenaga kerja yang bermutu tinggi, mempunyai pola

pikir dan cara bertindak yang modern. Sumber daya manusia seperti inilah

yang diharapkan mampu menggerakkan roda pembangunan ke depan.

Salah satu upaya dalam mewujudkan relevansi pendidikan dengan

kebutuhan pembangunan ini dikenal dengan kebijakan link and match.

Kebijakan ini bertujuan untuk mengoptimalkan dan mengefisienkan

sumber daya manusia dengan sistem pendidikan. Semakin selaras

struktur tenaga kerja yang disediakan oleh sistem pendidikan dengan

struktur lapangan kerja maka semakin efisienlah sistem pendidikan yang

ada. Karena dalam pengalokasian sumber daya manusia akan diserap

oleh lapangan kerja (Setiawan, 2010).


19

Jenis pendidikan yang diemban oleh para Guru honorer

menjadikan mereka mampu mejadi bagian dalam penawaran tenaga kerja

di wilayah kota maupun kabupaten setempat, sehingga mereka mampu

ikut dalam program mencerdaskan kehidupan bangsa. Penawaran tenaga

kerja yang sesuai dengan jenis pendidikan Guru honorer memudahkan

mereka untuk dapat diterima.Jenis pekerjaan adalah macam pekerjaan

yang dilakukan oleh seseorang atau ditugaskan kepada seseorang yang

sedang bekerja atau yang sementara tidak bekerja. (BPS, 2013).

2.3.5 Hubungan Status Guru dengan Penawaran Tenaga Kerja

Guru mempunyai peran yang sangat strategis dalam mewujudkan

pembangunan nasional, sehingga kompetensi Guru perlu dikembangkan

sebagai tenaga profesi yang bermartabat dan profesional. Dengan

demikian upaya peningkatan kualitas pendidikan tidak akan berarti tanpa

didukung oleh Guru yang profesional dan berkualitas. Peningkatan

kompetensi Guru merupakan kebijakan strategis dalam rangka

membenahi persoalan Guru secara mendasar. Pengembangan kapasitas

Guru ini disusun dalam rangka peningkatan mutu pendidikan yang

menjadi salah satu pilar pembangunan pendidikan nasional.

Dunia pendidikan, peran dan fungsi Guru merupakan salah satu

faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam

proses pembelajaran. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan

kualitas pendidikan di tanah air tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal

yang berkaitan dengan eksistensi Guru itu sendiri ( Sutikno, 2009).


20

Jika dicermati pada banyak kasus, sebenarnya bukan kekurangan

Guru yang terjadi, tetapi pendistribusian Guru yang tidak efektif, Menurut

Nasution (2003) jumlah Guru pada daerah perkotaan cukup bahkan pada

beberapa sekolah yang berlebih. Terkonsentrasinya Guru di perkotaan

menyebabkan sekolah di pedesaan mengalami kekurangan Guru,

sehingga tingkat penawaran tenaga kerja Guru di daerah meningkat.

2.3.6 Hubungan Jenis Sekolah dengan Penawaran Tenaga Kerja

Lembaga pendidikan SMP, SMA maupun SMK/sederajat, apabila

dilihat dari bangunan dan seperangkat sarana fisiknya semata-mata,

barangkali merupakan hal yang tidak sulit untuk pengadaannya. Namun

lembaga pendidikan ini tidak hanya terdiri dari bangunan dan seperangkat

sarana fisik saja, melainkan terdapat hal yang vital harus ada di lembaga

pendidikan ini adalah tenaga kependidikan, khususnya tenaga Guru.

Menurut Rosemarie (2009) berpendapat bahwa pendidikan tidak

dapat berdiri sendiri sebab di dalamnya melibatkan banyak komponen dan

semua komponen tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang

lainnya sehingga harus dikelolah/diatur dengan tertib supaya dapat

berjalan dengan baik. Secara langsung kekurangan Guru akan

mengakibatkan perangkapan tugas Guru, pemberian tugas mengajar

kepada Guru yang tidak berwenang, dan tidak dapat diselenggarakannya

suatu program pendidikan. Hal ini akan menghambat terlaksananya

program peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.


21

Menurut Nugroho (2003) upaya pendayagunaan Guru yang sudah

ada dirasa kurang efektif yang diakibatkan oleh penempatan Guru yang

kurang baik. Hal ini tercermin pada kenyataan adanya kekurangan Guru di

suatu daerah khususnya di daerah terpencil dan kelebihan Guru di daerah

lain, misalnya daerah perkotaan, serta adanya kekurangan Guru bidang

studi tertentu di suatu daerah/sekolah, dan kelebihan Guru bidang studi

tertentu di daerah/sekolah lain. Keadaan tersebut diperparah lagi jika

dalam perencanaan kebutuhan dan pengadaan Guru, sering tidak

memperhitungkan kebutuhan Guru secara benar untuk sekolah. Oleh

karena itu penawaran akan tenaga Guru sangat dibutukan untuk

pemerataan di berbagai sekolah di daerah, sehingga kebutuhan akan

tenaga pengajar dapat terpenuhi. ( Hartatik, 2012).

2.3.7 Hubungan Jenis Kelamin dengan Penawaran Tenaga Kerja

Tingkat partisipasi kerja laki-laki selalu lebih tinggi dari tingkat

partisipasi kerja perempuan karena laki-laki dianggap pencari nafkah yang

utama bagi keluarga, sehingga pekerja laki-laki biasanya lebih selektif

dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan aspirasinya baik dari segi

pendapatan maupun kedudukan dibanding pekerja perempuan Hampir

semua laki-laki yang telah mencapai usia kerja terlibat dalam kegiatan

ekonomi karena laki-laki merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga

(Simanjuntak, 2001).
22

Hasil analisa lapangan, jika dihubungkan dengan dengan jumlah

pencari kerja yang ada menunjukkan bahwa lebih banyak wanita yang

mencari pekerjaan. Besarnya tingkat penawaran wanita untuk bekerja di

pasar kerja dipengaruhi oleh faktor umum yakni tingkat kemiskinan

ekonomi, serta keterbatasan suami untuk memenuhi kebutuhan hidup

keluarganya. Ketergantungan hidup pada laki-laki yang tidak memadai

mendorong kaum wanita untuk menawarkan dirinya di pasar kerja, seperti

tenaga pengajar atau Guru.

2.4 Studi Empiris

Penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2012) mengenai penawara

tenaga kerja wanita nikah sektor informal di Kota Makassar. Tujuan dari

penenlitian ini adalah untuk mengalanalisis bebrapa faktor yang

mempengaruhi penawaran tenaga kerja wanita yang telah menikah di

pasar kerja yang meliputi pendapata, umur, pendidikan, jumlah

tanggungan keluarga serta pengalaman kerja. Metode analisis yang

digunakan dalam penelitian iniadalah metode deskriptif dan kuantitatif.

Untuk menganalisis hubungan antara variabel dependen dan independen,

maka pengelolaan data dilakukan denganmetode analisis dengan model

Ordinary Least Square (OLS). Hasil empiris dari penelitian ini

menggambarakan bahwa variabel pendapatan, Umur, Pendidikan, Jumlah

Tanggungan dan Pengalaman Kerja berpengaruh secara signifikan

(nyata) terhadap variabel terikat yaitu penawaran angkatan kerja wanita.


23

Penelitian yang dilakukan oleh Febriani (2012) tentang “Jaminan

Sosial dan Penawaran Tenaga Kerja Lanjut Usia”, ia mengkaji perilaku

angkatan kerja individu lanjut usia yang memiliki latar belakang pendidikan

tinggi dan sebelumnya berprofesi sebagai dosen di Universitas Gadjah

Mada. Estimasi model dari perilaku angkatan kerja individu lanjut usia ini

secara eksplisit menekankan perhatin pada pengaruh dari jaminan sosial

yang mereka terima.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa tidak semua variabel dapat

memberikan hasil seperti yang diharapkan atau yang dibutuhkan. Hanya

ada empat variabel yang secara signifikan berpengaruh pada tingkat

partisipasi individu lanjut usia, yaitu tingkat pendidikan, status kesehatan,

jumlah tanggungan, dan banyaknya jenis aset yang dimiliki. Jaminan

sosial secara empiris sudah terbukti tidak signifikan dalam mempengaruhi

keputusan individu lanjut usia (dalam hal ini adalah mereka yang dulunya

berprofesi sebagai dosen) untuk bekerja atau tidak bekerja lagi setelah

masa pensiunnya atau dengan kata lain bahwa jaminan sosial belum

mampu menjadi instrumen yang dapat diandalkan dalam menjaga dan

melindungi tingkat kesejahteraan individu lansia ( Handoko, 2012).

Ghozali (2009) tentang “faktor-faktor yang mempengaruhi

penawaran tenaga kerja wanita di Kota Binjai” Besarnya tingkat

penawaran wanita untuk bekerja di pasar kerja dipengaruhi oleh faktor

umum yakni tingkat kemiskinan ekonomi, serta keterbatasan suami untuk

memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Ketergantungan hidup pada


24

pihak laki-laki yang tidak memadai mendorong kaum wanita untuk

menawarkan dirinya di pasar kerja.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan menganalisis beberapa faktor yang mempengaruhi

penawaran tenaga kerja wanita di pasar tenaga kerja yang meliputi umur,

tingkat pendidikan, keberadaan anak/tanggungan, status diri, pendapatan/

gaji wanita dan pendapatan/ gaji keluarga. Hasil empiris dari penelitian ini

menggambarkan bahwa umur, pendidikan, status diri, dan pendapatan

keluarga tidak signifiKan mempengaruhi penawaran tenaga kerja wanita,

sedangkan jumlah dari tanggungan, dan pendapatan/gaji wanita sangat

signifikan berpengaruh secara nyata terhadap penawaran tenaga kerja

wanita.

2.5 Kerangka Pikir

Dalam konsep ketenagakerjaan, timbul suatu masalah yaitu

besarnya penawaran tenaga kerja Guru Honorer dalam kegiatan ekonomi,

dimana Guru Honorer dapat dikelompokan dalam sumber daya manusia

yang sebenarnya tidak produktif, namun pada kenyataannya masih

banyak dari mereka yang masih produktif dan masih aktif bekerja.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penawaran tenaga

kerja Guru honorer di Kabupaten Maros yaitu : upah, nonlabor income,

Pengalaman Kerja, tingkat pendidikan, status Guru, jenis sekolah dan

jenis kelamin.
25

Kerangka konsepstual tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut:

Upah

Non Labor Income

Pengalaman Kerja

Tingkat Pendidikan Penawaran Tenaga Kerja

Status Guru

Jenis Sekolah

Jenis Kelamin

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

2.6 Hipotesis

Berdasarkan permasalahan dan kajian teoritis yang ada, maka

dapatdirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga terdapat pengaruh positif antara upah, pengalaman kerja, dan

tingkat pendidikan terhadap penawaran tenaga kerja Guru honorer di

Kabupaten Maros.

2. Diduga terdapat pengaruh negatif antara non labor income terhadap

penawaran tenaga kerja Guru honorer di Kabupaten Maros.

3. Diduga terdapat perbedaan penawaran tenaga kerja Guru honorer

terhadap status Guru, jenis sekolah, dan jenis kelamin di Kabupaten

Maros.
26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Kabupaten Maros, dengan ruang

lingkup penelitian adalah menganalisis penawaran tenaga kerja Guru

Honorer SMP dan SMA di Kabupaten Maros.

3.2 Populasi dan Jumlah Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tentang apa

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan (Sugiyono, 2007). Populasi adalah gabungan dari seluruh

elemen yang berbentuk peristiwa,hal, atau orang yang memiliki

karakteristik serupa yang menjadi pusat perhatian peneliti, karenanya

dipandang sebagai semesta penelitian (Ferdinand, 2006).

Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota

populasi (Ferdinand, 2006). Sampel merupakan bagian atau sejumlah

cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci.

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel yang dilakukan adalah

menggunakan metode sampel acak sederhana (Simple random sampling)

kepada tenaga kerja Guru honorer di Kabupaten Maros. Dalam penelitian

ini pengambilan sampel dilakukan secara random artinya, semua populasi

mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel,

26
27

berdasarkan karakteristik yang dimaksud, siapapun, dimana dan kapan

saja dapat ditemui yang selanjutnya dijadikan sebagai responden.

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah tenaga

kerja Guru honorer di Kabupaten Maros, dimana jumlah responden yang

diambil sebagai sampel dalam penelitian ini sebanyak 68 orang

Tabel 3.2
Jumlah Sampel Penelitian

Tingkatan Sekolah Jumlah Populasi Jumlah Sampel

Sekolah Menengah Pertama (SMP) 97 42

Sekolah Menengah Atas (SMA) 48 26

Total 145 68
Sumber : Data diolah, 2018.

3.3 Jenis dan Sumber data

Penelitian ini terdiri atas dua jenis data, yaitu data primer dan

dataSekunder, yaitu :

1. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung di

lapangandengan melakukan wawancara dan membagikan kuesioner

kepada narasumber mengenai aktivitas Guru honorer Kabupaten Maros.

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari

instansi-instansi yang terkait, serta melakukan studi kepustakaan

terhadapdata-data yang dipublikasikan secara resmi, buku-buku, artikel-

artikel, dan jurnal-jurnal yang mempunyai relevansi dengan masalah yang


28

diangkatdalam penelitian ini,yang diperoleh melalui perpustakaan dan

downloadinternet.

3.4 Metode Pengumpulan data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang dilakukan

adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian lapangan (field

research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan langsung ke

lapangan, dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara

langsung kepada Tenaga Honorer Guru yang bekerja di Kota

Maros serta memberikan daftar pertanyaan dalam bentuk

kuesioner.

2. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu suatu bentuk

penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan sarana seperti

kepustakaan dengan menelaah bahasan teoretis dari berbagai

buku-buku, artikel-artikel, dan karya ilmiah yang berhubungan

dengan penulisan.

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dan kuantitatif, yaitu mendeskripsikan suatu permasalahan dan

menganalisis data beserta hal-hal yang berhubungan dengan angka-

angka atau rumus-rumus perhitungan yang digunakan untuk menganalisis

masalah.
29

Adapun untuk mengetahui sejauh mana pengaruh upah, nonlabor

income, pengalaman kerja, tingkat pendidikan, status Guru, jenis sekolah,

waktu mengajar dan jenis kelamin terhadap jam kerja Guru honorer di

Kabupaten Maros akan di analisis dengan menggunakan model analisis

regresi berganda.

Secara matematika dapat dinyatakan dalam bentuk hubungan

fungsionalsebagai berikut:

Y=f(X1,X2,X3,X4,X5,X6,X7,X8)…………….........................….....(1)

Selanjutnya secara eksplisit dapat dinyatakan dalam persamaan

sebagaiberikut :

Y=β̂0+β̂1X1+β̂2X2+β̂3D3+β̂4D4+β̂5D5+β̂6D6+β̂6D6+β̂6D6+µ.....(2)

Dimana :

Y = Penawaran tenaga kerja Guru honorer (jam kerja/minggu)

X1 = Upah (rupiah)

X2 = Non Labor Income (rupiah)

X3 = Pengalaman kerja (sudah pernah bekerja sebelumnya : 1,

belum pernah bekerja sebelumnya : 0)

X4 = Tingkat pendidikan (S1 : 1, S2 : 0)

X5 = Status Guru (Pengajar utama : 1, pengajar pendamping :

0)

X6 = Jenis sekolah (SMP : 1, SMA : 0)

X7 = Jenis kelamin (laki-laki : 1, perempuan : 0)

β̂1,β̂2 ,β̂3 β̂4, β̂5, β̂6, β̂7, = Koefisien regresi


30

β̂0 = Intercept/konstanta

β̂1 = Pengaruh upah terhadap penawaran tenaga kerja

β̂2 = Pengaruh non labor income terhadap penawaran tenaga kerja

β̂3 = Pengaruh pengalaman kerja terhadap penawaran tenaga

kerja

β̂4 = Pengaruh tingkat pendidikan terhadap penawaran tenaga

kerja

β̂5 = Perbedaan status Guru terhadap penawaran tenaga kerja

β̂6 = Perbedaan jenis sekolah terhadap penawaran tenaga kerja

β̂7 = Perbedaan jenis kelamin terhadap penawaran tenaga kerja

μ = Error ter

3.6 Uji Statistik

3.6.1 Uji Asumsi Klasik

Pengujian terhadap asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui

apakahmodel regresi tersebut baik atau tidak jika digunakan untuk

melakukan penaksiran. Suatu model dikatakan baik apabila bersifat BLUE

(Best LinearUnbiased Estimator), yaitu bila dapat memenuhi asumsi klasik

atau terhindar dari masalah-masalah Multikolinearitas, Normalitas, dan

heterokedastisitas.

1. Uji Multikolinieritas

Model regresi diasumsikan tidak memuat hubungan dependen

silinear antarvariabel independen. Jika terjadi hubungan dependensi


31

linear yang kuat diantara variabel independen maka dinamakan terjadi

problem multi kolinieritas, sehingga nilai standard error dari koefisien

menjadi tidakvalid dan hasil uji signifikansi koefisien dengan uji t tidak

valid. Cara umum untuk mendeteksi adanya multikolinear dalam model

ialah dengan melihat adanya R2 yang lebih tinggi dalam model tetapi

tingkat signifikasi t-statistiknya sangat kecil dari hasil regresi tersebut

dan cenderung banyak yang tidak signifikan. Selain itu untuk menguji

multikolinear, bisa dilihat matrik korelasinya. Jika masing-masing

variabel bebas berkorelasi lebih besar dari 80 persen (0,8) maka ada

indikasi multikolinearitas (Gujarati, 2003).

2. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang

akandigunakan dalam model regresi terdistribusi normal atau tidak,

modelregresi yang memiliki distribusi data residual yang normal atau

mendekatinormal dikatakan model regresi yang baik (Ghozali, 2009).

Dalampenelitian ini akan menggunakan metode J-B Test, apabila J-B

hitung <nilai X2 (Chi-Square) tabel, maka nilai residual terdistribusi

normal.

3. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan kepangamatan yang lain. Heteroskedastisitas muncul

apabila kesalahanatau residual dari model yang diamati tidak memiliki


32

varians yang konstandari satu observasi ke observasi lainnya. Artinya,

setiap observasi mempunyai reliabilitas yang berbeda akibat perubahan

dalam kondisiyang melatarbelakangi tidak terangkum dalam spesifikasi

model (Ghozali,2001).

Dalam penelitianini untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas dapat digunakan Uji White. Kriteria yang digunakan

adalah apabila X2 tabel (Chi Square) lebih besar dibandingkan

dengannilai Obs*R-squared (X2>Obs*R-squared), maka hipotesis nol

yang menyatakan bahwa tidak ada heteroskedastisitas dalam model

dapat diterima.

3.6.2 Uji Statistik F

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Uji ini

digunakan untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan valid.

Model tersebut dikatakan valid apabila F hitung > F tabel dan sebaliknya

apabila F hitung < F tabel maka model tersebut tidak valid. Untuk lebih

mudah dapat melihat probabilitas dan bandingkan dengan taraf kesalahan

(a) yaitu 5 persen atau 0,05. Jika probabilitasnya < taraf kesalahan, maka

dapat dikatakan bahwa model regresi yang digunakan valid.

3.6.3 Uji Statistik t

Uji statistik t merupakan suatu pengujian secara parsial yang

dimana tujuannya untuk mengetahui apakah masing-masing variabel


33

independen dapat berpengaruh nyata terhadap variabel dependen,

dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Kriteria

pengujianya adalah apabila t hitung > t tabel maka dapat dikatakan

variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen dan apabila sebaliknya, jika t hitung < t tabel, maka

dapat dikatakan bahwa tidak signifikan atau variabel independen tidak

memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.

3.7 Definisi Operasional Variabel

1. Penawaran tenaga kerja Guru honorer diukur dengan jam

kerja/bulan.

2. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam

bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha/instansi yang

ditetapkan dan di bayarkan menurut suatu perjanjian kerja. Ukuran

dari tingkat upah adalah gaji perbulan (Rp. / bulan)

3. Non labor income diukur dengan semua penghasilan yang diperoleh

selain dari bekerja, seperti pasangan suami atau istri, warisan,

tabungan (rupiah).

4. Pengalaman kerja merupakan pengalaman yang diperoleh dari

pekerjaan sebelumnya yaitu menjadi tenaga pengajar sebelumnya,

pengalaman kerja dinyatakan dalam satuan tahun.

Memiliki pengalaman : 1 , tidak memiliki pengalaman : 0

5. Tingkat pendidikan diukur berdasarkan status pendidikan orang

tersebut, jika ia lulusan S1 : 1, dan jika ia lulusan S2 : 0


34

6. Status Guru diukur berdasarkan status pendidikan orang tersebut,

jika pengajar utama : 1, dan pengajar pendamping : 0.

7. Jenis sekolah diukur berdasarkan tingkat sekolah tersebut,

jika mengajar di SMP: 1, dan jika mengajar di SMA : 0.

8. Jenis kelamin diukur berdasarkan dua indikator,

Guru laki – laki : 1, dan Guru perempuan : 0.


35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Maros

4.1.1 Karakteristik Tenaga Kerja Kabupaten Maros

Jumlah penduduk Kabupaten Maros di tahun 2017 sebesar

339,312 orang. Berdasarkan kondisi ketenagakerjaan penduduk berumur

15 tahun keatas menurut jenis kegiatan utama, jumlah penduduk usia

kerja sebesar 222,377 orang yang terdiri dari angkatan kerja sebesar

143,000 orang dan bukan angkatan kerja sebesar 79,377. Adapun tingkat

partisipasi angkatan kerja sebesar 64,31% sedangkan tingkat

pengangguran sebesar 6,43%.

Tabel 4.1
Penduduk dan Tenaga Kerja Kabupaten Maros

No Kategori Nilai
1. Jumlah penduduk 331.846

2. Penduduk usia kerja 222.377

3. Angkatan kerja 143.000

4. Bekerja 133.810

5. Pengangguran terbuka 9.1900

6. Bukan angkatan kerja 79.377

7. TPAK (%) 64,31

8. Tingkat pengangguran kerja 6,43


Sumber : BPS, 2018.

35
36

4.1.2 Karakteristik Guru dan Sekolah di Kabupaten Maros

Karakteristik Guru di dalam proses belajar mengajar mempunyai

peran untuk membantu supaya proses belajar mengajar siswa bisa

berjalan dengan lancar. Seorang Guru tidak menstransfer ilmu yang

sudah dimilikinya, namun membantu siswa guna membentuk

pengetahuannya. Seorang guru dituntut agar lebih memahami jalan

pikiran dan cara pandang siswa. Guru haruslah profesional, kreatif dan

menyenangkan dengan mengambil posisi sebagai orang tua yang penuh

rasa sayang pada muridnya, teman sebagai tempat mengadu perasaan

murid, fasilitator yang siap untuk melayani murid sesuai dengan minat

serta bakatnya.

Karakteristik Guru di Kabupaten Maros sangat menentukan sikap

siswa dalam menerima ilmu pendidikan baik formal maupun Non formal.

Kebijaksanaan bidang pendidikan di Kabupaten Maros dipegang oleh

pemerintah setempat. Hal ini seorang guru harus tahu tentang kebijakan

pemerintah supaya bisa melaksanakannya. Baik untuk segala peraturan

yang berlaku di masing-masing daerah. Oleh karena itu karakteristik atas

seorang guru yang sangat disenangi oleh murid adalah demokrasi,

kooperatif, baik hati, sabar, adil, konsisten, suka menolong, ramah,

terbuka, suka humor, menguasai pekerjaan, fleksibel, peduli dan perhatian

terhadap minat murid, menciptakan suasana yang baik, sehingga dalam

proses belajar mengajar diharapkan seorang Guru mampu menerapkan

kebijakan yg dikeluarkan pemerintah Kabupaten Maros.


37

Sekolah yang di bangun secara sistematis dengan tingkatan-

tingkatan tertentu diharapkan mampu memberikan kesanggupan bagi

peserta didik dalam melakukan suatu pekerjaan yang setarap dengan

tingkat pendidikannya. Semakin tinggi tingkatan pendidikan yang di

peroleh seseorang, diharapkan semakin baik pula pekerjaan yang

diperolehnya. Peserta didik yang telah lulus dari satuan pendidikan

tertentu diharapkan sanggup mendapatkan bahkan membuka lapangan

pekerjaan tertentu. Jikapun tidak demikian, setidaknya mereka memiliki

kemampuan dasar dalam menjamin keberlangsungan hidupnya.

Kabupaten Maros terdiri dari sekolah negeri dan swasta yang

dimuai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, dari berbagai sekolah

yang telah didirikan di Kabupaten Maros diharapkan dapat memberikan

peluang bagi pelajar untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya.

4.2 Karakteritik Responden

Menguraikan atau memberikan gambaran mengenai identitas

responden dalam penelitian ini, yaitu identitas responden yang menjadi

sampel dalam penelitian ini adalah para Guru honorer di kabupaten Maros

yang berjumlah 68 orang yang terbagi di beberapa sekolah negeri

diantaranya sekolah SMP dan SMA, karakteristik responden dapat dilihat

berdasakan upah, Non Labor Income, pengalaman kerja, tingkat

pendidikan, status Guru, Jenis sekolah jenis kelamin, untuk lebih jelasnya

diuraikan sebagai beriku :


38

4.2.1 Distribusi Responden menurut Upah

Upah adalah penghasilan yang diperoleh dari bekerja selama

sebulan terakhir atau dibayarkan pada tiap minggunya. untuk melihat

distribusi responden Guru honorer di Kabupaten Maros menurut upah

dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2
Distribusi Responden Menurut Upah/bulan

Jumlah Persentase
Upah
Responden (orang) (%)

≤Rp 300.000 14 20,58

Rp 300.000−Rp 600.000 53 77,95

>Rp 600.000 1 1,47

Total 68 100
Sumber : Data diolah, 2018.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada

Tabel 4.2 bahwa sebagian besar Guru honorer yang bekerja menerima

upah antara Rp. 300.000,- sampai Rp. 600.000,- yaitu sebanyak 53 orang

dengan persentase 77,95%, Guru honorer memiliki pendapatan kurang

dari Rp.300.000,- yaitu sebanyak 14 orang dengan persentase 20,58%.

Selanjutnya pendapatan lebih dari Rp. 600.000,- yaitu sebanyak 1 orang

dengan persentase 1,47%. Besarnya upah yang diterima oleh Guru

honorer mendorong mereka lebih semangat dalam bekerja, sehingga

memungkinkan Guru honorer bertahan dalam mengajar di sekolah

tersebut.
39

4.2.2 Distribusi Responden Menurut Non Labor Income.


Non Labor Income adalah penghasilan yang diperoleh Guru

honorer diluar dari penghasilan sebagai tenaga pengajar seperti

penghasilan dari warisan, usaha/bisnis, pendapatan anggota keluarga dan

lainnya, diukur dalam rupiah per bulan. Adapun Non Labor Income yang

diperoleh sebagai Guru honorer dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3
Distribusi Responden Menurut Non Labor Income/ bulan

Jumlah Persentase
Non Labor Income
Responden (orang) (%)

≤Rp 3.000.000 26 38,24

Rp 3.000.000−Rp 6.000.000 42 61,76

>Rp 6.000.000 0 0

Total 68 100
Sumber : Data diolah, 2018.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada

Tabel 4.3 bahwa Guru honorer yang memiliki Non Labor Income terbesar

adalah antara Rp 3.000.000−Rp 6.000.000 sebanyak 42 orang dengan

persentase 61,76%, Non Labor Income ≤Rp 3.000.000 sebanyak 26 orang

dengan persentase 38,24%, selanjutnya yg memiliki Non Labor Income

>Rp 6.000.000 tidak ada dari total responden 68. Rata-rata Guru honorer

memiliki pendapatan lain diluar dari pekerjaannya sebagai Guru honorer

yang berasal dari pendatan usaha/bisnis, pendapatan anggota keluarga

lainnya.
40

4.2.3 Distribusi Responden Menurut Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja adalah pengetahuan atau keterampilan yang

telah diketahui dan dikuasai seseorang yang akibat dari perbuatan atau

pekerjaan yang telah dilakukan selama beberapa waktu tertentu dalam hal

ini sebagai tenaga pengajar di tempat sebelumnya. Adapun pengalaman

kerja yang diperoleh sebagai tenaga pengajar atau Guru honorer dapat

dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4
Distribusi Responden Menurut Pengalaman Kerja

Jumlah Persentase
Pengalaman Kerja
Responden (orang) (%)

Memiliki pengalaman 39 57,35

Tidak memiliki pengalaman 29 42,65

Total 68 100

Sumber : Data diolah, 2018.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada

Tabel 4.4 bahwa Guru honorer yang memiliki pengalaman kerja sebanyak

39 orang dengan persentase 57,35%, sedangkan yang belum memiliki

pengalaman kerja sebanyak 29 orang dengan persentase 42,65%. Bahwa

data responden rata-rata memiliki pengalaman mengajar di sekolah

sebelumnya, dengan tingkat pengalaman yang sudah ada menjadikan

tenaga pengajar tersebut lebih profesional dalam mengajar ketimbang

yang belum memiliki pengalaman mengajar sebelumnya.


41

4.2.4 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian

jurusan, jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan

dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Tngkat pendidikan

seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap

sesuatu yang datang dari luar, mereka yang mempunyai pendidikan lebih

tinggi akan memberi respon yang rasional daripada mereka yang

berpendidikan rendah. Adapun tingkat pendidikan yang diperoleh sebagai

tenaga pengajar atau Guru honorer dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Jumlah Persentase
Tingkat pendidikan
Responden (orang) (%)

S1 52 76,47

S2 16 23,53

Total 68 100
Sumber : Data diolah, 2018.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada

Tabel 4.5 bahwa tingkat pendidikan S1 sebanyak 52 orang dengan

persentase 76,47%, sedangkan dengan tingkat pendidikan S2 sebanyak

16 orang dengan persentase 23,53%. Bahwa rata-rata yang lebih banyak

tingkat pendidikannya adalah S1, sedangkan S2 yang sudah memiliki

diantaranya pengalaman dengan status sebagai pengajar utama.


42

4.2.5 Distribusi Responden Menurut Status Guru

Status Guru mempunyai implikasi terhadap peran dan fungsi yang

menjadi tanggung jawabnya. Guru memiliki satu kesatuan peran dan

fungsi yang tidak terpisahkan, yakni antara kemampuan mendidik,

membimbing, mengajar, dan melatih. Keempat kemampuan tersebut

merupakan kemampuan terintegrasi yang tidak dapat dipisahkan satu

dengan lainnya. Guru tidak hanya mengajar sesuai dengan profesinya

atau pengajar utama tetapi juga sebagai pengajar pendamping dengan

tugas dan tanggung jawab yang diamanahkan kepadanya. Status Guru

yang diperoleh sebagai tenaga pengajar atau Guru honorer dapat dilihat

pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6
Distribusi Responden Menurut Status Guru

Jumlah Persentase
Status Guru
Responden (orang) (%)

Pengajar utama 32 47,06

Pengajar pendamping 36 52,94

Total 68 100
Sumber : Data diolah, 2018.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada

Tabel 4.6 bahwa pengajar utama sebanyak 32 orang dengan persentase

47,06%, sedangkan pengajar pendamping sebanyak 36 orang dengan

persentase 52,94%. Menjadi profesional Guru harus menyatukan antara

konsep personaliti dan integritas yang kemudian dipadukan dengan


43

skil/keahliannya. Sehingga Guru yang profesional diharuskan memahami

betul tugas pokok dan fungsi sebagai pengajar utama. Guru pendamping

melanjutkan dan menyelaraskan dari Guru pengajar utama sehingga

dalam mengajar tidak adanya perbedaan teori dan teknik dalam mengajar.

4.2.6 Distribusi Responden Menurut Jenis Sekolah

Berbagai sekolah yang ada telah dapat dinikmati oleh berbagai

kalangan dan golongan. Berbagai sekolah didirikan untuk menjadi tempat

atau sarana pendidikan bagi anak. Bagi sebagian besar masyarakat,

mereka bisa mendapatkan pendidikan umum di sekolah dengan mudah.

Yang termasuk pendidikan umum adalah pendidikan dasar dan

pendidikan menengah. Berbagai jenis sekolah yang ada, salah satunya

yang berada di kabupaten Maros baik negeri maupun swasta menjadikan

berbagai sekolah unggul dan terbantukan oleh para Guru honorer

khususnya yang menengah pertama maupun mengengah atas. Jenis

sekolah yang diperoleh berdasarkan data dari dinas pendidikan setempat

dan dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7
Distribusi Responden Menurut Jenis Sekolah

Jumlah Persentase
Jenis sekolah
Responden (orang) (%)

SMP 42 61,76

SMA 26 38,24

Total 68 100
Sumber : Data diolah, 2018.
44

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada

Tabel 4.7 bahwa Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki jumlah Guru

honorer sebanyak 42 orang dengan persentase 61,76%, sedangkan

Sekolah Menengah Atas (SMA) memiliki jumlah Guru honorer sebanyak

26 orang dengan persentase 38,24%. Banyaknya jumlah Guru honorer di

Sekolah Negeri menjadikan para murid tidak lagi akan kekurangan Guru

mengajar, ini dapat dilihat dari jumlah Guru honorer di Sekolah Menengah

Pertama (SMP) lebih banyak ketimbang Guru honorer di Sekolah

Menengah Atas (SMA).

4.2.7 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan perbedaan yang tampak antara laki-laki

dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku, akan tetapi

responden pada penelitian ini yang berjenis kelamin laki-laki maupun

berjenis kelamin perempuan mempunyai kesempatan yang sama dalam

melakukan pekerjaan dan terlihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan

bahwa jenis kelamin yang diperoleh dapat di lihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8
Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
Jumlah Persentase
Jenis kelamin
Responden (orang) (%)
pria 47 69,12

Wanita 21 30,88

Total 68 100

Sumber : Data diolah, 2018.


45

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada

Tabel 4.8 bahwa Guru honorer yang berjenis kelamin pria memiliki jumlah

responden sebanyak 47 orang dengan persentase 69,12%, sedangkan

yang berjenis kelamin wanita memiliki jumlah responden sebanyak 21

orang dengan persentase 30,88%. Kebutuhan akan Guru honorer tidak

menjadikan perbedaan jenis kelamin menjadi dasar kebutuhan untuk

menerima Guru honorer akan tetapi seberapa banyak tersedianya Guru

yang dibutuhkan dan yang bersedia menjadi Guru honorer.

4.3 Analisis Data

4.3.1 Pengujian Asumsi Klasik

Deteksi penyimpangan asusmsi klasik dapat dilakukan guna

mengetahui apakah data yang digunakan adalah data yang baik dan

sesuai dengan asumsi OLS (Ordinary Least Square). Untuk memperoleh

hasil estimasi sebagaimana yang diharapkan atau sesuai dengan standar

perhitungan yang layak, maka hasil pengolahan data yang diperoleh

dalam penelitian ini menggunakan software Eviews 9.0.

1. Uji Multikolinearitas

Cara umum untuk mendeteksi adanya multikolinear dalam model

ialah dengan melihat adanya R2 yang lebih tinggi dalam model tetapi

tingkat signifikasi t-statistiknya sangat kecil dari hasil regresi tersebut dan

cenderung banyak yang tidak signifikan. Selain itu untuk menguji

multikolinear, bisa dilihat matrik korelasinya. Jika masing-masing variabel


46

bebas berkorelasi lebih besar dari 80 persen maka termasuk yang

memiliki hubungan yang tinggi atau ada indikasi multikolinearitas

(Gujarati:2003). Pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9
Output pengujian Multikolinearitas

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7

X1 1.0000 0.0617 -0.4409 0.3348 -0.1418 -0.1633 -0.1699

X2 -0.0617 1.0000 -0.0017 -0.1242 -0.0339 -0.0588 -0.1581

X3 -0.4409 -0.0017 1.0000 -0.3129 0.2235 0.1845 0.2350

X4 0.3348 -0.1242 -0.3129 1.0000 0.0037 0.0454 -0.1461

X5 -0.1418 -0.0339 0.2235 0.0037 1.0000 0.6506 -0.2192

X6 -0.1633 -0.0588 0.1845 0.0454 0.6506 1.0000 -0.1905

X7 -0.1699 -0.1581 0.2350 -0.1461 -0.2192 -01905 1.0000

Sumber : Dara diolah, 2018.

Hasil dari matriks korelasi pada Tabel 4.9 terlihat bahwa hubungan

antara variabel independen semua hasilnya dibawah 80 persen sehingga

bisa disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinear di dalam

model.

2. Uji Normalitas

Dalam Penelitian ini asumsi diterimanya deteksi normalitas adalah

nilai jarque-Bera<Chi Square tabel (X2), nilai Jarque-Bera dalam pengujian


47

ini adalah sebesar 23.73007 dan Chi Square tabel sebesar 74.4683

sehingga untuk penelitian ini nilai jarque-Bera lebih kecil dari Chi Square

tabel (23.73007 < 74.4683), sehingga dari hasil ini pengolahan data

tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa data memenuhi asumsi uji

normalitas.

3. Uji Heterokedastisitas

Dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya

heterokedastisitas dengan membandingkan nilai Chi Square tabel dengan

nilai Obs*Squared yang didapatkan dari uji White. Nilai Chi Square Tabel

sebesar 74.4683 dan Obs*Squared sebesar 7.805684, sehingga nilai Chi

Square tabel lebih besar dari Obs*Squared(74.4683 > 7.5435). Oleh

karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa model pada regresi bebas dari

gejala heterokedastisitas.

4.3.2 Hasil Regresi

Mengetahui pengaruh variabel Upah (X1), Non labor income (X2),

pengalaman kerja (X3), tingkat pendidikan (X4), status guru (X5), jenis

sekolah (X6), dan jenis kelamin (X7) terhadap penawaran tenaga kerja

Guru honorer Kabupaten Maros (Y) maka dilakukan perhitungan regresi

linear berganda dengan menggunakan Software Eviews.9.0. Hasil

perhitungan Regresi linear berganda mengenai analisis penawaran Guru

honorer Kabupaten Maros secara terperinci dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :
48

Tabel 4.10
Hasil Analisis Hubungan Fungsional Variabel Bebas terhadap
Penawaran Tenaga Kerja Guru Honorer di Kabupaten Maros
Variabel Koefisien t-Statistik Probabilitas
Upah
1.90E-05 4.283003 0.0001*
(X1)
Non labor income
1.61E-06 1.183722 0.2415
(X2)
Pengalaman kerja
-1.429036 -1.962261 0.0547*
(X3)
Tingkat pendidikan
-1.769515 -0,570568 0.5703
(X4)
Status Guru
0.239257 0.070881 0.9437
(X5)
Jenis sekolah
-0.045519 -0.019750 0.9843
(X6)
Jenis kelamin
-0.644079 -0.298552 0.7664
(X7)
C 108.9292 2.391671 0.0202
R-Squared = 0.54 Adjusted R-Squared = 0.48 n = 65
F-Statistic = 8.36 Prob (F-Statistic) = 0.00
Ket. * Signifikan pada α = 5%
Sumber: Data diolah dari eviews 9.0, 2018.

Berdasarkan hasil perhitungan regresi antara Upah (X1), Non labor

income (X2), pengalaman kerja (X3), tingkat pendidikan (X4), status guru

(X5), jenis sekolah (X6), dan jenis kelamin (X7) terhadap penawaran

tenaga kerja Guru honorer Kabupaten Maros (Y) diperoleh nilai R2 = 0,54

menandakan bahwa perubahan nilai jumlah mampu dijelaskan secara

serentak oleh upah, Non Labor Income, pengalaman kerja, tingkat

pendidikan, status Guru, jenis sekolah dan jenis kelamin sebesar 54

persen, sedangkan sisanya 46 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain

yang tidak masuk dalam model.


49

1. Uji Statistif F

Pengujian pengaruh semua variabel independen di dalam model

dapat dilakukan dengan melakukan uji simultan (uji F). Uji statistik F pada

dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang

dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen nilai F statistic sebesar 8.362324, lebih besar

dari F-tabel yaitu sebesar 2,10868, pada taraf kepercayaan 95 persen

atau 0.0,5 (α=5%). Jadi dapat dikatakan bahwa faktor upah, non labor

income, pengalaman kerja, tingkat pendidikan, status guru, jenis sekolah

dan jenis kelamin secara simultan atau bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap penawaran tenaga kerja Guru honorer di Kabupaten

Maros. Maka disimpulkan bahwa variabel independen secara bersama-

sama berpengaruh terhadap variabel dependen (F-hitung> F- tabel).

2. Uji Statistik t

Uji Regresi Parsial (Uji t) digunakan untuk mengetahui apakah ada

perbedaan dari nilai yang diperkirakan dengan nilai hasil perhitungan

statistika. Uji-t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh dari

satu variabel bebas secara parsial dalam menerangkan variasi variabel

terikat. Berdasarkan Tabel 4.10 dilihat bahwa konstanta bernilai positif

108.9292 ini dapat diartikan bahawa, bila variabel lain bernilai nol maka

curahan jam kerja tetap sebesar 108.92.

Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa variabel upah berpengaruh

signifikan dalam mempengaruhi jam kerja dengan meilihat probabilitinya


50

yaitu 0,0001 lebih kecil dari taraf signifikan 0,05. Nilai koofisienya positif

yaitu 1.90E05 hal ini berarti setiap peningkatan upah Rp1.000 maka akan

menambah jam kerja responden sebesar 1,9 jam/minggu dengan asumsi

variabel lain konstan. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan upah

berpengaruh terhadap jam kerja.

Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa variabel Non labor income

tidak signifikan dalam mempengaruhi jumlah jam kerja tenaga kerja Guru

honorer di kabupaten Maros. Selanjutnya dengan melihat tingkat

signifikansi dilihat dari nilai probabilitasnya pada taraf signifikan 0.05

sebesar 0.2415 maka nilai signifikasi lebih besar dari taraf signifikan.

Berdasarkan pada dua uraian tersebut dapat dikatakan bahwa Non labor

income tidak berpengaruh terhadap jam kerja.

Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa variabel pengalaman kerja

signifikan terhadap jam kerja tenaga Guru honorer di Kabupaten Maros,

dengan melihat probabilitasnya yaitu 0.0547. Berdasarkan pada dua

uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pengalaman kerja berpengaruh

terhadap jam kerja tenaga Guru honorer di Kabupaten Maros. Hal ini

berarti setiap penambahan jumlah pengalaman kerja sebesar 1 tahun

dengan asumsi variabel lain konstan maka akan mengurangi jumlah jam

kerja responden sebesar 1,4 jam/minggu.

Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa variabel tingkat pendidikan

tidak signifikan dalam mempengaruhi jumlah kerja tenaga Guru honorer di

Kabupaten Maros. Hal ini diketahui dengan melihat tingkat signifikansi


51

dimana tingkat probabilitasnya (α=5%) adalah sebesar 0.5703.

Selanjutnya, artinya ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap jumlah jam

kerja Guru honorer di Kabupaten Maros, Hal ini berarti setiap tingkatan

pengetahuan terhadap pendidikan dengan asumsi variabel lain konstan

maka tidak menambah jumlah jam kerja responden.

Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa variabel status Guru tidak

signifikan terhadap jam kerja, dengan melihat probabilitinya yaitu 0.9437

lebih besar dari taraf signifikan yaitu 0.05, hal ini berarti berarti bahwa

tidak ada perbedaan jam kerja antara Guru honorer di Kabupaten Maros

yang bersetatus pengajar utama dengan pengajar pendamping.

Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa variabel jenis sekolah tidak

signifikan terhadap jam kerja Guru honorer di Kabupaten Maros. Hal ini

diketahui dengan melihat tingkat signifikansi dimana probabilitasnya

adalah sebesar 0.9843, lebih besar dari taraf signifikan yaitu 0.05. Hal ini

berarti bahwa tidak ada perbedaan jam kerja dalam mengajar yang

bekerja sebagai Guru honorer SMP dan SMA di Kabupaten Maros.

Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa variabel jenis kelamin tidak

signifikan dalam mempengaruhi perubahan variasi jumlah jam kerja Guru

honorer di Kabupaten Maros. Hal ini diketahui dengan melihat tingkat

signifikansi dimana tingkat probabilitasnya adalah sebesar 0.7664 lebih

besar dari taraf signifikan yaitu 0.05, hal ini berarti berarti bahwa tidak ada

perbedaan jam kerja antara tenaga kerja Guru honorer yang berjenis

kelamin laki-laki atau berjenis kelamin perempuan di kabupaten Maros.


52

4.4 Pembahasan Hasil Analisis

Berdasarkan hasil estimasi dari analisis data di atas, selanjutnya

dilakukan penjabaran implikasi atas faktor-faktor yang mempengaruhi

penawaran tenaga kerja Guru honorer di Kabupaten Maros, adapun hasil

analisis dimaksud beserta temuan dari penelitian sebelumnya adalah

sebagai berikut :

4.4.1 Analisis Pengaruh Upah Terhadap Penawaran Tenaga Kerja


Guru Honorer di Kabupaten Maros.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh

Simanjuntak (2001), salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah

partisipasi angkatan kerja adalah tingkat upah. Semakin tinggi tingkat

upah yang ditawarkan dalam pasar kerja, maka semakin banyak orang

yang tertarik masuk ke pasar tenaga kerja. Upah tenaga kerja memainkan

peranan penting dalam ketengakerjaan dan juga semakin tinggi upah

yang diperoleh maka jam kerjapun akan semakin bertambah.

4.4.2 Analisis Pengaruh Non Labor Income Terhadap Penawaran


Tenaga Kerja Guru Honorer di Kabupaten Maros.

Hasil penelitian Non Labor Income tidak signifikan dalam

mempengaruhi jam kerja, hal ini menunjukan bahwa berapapun

pendapatan yang diterima selain bekerja, bukan menjadi alasan bagi Guru

honorer untuk mengurangi jam kerjanya. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh dilakukan Febriani (2012), bahwa

jaminan sosial secara empiris terbukti tidak signifikan mempengaruhi


53

keputusan individu seorang Guru honorer dalam bekerja. Sehingga tidak

mempengaruhi tenaga kerja Guru honorer di kabupaten Maros.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan yang dikemukakan oleh

Supardi (2005), pada tingkat pendapatan yang diperoleh dengan tidak

bekerja (non labor income) yang relatif tinggi seseorang akan merasa

kebutuhan hidupnya akan barang dan jasa sudah tercukupi, sehingga

mereka memilih untuk tidak kerja dan memiliki waktu luang (leisure time)

yang banyak menikmati pendapatannya yang diperoleh dari tidak bekerja.

Non labor income berpengaruh positif terhadap leisure time, jika Non

Labor Income meningkat maka seseorang memilih tidak bekerja daripada

bekerja dengan upah rendah. ( Hasibuan, 2014).

4.4.3 Analisis Perbedaan Pengalaman Kerja Terhadap Penawaran


Tenaga Kerja Guru Honorer di Kabupaten Maros.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan yang dikemukakan oleh

Menurut Sutomo (2006) menyatakan bahwa dengan pengalaman kerja

akan lebih mudah dalam menginplementasikan ilmu pengetahuan yang

dimilikinya, sehingga tidak membutuhkan waktu yang banyak dalam

mengajar, pengalaman kerja menggambarkan pengetahuan seseorang

yang lebih berpengalaman di dunia mengajar. Dengan memiliki

pengalaman kerja didukung tingkat pendidikan yang tinggi, maka tenaga

kerja Guru honorer di Kabupaten Maros lebih diutamakan. Pengalaman

mengajar seorang Guru menjadi dasar dalam meningkatkan keterampilan

dalam mengajar.
54

4.4.4 Analisis Perbedaan Tingkat Pendidikan Terhadap Penawaran


Tenaga Kerja Guru Honorer di Kabupaten Maros.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan yang dikemukakan oleh

Menurut Sedarmayanti (2004) bahwa melalaui pendidikan, seseorang

dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap tahu, mengenal dan

mengembangkan metode berpikir secara sistematik agar dapat

memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan dikemudian hari,

sehingga penting bagi siswa untuk diajarkan pendidikan berdasarkan

metode pengajaran yang relatif cukup lama.

4.4.5 Analisis Perbedaan Status Guru Terhadap Penawaran Tenaga


Kerja Guru Honorer di Kabupaten Maros.

Dunia pendidikan, peran dan fungsi Guru merupakan salah satu

faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam

proses pembelajaran. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan

kualitas pendidikan di tanah air tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal

yang berkaitan dengan eksistensi Guru itu sendiri ( Sutikno, 2009).

Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa variabel status Guru tidak

signifikan terhadap jam kerja Guru honorer di Kabupaten Maros. Hal ini

berarti bahwa tidak ada perbedaan jam kerja yang bekerja sebagai

pengajar utama atau pengajar pendamping karena mereka mengajar

sudah disesuaikan dengan mata pelajaran dan jam kerja. Hal ini

membuktikan juga bahwa jam kerja yang telah ditentukan oleh pihak

sekolah yang sesuai dengan kurikulum sekolah tersebut.


55

4.4.6 Analisis Perbedaan Jenis Sekolah Terhadap Penawaran


Tenaga Kerja Guru Honorer di Kabupaten Maros.

Menurut Rosemarie (2009) berpendapat bahwa pendidikan tidak

dapat berdiri sendiri sebab di dalamnya melibatkan banyak komponen dan

semua komponen tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang

lainnya sehingga harus dikelolah/diatur dengan tertib supaya dapat

berjalan dengan baik. Secara langsung kekurangan Guru akan

mengakibatkan perangkapan tugas Guru, pemberian tugas mengajar

kepada Guru yang tidak berwenang, dan tidak dapat diselenggarakannya

suatu program pendidikan, hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan

antara yang mengajar di sekolah SMP atapun di sekolah SMA. Jenis

sekolah bukan menjadi alasan utama untuk menambah atau mengurangi

jam kerja, terutama saat mengajar di sekolah Kabupaten Maros.

4.4.7 Analisis Perbedaan Jenis Kelamin Terhadap Penawaran


Tenaga Kerja Guru Honorer di Kabupaten Maros.

Tingkat partisipasi kerja laki-laki selalu lebih tinggi dari tingkat

partisipasi kerja perempuan karena laki-laki dianggap pencari nafkah yang

utama bagi keluarga, sehingga pekerja laki-laki biasanya lebih selektif

dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan aspirasinya baik dari segi

pendapatan maupun kedudukan dibanding pekerja perempuan Hampir

semua laki-laki yang telah mencapai usia kerja terlibat dalam kegiatan

ekonomi karena laki-laki merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga

(Simanjuntak, 2001). Hal ini berarti bahwa responsivitas kerja antara laki-
56

laki dan perempuan dalam dunia kerja cenderung tidak ada perbedaan.

Perempuan juga memiliki partisipasi dalam dunia kerja walaupun masih

ada pandangan konvensional bahwa perempuan harus mengatur rumah

tangga dan sebagainya. Perempuan selain bertanggung jawab dengan

pekerjaan rumah tangga, mereka juga ikut menanggung beban untuk

mencari nafkah untuk menambah pendapatan keluarga, ini disebabkan

oleh pendapatan suami kurang memenuhi dan faktor jumlah tanggungan

keluarga yang masih di tangggung.


57

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Terdapat variabel yang berpengaruh terhadap jam kerja Guru honorer

di Kabupaten Maros yaitu upah, hal ini berarti bahwa semakin tinggi

upah yang diterima maka tenaga kerja Guru honorer cenderung akan

meningkatkan jam kerjanya karena ingin menambah penghasilan,

semakin banyak pengalaman yg dimiliki cenderung akan mengurangi

jam kerjanya karena lebih banyak pengetahuan yang dimiliki dalam

dunia mengajar sehingga lebih efisien, dan semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka akan meningkatkan jumlah jam kerja Guru

honorer di Kabupaten Maros.

2. Variabel Non Labor Income tidak berpengaruh terhadap jam kerja

tenaga Guru honorer di Kabupaten Maros, hal ini berarti tidak ada

pengaruh terhadap jam kerja Guru honorer, ini dikarenakan walaupun

banyak pendapatan yang dimiliki diluar dari penghasilan yang ada tetap

para Guru honorer tetap menikmati pekerjaan sebagai Guru.

3. Pengalaman kerja, tingkat pendidikan, status Guru, jenis sekolah dan

jenis kelamin tidak signifikan terhadap penawaran tenaga kerja, hal ini

berarti bahwa tidak ada perbedaan jam kerja Guru honorer di

Kabupaten Maros berdasarkan pengalaman kerja, tingkat pendidikan,

status Guru, jenis sekolah dan jenis kelamin karena mereka bekerja

berdasarkan kebutuhan sekolah.

57
58

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian diatas, maka pada

bagian ini dikemukakan beberapa saran baik untuk kepentingan praktis

maupun pengembangan penelitian selanjutnya sebagai berikut :

1. Kepada pemerintah diharapkan mempertimbangkan dengan sangat

bijak mengenai para Guru honorer yang mempertahankan pekerjaan

agar segera diangkat menjadi Guru PNS, sehingga kesejahtraan

mereka dapat seimbang dengan loyalitas mereka dalam mengajar.

2. Dalam rangka mempersiapkan diri sebagai Guru PNS di Kabupaten

Maros, kiranya dapat lebih antusias dalam pengembangan ilmu

pengetahuan yang dimiliki sehingga tidak ketinggalan dalam dunia

mengajar yang semakin modern ini .

3. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini masih sangat terbatas,

untuk penelitian lebih lanjut agar kiranya bisa diperluas lagi guna

mendapatkan analisis yang lebih menyeluruh. Berkaitan dengan

variabel dan metode yang digunakan perlu dikaji lagi pengukurannya

terutama untuk variable upah, Non Labor Income, pengalaman kerja,

tingkat pendidikan,status Guru, jenis sekolah dan jenis kelamin. Untuk

penelitian selanjutnya diharapkan memformulasikan model penelitian

yang lebih komprehensif dan mempertimbangkan faktor-faktor yang lain

seperti umur, kesehatan, dan usia yang mempengaruhi penawaran

tenaga kerja pensiunan pegawai negeri sipil sehingga lebih maksimal

dalam dunia mengajar.


60

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2013. Pedoman Pencacah Survei Angkatan Kerja


Nasional. Jakarta. BPS.

Becker. G.S. 1976. The Economic Approach to Human Behavior. Links to


chapter previews. University of Chicago Press.

Darmaningtyas, 2004. Pendidikan yang Memiskinkan. BPFE. Yogyakarta.

Dumairy. 2000. Perekonomian Indonesia. Cetakan Kedua. Penerbit


Erlangga. Anggota IKAPI. Jakarta.

Febriani, Ratu Eva. 2012. Jaminan Sosial dan Penawaran Tenaga Kerja
Lanjut Usia. Jurnal ilmiah ekonomi dan pembangunan. Universitas
Bengkulu. Bengkulu.

Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen : Pedoman


Penelitian untuk Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika Teori, Konsep dan Aplikasi dengan


SPSS Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Gujarati, Damodar N. 2003. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga.


Terjemahan Sumarno Zain. Jakarta.

Handoko, T Hani. 2012. Manajemen Personalia Dan Sumber Daya


Manusia. BPFE. Yogyakarta.

Hartatik, Indah Puji. 2014. Buku Praktis Mengembangkan Sumber Daya


Manusia. Laksa. Yogyakarta.

Hasibuan Malayu S.P. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusai. edisi


revisi. cetakan kedelapan belas. Bumi Aksara. Jakarta.

Kurniati. 2012. penawara tenaga kerja wanita nikah sektor informal di Kota
Makassar. Skripsi tidak dipublikasikan. Program Ilmu Ekonomi.
Fakultas Ekonomi. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Mankiw, N. Gregory. 2006. Pengantar ekonomi makro. Jakarta : Penerbit


salemba.Terjemahan: sungkono.(online). (https://ebookinga.com/ di
akses februari 2016).

Nasution. 2003. Metode Research. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Nugroho, Setiadi. 2003. Perilaku Konsumen. Konsep dan Implikasi untuk


Strategi dan Penelitian Pemasaran. Prenada Media. Jakarta.

59
60

Nurhidayati. 2015. MengapaTenaga Kerja Terdidik Memilih Menganggur


(Studi Kasus di Kabupaten Gowa). Jurusan Ilmu Ekonomi. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Universitas Hassanuddin. Makassar.
Rosemarie Putnam T. 2010. Pengantar Paling Komprehensif kepada
Aliran Utama Pemikiran Feminis. Jalasutra. Yogyakarta.

Sedarmayanti. (2004), Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja.


Mandar Maju. Bandung.

Setiawan, B. 2010. Arsitektur, lingkungan dan perilaku. Gadjah Mada


University Press. Yogyakarta.

Simanjuntak, Payaman, J. 2001. Ekonomi Sumber Daya Manusia.


Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia:
Jakarta.

Sinungan, Muchdarsyah. 2008. Produktivitas Apa dan Bagaimana. edisi


kedua. cetakan kelima. Bumi Aksara. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka


Cipta. Jakarta.

Sugiyono, 2010, Statistik Untuk Penelitian. cetakan kesembilan belas.


Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”.


Alfabeta. Bandung.

Sulistyaningsih, Endang. 1983. Metode Perencanaan Tenaga Kerja Edisi


Pertama. BP FE UGM. Yogyakarta.

Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia


dan Ketenaga kerjaan. Jogyakarta : Graha Ilmu.

Sunyoto, 2015, Manajemen dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,


cetakan pertama. CAPS. Yogyakarta.

Supardi. (2005). Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis. UII Press.


Yogyakarta.

Suparmoko, M. dan I. 2000. Ekonomi Pembangunan, (Edisi Ketiga).


Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

Sutikno, M. Sobry. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Prospect.


Bandung.
61
60

Sutomo. 2006. Pengaruh Fungsi Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja


Terhadap Kinerja (Studi Kasus Dosen Pegawai Negeri Sipil
Diperkerjakan di Perguruan Tinggi Swasta Rayon I Semarang
Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah), Staf Pengajar Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank (Unisbank),
Semarang.

Suwatno, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan kesatu,


Bandung. Alfabeta.

Undang-Undang No. 13 tahun 2003. tentang Ketenagakerjaan.

Widodo Suparno Eko, 2015, Manajemen Pengembangan Sumber Daya


Manusia, cetakan pertama. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Lampiran 1: Kuesioner penelitian

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS PENAWARAN TENAGA KERJA


GURU HONORER DI KABUPATEN MAROS

Kepada Bapak dan Ibu yang terhormat, mohon bantuannya untuk


mengisi daftar pernyataan/ kuesioner ini dengan tujuan kajian ilmiah.
Segala informasi yang diperoleh tetap dijamin kerahasiaannya. Lingkarilah
jawab yg sesuai dengan identitas Anda.

No responden : ………

IDENTITAS DAN DATA RESPONDEN :

1. Nama : .................................................................................................
2. Tempat/tanggal lahir : ............................................................................
3. Alamat : ................................................................................................
4. No. telp : ...............................................................................................
5. Umur :....................................................................................................
6. Jenis kelamin :
a. Laki-laki
b. Perempuan
7. Pendidikan Terakhir :
a. S2
b. S1
c. D3
8. Status perkawinan :
a. Menikah
b. Belum menikah/cerai
9. Status dalam rumah tangga :
a. Kepala/Ibu rumah tangga
b. Anggota rumah tangga
10. Jumlah anggota rumah tangga : …….. orang
11. Tempat Bapak/Ibu mengajar :
a. SLTA
b. SLTP
12. Status pengajar Bapak/Ibu:
a. Pengajar utama
b. Pengajar pendamping
13. Sudah berapa lama Bapak/ibu mengajar di sekolah ini : ……………….
14. Berapa lama (tahun) Bapak/ibu mengajar tenaga honorer sebelum
Bapak/Ibu mengajar di sekolah ini ? ……….........................
Jika pernah , sebutkan dimana : …………………………………………..
15. Apakah Bapak/Ibu mengajar disekolah lain :
a. Ya
b. Tidak
Jika ya, dimana : ……………………
16. Mata pelajaran yang Bapak/Ibu ajarkan :………………………………….
17. Berapa jam rata-rata mengajar dalam seminggu :…………. Jam
18. Dalam pembayaran honorer Bapak/Ibu, apakah dibayar :
a. Mingguan
b. Bulanan
c. Triwulan
d. Semester
19. Berdasarkan pertanyaan (17), berapakah nilai honorer yang Bapak/Ibu
terima :
a. Mingguan : Rp…………………..
b. Bulanan : Rp…………………..
c. Triwulan : Rp…………………..
d. Semester : Rp…………………..
20. Selain pendapatan mengajar yang Bapak/Ibu terima saat ini, apakah
ada sumber pengahasilan lainnya, seperti :
a. Penghasilan dari warisan/tabungan : Rp. ………………….
b. Dari usaha/bisnin : Rp. ………………….
c. Pendapatan anggota keluarga lainnya (suami/istri): Rp……………..
d. Pendapatan lainnya, sebutkan :………………, Rp. ………………….

TERIMA KASIH
Lampran 3: Hasil Regresi

Dependent Variable: Y
Method: Least Squares
Date: 04/20/18 Time: 10:54
Sample: 68
Included observations: 68

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

X1 1.90E-05 4.43E-06 4.283003 0.0001


X2 1.61E-06 1.36E-06 1.183722 0.2415
X3 -1.429036 0.728260 -1.962261 0.0547
X4 -1.769515 3.099148 -0.570968 0.5703
X5 0.239257 3.375452 0.070881 0.9437
X6 -0.045519 2.304786 -0.019750 0.9843
X7 -0.644079 2.157340 -0.298552 0.7664
C 108.9292 45.54524 2.391671 0.0202

R-squared 0.544340 Mean dependent var 41.46154


Adjusted R-squared 0.479245 S.D. dependent var 11.58404
S.E. of regression 8.359426 Akaike info criterion 7.212544
Sum squared resid 3913.280 Schwarz criterion 7.513613
Log likelihood -225.4077 Hannan-Quinn criter. 7.331335
F-statistic 8.362324
Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 4: Uji Normalitas

12
Series: Residuals
Sample 1 68
10 Observations 68

8 Mean 0.000000
Median -0.130310
Maximum 31.20712
6 Minimum -12.74045
Std. Dev. 7.819527
4
Skewness 0.920930
Kurtosis 5.317202

2 Jarque-Bera 23.73007
Probability 0.000007
0
-15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30
Lampiran 5: Uji Heterokedastisitas

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 0.955336 Prob. F(8,56) 0.4798


Obs*R-squared 7.805684 Prob. Chi-Square(8) 0.4527
Scaled explained SS 12.50641 Prob. Chi-Square(8) 0.1300

Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 04/28/16 Time: 11:00
Sample: 68
Included observations: 68

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 437.9888 311.5442 1.405864 0.1653


X1^2 2.23E-11 3.30E-11 0.677111 0.5011
X2^2 3.30E-12 2.81E-12 1.174510 0.2452
X3^2 -0.131989 0.083944 -1.572336 0.1215
X4^2 -0.295148 0.848608 -0.347802 0.7293
X5^2 64.66042 46.86269 1.379785 0.1731
X6^2 -20.23205 51.31007 -0.394310 0.6949
X7^2 36.36777 34.82048 1.044436 0.3008

R-squared 0.120087 Mean dependent var 60.20431


Adjusted R-squared -0.005614 S.D. dependent var 126.0653
S.E. of regression 126.4187 Akaike info criterion 12.64496
Sum squared resid 894973.9 Schwarz criterion 12.94603
Log likelihood -401.9613 Hannan-Quinn criter. 12.76375
F-statistic 0.955336 Durbin-Watson stat 1.605455
Prob(F-statistic) 0.479795

Anda mungkin juga menyukai