Anda di halaman 1dari 13

TUGAS:

AIK

DOSEN PENGAMPU: MUHAMMAD YUSNAN

NAMA : ARFIN

NIM :

PRODI : PGSD

KELAS :E

FAKULTAS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
TAHUN AJARAN 2019/202
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji dan syukur atas ke hadirat Allah Swt yang telah memberikan
karunianya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Adapun tujuan kami membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah.
Semoga makalah ini yang disusun oleh saya dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca.
Demikian makalah ini dibuat kami menyadari di dalam penyusunan dan pembuatan
makalah ini masih banyak kekurangan dan maka dari pada itu kritik dan saran sangat kami
harapkan untuk mencapai kesempurnaan makalah ini agar lebih baik lagi, dan  atas kritik dan
saran kami  ucapkan terima kasih.

BAUBAU 16 juli 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PUASA
B. KEWAJIBAN PUASA

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Puasa ramadhan adalah suatu pokok dari rangkaian pembinaan iman. Puasa adalah suatu
sendi (rukun) dari sendi-sendi islam. Puasa di fardhukan atas umat islam yang mukallaf selama
tidak ada halangan yang menghalangi pelaksanaannya. Bahwa puasa itu suatu fardhu yang
tidak boleh di tinggalkan dan suatu syi’ar agama allah yang besar. Hukum puasa ramadhan
adalah wajib berdasarkan al-qur’an, as-sunnah dan ijma’.
Kewajiban melaksanakan puasa merupakan kewajiban yang dibebankan kepada umat
islam yang telah baligh dan berakal, maka tidak ada alasan bagi umat islam untuk tidak
berpuasa pada bulan ramadhan, kecuali apabila orang tersebut secara syara’ boleh diberikan
keringanan (rukhsah) untuk tidak melaksanakan puasa ramadhan.
Jika seseorang yang tidak melaksanakan puasa, maka orang tersebut harus mengganti
puasanya pada hari-hari lain setelah bulan ramadhan berkahir. Hal in iberdasarkan firman allah
dalam surat al-baqarah ayat 185:

B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui apa itu puasa
2. Mengetahui tentang kewajiban dalam berpuasa
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PUASA

Dalam Islam, puasa dikenal juga dengan istilah shaum yang merupakan ibadah wajib
umat Islam ketika bulan Ramadhan dan sunnah ketika dilakukan di luar bulan Ramadhan,
kecuali di Hari yang Dilarang Puasa yakni dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) dan di tiga
hari tasrik. Jadi karena sudah jelas hukumnya maka kamu tidak boleh melanjutkan puasa di
hari-hari tersebut.

Adapun definisi dari puasa menurut Islam yakni menahan diri dari dua syahwat, yakni
perut dan kemaluan. Serta dari segala yang memasuki tenggorokan termasuk obat-obatan dan
lain sebagainya. Puasa akan dilakukan mulai dari terbit fajar hingga waktu puasa yaitu
terbenamnya matahari atau saat Azan Magrib berkumandang. Kemudian puasa dibatalkan
dengan membaca doa dan meminum segelas air putih seperti yang dihadistkan oleh Rasul kita.
Puasa harus dibarengi dengan niat yang tulus dan tujuan untuk mendapatkan ridho dari Allah
SWT.

Puasa/shiyam menurut bahasa adalah menahan diri dari sesuatu.


Sedangkan menurut istilah, puasa adalah menahan diri dari makan, minum, hubungan seksual
suami istri dan segala yang membatalkan sejak dari terbit fajar hingga terbenam matahari
dengan niat karena Allah SWT. Pelaksanaan puasa Ramadhan dimulai pada tanggal 1 bulan
Ramadhan dan diakhiri pada tanggal terakhir bulan Ramadhan saat 29 hari atau 30 hari,
tergantung pada kondisi bulan tersebut. Dasar keharusan niat berpuasa karena Allah, seperti
dalam firman Allah SWT yang artinya:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus” [QS. Al-Bayyinah (98): 5]

Ayat Alqur’an Yang Mejelaskan Tentang Puasa

surah Al-Baqarah Ayat 183-185


Perintah untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan tercantum dalam Al Qur'an surat Al
Baqarah ayat 183-185. Disebutkan bahwa salah satu tujuan diwajibkan berpuasa dalah agar
menjadi orang yang bertakwa. berikut dari ayat-ayat tersebut

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah, Ayat 183).

"(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu ada yang
sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak
hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberikan makan
bagi seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka
itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."
(QS. Al-Baqarah, Ayat 184).

"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu,
barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah
ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari
yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur." (QS. Al-Baqarah, Ayat 185).

Hadist Yang Menjelaskan Tentang Puasa

1. HR Ahmad Ahmad
"Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah
puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta syetan-
syetan dibelenggu. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang
atau terjauhkan (dari kebaikan)."
2. HR Muslim
"Sholat lima waktu, antara sholat Jum'at ke Sholat Jum'at dan Ramadhan ke Ramadhan
penghapus dosa diantara keduanya, jika dijauhi dosa-dosa besar,".

3. HR oleh al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.

“Seluruh amalan kebaikan manusia akan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh
ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman, "Kecuali puasa. Sebab pahala puasa adalah untuk-
Ku. Dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Ia (orang yang berpuasa) telah
meninggalkan syahwat dan makannya karena-Ku

Empat Bentuk Puasa Yang Telah Di Lakukan Dilakukan Oleh Umat Terdahulu:

 Puasanya orang-orang sufi, yakni praktek puasa setiap hari dengan maksud menambah
pahala. Misalnya puasanya para pendeta.

 Puasa bicara, yakni praktek puasa kaum Yahudi. Sebagaimana yang telah dikisahkan
dalam Al-Qur’an surat Maryam ayat 26 : “Jika kamu (Maryam) melihat seorang manusia,
maka katakanlah, sesungguhnya aku bernadzar berpuasa untuk Tuhan yang Maha
Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”.
(Q.S. Maryam : 26).
 Puasa dari seluruh atau sebagian perbuatan (bertapa), seperti puasa yang dilakukan oleh
pemeluk agama Budha dan sebagian Yahudi. Dan puasa-puasa lainnya yang mempunyai
cara dan kriteria yang telah ditentukan oleh masing-masing kaum tersebut.
 Sedang kewajiban puasa dalam Islam, orang akan tahu bahwa ia mempunyai aturan yang
yang berbeda dari puasa kaum sebelumnya baik dalam tata cara dan waktu pelaksanaan.
Tidak terlalu ketat sehingga memberatkan kaum muslimin, juga tidak terlalu longgar
sehingga mengabaikan aspek kejiwaan.

Macam-macam puasa wajib :


1. Puasa Ramadhan

Puasa Ramadhan adalah puasa sebulan penuh yang wajib dilaksanakan oleh setiap
umat Islam di bulan Ramadhan. Puasa Ramadhan mulai di wajibkan pada tahun kedua
hijriah.Sebagaimana firman Allah swt yang artinya: Wahai orang –orang yang
beriman, diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. ( Q.S. Al Baqarah : 183)

2. Puasa Nazar.

Puasa nazar ialah puasa yang dijanjikan untuk dilakukan oleh seseorang yang
bernazar. Dan orang yang bernazar puasa itu terkabul permohonannya, maka
hukumnya wajib dan jika tidak dikerjakan akan berdosa. Jadi puasa Nazar itu wajib
setelah dinazarkan..firman Allah swt.:

3. Puasa kifarat

Puasa kifarat ialah puasa untuk menebus dosa (sebagai denda) karena melakukan
bersenggama (bersetubuh)di siang hari di bulan puasa, dendanya puasa selama dua
tahun berturut-turut.

 Puasa Sunah

Puasa sunah ialah puasa yang boleh dilakukan dan boleh juga tidak dilakukan.
Apabila dilaksanakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan tidak mengakibatkan
berdosa.

Macam-macam puasa sunat :

1. Puasa hari Senin dan Kamis

Puasa hari Senin dan Kamis merupakan kebiasaan Rasulullah saw. Oleh karena itu
umat Islam disunatkan berpuasa pada hari Senin dan Kamis, sebagaimana dijelaskan
dalam sabda Rasulullah saw :

Artinya : “ Dari Aisyah ra. Bahwasanya Nabi Muhammad saw. Memilih puasa pada
hari Senin dan Kamis.”. ( H.R. Tirmidzi )
2. Puasa Arafah

Puasa Arafah ialah puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah. Dinamakan hari Arafah karena
hari itu orang-orang yang melakukan ibadah haji sedang wukuf di Arafah. Puasa
Arafah ini disunatkan bagi orang yang tidak melakukan ibadah haji, sedang mereka
yang melakukan ibadah haji hukumnya makruh.

Rasulullah saw bersabda :

Artinya : Dan dari Abu Hurairah ra. Bersabda : Nabi saw. Melarang puasa Arafah bagi
orang –orang yang ada di Arafah. ( HR. Imam Ahmadi)

3. Puasa Syawal

Puasa syawal ialah puasa enam hari pada bulan syawal setelah selesai melaksanakan
puasa di bulan Ramadhan.

Rasulullah saw. Bersabda :

Artinya : ‘Dari Abi Ayyub ra. Telah bersabda Rasulullah saw : Barangsiapa puasa
Ramadhan, kemudian ia ikuti dengan puasa enam hari dibulan Syawal ( akan
mendapat pahala ) seperti puasa satu tahun” ( H.R. Muslim ).

4. Puasa ‘Asyura

Puasa ‘Asyura ialah puasa pada tanggal 10 Muharram. Puasa ‘asyura termasuk puasa
sunat, yang cukup besar pahalanya. Sebagaimana Sabda Rasulullah saw. : Artinya :
Dan dari Abi Qatadah ra. Berkata Rasulullah saw. Bersabda: puasa ‘Aisyah itu dapat
menghapus (dosa) dua tahun, tahun yang lalu dan tahun yang akan dsatang dan puasa
‘asyura itu dapat menghapus (dosa) setahun yang lalu. ( H.R. Jama’ah kecuali Imam
Bukhari dan At-Tirmidzi.

B. KEWAJIBAN BERPUASA
Menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan merupakan kewajiban bagi umat Islam.
Puasa juga termasuk dalam rukun Islam, selain membaca syahadat, mengerjakan salat,
membayar zakat dan sebelum menunaikan haji. Perintah mengerjakan puasa tercantum dalam
firman Allah SWT di Al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 183 yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Oleh karenanya, seandainya bukan Allah SWT yang mewajibkan untuk berpuasa, maka
manusia sendiri akan melaksanakannya setelah mengetahui besarnya manfaat dari puasa.
Bahkan, puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadan disebutkan mampu memberikan
kesucian jiwa, keikhlasan, ketulusan, hingga berfungsi sebagai pengawasan diri dan media
meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Selain surat al-Baqarah ayat 183, pada ayat-
ayat selanjutnya yakni ayat 184, 185 dan 187 juga ditemukan tentang penjelasan mengenai
ketentuan ibadah puasa pada bulan ramadan. Sebagaimana dilansir Suara Muhammadiyah,
surat al-Baqarah ayat 185 menyatakan "barang siapa di antara kamu mengetahui (masuknya)
bulan itu, maka hendaklah ia mempuasainya, dan barang siapa sakit atau sedang dalam
perjalanan (sehingga tak berpuasa), maka hendaklah ia menghitung (hari-hari ia tidak
berpuasa untuk diganti)." Yang dimaksud dengan "hari-hari yang lain" itu merupakan
penegasan terhadap hari-hari di mana puasa diwajibkan, yakni pada bulan Ramadhan. Oleh
sebab itu, muslim yang meninggalkan puasa Ramadan wajib menggantinya di bulan yang lain
atau membayar fidyah kepada orang miskin.

Syarat Wajib Puasa

1. Bertatus muslim
Karena puasa termasuk rukun Islam, hanya orang muslim dan muslimah yang wajib
menunaikan ibadah puasa. Jika seseorang murtad, keluar dari Islam, kewajiban puasa baginya
gugur dan ia tidak memenuhi syarat wajib puasa. Syarat keislaman ini dijelaskan dalam hadis
yang diriwayatkan dari Abdullah bin 'Umar bin Khattab Ra yang berkata: saya mendengar
Rasulullah Saw. bersabda: "Islam didirikan dengan 5 hal, yaitu persaksian tiada Tuhan selain
Allah SWT dan Muhammad adalah utusan-Nya, didirikannya sholat, dikeluarkannya zakat,
dikerjakannya haji di Baitullah [Ka’bah], dan dikerjakannya puasa di bulan Ramadan,” (HR.
Bukhari dan Muslim).

2. Balig atau mencapai masa pubertas


Syarat wajib puasa yang kedua ialah telah mencapai status balig atau pubertas. Bagi laki-
laki, ia ditandai dengan keluarnya sperma dari kemaluannya, baik dalam keadaan tidur
ataupun terjaga. Sementara itu, bagi perempuan, status balig ditandai dengan menstruasi.
Dalam uraian "Syarat Wajib dan Rukun Puasa Ramadhan" yang ditulis Ustaz Syaifullah Amin
di NU Online, syarat keluar mani pada laki-laki dan haid pada perempuan ada di batas usia
minimal 9 tahun. Di sisi lain, bagi laki-laki dan perempuan yang belum keluar sperma dan
belum menstruasi, batas minimal dikatakan balig jatuh pada usia 15 tahun dari usia kelahiran

3. Berakal sehat
Syarat wajib puasa yang ketiga bagi seorang muslim dan balig, adalah ia harus memiliki
akal yang sehat, sempurna, dan tidak gila. Selain itu, ia juga tidak mengalami gangguan
mental dan tidak hilang kesadarannya karena mabuk. Seorang muslim yang mabuk tidak
terkena hukum kewajiban menjalankan ibadah puasa. Namun, terdapat pengecualian pada
orang mabuk dengan sengaja, misalnya karena konsumsi minuman keras. Jika sengaja mabuk,
ia wajib mengganti (qadha) puasanya di hari selain bulan Ramadan. Syarat kebalig-an dan
akal sehat ini bersandar pada sabda Nabi Muhammad SAW: "Tiga golongan yang tidak
terkena hukum syar’i: orang yang tidur sapai ia terbangun, orang yang gila sampai ia sembuh,
dan anak-anak sampai ia baligh,” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

4. Kemampuan menunaikan puasa


Setelah terpenuhi tiga syarat wajib di atas, yang keempat ialah kemampuan menjalankan
ibadah puasa. Jika seorang muslim tidak mampu menjalankan puasa karena sebab tertentu, ia
diwajibkan mengganti di bulan berikutnya atau membayar fidyah. Ketidakmampuan berpuasa
ini bisa terjadi karena perjalanan yang memberatkan (musafir), sakit, hamil dan menyusui,
dan berusia sangat tua atau sudah renta.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Dari makalah yang kami buat ini kami simpulkan bahwa dari segi bahasa, puasa berarti
menahan dan mencegah dari sesuatu. Sedangkan menurut istilah adalah menahan diri dari
perbuatan (fi’li) yang berupa dua macam syahwat (syahwat perut dan syahwat kemaluan serta
menahan diri dari segala sesuatu agar tidak masuk perut, seperti obat atau sejenisnya.) Hal itu
dilakukan pada waktu yang telah ditentukan, yaitu semenjak terbit fajar sampai terbenam
matahari.
Puasa dilakukan oleh orang tertentu yang berhak, yaitu orang Muslim, sudah baligh,
berakal, tidak sedang haid, dan tidak sedang nifas. Puasa harus dilakukan dengan niat, yakni,
bertekad dalam hati untuk mewujudkan perbuatan itu secara pasti, tidak ragu-ragu dan mampu
menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.
Menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan merupakan kewajiban bagi umat Islam.
Puasa juga termasuk dalam rukun Islam, selain membaca syahadat, mengerjakan salat,
membayar zakat dan sebelum menunaikan haji. Perintah mengerjakan puasa tercantum dalam
firman Allah SWT di Al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 183 yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/6794774/Materi_bab_puasa

https://mamikos.com/info/puasa-ramadhan/

https://news.detik.com/berita/d-4928734/ayat-dan-hadist-puasa-yang-bikin-semangat-
menjalaninya

Anda mungkin juga menyukai