Anda di halaman 1dari 9

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

KODE MAKUL: ADPU 4534


MANAJEMEN LOGISTIK ORGANISASI PUBLIK

Nama : Asep santoso


NIM : 031112194
Prodi : Ilmu Pemerintahan

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ PONTIANAK


Kerjakan soal Berikut :

1.  a. Apa perbedaan manajemen aset dengan manajemen logistik

             b. Jelaskan tahapan pengelolaan aset

        2.  a. Jelaskan ada berapa cara pengadaan barang dan jasa pemerintah

             b. Bagaimana pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah, apakah


sudah efektif atau justru banyak  menimbulkan perilaku negatif (sertakan dengan data-
data) :

        3. Apa manfaat mapping aset daerah?

        4. Bagaimana pelaksanaan mapping aset daerah saat ini?

        5. Mengapa legal audit diperlukan dalam aset public?

        6. Jelaskan objek dan dokumen apa saja yang akan diaudit?

JAWABAN

1.
(.a). Perbedaan Management Aset dan Management Logistik!
Jawab:Manajemen Logistik merupakan suatu sistem kerja yang mengatur arus
distribusi barangdari produsen hingga sampai ke tangan konsumen.
Manajemen Aset merupakan suatusistem kerja yang mengatur distribusi barang
dan jasa mulai dari produsen hingga kebagian produksi. Untuk melihat
perbedaan lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini: Perbedaan
Manajemen LogistikManajemen Aset
- Mengutamakan pengelolaantermasuk arus barang dalamperusahaan
- Berorientasi pada perencanaandan kerangka kerja yangmenghasilkan rencana
tunggalarus barang dan informasi diseluruh perusahaan
- Mengutamakan arah barang antarperusahaan, sejak paling huluhingga paling
hilir
- Atas dasar kerangka kerja inimenghubungkanusahadankordinasi antar proses
dariperusahaan-perusahaan lain dalampipelines mulai dari suppliersampai
kepada pelangganb.
(b).Jelaskan tahapan pengelolaan aset!
Jawab:Adapun beberapa tahapan manajemen aset adalah sebagai berikut:
1.Perencanaan Kebutuhan AsetIni adalah tahap awal proses asset management
dimana dilakukan perencanaanmengenai apa saja hal yang dibutuhkan dalam
mengelola aset. Misalnya kebutuhanuntuk pengadaan, inventarisasi, perawatan,
dan lain sebagainya.
2.Pengadaan AsetPada tahap ini dilakukan kegiatan pengadaan aset, misalnya
barang atau jasa yangdiperoleh dengan biaya sendiri atau pihak lain.
3.Inventarisasi AsetPada tahap ini terdapat rangkaian kegiatan berupa
identifikasi kualitas dan kuantitasaset, baik secara fisik/ non fisik maupun
secara yuridis/ legal. Masing-masing asset. didokumentasikan dan diberi kode
tertentu untuk keperluang pengelolaan asettersebut.
4.Legal Audit AsetPada tahap ini dilakukan audit mengenai status aset, sistem
dan prosedur pengadaan,sistem dan alur pengalihan. Selain itu, identifikasi
kemungkinan terjadinya masalahlegalitas juga dilakukan pada tahap ini dan
sekaligus mempersiapkan solusinya.

2.
a.Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang,pekerjaan
konstruksi, jasa konsultansi, dan jasa lainnya. Pengadaan barang adalah
pengadaan setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak
maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan
atau dimanfaatkan oleh pengguna barang.
Pengadaan pekerjaan konostruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan
dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
Adapun pengadaan jasa Konsultansi adalah jasa pelayanan profesional yang
membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang
mengutamakan adanya olah pikir.
Pengadaan jasa lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu
yang mengutamakan keterampilan dalam suatu sistem tata kelola yang telah
dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala
pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain jasa konsultansi, pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dan pengadaan barang.
Metode/Cara Pemilihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dilakukan dengan
cara:
1. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Lainnya dilakukan dengan
2. Pelelangan Umum dan Pelelangan Sederhana
1. Penunjukan Langsung
2. Pengadaan Langsung
3. Kontes/Sayembara.
3. Pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi dilakukan dengan:
1. Pelelangan Umum
2. Pelelangan Terbatas
3. Pemilihan Langsung
4. Penunjukan Langsung
5. Pengadaan Langsung.
Sedangkan pengadaan untuk jasa konsultansi dilakukan melalui cara Seleksi
Sederhana, Penunjukan Langsung, Pengadaan Langsung, Sayembara. Adapun
pengertian metode pemilihan penyedia barang/jasa di atas adalah sebagai
berikut :
1. Pelelangan Umum. Yaitu metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh
semua Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
memenuhi syarat.
2. Pelelangan Sederhana. Yaitu metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Lainnya untuk pengadaan yang tidak kompleks dan bernilai paling
tinggi Rp200.000.000,-(dalam draft perubahan Perpres 54 Tahun 2010
tanggal 28 Maret 2012 nilainya paling tinggi Rp5.000.000.000).
3. Pelelangan Terbatas. Yaitu metode pemilia Pekerjaan Konstruksi untuk
Pekerjaan Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu
melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks.
Pekerjaan yang Kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan
teknologi tinggi, mempunyai risiko tinggi, menggunakan peralatan
yang didesain khusus dan/atau pekerjaan yang bernilai diatas
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
4. Pemilihan Langsung. Dalam hal metode pelelangan umum atau
pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan,
maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metode
pemilihan langsung, yaitu dilakukan dengan membandingkan
sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang¬kurangnya 3 penawaran
dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi serta
dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus diumumkan
minimal melalui papan pengumunan resmi untuk penerangan umum
dan bila memungkinkan melalui internet (pemilihan Penyedia
Pekerjaan Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi
Rp200.000.000,00 (dalam draft perubahan Perpres 54 Tahun 2010
tanggal 28 Maret 2012 nilainya paling tinggi Rp5.000.000.000)).
5. Penunjukan Langsung. Yaitu metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa. Dalam
keadaan tertentu dan keadaan khusus pemilihan penyedia barang/jasa
dapat dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap 1 (satu)
penyedia barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi baik teknis
maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis
dapat dipertanggungjawabkan.
6. Pengadaan Langsung. Yaitu pengadaan Barang/Jasa langsung kepada
Penyedia barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan/Seleksi/Penunjukan
Langsung dan dapat dilakukan terhadap Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp100.000.000,-
(dalam draft perubahan Perpres 54 Tahun 2010 tanggal 28 Maret 2012
nilainya paling tinggi Rp200.000.000)
7. Kontes/Sayembara. Kontes/Sayembara dilakukan khusus untuk
pemilihan Penyedia Barang/Jasa Lainnya yang merupakan hasil
Industri kreatif, inovatif dan budaya dalam negeri.
b. Telah banyak sorotan diarahkan pada berbagai masalah di seputar pengadaan
barang  pemerintah  bahkan ada yang menyebutnya negative deterrent effect
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah efisien, efektif, terbuka
sudah diatur orang lain termasuk spec dan harga pembanding.
 mendeskripsikan bahwa, belum optimalnya pengadaan barang/jasa melalui
Pengaturan mengenai tata cara pengadaan barang/jasa Pemerintah dalam dan
bersifat negatif atau merupakan keputusan pejabat Pemerintah. Efektif tidaknya
suatu kebijakan terhadap pelaksanaan suatu program.

3.apa manfaat mapping asset daerah?


Pengelolaan aset daerah menjadi salah 3. Apa manfaat mapping aset daerah?
satu hal penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah saat ini dalam
mengenai pengelolaan aset daerah sekaligus dengan ditindaklajuti dengan
tahapan penerapan, maka diharapakan output dari perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan aset suatu daerah memiliki fungsi atau manfaat yaitu :
1. Terwujudnya ketertiban administrasi mengenai kekayaan daerah,baik
menyangkut inventarisasi tanah dan bangunan, sertifikasi kekayaan
daerah, penghapusan dan penjualan aset daerah,
2. Terciptanya efesiensi dan efektivitas penggunaan aset daerah,
3. Pengamanan aset daerah dan,
4. Tersedianya data atau informasi yang akurat mengenai jumlah
kekayaan daerah.
TIPS atau STRATEGI OPTIMAL
Agar bisa mengoptimalkan dalam pengelolaan kekayaan aset yang dimiliki
suatu daerah, ada beberapa tips yang perlu dilakukan atau diterapkan.
Berikut tips atau strategi untuk  optimalisasi pengelolaan kekayaan (aset)
daerah  :
1. Identifikasi dan inventarisasi nilai dan potensi aset daerah ;
2. Adanya sistem informasi manajemen aset daerah ;
3. Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan aset dan ;
4. Pelibatan berbagai profesi atau keahlian yang terkait seperti auditor
internal dan appraisal (penilai).
upaya menciptakan pemerintahan yang baik, efektif dan efisien serta
penciptaan akuntabilitas publik

4.Bagaimana pelaksanaan mapping aset daerah saat ini?


Pelaksanaan
Setelah menyusun dan memiliki  perencanaan yang dilakukan secara tepat,
tahapan selanjutnya adalah eksekusi atau tahap pelaksanaan. Dalam
pelaksanaanya harus mengedepankan dan memperhatikan prinsip – prinsip
seperti efesiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas hal ini bertujuan
supaya bisa optimal dalam mengelola aset daerah yang dimiliki.
Dan sekali lagi Peran penting masyarakat dan DPRD juga sangat dibutuhkan
dalam rangka melakukan pengawasan (monitoring) terhadap pemanfaatan aset
daerah tersebut, agar tidak terjadi penyalahgunaan kekayaan milik daerah.
Pengelolaan juga menyangkut pendistribusian, pengamanan dan perawatan.
Untuk itu diperlukan adanya unit pengelola kekayaan daerah yang profesional
agar tidak terjadi overlapping tugas dan kewenangan dalam pengelolaan
kekayaan daerah. Begitu pula dalam hal pengamanan terhadap kekayaan
daerah, harus dilakukan secara memadai baik pengamanan fisik maupun
melalui sistem pengendalian interen.
Ada hal cukup penting harus diperhatikan oleh pemerintah daerah yaitu perlu
dilakukan perencanaan terhadap biaya operasi dan pemeliharaan untuk setiap
kekayaan daerah yang diadakan. Hal ini disebabkan karena sering kali biaya
operasional atau pemeliharaan tidak dikaitkan dengan belanja modal.
Mestinya terdapat keterkaitan antara belanja modal dengan biaya operasional
dan pemeliharaan, dimana biaya tersebut merupakan commitment cost yang
harus dilakukan. Selain biaya operasional dan pemeliharaan, biaya lain yang
harus diperhatikan misalnya biaya asuransi kerugian.
Pengelolaan aset atau kekayaan daerah harus memenuhi prinsip akuntabilitas
publik. ketiga ( 3 ) prinsipt tersebut adalah sebagai berikut :
1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountabilty for
probity and legality) ;
2. Akuntabilitas proses (process accountability) ;
3. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability).

5.Mengapa legal audit diperlukan dalam aset public?


Legal Audit adalah suatu pemeriksaan dan/atau penilaian permasalahan-
permasalahan hukum mengenai atau berkaitan dengan suatu perusahaan.
 Legal Audit diperlukan untuk hal-hal antara lain sebagai berikut:
a. Perusahaan yang akan melakukan Initial Public Offering (IPO);
b. Perusahaan yang akan melakukan merger, konsolidasi, akuisisi;
c. Perusahaan yang akan melakukan transaksi kredit sindikasi;
d. Perusahaan yang akan dijual (Legal Audit dilaksanakan apabila pihak
pembeli menginginkannya);
e. dan sebagainya.
 Sehubungan keperluan suatu Legal Audit tersebut di atas, maka dokumen-
dokumen yang diperlukan, antara lain, sebagai berikut:
a. Anggaran dasar perusahaan, antara lain berupa akta pendirian perusahaan,
berita acara rapat pemegang umum saham, daftar pemegang saham perusahaan,
struktur organisasi perusahaan, daftar bukti penyetoran modal perusahaan dan
anggaran dasar perusahaan yang telah disesuaikan dengan Undang-Undang No.
1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas;
b. Dokumen-dokumen mengenai asset perusahaan, antara lain berupa sertifikat-
sertifikat tanah, surat-surat tanda bukti kepemilikan kendaraan bermotor,
dokumen-dokumen kepemilikan saham pada perusahaan lain, da sebagainya;
 c. Perjanjian-perjanjian yang dibuat dan ditandatangani oleh perusahaan
dengan pihak ketiga, antara lain berupa perjanjian hutang piutang, perjanjian
kerja sama, perjanjian dengan (para) pemegang saham, perjanjian-perjanjian
dengan supplier, dan sebagainya;
d. Dokumen-dokumen mengenai perizinan dan persetujuan perusahaan, antara
lain berupa surat keterangan domisili perusahaan, tanda daftar perusahaan,
perijinan dan persetujuan yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah, dan
sebagainya;
e. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan kepegawaian
perusahaan, antara lain berupa peraturan perusahaan, dokumen mengenai
jaminan social tenaga kerja (jamsostek), dokumen mengenai ijin tenaga kerja
asing, dokumen mengenai perijinan dan kewajiban pelaporan mengenai
kepegawaian, dokumen mengenai upah tenaga kerja, dokumen mengenai
kesepkatan kerja bersama, dan sebagainya;
f.        Dokumen-dokumen mengenai asuransi perusahaan, antara lain berupa
polis asuransi gedung, polis kendaraan, polis mengenai gangguan usaha, polis
untuk pihak ketiga (misalnya konsumen), polis koperasi, polis dana yang
tersimpan, dan sebagainya;
g.       Dokumen-dokumen mengenai pajak perusahaan, antara lain berupa
nomor pokok wajib pajak (NPWP) perusahaan, dokumen mengenai pajak bumi
bangunan, dokumen mengenai pajak-pajak terhutan, dan sebagainya;
h.       Dokumen-dokumen yang berkenaan dengan terkait atau tidak terkaitnya
perusahaan dengan tuntutan dan/atau sengketa baik di dalam maupun di luar
Pengadilan.

6. Jelaskan objek dan dokumen apa saja yang akan diaudit?


Audit pendahuluan dilakukan dalam rangka mempersiapkan audit lebih dalam.
Audit ini lebih ditekankan pada usaha untuk memperoleh informasi latar
belakang tentang objek audit. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan
berkaitan dengan pelaksanaan audit ini, antara lain:
1. Pemahaman auditor terhadap objek audit
2. Penentukan tujuan audit
3. Penentuan ruang lingkup
4. Review terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan
objek audit.
5. Pengembangan kriteria awal dalam audit
1. Pemahaman auditor terhadap objek audit
Kebanyakan pendokumentasian dan proses perolehan pemahaman diselesaikan
bahkan sebelum auditor melakukan audit. Studi awal yang dilakukan auditor
mencakup penelaahan atas kertas kerja tahun sebelumnya, temuan-temuan
audit, bagan organisasi, dan dokumen-dokumen lain yang akan membantu
untuk lebih memahami subyek audit. Pada banyak kondisi, studi awal akan
dilakukan di kantor pusat, meskipun banyak auditor saat ini dapat mengakses
informasi secara elektronik dari lokasi yang jauh. Jika audit merupakan satu di
antara serangkaian penugasan rutin, auditor akan terlebih dahulu melihat
dokumen permaen untuk operasi tertentu. Dokumen permanen berisi salinan
laporan audit terdahulu dan jawaban-jawaban serta informasi relevan lainnya
tentang aktivitas yang akan diaudit. Dokumen tersebut memberikan semacam
pandangan menyeluruh bagi auditor, masalah-masalah yang sebelumnya
ditemukan, dan langkah-langkah yang diambil atau janji-janji untuk
menyelesaikannya. Bila audit merupakan bagian penugasan rutin atau
merupakan penugasan baru, penelaahan literature yang ada mengenai subjek
tersebut merupakan hal penting. Literatur mengenai audit telah berkembang
dengan cepat, dan cakupan yang terdapat dalam buku teks audit, hasil-hasil
penelitian dan tulisan-tulisan terus-menerus meningkat. Banyak auditor juga
mencari buku dan penelitian di bidang audit, khususnya untuk topik-topik
terbaru. Misalnya, jika auditor sedang melaksanakan audit untuk pertama kali
untuk beberapa aspek operasi sebuah agensi periklanan, bacaan yang relevan
untuk ditelaah bisa jadi mencakup bacaan yang terkait dengan industry
periklanan, dan juga literature audit lainnya yang sesuai.
Objek audit meliputi keseluruhan perusahaan dan/atau kegiatan yang dikelola
oleh perusahaan tersebut dalam rangka mencapai tujuannnya. Setiap objek
audit memiliki wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda sesuai
dengan karakteristik dan system pendelegasian wewenang yang
diselenggarakan pada perusahaan tersebut. Dalam suatu divisi yang dikelola
secara terdesantralisasi, manajer divisi memiliki wewenang dan tanggung
jawab untuk mengatur divisi tersebut seperti suatu perusahaan yang berdiri
sendiri. Perencanaan, pengelolaan, pengendalian, pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan divisi tersebut menjadi wewenang dan tanggung jawab
manajer divisi, yang akan dipertanggungjawabkan bersamaan dengan
penyajian laporan divisi kepada manajemen pusat. Suatu divisi dapat berupa
anak perusahaan, segmen bisnis atau cabang dari suatu perusahaan.
Departemen dalam suatu perusahaan memiliki wewenang dan tanggung jawab
utama pada departemen tersebut. Manajer pemasaran memiliki keputusan di
bidang pemasaran.

Anda mungkin juga menyukai