Anda di halaman 1dari 30

PRODUK HILANG DAN

DEPARTEMEN BOP

KELOMPOK :
Camelia( 1701101402 )
Elga Vista ( 1701101415 )
FerdyIskandar ( 1701101420 )
Jak Son ( 1701101434 )
YosuaSitohang ( 1701101487 )
Latar Belakang Penulisan
Perusahaan manufaktur merupakan suatu perusahaan
industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan, tenaga
kerja serta suatu medium proses untuk mengubah bahan
mentah menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Proses
produksi untuk mengubah bahan mentah menjadi barang
jadi yang siap untuk dijual ini tentunya tidak lepas dari
biaya – biaya produksi. Biaya – biaya produksi tersebut
nanti nya akan masuk kedalam proses perhitungan
Harga pokok produksi. Harga pokok produksi adalah biaya

biaya yang dikorbankan untuk memproses bahan – bahan
sampai akhir untuk siap dijual (Hardibroto, 1990).
A. Produk Hilang Pada Awal Proses
Untuk produk hilang pada awal proses, maka dalam
penyusunan laporan Harga Pokok Produksi:
• Unit produk yang hilang tidak dibebani harga
pokok karena belum menikmati biaya produksi.
• Tidak diperhitungkan dalam perhitungan unit
ekuivalen
• Untuk yang hilang di departemen berikutnya,
maka harus ada penyesuaian biaya per unit pada
departemen berikutnya tersebut.
Contoh
PT. ABC mengolah produknya melalui dua departemen
Produksi I dan II. Kegiatan selama bulan Februari th 2000
adalah sebagai berikut:
Dept. I Dept. II

Masuk proses: 1.500 unit 1.250 unit


 Selesai 1.250 unit 1.100 unit
 Dalam proses 100 unit 100 unit
 Hilang awal proses 150 unit 50 unit
BBB Rp. 1.485.000 -
BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 2.052.000
BOP Rp. 1.170.000 Rp. 1.044.000
Tk. Penyl BDP  BB 100% -
TK 70% 40%
BOP 50% 60%

Diminta, buat laporan harga pokok produksi Dept. I & Dept. II


Jawab:
1. Perhitungaan harga pokok produksi per unit Dept. I

Biaya Jumlah Ekuivalen Unit HP per Unit


BBB Rp.1.485.000 1.250 +(100 x Rp. 1.100
100%) = 1.350
BTKL Rp.2.640.000 1.250 +(100 x Rp. 2.000
70%) = 1.320
BOP Rp.1.170.000 1.250 +(100 x Rp. 900
50%) = 1.300
Jml Rp.5.295.000 Rp. 4.000
2. Perhitungan harga pokok barang jadi Dept. I yang
ditransfer ke Dept. II & barang dalam proses Dept. I
HP Brg jadi Dept. I yang ditransfer ke Dept. II
1.250 x Rp. 4.000 Rp.5.000.000
H.P Barang dalam proses Dept. I
- BBB = 100 x 100% x Rp. 1.100 = Rp.110.000
- BTKL = 100 x 70% x Rp. 2.000 = Rp.140.000
- BOP = 100 x 50% x Rp. 900 = Rp.45.000
Rp.295.000
Jumlah biaya produksi bulan Februari
Rp.5.295.000
3.Laporan H.P Produksi Dept. I PT. ABC
Bln Februari th 2.000
Data Produksi
- Masuk proses 1.500 unit
- Barang jadi ditransfer ke Dept. II 1.250 unit
- Barang dalam proses 100 unit
- Hilang (awal proses) 150 unit
1.500 unit
Pembebanan Biaya Dept. I
Biaya Jumlah Per Unit
- BBB Rp. 1.485.000 Rp. 1.100
- BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 2.000
- BOP Rp. 1.170.000 Rp. 900
Jumlah Rp. 5.295.000 Rp. 4.000
Perhitungan Biaya
HP Brg jadi Dept. I yang ditransfer ke Dept. II
1.250 x Rp. 4.000 Rp. 5.000.000
H.P Barang dalam proses Dept. I
- BBB = 100 x 100% x Rp. 1.100= Rp.110.000
- BTKL = 100 x 70% x Rp. 2.000 = Rp.140.000
- BOP= 100 x 50% x Rp. 900 = Rp. 45.000
Rp. 295.000
Jumlah biaya produksi Dept. I Rp. 5.295.000
DEPT. II
1. Penyesuaian perhitungan H.P per unit produk yang berasal dari
Dept. I
H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I
Rp. 5.000.000 : 1.250 Rp. 4.000
H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I
Setelah adanya produk yang berasal dari Dept. I
Sebanyak 50 unit adalah Rp. 5.000.000: (1.250 – 50) Rp.4.166,67
Penysn H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I Rp.166,67
2.Perhitungan harga pokok produksi per unit Dept. II (yang ditambah)
Jenis bi Jumlah Ek. Unit H.P per unit
- BTKL Rp. 2.052.000 1.100 + (100 x 40%) = 1.140 Rp. 1.800
- BOP Rp. 1.044.000 1.100 + (100 x 60%) = 1.160 Rp. 900
Jumlah Rp. 3.096.000 Rp.2.700
3. Perhitungan H.P barang jadi dari Dept. II yang ditransfer ke gudang & H.P barang dalam
proses akhir periode Dept. II
Harga barang jadi yang ditransfer ke gudang
- H.P dari Dept. I : Rp. 4.166,67 x 1.100 Rp. 4.583.337
- Ditambah H.P di Dept. II : Rp. 2700 x 1.100 Rp. 2.970.000
H.P barang jadi Rp.7.553.337
H.P barang dalam proses Dept. II
- H.P dari Dept. I : 100 x Rp. 4.166,67 = Rp. 416.667
- Ditambah biaya di Dept. II
BTKL = 100 x 40% x Rp. 1.800 = Rp. 72.000
BOP = 100 x 60% x Rp. 900 = Rp. 54.000 Rp.542.667
Jml biaya komulatif Dept. II Rp. 8.096.004
4. Laporan H.P Produksi Dept. II
PT. ABC
Lap. H.P Produksi Dept. II
Data Produksi
- Menerima dari Dept. I1.250 unit
- Ditransfer ke gudang 1.100 unit
- BDP akhir 100 unit
- Hilang (awal proses) 50unit
1.250 unit
Biaya Yang Dibebankan di Dept. II
Biaya Jumlah Per Unit
- H.P dari Dept. I (1250) Rp. 5.000.000 Rp. 4.000
- Penyusn. H.P/unit karena
adanya prod. hilang pada
awal proses Rp. 166,67
Rp. 5.000.000 Rp.4.166,67
Biaya yang ditambah di Dept. II
- BTKL Rp. 2.052.000 Rp. 1.800
- BOPRp. 1.044.000 Rp. 900
Jumlah Rp. 8.096.000 Rp. 6.866,67
Perhitungan Biaya
- H.P barang jadi yang ditransfer ke gudang
Rp. 6.866,67 x 1.100 Rp. 7.553.337
- H.P barang dalam proses akhir
H.P dari Dept. I : 100 x Rp. 4.166,67 =Rp 416.667
- Biaya tambahan di Dept. II
BTKL = 100 x 40% x Rp. 1800 = Rp 72.000
BOP= 100 x 60% x Rp. 900 = Rp 54.000 Rp. 542.667
Jumlah biaya komulatif di Dept. II Rp. 8.096.004
Produk Hilang Akhir Proses
Asumsi : a. Dianggap sudah menikmati biaya produksi
b. Diperhitungkan sebagai bagian dari unit ekuivalen
c. Unit yang hilang akan menjadi beban produk jadi
d. Tidak diperlukan adjustment
Contoh : PT. ABC mengolah produknya melalui dua departemen Produksi I dan II.
Kegiatan selama bulan Februari th 2000 adalah sebagai berikut:

Dept. I Dept. II
Masuk proses 1.500 unit 1.250 unit

Selesai 1.250 unit 1.100 unit

Dalam proses 100 unit 100 unit

Hilang akhir proses 150 unit 50 unit

BBB Rp. 1.485.000 -


BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 2.052.000

BOP Rp. 1.170.000 Rp. 1.044.000


Tk. Penyl BDP  BB 100% -

TK 70% 40%

BOP 50% 60%


Diminta, buat laporan harga pokok produksi Dept. I & Dept. II

Jawab
1. Perhitungan harga pokok produksi per unit

Biaya Jumlah(Rp) Ekuivalen Unit HP/Unit

BBB 1.485.000 1.250 + (100x100%) + 150 = 1.500 990

BTKL 2.640.000 1.250 + (100x70%) + 150 = 1.470 1.795,92

BOP 1.170.000 1.250 + (100x50%) + 150 = 1.450 806,90

Jumlah 5.295.000 3.592,82


2. Perkiraan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dept. II dan BDP
H.P barang jadi yang ditransfer ke Dept. II
1.250 x Rp. 3.592,82 = Rp. 4.491.025
Penyesuaian harga pokok produk hilang akhir proses
150 x Rp. 3.592,82 = Rp. 538.923
H.P produk selesai setelah disesuaikan :
1250 x Rp. 4.023,95 = Rp. 5.029.948
H.P BDP akhir periode :
- BBB : 100 x 100% x Rp. 990 = Rp. 99.000
- BTKL: 100 x 70% x Rp. 1.795,92 = Rp. 125.714,4
- BOP : 100 x 50% x Rp. 806,90 = Rp. 40.345 = Rp. 265.059,4
=Rp. 5.295.007,4
3.
PT. ABC
Lap. H.P Produksi Dept. II
Data Produksi
Masuk proses 1.500 unit
Produk jadi yang ditransfer ke Dep. II 1.250 unit
BDP akhir bulan 100unit
Produk hilang akhir proses 150 unit
Jadi produk yang dihasilkan Dept. I 1.500 unit
 
Biaya Yang Dibebankan di Dept. II
Jenis Biaya Jumlah Per Unit
- BBB Rp. 1.485.000 Rp. 990
- BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 1.795,92
- BOP Rp. 1.170.000 Rp. 806,90
Jumlah Rp. 5.295.000 Rp. 3.592,82
Perhitungan Biaya
H.P produk selesai yang ditransfer ke Dept. II
1.250 x Rp. 3.592,82 = Rp. 4.491.025
Penyesuaian H.P produk hilang akhir produk
150 x Rp. 3.592,82 = Rp. 538.923
H.P produk selesai yang ditransfer ke Dept. II = Rp. 5.029.948
(1.250 x 4.023,95)
H.P produk BDP akhir = BBB Rp. 99.000
= BTK Rp.125.714,4
= BOP Rp. 40.345 Rp. 265.062,4
Jumlah produksi Dept. I Rp. 5.295.010,4
1. Perhitungan H.P per unit Dept. II
Biaya Jumlah(Rp) Ekuivalen Unit HP/Unit
BBB 2.052.000 1.100 + (100 x 40%) + 50 = 1.190 Rp 1.724,37

BOP 1.044.000 1.100 + (100 x 60%) + 50 = 1.210 Rp 862,81

Jumlah 3.096.000 Rp 2.587,18


2. Perhitungan H.P produk selesai yang ditransfer ke gudang dan BDP akhir
H.P produk selesai yang ditransfer ke gudang
H.P dari Dept. I = Rp. 4.023,95 x 1.100 Rp. 4.426.345
H.P yang ditambah di Dept. II : Rp. 2.587,18 x 1.100 Rp. 2.845.898
H.P produk hilang akhir proses
50 x (Rp. 4.023,95 + Rp. 2.587,18) Rp. 330.556,5
H.P produk selesai yang ditransfer ke gudang Rp. 7.602.799,5
H.P persediaan BDP akhir
H.P dari Dept. I : 100 x Rp. 4.023,95 = Rp. 402.395
Biaya tambahan Dept. II
BTKL : 100 x 40% x Rp. 1.724,37 = Rp. 68.975
BOP : 100 x 60% x Rp. 862,81 = Rp. 51.768,6 = Rp. 523.138,6
Jumlah biaya produksi di Dept. II =Rp. 8.125.938,1
3. PT. ABC
Lap. H.P Produksi Dept. II
Data Produksi
Diterima dari Dept. II 1.250 unit
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 1.100 unit
BDP akhir 100 unit
Produk hilang akhir proses 50 unit
1.250 unit
Biaya Yang Dibebankan di Dept. II
Keterangan Jumlah Per Unit
H.P dari Dept. I (1.250) Rp. 5.029.948 Rp. 4.023,95
Biaya tambah di Dept. II
- BTKL Rp. 2.052.000 Rp. 1.724,37
- BOP Rp. 1.044.000 Rp. 862,81
Jumlah Rp. 8.125.948 Rp. 6.611,13
Perhitungan Biaya
H.P barang jadi yang ditransfer ke gudang
1.100 x Rp. 6.611,13 = Rp. 7.272.243
H.P produk hilang 50 x Rp. 6.611,13 = Rp. 330.556,5
H.P BDP akhir :
- H.P dari Dept. I = Rp. 4.023,95 x 100 = Rp. 402.395
- Biaya tambah di Dept. II
BTKL = Rp. 68.975
BOP = Rp. 51.768,6= Rp. 523.138,6
Jumlah biaya produksi di Dept. II = Rp. 8.125.938,1
C. DEPARTEMENTALISASI BIAYA OVERHEAD
PABRIK
1. Pengertian Departementalisasi BOP
Departementalisasi biaya overhead pabrik adalah
membagi pabrik ke dalam departemen – departemen
atau pusat biaya untuk pembebanan biaya overhead
pabrik.
Pengendalian biaya overhead pabrik dapat
dipertanggung jawabkan, karena dengan
departementalisasi maka biaya- biaya suatu
departemen secara langsung dan lengkap dapat
didefinisikan dengan mandor atau pengawasan yang
harus bertanggung jawab di departemen yang
bersangkutan.
Tujuan Departementalisasi BOP

Adapun tujuan utama departemenisasi biaya


overhead pabrik adalah sebagai berikut:
• Untuk pembebanan biaya overhead pabrik
dengan adil dan teliti.
• Untuk pengendalian biaya overhead pabrik
yang lebih baik.
• Untuk pembuatan keputusan oleh
manajemen.
MACAM-MACAM METODE DALAM BOP
• Metode alokasi langsung (direct alocation
method)
– Dalam metode ini, BOP departemen jasa
dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi
yang menikmatinya. Metode alokasi langsung
digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh
departemen jasa hanya dinikmati/dimanfaatkan
oleh departemen produksi, dan tidak ada
departemen jasa lain yang memakai jasa tersebut
(Departemen Jasa tidak memakai jasanya).
Kebaikan metode ini adalah :

• sederhana dan muda dilaksanakan.


• tepat dipakai pada perusahan perusahan di
mana jasa departemen pembantu hanya
dinikmati oleh departemen produksi saja.
• dari segi pengendalian biaya melalui akutansi
pertanggungjawaban, kepada departemen
pembantu hanya bertanggung- jawab atas biaya
yang terjadi dan dapat dikendalikan di
departemen saja.
Kelemahan metode ini adalah :

• tidak dapat menggambarkan aliran biiaya


sesuai dengan jasa yang dinikmati oleh setiap
departemen.
• harga pokok jasa yang di alokasikan terlalu
renda karena tidak memperhitunggkan harga
pokok dari departemen pembantu lainnya.
Contoh kasus: Metode Alokasi langsung
CV HAM mengolah produknya melalui dua departemen
produksi yakni departemen proses 1 dan proses 2, dan
ditunjang oleh dua departemen jasa yaitu departemen
jasa listrik (X) sebesar Rp30.000.000 dan departemen
jasa pemeliharaan mesin (Y) sebesar Rp.60.000.000
.Seluruh tenaga listrik dan pemeliharaan mesin
sepenuhnya digunakan oleh departemen produksi
dengan proporsi:
Jasa X untuk tiap departemen 30%, 35% dan 35%. Jasa Y
untuk tiap departemen 25%, 40% dan 35%.
Ditanya : Tentukan BOP Dianggarkan setelah alokasi dengan
menggunakan metode alokasi langsung!
Jawab
Menghitung BOP dianggarkan
Alokasi BOP dari masing-masing departemen adalah:
1.    Jasa X
BOP departemen jasa X sebanyak Rp 30.000.000 seluruhnya dialokasikan ke
masing-masing departemen produksi dengan proporsi masing-masing
Departemen Proses 1 = 30% x Rp 30.000.000 = Rp   9.000.000,-
Departemen Proses 2 = 35% x Rp 30.000.000 = Rp 10.500.000,-
Departemen Proses 3 = 35% x Rp 30.000.000 = Rp 10.500.000,-
                                         Total            = Rp 30.000.000,-
2.    Jasa Y
BOP departemen jasa Y sebanyak Rp 60.000.000 seluruhnya dialokasikan ke
masing-masing departemen produksi dengan proporsi masing-masing:
Departemen 1 = 25% x Rp 60.000.000 = Rp 15.000.000,-
Departemen 2 = 40% x Rp 60.000.000 = Rp 24.000.000,-
Departemen 3 = 35% x Rp 60.000.000 = Rp 21.000.000,-
Total            = Rp 60.000.000,-
• Metode Alokasi Bertahap (Step Method)
– Metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan
departemen jasa tidak hanya dinikmati oleh departemen
produksi saja, melainkan digunakan pula oleh departemen
jasa yang lain.
– Sebagai contoh bagian jasa terdiri dari bagian pembangkit
tenaga listrik dan bagian reparasi. Bagian pembangkit tenaga
listrik menggunakan sebagian jasa yang disediakan oleh bagian
reparasi untuk memperbaiki mesin-mesin diesel. Sebaliknya
bagian reparasi menggunakan pula sebagian jasa yang
disediakan oleh bagian pembangkit listrik untuk
menggerakkan peralatan reparasi.
– Satu metode untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik
bagian jasa apabila terjadi hal tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan metode aljabar (Algebraic method).
Dalam metode ini biaya overhead pabrik yang timbul di
masing-masing bagian jasa dinyatakan dalam formula berikut:
X = a1 + b1 Y
Y = a2 + b2 X
Z = a3 + b3 Z

Keterangan:
X  = jumlah BOP bagian jasa X setelah menerima alokasi BOP
dari bagian jasa Y
Y  = jumlah BOP bagian jasa Y setelah menerima alokasi BOP
dari
bagian jasa X
a1 = BOP bagian jasa X sebelum alokasi
a2 = BOP bagian jasa Y sebelum alokasi
b1 = Persentase penggunaan jasa bangian jasa Y oleh bagian X
b2 = Persentase penggunaan jasa bangian jasa X oleh bagian Y
Contoh Kasus : Metode Alokasi Bertahap

PT RAS  mempunyai dua departemen produksi dan dua departemen


jasa. Perusahaan merencanakan Biaya Overhead Pabrik untuk
kapasitas normal produksi sebesar 50.000 unit, selama Tahun 2006
sebesar Rp 28.000.000 (X) dan Rp 2.000.000 (Y). Rencana
penggunaan jasa dari departemen jasa adalah jasa bagian jasa selain
digunakan oleh bagian produksi (departemen proses 1 & 2), juga
dipakai oleh bagian jasa sendiri.
Dalam hal ini terjadi tukar menukar jasa antara bagian jasa listrik dan
bagian jasa pemeliharaan. Proporsi pemakaian jasanya adalah 25%
(X) dan 20% (Y)
Berdasarkan data tersebut, diminta:
1. Menghitung BOP Neto masing-masing departemen jasa
2. Menghitung BOP Neto yang dianggarkan untuk masing-masing
departemen produksi
Jawab
1. Menghitung BOP Neto bagian Jasa setelah alokasi
Dengan menggunakan Metode Aljabar, maka biaya tiap bagian jasa dinyatakan
dalam persamaan-persamaan berikut:
X = a1 + b1 Y .................................. persamaan 1
Y = a2 + b2 X .................................. persamaan 2
X = 28.000.000 + 25% Y
Y = 2.000.000 + 20% X  Jadi
• BOP bagian jasa listrik setelah
Jadi    mendapat alokasi BOP dari
X = 28.000.000 + 0,25 (2.000.000 + 0,2 X) bagian jasa pemeliharaan
X = 28.500.000 + 500.000 + 0,05 X adalah sebesar Rp
X – 0,05 X  = 28.500.000 30.000.000,-
X  = 30.000.000
• BOP bagian jasa pemeliharaan
Y = 2.000.000 + 20% X  setelah mendapatkan alokasi
Y = 2.000.000 + 0,2 (X)  BOP dari bagian jasa listrik
Y = 2.000.000 + 0,2 (30.000.000) adalah sebesar Rp 8.000.000,-
Y = 8.000.000
2. Menghitung BOP Neto masing-masing Departemen Produksi setelah
alokasi

Alokasi BOP dari masing-masing departemen adalah:


1.    Jasa X (departemen listrik)
BOP departemen jasa X sebanyak Rp 24.000.000 seluruhnya dialokasikan ke
masing-masing departemen produksi dengan proporsi masing-masing:
• Departemen Proses 1 = 30/80 x Rp 24.000.000 = Rp   9.000.000,-
Departemen Proses 2 = 50/80 x Rp 24.000.000 = Rp 15.000.000,-
                             Total              = Rp 24.000.000,-

2.    Jasa Y (departemen pemeliharaan) 


BOP departemen jasa Y sebanyak Rp 6.000.000 seluruhnya dialokasikan ke
masing-masing departemen produksi dengan proporsi masing-masing:
• Departemen Proses 1 = 40/75 x Rp 6.000.000 = Rp 3.200.000,-
Departemen Proses 2 = 35/75 x Rp 6.000.000 = Rp 2.800.000,-
                    Total            = Rp 6.000.000,-
KESIMPULAN
Biaya-biaya produksi yang tidak dapat dikategorikan ke dalam biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung atau yang wujud riilnya adalah biaya
bahan baku tudak langsung dann biaya tenaga kerja tidak langsung serta
biaya pabrik lainnya dikelompokan tersendiri yang disebut biaya overhead
pabrik.
Departementalisasi biaya overhead pabrik bermanfaat untuk pengendalian
biaya dan ketelitian penentuan harga pokok produk. Pengendalian biaya
overhead pabrik dapat lebih mudah dilakukan dengan cara
menghubungkan biaya dengan pusat terjadinya, sehingga dengan demikian
akan memperjelas tanggung jawab setiap biaya yang terjadi dalam
departemen tertentu. Dengan digunakannya tarif-tarif BOP yang berbeda-
beda untuk tiap departemen, maka pesanan atau produk yang melewati
suatu departemen produksi akan dibebani dengan BOP. Sesuai dengan
departemen bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai