Anda di halaman 1dari 24

Contohnya semisal PT. Mirai Cheung Perwira melakukan produksi sebanyak 1.

000 kursi dengan


spesifikasi desain khusus untuk Rin Restaurant berdasarkan pesanan nomor 875.
Setelah 200 kursi selesai diproduksi, secara tiba – tiba pelanggan mengubah spesifikasi desain kursi.
Dengan demikian, 200 kursi tersebut tidak dapat digunakan pelanggan atau tidak dapat diperbaiki
lagi.
Akan tetapi, PT. Mirai Cheung Perwira dapat menjual 200 kursi yang tidak dapat digunakan oleh
pelanggan tersebut seharga $10 per unit atau totalnya sebesar $2.000. Tambahan 200 kursi lagi untuk
memenuhi permintaan dengan spesifikasi desain baru tersebut sehingga total kursinya menjadi 1.200
kursi. Total biaya yang dibebankan ke dalam pesanan nomor 875 yaitu:

Bahan Baku 22.000


Tenaga kerja 5.500

BOP 11.000

Total Biaya Pesanan 38.500

Penjurnalan:

Persediaan barang cacat 2.000

Harga pokok penjualan 36.500

Barang dalam proses 38.500

PT. Mirai Cheung Perwira biasanya menjual hasil produksinya dengan harga 150% dari biaya.
Maka, Rin Restaurant Akan ditagih sebesar $54.750. Penjurnalan atas transaksi tersebut yaitu
sebagai berikut:
Kas 54.750
Penjualan 54.750
Ketika barang cacat dijual, maka jurnalnya:
Kas 2.000
Persediaan Barang Cacat 2.000

Barang cacat yang disebabkan oleh kegagalan internal, misal karena kecerobohan karyawan atau
mesin yang telah usang. Maka, proses pencatatan barang cacat, seperti:
Biaya yang tidak tertutup dari penjualan barang cacat sebaiknya dibebankan ke dalam pengendalian
overhead pabrik dan dilaporkan secara periodik kepada pihak manajemen. Mengapa demikian? Ini
dikarekan biar bagaimanapun kerusakan atau barang cacat ini merupakan angka penjualan yang
berubah menjadi biaya akibat produk yang tidak laku dijual sehingga dibebankan dalam
pengendalian BOP aktual serta hal tersebut merupakan informasi yang penting bagi manajemen
untuk mengontrol angka produk cacat juga sebagai dasar untuk melakukan penelusuran lebih lanjut
terkait penyebab produk yang rusak atau cacat tersebut.
Jika biayanya cukup besar, sehingga mendistorsi biaya produksi yang dilaporkan, sebaiknya
dilaporkan terpisah sebagai kerugian di laporan laba rugi.
Semua biaya produksi yang dikeluarkan untuk barang cacat sebaiknya ditentukan dan dikeluarkan
dari kartu biaya pesanan dan akun “barang dalam proses” di dalam ledger (buku besar).
Jika barang cacat memiliki nilai sisa, maka barang cacat tersebut harus disimpan sebagai persediaan
sebesar nilai sisanya. Selisihnya yang tidak tertutup oleh nilai sisa sebaiknya dibebankan ke
pengendalian overhead pabrik. Buku pembantu overhead pabrik digunakan untuk biaya yang tidak
tertutup dari penjualan barang cacat sebaiknya disimpan untuk laporan periodik ke manajemen.
Bila barang cacat dapat diprediksi tapi tidak dapat dihilangkan, tarif overhead yang telah ditentukan
sebelumnya harus disesuaikan dengan memasukan biaya barang cacat ke dalam overhead total.
Sebelum tarif yang ditentukan, biaya yang tidak tertutup dari penjualan barang
cacat sebaiknya di estimasikan dan dimasukkan dalam total anggaran overhead pabrik untuk periode
itu. Dalam pendekatan ini tentunya Akan meningkatkan tarif yang ditentukan sebelumnya untuk
periode tersebut, yang pada akhirnya meningkatkan biaya overhead yang dibebankan ke setiap
produk.
Terkait penjurnalan dari barang cacat yang diakibatkan oleh pihak internal perusahaan itu sendiri,
maka kita gunakan kembali contoh kasus diatas, hanya saja letak kesalahannya bukanlah pada
pelanggan lagi dan setengah dari kursi yang cacat tidak dapat dijual oleh perusahaan, dimana
jurnalnya yaitu:

Persediaan barang cacat 1.000


Pengendalian overhead pabrik 1.000

Harga pokok penjualan 36.500

Barang dalam proses 38.500

Contoh Soal
Contoh 1: Sisa Bahan Tidak Laku Dijual, Perlu Biaya Untuk memusnahkan
PT. Hansa pada bulan Agustus 2009 mengolah 2 macam pesanan yaitu Pesanan A-1 sebanyak 200
satuan produk dan Pesanan A-2 sebanyak 100 satuan produk, biaya overhead pabrik dibebankan
kepada pesanan berdasarkan tarif sebesar 50% dari BTKL. Biaya untuk setiap pesanan Sbb:

Elemen Biaya Pesanan A-1 Pesanan A-2 Jumlah


(200 satuan) (100 satuan)
Bahan Baku Rp80.000,00 Rp40.000,00 Rp120.000,00
Tenaga Kerja Lansung Rp60.000,00 Rp40.000,00 Rp100.000,00
Overhead Pabrik=
50% dari BTKL Rp30.000,00 Rp20.000,00 Rp50.000,00
Rp170.000,0 0 Rp100.000,0 Rp270.000,00
0
Dari pengolahan produk ternyata timbul sisa bahan sebanyak 50 kg yg tidak laku dijual, untuk
memusnahkan sisa bahan tersebut diperlukan biaya Rp.2.000,00 yg dibayar tunai. Diminta membuat
jurnal dan perhitungan harga pokok pesanan baik total maupun satuan apabila semua pesanan sudah
selesai dan penyebab sisa bahan sbb:
Sisa bahan disebabkan pengolahan pesanan A-2
Sisa bahan terjadi secara normal dalam perusahaan
Penyelesaian:
a. Sisa bahan disebabkan pengolahan pesanan A-2
1).

Barang Dalam Proses - BBB Barang DalamRp120.000,00


Proses - BTKL Barang Dalam Proses - BOP Rp100.000,00
Persediaan Bahan Baku Rp50.000,00

Rp120.000,00
Biaya Gaji dan Upah BOP Dibebankan Rp100.000,00
Rp50.000,00

2).
Barang Dalam Proses - BBB Rp2.000,00
Kas Rp2.000,00

Mencatat biaya pemusnahan sisa bahan dibebankan pada pesanan A-2


3)

Persediaan Produk Selesai Rp272.000,00


Barang Dalam Proses - BBB Rp122.000,00
Barang Dalam Proses - BTKL Rp100.000,00
Barang Dalam Proses - BOP
Rp50.000,00

Mencatat Harga Pokok Pesanan Yang Selesai

Harga Pokok Satuan = Jumlah harga pokok pesanan tertentu


Jumlah produk pesanan yg bersangkutan
A-1 = Rp.80.000,- + Rp.60.000,- + Rp.30.000,- Rp.170.000,-
=
200 satuan 200
= Rp.850,00 per satuan
A-2 = (Rp.40.000,- +Rp.2.000,00)+ Rp.40.000,- + Rp.20.000,- =
100 satuan
= Rp.102.000,00 = Rp.1.020,00 per satuan 100 satuan

b. Sisa bahan sifatnya normal dalam perusahaan


1).
Barang Dalam Proses - BBB Rp120.000,00
Barang Dalam Proses - BTKL Rp100.000,00
Barang Dalam Proses - BOP Rp50.000,00
Persediaan Bahan Baku Rp120.000,00
Biaya Gaji dan Upah Rp100.000,00
BOP Dibebankan Rp50.000,00
2).
Biaya Overhead Sesungguhnya Rp2.000,00
Kas Rp2.000,00

Mencatat biaya pemusnahan sisa bahan


3)
Persediaan Produk Selesai Rp270.000,00
Barang Dalam Proses - BBB Rp120.000,00
Barang Dalam Proses - BTKL Rp100.000,00
Barang Dalam Proses - BOP
Rp50.000,00

Mencatat Harga Pokok Pesanan Yang Selesai

Harga Pokok Satuan = Jumlah harga pokok pesanan tertentu


Jumlah produk pesanan yg bersangkutan
A-1 = Rp.80.000,- + Rp.60.000,- + Rp.30.000,- Rp.170.000,-
=
200 satuan 200
= Rp.850,00 per satuan

A-2 = Rp.40.000,- + Rp.40.000,- + Rp.20.000,-


=
100 satuan
= Rp.100.000,00 = Rp.1.000,00 per satuan
100 satuan

Contoh 2: Sisa Bahan Dapat Laku Dijual


Misalkan sisa bahan yang timbul pada PT Hansa seperti pada contoh 1, sebanyak 50 Kg dapat dijual
semuanya dengan harga sebesar Rp.4.000,00 diterima kas. Diminta membuat jurnal atas hasil
penjualan sisa bahan dan jurnal penentuan harga pokok untuk kedua macam pesanan yang sudah
selesai tersebut, serta menghitung harga pokok satuan apabila:

Sisa bahan disebabkan pengolahan pesanan A-2


Sisa bahan terjadi secara normal dalam perusahaan dan diperlakukan sbg: (1). Pengurang BOP
sesungguhnya
(2). Penghasilan Lain-Lain

Penyelesaian:
Sisa bahan disebabkan pengolahan pesanan A-2
Hasil Penjualan sisa bahan sebagai Pengurang Bahan Baku Pesanan A-2 1).
Kas Rp4.000,00
Barang Dalam Proses - BBB Rp4.000,00

(mencatat hasil penj sisa bahan sbg pengurang BBB Pesanan A-2)

2)
Persediaan Produk Selesai Rp266.000,00
Barang Dalam Proses - BBB Rp116.000,00
Barang Dalam Proses - BTKL Rp100.000,00
Barang Dalam Proses - BOP
Rp50.000,00

Mencatat Harga Pokok Pesanan Yang Selesai


Harga Pokok Satuan = Jumlah harga pokok pesanan tertentu
Jumlah produk pesanan yg bersangkutan

A-1 = Rp.80.000,- + Rp.60.000,- + Rp.30.000,- = Rp.170.000,-


200 satuan 200
= Rp.850,00 per satuan
A-2 = (Rp.40.000,- -Rp.4.000,00)+ Rp.40.000,- + Rp.20.000,- =
100 satuan
= Rp.96.000,00 = Rp.960,00 per satuan 100 satuan

Hasil Penjualan sisa bahan sebagai Pengurang biaya produksi pesanan


A-2 secara keseluruhan
(1)
Kas Rp4.000,00
Barang Dalam Proses - BBB Rp1.600,00
Barang Dalam Proses - BTKL Rp1.600,00
Barang Dalam Proses - BOP Rp800,00
Mencatat alokasi hasil penjualan sisa bahan pada Pesanan A-2, perincian:

Bahan Baku Jumlah Biaya % Alokasi Hasil Penj Sisa Bahan


Bahan Baku Rp40.000,00 40 40% x Rp.4.000,-=Rp.1.600,-
Tenaga Kerja LansungRp40.000,00 40 40% x Rp.4.000,-=Rp.1.600,-
Overhead Pabrik= Rp20.000,00 20 20% x Rp.4.000,-=Rp.800,-

Rp100.000,0 0 100 Rp.4.000,-

(2)
Persediaan Produk Selesai Rp266.000,00
Barang Dalam Proses - BBB Rp118.400,00
Barang Dalam Proses - BTKL Rp98.400,00
Barang Dalam Proses - BOP
Rp49.200,00

Mencatat Harga Pokok Pesanan Yang Selesai, harga pokok satuan sbb:
A-1 = Rp.80.000,- + Rp.60.000,- + Rp.30.000,- = Rp.170.000,-
200 satuan 200
= Rp.850,00 per satuan
A-2 = (Rp.40.000,- -Rp.1.600,00)+ (Rp.40.000,--Rp.1.600,-) + (Rp.20.000,-- Rp.800) =
100 satuan
= Rp.96.000,00 = Rp.960,00 per satuan 100 satuan

Sisa bahan sifatnya normal dalam perusahaan


Hasil Penjualan sbg pengurang BOP Sesungguhnya (1)
Kas Rp4.000,00
BOP sesungguhnya Rp4.000,00

Mencatat hasil penjualan sisa bahan

(2)
Persediaan Produk Selesai Rp270.000,00
Barang Dalam Proses - BBB Rp120.000,00
Barang Dalam Proses - BTKL Rp100.000,00
Barang Dalam Proses - BOP
Rp50.000,00

Mencatat Harga Pokok Pesanan Yang Selesai


Harga Pokok Satuan Sbb:

A-1 = Rp.80.000,- + Rp.60.000,- + Rp.30.000,- = Rp.170.000,-


200 satuan 200
= Rp.850,00 per satuan

A-2 = Rp.40.000,- + Rp.40.000,- + Rp.20.000,- =


100 satuan
= Rp.100.000,00 = Rp.1.000,00 per satuan 100 satuan

Hasil Penjualan sbg Penghasilan Lain-Lain


(1)
Kas Rp4.000,00
Penghasilan Lain-Lain Rp4.000,00

Mencatat hasil penjualan sisa bahan

(2)
Persediaan Produk Selesai Rp270.000,00
Barang Dalam Proses - BBB Rp120.000,00
Barang Dalam Proses - BTKL Rp100.000,00

Barang Dalam Proses - BOP Rp50.000,00

Contoh 1: Produk Rusak Tidak Laku Dijual


PT. Hansa pada bulan Juni 2010 mengolah 2 macam pesanan yaitu Pesanan B-1 sebanyak 2.000
satuan produk dan Pesanan B-2 sebanyak 800 satuan . Pesanan B-2 menghasilkan produk rusak
sebanyak 200 satuan, sehingga pesanan B-2 harus dimasukkan proses sebanyak 1.000 satuan atau
125% dari yg dipesan. Biaya overhead pabrik dibebankan berdasar tarif sebesar Rp.100,00 per jam
mesin. Biaya untuk setiap pesanan Sbb:

Elemen Biaya Pesanan B-1 Pesanan B- 2 Jumlah

(2.000 (1.000
satuan) satuan)
Bahan Baku Rp50.000,00 Rp40.000,0 Rp90.000,00
0
Tenaga Kerja Rp60.000,00 Rp20.000,0 Rp80.000,00
Lansung 0
Overhead Pabrik Rp40.000,00 Rp20.000,0 Rp60.000,00
0
Rp150.000,0 Rp80.000,0 Rp230.000,00
0 0
Kedua jenis pesanan tersebut telah selesai dikerjakan dan pesanan no.B-2 yang rusak banyaknya 200
satuan tidak laku dijual. Diminta membuat jurnal dan menghitung harga pokok setiap pesanan
apabila:

Produk rusak disebabkan sulitnya pengolahan pesanan B-2


Terjadinya produkrusak bersifat normal.
Terjadinya produk rusak karena kurangnya pengawasan.
Penyelesaian:
Produk rusak disebabkan sulitnya pengolahan pesanan B-2
1).
Barang Dalam Proses - BBB Rp90.000,00
Barang Dalam Proses - BTKL Rp80.000,00
Barang Dalam Proses - BOP Rp60.000,00
Persediaan Bahan Baku Rp90.000,00
Biaya Gaji dan Upah Rp80.000,00
BOP Dibebankan Rp60.000,00
(Mencatat pembebanan biaya produksi pada setiap pesanan)

2)
Persediaan Produk Selesai Rp230.000,00
Barang Dalam Proses - Rp90.000,00
BBB
Barang Dalam Proses - Rp80.000,00
BTKL
Barang Dalam Proses - Rp60.000,00
BOP
Mencatat Harga Pokok Pesanan Yang Selesai, harga pokok satuan:

B-1 = Rp.50.000,- + Rp.60.000,- + Rp.40.000,- Rp.150.000,-


=
2.000 2.000
satuan
= Rp.75,00 per satuan

B-2 = Rp.40.000,- + Rp.20.000,- + Rp.20.000,-


=
800 satuan
= Rp.80.000,00 = Rp.100,00 per satuan*)
800 satuan

*) keterangan pesanan B-2 =


Harga pokok satuan rata-rata produk baik danRp.80.000,00 Rp.80,00
rusak = =
1.000

Harga Pokok Produk Baik = 800 x Rp.80,00 Rp64.000,00


=
Harga pokok Produk rusak dibebankan pada:
Pesanan B-2 = 200 x Rp.80,00 = Rp16.000,00

Harga Pokok Baik = 800 x = Rp80.000,00


Rp.100,00

Produk Rusak sifatnya normal dalam perusahaan


Jurnal no.2 akan dirubah sbb:

1)
Persediaan Produk Selesai Rp214.000,00
Barang Dalam Proses - BBB Rp82.000,00

Barang Dalam Proses - Rp76.000,00


BTKL
Barang Dalam Proses - Rp56.000,00
BOP

Mencatat Harga Pokok Pesanan B-2 dan B-1 yang selesai

2)
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp16.000,00

Barang Dalam Proses - Rp8.000,00


BBB
Barang Dalam Proses - Rp4.000,00
BTKL
Barang Dalam Proses - Rp4.000,00
BOP

Mencatat Harga Pokok Produk rusak ke dalam rekening BOP Sesungguhnya Alokasi HP Produk
rusak dan perhitungan produk selesai sbb:

Elemen Biaya Alokasi Harga B-2 Pesanan Harga Pokok


BOPS Prod.selesai B-1 Prod selesai
Bahan Baku Rp.8.000 1) Rp.32.000 Rp50.000,00 Rp.82.000,0
2) 0 3)
Tenaga Kerja Rp4.000,00 Rp16.000,0 Rp60.000,00 Rp76.000,00
Lansung 0
Overhead Pabrik Rp4.000,00 Rp16.000,0 Rp40.000,00 Rp56.000,00
0
Rp16.000,00 Rp64.000,0 Rp150.000,00 Rp214.000,0
0 0
Jumlah produk 800 satuan 2.000 satuan
Harga Pokok Rp80,00 Rp75,00
Satuan
1) = 200 x Rp.40.000,- Rp.8.000,00
=
1.000

2) = 800 x Rp.40.000,- Rp.32.000,00


=
1.000

3) = Rp.32.000,00 + Rp.50.000,00 = Rp.82.000,00

c. Produk Rusak karena kurangnya pengawasan


Rugi Produk Rp16.000,00
Rusak
Barang Dalam Proses - Rp8.000,00
BBB
Barang Dalam Proses - Rp4.000,00
BTKL
Barang Dalam Proses - Rp4.000,00
BOP
Contoh 2: Produk Rusak Laku Dijual
Misalkan produk rusak yang timbul pada PT Hansa seperti pada contoh 1, sebanyak 200
satuan dapat dijual dengan harga sebesar Rp.30,00 persatuan dan telah diterima tunai.
Diminta membuat jurnal dan perhitungan harga pokok satuan pesanan B-1 dan B-2 apabila:

a. Produk rusak disebabkan sulitnya pengolahan pesanan B-2


b. Terjadinya produkrusak bersifat normal.
c. Terjadinya produk rusak karena kurangnya pengawasan.
Penyelesaian:
a. Produk Rusak disebabkan pengolahan pesanan B-2

1).
Barang Dalam Proses - BBB Rp90.000,00
Barang Dalam Proses - BTKL Rp80.000,00
Barang Dalam Proses - BOP Rp60.000,00
Persediaan Bahan Baku Rp90.000,00
Biaya Gaji dan Upah Rp80.000,00
BOP Dibebankan Rp60.000,00
(Mencatat pembebanan biaya produksi pada setiap pesanan)

2)
Kas Rp6.000,00
Barang Dalam Proses - BBB Rp3.000,00 Rp1.500,00
Barang Dalam Proses - BTKL Rp1.500,00
Barang Dalam Proses - BOP
Mencatat hasil penjualan produk rusak sbg pengurang harga pokok pesanan B-2 yg telah dibebani
harga pokok produk rusak, dg perhitungan:

Elemen Biaya HP Pesanan % Alokasi Hasil Penj Sisa Bahan Hp B-2


B-2
Bahan Baku Rp40.000,00 50 50% x Rp.6.000,-=Rp.3.000,- Rp37.000
Tenaga Kerja Rp20.000,00 25 25% x Rp.6.000,-=Rp.1.500,- Rp18.500
Lansung
Overhead Pabrik= Rp20.000,00 25 25% x Rp.6.000,- Rp18.500
=Rp.1.500,-
Jumlah Rp80.000,00 100 Rp.6000,00 Rp74.000

3)
Persediaan Produk Selesai Rp224.000,00
Barang Dalam Proses - BBB Rp87.000,00

Barang Dalam Proses - Rp78.500,00


BTKL
Barang Dalam Proses - Rp58.500,00
BOP

Mencatat Harga Pokok Pesanan Yang Selesai pesanan B-1 dan B-2 Harga Pokok
Satuan =
B-1 = Rp.50.000,- + Rp.60.000,- + Rp.40.000,- = Rp.150.000,-
2.000 2.000 satuan
satuan
= Rp.75,00 per satuan
B-2 = Rp.37.000,- + Rp.18.500,- + Rp.18.500,- = Rp.74.000,-
800 satuan 800 satuan
= Rp.92,5 per satuan
b. Produk Rusak sifatnya normal dalam perusahaan
b.1. Hasil Penjualan sbg pengurang BOP Sesungguhnya

(1)
Kas Rp6.000,00
BOP Sesungguhnya Rp10.000,00
Barang Dalam Proses - Rp8.000,00
BBB
Barang Dalam Proses - Rp4.000,00
BTKL
Barang Dalam Proses - Rp4.000,00
BOP
Mencatat rugi Penj Produk rusak ke dlm rek BOPS

(2)

Persediaan Produk Selesai Rp214.000,00


Barang Dalam Proses - Rp82.000,00
BBB
Barang Dalam Proses - Rp76.000,00
BTKL
Barang Dalam Proses - Rp56.000,00
BOP
Mencatat Harga Pokok Pesanan Yang Selesai
Harga Pokok Satuan Sbb:
B-1 = Rp.50.000,- + Rp.60.000,- + Rp.40.000,- = Rp.150.000,-
2.000 2.000
satuan
= Rp.75,00 per satuan

B-2 = (Rp.40.000,--Rp.8.000,-) + (Rp.20.000,-- Rp.4.000) + (Rp.20.000,--


Rp4.000) =
800 satuan
= Rp.64.000,00 = Rp.80,00 per satuan
800 satuan

c. Produk Rusak karena kurangnya pengawasan


Kas Rp6.000,00
Rugi Produk Rp10.000,00
Rusak
Barang Dalam Proses - BBB Rp8.000,00

Barang Dalam Proses - BTKL Rp4.000,00

Barang Dalam Proses - Rp4.000,00


BOP

Contoh Produk Cacat


PT. Hansa pada bulan Juni 2010 mengolah 2 macam pesanan yaitu Pesanan H-1 sebanyak 400 buah
dan Pesanan H-2 sebanyak 250 buah .Biaya overhead pabrik dibebankan berdasar tarif sebesar
Rp.20,00 per jam kerja langsung. Biaya untuk setiap pesanan Sbb:

Elemen Biaya Pesanan H-1 Pesanan H-2 Jumlah


(400 satuan) (250 satuan)
Bahan Baku Rp230.000,0 Rp100.000,0 0Rp330.000,00
0
Tenaga Kerja Rp90.000,00 Rp400.000,0 0Rp490.000,00
Lansung
Overhead Pabrik Rp60.000,00 Rp300.000,0 0Rp360.000,00

Rp380.000,0 Rp800.000,0 0Rp1.180.000,


0 00

Setelah kedua pesanan diproses ternyata pesanan H-1 sebanyak 50 buah cacat dan diperbaiki dengan
BBB Rp.10.000,00, tenaga kerja 200 jam dengan upah Rp.30,00 per jam dan overhead pabrik.
Diminta jurnal dan perhitungan HP persatuan setiap pesanan apabila:

Produk cacat disebabkan sulitnya pengolahan pesanan H-1


Terjadinya produkrusak bersifat normal.
Terjadinya produk cacat karena kurangnya pengawasan.
Penyelesaian:
a. Produk cacat disebabkan sulitnya pengolahan pesanan H-1
1).

Barang Dalam Proses - BBB Rp330.000,00


Barang Dalam Proses - BTKL Rp490.000,00
Barang Dalam Proses - BOP Rp360.000,00
Persediaan Bahan Baku Rp330.000,00
Biaya Gaji dan Upah Rp490.000,00
BOP Dibebankan Rp360.000,00
(Mencatat pembebanan biaya produksi pada pesanan H-1 dan H-2)

2).
Barang Dalam Proses - BBB Rp10.000,00
Barang Dalam Proses - BTKL Rp6.000,00
Barang Dalam Proses - BOP Rp4.000,00
Persediaan Bahan Baku Rp10.000,00
Biaya Gaji dan Upah Rp6.000,00 1)
BOP Dibebankan Rp4.000,00 2)
(Mencatat biaya perbaikan produk cacat dibebankan pada pesanan H-1
)
1) = 200 x Rp.30,00 = Rp.6.000,00
2) = 200 x Rp.20,00 = Rp.4.000,00

3).
Persediaan Produk Selesai Rp1.200.000, 00

Barang Dalam Proses -Rp340.000,00


BBB
Barang Dalam Proses -Rp496.000,00
BTKL
Barang Dalam Proses -Rp364.000,00
BOP
Mencatat Harga Pokok Pesanan Yang Selesai, harga pokok satuan:
H-1 = (Rp.230.000,-+Rp.10.000,-) + (Rp.90.000,-+ Rp.6.000) +
(Rp.60.000,-
+Rp4.000) =
400 satuan
= Rp.1.000,00 per satuan

H-2 = Rp.100.000,- + Rp.400.000,- + Rp.300.000,- =


250 satuan
= Rp.800.000,00 = Rp.3.200,00 per satuan*)
250 satuan
b. Produk Rusak sifatnya normal dalam perusahaan

1)
Biaya Overhead Pabrik Rp20.000,00
Sesungguhnya
Persediaan Rp10.000,00
BB
Gaji dan Upah Rp6.000,00

BOP Dibebankan Rp4.000,00


Mencatat Biaya perbaikan produk cacat ke dalam BOP Sesungguhnya
2)
Persediaan Produk Selesai Rp1.180.000, 00

Barang Dalam Proses - BBB Rp330.000,00


Barang Dalam Proses - Rp490.000,00
BTKL
Barang Dalam Proses - BOP Rp360.000,00

Mencatat Harga Pokok Produk selesai Pesanan H-1 dan H-2


H-1 = Rp.230.000,- + Rp.90.000,- + Rp.60.000, =
400 satuan
= Rp.950,00 per satuan

H-2 = Rp.100.000,- + Rp.400.000,- + Rp.300.000,- =


250 satuan
= Rp.800.000,00 = Rp.3.200,00 per satuan
250 satuan
c. Produk Rusak karena kurangnya pengawasan
Rugi Produk Cacat Rp20.000,00
Persediaan Bahan Baku Rp10.000,00
Gaji dan Upah Rp6.000,00

BOP dibebankan Rp4.000,00

Anda mungkin juga menyukai