BOP 11.000
Penjurnalan:
PT. Mirai Cheung Perwira biasanya menjual hasil produksinya dengan harga 150% dari biaya.
Maka, Rin Restaurant Akan ditagih sebesar $54.750. Penjurnalan atas transaksi tersebut yaitu
sebagai berikut:
Kas 54.750
Penjualan 54.750
Ketika barang cacat dijual, maka jurnalnya:
Kas 2.000
Persediaan Barang Cacat 2.000
Barang cacat yang disebabkan oleh kegagalan internal, misal karena kecerobohan karyawan atau
mesin yang telah usang. Maka, proses pencatatan barang cacat, seperti:
Biaya yang tidak tertutup dari penjualan barang cacat sebaiknya dibebankan ke dalam pengendalian
overhead pabrik dan dilaporkan secara periodik kepada pihak manajemen. Mengapa demikian? Ini
dikarekan biar bagaimanapun kerusakan atau barang cacat ini merupakan angka penjualan yang
berubah menjadi biaya akibat produk yang tidak laku dijual sehingga dibebankan dalam
pengendalian BOP aktual serta hal tersebut merupakan informasi yang penting bagi manajemen
untuk mengontrol angka produk cacat juga sebagai dasar untuk melakukan penelusuran lebih lanjut
terkait penyebab produk yang rusak atau cacat tersebut.
Jika biayanya cukup besar, sehingga mendistorsi biaya produksi yang dilaporkan, sebaiknya
dilaporkan terpisah sebagai kerugian di laporan laba rugi.
Semua biaya produksi yang dikeluarkan untuk barang cacat sebaiknya ditentukan dan dikeluarkan
dari kartu biaya pesanan dan akun “barang dalam proses” di dalam ledger (buku besar).
Jika barang cacat memiliki nilai sisa, maka barang cacat tersebut harus disimpan sebagai persediaan
sebesar nilai sisanya. Selisihnya yang tidak tertutup oleh nilai sisa sebaiknya dibebankan ke
pengendalian overhead pabrik. Buku pembantu overhead pabrik digunakan untuk biaya yang tidak
tertutup dari penjualan barang cacat sebaiknya disimpan untuk laporan periodik ke manajemen.
Bila barang cacat dapat diprediksi tapi tidak dapat dihilangkan, tarif overhead yang telah ditentukan
sebelumnya harus disesuaikan dengan memasukan biaya barang cacat ke dalam overhead total.
Sebelum tarif yang ditentukan, biaya yang tidak tertutup dari penjualan barang
cacat sebaiknya di estimasikan dan dimasukkan dalam total anggaran overhead pabrik untuk periode
itu. Dalam pendekatan ini tentunya Akan meningkatkan tarif yang ditentukan sebelumnya untuk
periode tersebut, yang pada akhirnya meningkatkan biaya overhead yang dibebankan ke setiap
produk.
Terkait penjurnalan dari barang cacat yang diakibatkan oleh pihak internal perusahaan itu sendiri,
maka kita gunakan kembali contoh kasus diatas, hanya saja letak kesalahannya bukanlah pada
pelanggan lagi dan setengah dari kursi yang cacat tidak dapat dijual oleh perusahaan, dimana
jurnalnya yaitu:
Contoh Soal
Contoh 1: Sisa Bahan Tidak Laku Dijual, Perlu Biaya Untuk memusnahkan
PT. Hansa pada bulan Agustus 2009 mengolah 2 macam pesanan yaitu Pesanan A-1 sebanyak 200
satuan produk dan Pesanan A-2 sebanyak 100 satuan produk, biaya overhead pabrik dibebankan
kepada pesanan berdasarkan tarif sebesar 50% dari BTKL. Biaya untuk setiap pesanan Sbb:
Rp120.000,00
Biaya Gaji dan Upah BOP Dibebankan Rp100.000,00
Rp50.000,00
2).
Barang Dalam Proses - BBB Rp2.000,00
Kas Rp2.000,00
Penyelesaian:
Sisa bahan disebabkan pengolahan pesanan A-2
Hasil Penjualan sisa bahan sebagai Pengurang Bahan Baku Pesanan A-2 1).
Kas Rp4.000,00
Barang Dalam Proses - BBB Rp4.000,00
(mencatat hasil penj sisa bahan sbg pengurang BBB Pesanan A-2)
2)
Persediaan Produk Selesai Rp266.000,00
Barang Dalam Proses - BBB Rp116.000,00
Barang Dalam Proses - BTKL Rp100.000,00
Barang Dalam Proses - BOP
Rp50.000,00
(2)
Persediaan Produk Selesai Rp266.000,00
Barang Dalam Proses - BBB Rp118.400,00
Barang Dalam Proses - BTKL Rp98.400,00
Barang Dalam Proses - BOP
Rp49.200,00
Mencatat Harga Pokok Pesanan Yang Selesai, harga pokok satuan sbb:
A-1 = Rp.80.000,- + Rp.60.000,- + Rp.30.000,- = Rp.170.000,-
200 satuan 200
= Rp.850,00 per satuan
A-2 = (Rp.40.000,- -Rp.1.600,00)+ (Rp.40.000,--Rp.1.600,-) + (Rp.20.000,-- Rp.800) =
100 satuan
= Rp.96.000,00 = Rp.960,00 per satuan 100 satuan
(2)
Persediaan Produk Selesai Rp270.000,00
Barang Dalam Proses - BBB Rp120.000,00
Barang Dalam Proses - BTKL Rp100.000,00
Barang Dalam Proses - BOP
Rp50.000,00
(2)
Persediaan Produk Selesai Rp270.000,00
Barang Dalam Proses - BBB Rp120.000,00
Barang Dalam Proses - BTKL Rp100.000,00
(2.000 (1.000
satuan) satuan)
Bahan Baku Rp50.000,00 Rp40.000,0 Rp90.000,00
0
Tenaga Kerja Rp60.000,00 Rp20.000,0 Rp80.000,00
Lansung 0
Overhead Pabrik Rp40.000,00 Rp20.000,0 Rp60.000,00
0
Rp150.000,0 Rp80.000,0 Rp230.000,00
0 0
Kedua jenis pesanan tersebut telah selesai dikerjakan dan pesanan no.B-2 yang rusak banyaknya 200
satuan tidak laku dijual. Diminta membuat jurnal dan menghitung harga pokok setiap pesanan
apabila:
2)
Persediaan Produk Selesai Rp230.000,00
Barang Dalam Proses - Rp90.000,00
BBB
Barang Dalam Proses - Rp80.000,00
BTKL
Barang Dalam Proses - Rp60.000,00
BOP
Mencatat Harga Pokok Pesanan Yang Selesai, harga pokok satuan:
1)
Persediaan Produk Selesai Rp214.000,00
Barang Dalam Proses - BBB Rp82.000,00
2)
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp16.000,00
Mencatat Harga Pokok Produk rusak ke dalam rekening BOP Sesungguhnya Alokasi HP Produk
rusak dan perhitungan produk selesai sbb:
1).
Barang Dalam Proses - BBB Rp90.000,00
Barang Dalam Proses - BTKL Rp80.000,00
Barang Dalam Proses - BOP Rp60.000,00
Persediaan Bahan Baku Rp90.000,00
Biaya Gaji dan Upah Rp80.000,00
BOP Dibebankan Rp60.000,00
(Mencatat pembebanan biaya produksi pada setiap pesanan)
2)
Kas Rp6.000,00
Barang Dalam Proses - BBB Rp3.000,00 Rp1.500,00
Barang Dalam Proses - BTKL Rp1.500,00
Barang Dalam Proses - BOP
Mencatat hasil penjualan produk rusak sbg pengurang harga pokok pesanan B-2 yg telah dibebani
harga pokok produk rusak, dg perhitungan:
3)
Persediaan Produk Selesai Rp224.000,00
Barang Dalam Proses - BBB Rp87.000,00
Mencatat Harga Pokok Pesanan Yang Selesai pesanan B-1 dan B-2 Harga Pokok
Satuan =
B-1 = Rp.50.000,- + Rp.60.000,- + Rp.40.000,- = Rp.150.000,-
2.000 2.000 satuan
satuan
= Rp.75,00 per satuan
B-2 = Rp.37.000,- + Rp.18.500,- + Rp.18.500,- = Rp.74.000,-
800 satuan 800 satuan
= Rp.92,5 per satuan
b. Produk Rusak sifatnya normal dalam perusahaan
b.1. Hasil Penjualan sbg pengurang BOP Sesungguhnya
(1)
Kas Rp6.000,00
BOP Sesungguhnya Rp10.000,00
Barang Dalam Proses - Rp8.000,00
BBB
Barang Dalam Proses - Rp4.000,00
BTKL
Barang Dalam Proses - Rp4.000,00
BOP
Mencatat rugi Penj Produk rusak ke dlm rek BOPS
(2)
Setelah kedua pesanan diproses ternyata pesanan H-1 sebanyak 50 buah cacat dan diperbaiki dengan
BBB Rp.10.000,00, tenaga kerja 200 jam dengan upah Rp.30,00 per jam dan overhead pabrik.
Diminta jurnal dan perhitungan HP persatuan setiap pesanan apabila:
2).
Barang Dalam Proses - BBB Rp10.000,00
Barang Dalam Proses - BTKL Rp6.000,00
Barang Dalam Proses - BOP Rp4.000,00
Persediaan Bahan Baku Rp10.000,00
Biaya Gaji dan Upah Rp6.000,00 1)
BOP Dibebankan Rp4.000,00 2)
(Mencatat biaya perbaikan produk cacat dibebankan pada pesanan H-1
)
1) = 200 x Rp.30,00 = Rp.6.000,00
2) = 200 x Rp.20,00 = Rp.4.000,00
3).
Persediaan Produk Selesai Rp1.200.000, 00
1)
Biaya Overhead Pabrik Rp20.000,00
Sesungguhnya
Persediaan Rp10.000,00
BB
Gaji dan Upah Rp6.000,00