PROCESS COSTING II
LANJUTAN
MODUL KE 6
DISUSUN OLEH :
FITRI INDRIAWATI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
1
HARGA POKOK PROSES (LANJUTAN)
MATERI PEMBAHASAN
2
ADANYA SEDIAAN BARANG DALAM PROSES AWAL
A. Weighted-Average Method
Dalam metode ini yang harus diketahui untuk pembuatan Production Cost report
adalah :
1. Tingkat penyelesaian ( % penyelesaian ) BDP awal tidak perlu diperhatikan
2. Informasi rincian biaya yang telah diserap BDP awal harus diperoleh.
3. Setiap elemen biaya dari BDP awal ditambahkan dengan jenis biaya yang sama
dari periode sekarang.
4. Harga pokok atau biaya per unit merupakan hasil bagi dari total biaya setiap
elemen biaya dibagi dengan unit ekuivalennya.
3
Contoh 1 :
PT. Nadia memiliki 2 departemen produksi yaitu departemen I dan departemen II.
Perusahaan ini menggunakan sistem harga pokok proses untuk menghitung biaya
produknya. Berikut data produksi PT. Nadia selama bulan Januari 2007 :
Tingkat Penyelesaian :
BDP awal :
BBB 60 % -
Dari departemen I - 100 %
Biaya Konversi 30 % 40%
BDP Akhir :
BBB 100 % -
Dari Dept. I - 100 %
Biaya Konversi 45 % 40 %
Diminta : Buat Production Cost Report untuk departemen I dan departemen II dengan
metode rata-rata tertimbang. !
4
Jawab :
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
Bulan Januari 2007
Skedul Kuantitas
Input :
BDP awal 10.000 unit
Masuk proses 85.000
---------- + 95.000 unit
Output :
Selesai& ditransfer ke dept. II 80.000 unit
BDP akhir 10.000
Hilang (awal) 5.000
----------+ 95.000 unit
Pembebanan Biaya
5
Perhitungan Biaya
Produk selesai , ditransfer ke dept. II :
80.000 x Rp 107,55 = * Rp 8.603.815
6
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan Januari 2007
Skedul Kuantitas
Input :
BDP awal 15.000 unit
Dari departemen I 80.000
------------- + 95.000 unit
Output :
Selesai & ditransfer ke gudang 90.000
BDP akhir 4.000
Hilang (akhir) 1.000
------------- + 95.000 unit
Pembebanan Biaya
Perhitungan Biaya
Produk selesai :
90.000 x Rp 185,63 = *Rp 16.707.457
Hilang akhir : 1.000 x Rp 185,63 = 185.630
Harga Pokok Produk selesai ditransfer ke gudang Rp 16.893.087
7
BDP akhir ( 4.000 unit) :
Dari Dept. I = 4.000 (100%) x Rp 95,30 = Rp 381.200
BTKL = 4.000 (40%) x Rp 47,35 = 75.760
BOP = 4.000 (40%) x Rp 42,98 = 68.768
----------------+ 525.728
------------------
Total HP. Produksi di Departemen II Rp 17.418.815
Keterangan
Unit ekuivalen :
Dari Dept. I = 90.000 + 4000 (100%) + 1.000 = 95.000 unit
Biaya Konversi = 90.000 + 4.000 (40%) + 1.000 = 92.600
8
Contoh 2.
Menggunakan contoh 1. Tapi dikerjakan dengan metode FIFO .
Skedul Kuantitas
Input :
BDP awal 10.000 unit
Masuk proses 85.000
---------- + 95.000 unit
Output :
Selesai& ditransfer ke dept. II 80.000 unit
BDP akhir 10.000
Hilang (awal) 5.000
----------+ 95.000 unit
Pembebanan Biaya
Elemen Biaya Total Biaya Unit Ekuivalen Biaya Per
Unit
BDP awal Rp 465.000 --
Bulan ini :
BBB 2.750.000 84.000 Rp 32,74
BTKL 3.150.000 81.500 38,65
BOP 2.900.000 81.500 35,58
Rp 9.265.000 Rp 106,97
Perhitungan Biaya
BDP awal (10.000 unit) :
Dari periode lalu Rp 465.000
Ditambahkan periode ini :
BBB = 10.000 (40%) x Rp 32,74 130.960
BTKL = 10.000 (70%) x 38,65 270.550
BOP = 10.000 (70%) x 35,58 249.060
------------------+
Rp 1.115.570
Produk selesai bulan ini (70.000 unit):
70.000 x Rp 106,97 * Rp 7.487.995
BDP Akhir (10.000 unit) :
BBB = 10.000 (100%) x Rp 32,74= Rp 327.400
BTKL = 10.000 (45%) x Rp 38,65 = 173.925
BOP = 10.000 (45%) x 35,58 = 160.110
--------------+ Rp 661.435
-------------------+
9
Total HP Produksi di Departemen I Rp 9.265.000
Keterangan
Unit Ekuivalen :
BBB = 80.000 + 10.000 (100%) – 10.000 (60%) = 84.000 unit
Biaya Konversi = 80.000 + 10.000 (45%) – 10.000(30%) = 81.500
10
Produk rusak (spoilage) merupakan unit yang tidak dapat diterima sehingga
harus dibuang atau dijual dengan nilai yang lebih rendah. Produk cacat (rework) adalah
unit yang perlu diperbaiki secara ekonomi, sehingga produk tersebut dapat dijual melalui
saluran reguler. Sisa Bahan (Scrap) merupakan bagian dari produk yang tidak memiliki
nilai atau jika memiliki, nilainya sangat kecil.
Produk Rusak
Ada dua jenis produk rusak : produk rusak normal dan produk rusak tidak
normal. Produk rusak normal terjadi dalam kondisi operasi yang efisien dan tidak dapat
dikendalikan dalam jangka pendek dan diperhitungkan sebagai bagian dari biaya
produk. Sedangkan produk rusak tidak normal menyebabkan kerugian melebihi atau di
atas perkiraan dalam kondisi operasi yang efisien dan dibebankan sebagai kerugian
dalam periode berjalan.
Biasanya produk rusak ditemukan pada akhir proses dengan demikian ia telah
menyerap biaya produksi sehingga harus dimasukkan dalam perhitungan unit ekuivalen.
Produk Cacat
Sebagaimana diketahui, produk cacat adalah produk yang tidak sesuai standar
dan masih dapat diperbaiki. Maka membutuhkan biaya perbaikan., dapat berupa biaya
bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Persoalannya adalah perlakuan
atas biaya perbaikan tersebut.
Produk cacat dapat bersifat normal ataupun tidak normal. Perlakuan atas biaya
tambahan adalah sebagai berikut :
Jika cacat normal : biaya perbaikan akan menambah biaya produksi.
Jika cacat tidak normal : biaya perbaikan diperlakukan sebagai rugi produk
cacat. Biaya produksi tidak bertambah.
Produk cacat masuk dalam perhitungan unit ekuivalen.
11
2. Semakin kecil perbedaan antara sediaan akhir produk selesai dengan sediaan
BDP
3. Dibutuhkan cost driver atau dasar pembebanan yang baru (selain tenaga kerja
langsung) untuk membebankan BOP ke proses dan produk.
12