Anda di halaman 1dari 6

ESSAY BIOFISIKA

KONSEP BIOLISTRIK DALAM


TUBUH MANUSIA

Disusun oleh :

Nama : Anita Andini


NIM : 24020220120006
Prodi : Bioteknologi A

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
Biolistrik berasal dari 2 kata yaitu “bio” yang berarti makhluk hidup dan “listrik”
yang berarti fenomena fisika yang berkaitan dengan kehadiran aliran muatan listrik.
Muatan listrik elekton bergerak dari kutub negatif ke kutub positif. Sehingga, biolistrik
dapat diartikan sebagai pancaran muatan listrik yang berupa pancaran elektron yang
terdapat pada makhluk hidup. Otak merupakan salah satu daya listrik, dimana semua daya
pada tubuh berada di pusat akal didalam otak dalam bentuk potensial daya listrik. Pusat
akal akan mengarahkan ke seluruh anggota tubuh kemudian digerakkan oleh
perangsangnya sesuai dengan perintah. Potensi daya listrik pada pusat akal harus dituntut
agar menimbulkan rangsangan yang mengalir sehingga tubuh akan melakukan suatu
gerakan.
Kemampuan biolistrik dimiliki setiap manusia, karena biolistrik merupakan salah
satu bentuk energy yang bersumber dari ATP (Adenosine Tri Posphate). Manusia sebagai
alat pengubah energy yang dilakukan melalui serangakaian proses respirasi, tepatnya
pada organel sel mitokondria sehingga dihasilkanya ATP. Oleh karena proses
pengkonversian ATP yang dilakukan didalam sel, biolistrik dikategorikan sebagai
fenomena sel. Menurut Pujotomo (2016) sel-sel dalam tubuh manusia yang jumlahnya
lebih dari satu triliun masing-masing mempunyai muatan listrik sebesar 90 mV dengan
muatan positif diluar membran sel dan muatan negatif di dalamnya. Bila dapat dibuat
hubungan seri dalam masalah listriknya antara satu sel dengan sel yang lain maka
memang tubuh manusia mempunyai potensi yang sangat besar dalam menghasilkan
tegangan listrik.

Gambar perbedaan potensial sel


menyebabkan timbulnya arus listrik
(Ikma, 2010)

Transmisi Sinyal Biolistrik (TSB) memiliki alat yang dinamakan dendries.


Dendries berfungsi dalam mentransmisikan isyarat dari sensor ke neuron. Untuk
menggerakan neuron dibutuhkan stimulus yang berupa tekanan, perubahan suhu, serta
isyarat listrik dari neuron lain. Sinyal listrik yang dihasilkan oleh tubuh ini berfungsi
sebagai pengendali dan pengoprasi syaraf, otot, dan berbagai organ. Menurut Pujotomo
(2016) penyakit dalam tubuh beberapa diantaranya disebabkan akibat gangguan listrik
pada tubuh, misalnya radang selaput otak dapat mengakibatkan gangguan listrik pada
otak sehingga menyebabkan kejang-kejang dan gejala penyakit epilepsi. Selain itu ada
kekurangan darah (iskemia) atau kematian jaringan (infract) otot jantung dapat
mengakibatkan gangguan listrik pada jantung sehingga menyebabkan gangguan irama
denyut jantung (extra systole). Oleh sebab itu, kemampuan sel saraf untuk menghantarkan
isyarat biolistrik tubuh sangat penting. Sinyal listrik dalam tubuh manusia terbagi menjadi
sinyal saraf dan neuron, sinyal listrik dari otot dan jantung, serta potensial listrik saraf.
Sel saraf dan sel otot merupakan sel yang menghasilkan tegangan yang paling
besar. Tegangan merupakan perbedaan potensial listrik antara dua titik yang bersifat
konstan, namun dapat berubah dalam bentuk gangguan dan rangsangan. Pengubahan ini
dapat menghasilkan pulsa tegangan yang dapat menyebabkan perambatan ke berbagai sel
untuk memberi informasi yang sudah ditangkap oleh panca indra.

Sinyal Saraf dan Neuron

Bagian-bagian sistem saraf terbagi menjadi dua bagian, yaitu saraf pusat dan saraf
otonom. Saraf pusat terbagi lagi menjadi otak, medulla spinalis, dan saraf perifer. Saraf
ferifer ini adalah Serat saraf (neuron) yang menyalurkan informasi sensorik ke otak atau
ke medulla spinalis di sebut saraf afferent. Serat saraf yang menyalurkan atau
menghantarkan informasi dari otak atau medulla spinalis ke otot dan kelenjar yang di
sebut saraf efferent. Sedangkan pada saraf otonom mengatur organ misalnya jantung,
usus, dan kelenjar yang bekerja secara antagonis sehingga dibedakan menjadi saraf
simpatik dan saraf parasimpatis.
Otak berfungsi sebagai pusat pengatur seluruh kegiatan manusia. Otak memiliki
tiga bagian utama yang meliputi otak besar (Cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan
sumsung penghubung. Otak besar berfungsi sebagai pusat pengendali kegiatan tubuh
yang disadari. Otak besar terdiri dari lima lobus yang memiliki fungsi yang berbeda
diantaranya: Lobus frontal untuk berfikir, lobus temporal sebagai penangkapdan
pengolahan bunyi, lobus pariental kegiatan berpikir. Otak kecil berfungsi sebagai
keseimbangan dan mengatur keserasian kerja sama antar otot. Sedangkan pada sumsum
penghubung sebagai pengatur denyut jantung, pernapasan, dan pencernaan, dan kegiatan
lain yang tidak disadari.
Sumsum tulang belakang atau medulla spinalis memiliki dua saraf yang meliputi
transmisi implus saraf dan spinal refleks. Transmisi impuls saraf sebagai agen yang
mengirimkan sinyal sensorik menuju ke tepi otak serta sinyal sensorik menuju otak
bagian perifer. Sedangakn spinal refleks sebagai pengontrol otot.
Pada sel saraf memiliki neuron sebagai unit struktual. Neuron terdiri dari badan
sel yang didalamnya terdapat inti, mitokondria, badan golgi, sitoplasma serta neurofibril.
Keluar dari badan sel akan ditemui dendrit yang berfungsi mengirimkan impuls ke badan
sel dan terdapat akson yang berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel. Pada bagian
luar akson terdapat myelin yang merupakan sekumpulan sel schwann yang mengandung
lemak. Mielin berfungsi untuk melindungi akson serta memberi nutrisi. Bagian akson
yang tidak tertutup myelin adalah nodus ranvier yang berfungsi mempercepat
penghantaran impuls.
Mekanisme Penghantaran Syaraf

Berdasarkan fungsinya sel syaraf dibedakan menjadi tiga yang meliputi sel saraf
sensorik, motoric, penghubung atau asosiasi. Sel saraf sensorik berfungsi menghantarkan
rangsangan (dari alat indra) ke saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Sel saraf
motoric atau eferen berfungsi menghantarkan impuls kepada efektor (otot). Sedangakn
sel saraf penghubung sebagai penghung saraf sensorik dan motoric.
Adanya kelistrikan pada sel saraf menyebabkan perjalanan impuls saraf untuk
mencapai ke efektor atau otot berlangsung cepat. Manusia memiliki sistem syaraf yang
mengendalikan gerakan otot. Pada tubuh manusia mengandung ion positif dan negatif,
dimana CL- adalah ion negatif sedangkan ion postif adalah Ca2+ dan Na. Adanya
perbedaan potensial ini mengakibatkan penghantaran impuls.
Terdapat dua bentuk dasar sinyal listrik yaitu potensial berjenjang dan potensial
aksi. Potensial berjenjang berfungsi sebagai sinyal jarak pendek, terjadi di saat potensial
istirahat mendapat stimulus cahaya gelap. Potensial aksi terjadi ketika mendapat stimulus
dari cahay gelap menjadi terang. Keduanya saling berhubungan karena sebelum meuju
ke potensial aksi harus melalui potensial berjenjang. Setelah mengalami potensial
berjenjang barulah menuju neuron.
Pada saat neuron istirahat neuron mengalami polarisasi, namun bila neuron
dirangsang karena adanya beda potensial, neuron mengalami depolarisasi. Perjalanan
impuls saraf apabila dalam keadaan polarisasi yaitu saraf dirangsang akan mengalami
depolarisasi lalu akan timbul aliran listrik karena perbedaan tegangan didalam saraf
negatif sedangkan diluar saraf positif, sehingga menimbulkan impuls saraf, impuls saraf
diterima dendrit dan dilanjutkan menuju badan sel dan melewati akson menuju ke neuron
lain. Terjadinya depolarisasi karena adanya ion Na+ masuk kedalam sel sedangkan ion K+
dipompa keluar. Dalam keadaan ini sel akan kembali bermuatan negatif didalam dan
positif diluar sel sehingga akan kembali dalam keadaan polarisasi. Perubahan potensial
pada ujung akson dan menyebar ke seluruh badan akson disebut dengan potensial aksi.
Pergerakan impuls saraf terbagi menjadi 2 yaitu secara sadar dan tidak sadar.
Perjalanan impuls yang dilakukan secara sadar diawali adanya reseptor menerima
rangsangan, diterima oleh saraf sensorik menuju otak, menghasilkan tanggapan oleh saraf
motoric menuju ke efektor. Sedangkan mekanisme gerak refleks diawali dari reseptor
menerima rangsangan, diterima oleh saraf sensorik menuju susmsum tulang belakang,
tanggapan dikirim ke saraf motoric menuju efektor.

Sistem Kelistrikan Jantung

Pada sistem kelistrikan otot jantung terdapat peristiwa konduksi atau hantaran
jantung, dimana jantung menghasilkan secara teratur sinyal listrik yang berupa impuls
kemudian diteruskan keseluruh bagian otot jantung sehingga otot jantung dapat bekerja
dengan baik seperti mengatur detak jantung dan sistem pemompaan darah. Sistem
kelistrikan jantung, terdapat 4 jaringan utama yaitu Simpul Atrial Node yang scara
spontan mengirim sinyal listrik sehingga menyebabkan otot jantung berkontraksi secara
teratur, Atrio Ventikuler, berkas antriventrikuler, dan serabut purkinje yang berfungsi
untuk menghasilkan impuls secara spontan, pembentukan impuls yang teratur, serta
penghantaran impuls. Menurut Hardi (2012) impuls listrik jantung dihasilkan di nodus
SA, selanjutnya melalui atrium ke nodus AV mengalami filtrasi dan penundaan,
kemudian menuju berkas His dan berakhir pada serat Purkinje. Sel otot jantung
melakukan kontraksi dengan tujuan untuk memompakan darah dan dicetuskan oleh
sebuah potensial aksi kemudian menyebar melalui membran sel otot. Kejadian tersebut
diakibatkan karena jantung memiliki mekanisme untuk mengalirkan listrik yang
ditimbulkannya sendiri untuk melakukan kontraksi atau memompa dan melakukan
relaksasi. Mekanisme aliran listrik yang menimbulkan aksi tersebut dipengaruhi oleh
beberapa jenis elektrolit seperti K+, Na+, dan Ca2+, sehingga bila di dalam tubuh terjadi
gangguan kadar elektrolit tersebut maka akan menimbulkan gangguan pula pada
mekanisme aliran listrik pada jantung.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M Syahruddin. 2018. Perbedaan Struktur Otak dan Perilaku Belajar Antara Pria
dan Wanita; Eksplanasi dalam Sudut Pandang Neuro Sains dan Filsafat. Jurnal
Filsafat Indonesia. 1(1):38-83.
Asriwati. 2017. Fisika Kesehatan dalam keperawatan. Yogyakarta : Dee Publisher
Azhar. Dkk. 2017. Pengantar Fisiologi Veteriner. Aceh: Syiah Kuala University Press.
Hardi, Wahyudi dan Wangko, Suny. 2012. Peran Sel Nodus Sinoatrial Sebagai Pengatur
Irama Jantung. Jurnal Biomedik. 4(3)35-40
Jumini, Sri. 2018. Fisika Kedokteran. Wonosobo: Mangkubumi
Pujotomo, Isworo. 2016. Proses Listrik dalam Tubuh Manusia. Jurnal Energi dan
Kelistrikan. 8(1):20-25.
Wulandari, Ika Puspita. 2009. Pembuatan Alat Ukur Kecepatan Respon Manusia Berbasis
Mikrokontroller At 89S8252. Jurnal Neutrino. 1(2):208-209.

Anda mungkin juga menyukai