Anda di halaman 1dari 1

Nama : Anita Andini

NIM : 24020220120006
Prodi/Kelas : Bioteknologi/A

Dampak Konversi Hutan menjadi Perkebunan Kelapa Sawit


Salah satu penyebab hilangnya biodiveritas di daratan adalah pembabatan hutan
secara ilegal yang dilanjutkan konversi ke perkebunan kelapa sawit misalnya yang terjadi
di Kalimantan. Budidaya kelapa sawit modern umumnya bersifat monokultur. Dari sudut
pandang ekologi, budidaya monokultur kelapa sawit bisa menjadi hambatan terhadap
migrasi spesies dan menyebabkan kerentanan lebih besar terhadap penyakit tanaman.
Konversi hutan alam meningkatkan fragmentasi habitat dan hilangnya keanekaragaman
hayati. Efek abiotik meliputi kerentanan terhadap angin, pengeringan dan terjadinya
kebakaran. Selain itu, perkebunan kelapa sawit mengandung lebih sedikit biomassa dan
memiliki umur lebih pendek dari hutan alam, lebih sedikit menyimpan karbon.
Pengeringan lahan gambut untuk dikonversi menjadi perkebunan juga bisa memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca.
Perubahan kondisi lingkungan akibat perubahan lahan menjadi kebun kelapa
sawit adalah terjadinya pencemaran air, berkurangnya populasi satwa, serta berkurangnya
kuantitas air tanah atau kekeringan. Bertambahnya luasan perkebunan kelapa sawit, maka
semakin banyak penggunaan pupuk-pupuk serta obat-obatan untuk memberikan
kesuburan pada pohon kelapa sawit, hal ini mengakibatkan air dari kegiatan pemupukan
terbuang ke sungai maupun kolam yang berdampak pada pencemaran air sungai. Oleh
karena itu, penggunaan pupuk dan pestisida dengan jumlah yang banyak akan
menyebabkan kerusakan lingkungan serta mengancam keanekaragaman hayati.
Perubahan fungsi lahan hutan menjadi kebun kelapa sawit juga menunjukkan
terjadinya perubahan sifat kimia tanah diantaranya, pH, C-organik, Kapasitas tukar
kation, N total dan bahan organik. Alih fungsi lahan hutan menjadi kebun kelapa sawit
mengakibatkan terjadinya degradasi bahan organik tanah. Hal ini dikarenakan pada tanah
hutan banyak terdapat akumulasi seresah dan sisa tanaman yang menumpuk di atas
permukaan tanah, penutupan permukaan tanah oleh kanopi tanaman dan banyak terdapat
makroorganisme tanah (cacing) dan mikroorganisme tanah (dekomposer), yang
membantu mengurai seresah yang terdapat pada tanah hutan.
Proses produksi minyak sawit cenderung mengurangi air tawar dan kualitas tanah,
dan mempengaruhi masyarakat setempat yang bergantung pada produk-produk ekosistem
(seperti makanan dan obat-obatan) dan jasa ekosistem (seperti regulasi hidrologi siklus
dan tanah perlindungan) yang disediakan oleh hutan. Perkebunan kelapa sawit dapat
mengganggu persediaan air tanah untuk tanaman lain di luar kebun kelapa sawit, sebab
pengurasan air tanah oleh perkebunan sawit sangat banyak. Hal ini akan berdampak besar
terhadap keseimbangan air karena kebutuhan air untuk kelapa sawit sangat besar. Adanya
perkebunan kelapa sawit akses mendapatkan air menjadi sulit untuk masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai