Di susun oleh:
Indah Armedia Budianti (2203131004)
Nur Faiza (2201131001)
KELAS A
PRODI PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sikap Mental Positif sebagai Landasan
Kepemimpinan” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Dr. Evi
Eviyanti, M.Pd. pada mata kuliah Kepemimpinan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang apa saja sikap mental positif yang harus diterapkan sebagai
pemimpin yang baik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Evi Eviyanti , M.Pd., selaku dosen
Kepemimpinan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengtahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Tujuan .......................................................................................................4
C. Manfaat ......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Sikap Mental Positif...................................................................................5
B. Spiritual Quetionta................................................................................5
C. Pemimpin Cerdas Spiritual………………….............................................6
D. Pemimpin yang Belajar dari Alam..............................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu organisasi, kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama yang mendukung
kesuksesan organisasi dalam mencapai tujuan. Banyak ahli yang mencoba untuk mendefinisikan
kepemimpinan. Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan mengarahkan orang denan cara
kepatuhan, kepercayaan, hormat, dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan
bersama (Timpe, 2002:181). Hughesc dalam Ria (2009:11) menyatakan bahwa kepemimpinan
merupakan fenomena kompleks yang melibatkan tiga hal utama yakni pemimpin, pengikut, dan
situasi. Fenomena mengenai kepemimpinan ini diyakini memiliki pengaruh terhadap
produktifitas dan kohefisitas kelompok (Bass dalam Ria, 2009:11).
Keberhasilan atau efektifitas kepemimpinan tidak sajalah diukur bagaimana memberdayakan
bawahannya tapi uga kemampuannya menjalankan atau melaksanakan kebijakan perusahaan
melalui cara atau gaya kepemimpinannya. Pola atau gaya kepemimpinan sangat tergantung pada
karakteristik individu pemimpin menghadapi bawahan berdasarkan fungsinya sebagai atasan.
Dan pastinya pemimpin harus memiliki sikap mental positif.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
B. Spiritual Quetionta
Spiritual Quotienta adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan masalah makna
dan nilai menempatkan perilaku dalam hidup manusia lebih bermakna yang luas dan kaya;
menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan yang lain.
Kecerdasan spiritual ini sangat diperlukan dalam dunia kerja seperti bandar udara sarat dengan
tekanan kerja, sebagai konsekuensi dari penyelenggaraan pelayanan publik dengan tingkat
kompleksitas tipe pelayanan jasa yang sebagian besar berpusat pada skill dan kompetensi tenaga
operasional serta terkadang dibantu oleh tenaga dari staf umum.
Kecerdasan spiritual (SQ) ini pada dasarnya fungsinya adalah:
1. Mengintegrasikan IQ dan EQ agar bisa berfungsi lebih efektif, dengan melengkapi unsur
spiritual di dalamnya
2. Memberi peran intuisi untuk memperoleh nilai tambah dan makna hidup
3. Membangkitkan potensi otak kanan untuk kreativitas dan pemecahan masalah dengan arif.
4. Memberi petunjuk kepada manusia untuk menghadapi situasi tidak menentu atau
mencekam, misalnya terancamnya jiwa diri – masyarakat akibat krisis keamanan, akibat
perang – pemberontakan, ketakutan akibat kekacauan perpolitikan yang parah, tertekannya
nurani akibat musibah keluarga atau bencana alam yang cukup besar serta kejadian-kejadian
yang mencekam lainnya.
5. Membimbing dan mendorong perbuatan seseorang ke arah hal-hal yang positif:
arif, ikhlas, sabar, tawakal, jujur, penuh cinta kasih, dan manusiawi.
6. Membimbing dan mendorong menjauhi perbuatan atau hal-hal yang bersifat negatif seperti
mencuri, korupsi, sombong, curang, menipu, kejam, dan sebagainya.
Seorang peneliti otak manusia asal Amerika Serikat, Tony Buzan, berpendapat, seseorang
yang menguasai ilmu agama, belum tentu termasuk cerdas secara spiritual. Sebab harus dilihat,
apakah seseorang itu memiliki sifat-sifat spiritual, seperti senantiasa taat beribadah serta
mengamalkan secara tulus hati atas kebaikan-kebaikan dan larangan ajaran-Nya, yang antara
lain secara umum dirumuskan sebagai seorang yang di samping taat menjalankan ritual
keagamaan, juga seseorang yang: “sering berbuat baik dengan tulus, menolong tanpa pamrih,
memiliki empati yang besar, memaafkan hingga ke hati, mampu memilih kebahagiaan, memiliki
rasa humor yang baik, dan merasa memikul sebuah misi yang mulia (dari Allah Ta’alaa)”.
Disarankan, sebaiknya sang pemimpin banyak merenungi bahwa manusia adalah hologram –
cerminan alam semesta. Ada keterkaitan antara mikrokosmos dengan makrokosmos, terutama
adanya hukum ketertarikan antara manusia dan alam – law of attraction. Manusia memiliki gen –
benih sebagian sifat Tuhan, yang sudah built up dalam dirinya, berupa spiritualitas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada gilirannya pemimpin yang legitimatif akan mampu menciptakan kondisi yang positif
dan membina hubungan yang baik dengan dan antara karyawan. Ketika seorang pemimpin yang
menduduki suatu posisi tetapi tidak memiiki legitimasi, kemungkinan akan bertindak dengan
cara yang tidak menyenangkan karyawan dan akan mengganggu kesejahteraan psikologis dan
sosial karyawan.. Dalam model organisasi positif, pemimpin yang efektif dapat menciptakan
bisnis yang konstruktif, bertahan, efisien dan menghasilkan laba karena mereka memperhatikan
kesejahteraan dan kesehatan mental karyawan mereka. Organisasi akan produktif dan profitabel
serta mempertahankan karyawan jika mempertahankan kesejahteraan karyawan.
B. Saran
1. Kepemimpinan merupakan salah satu variabel pembentuk perilakukerja manajer.
Manajer yang puas kemungkinan lebih besar berbicara positif tentang organisasi,
berkinerja melampaui perkiraan normal, serta patuh terhadap panggilan tugas. Oleh
karena itu disarankan bagi pihak perusahaan untuk dapat memperhatikan prosedur dan
kebijakan yang berkaitan dengan pemberian imbalan, serta pekerjaan itu sendiri.
2. Produktivitas kerja yang baik karena dihasilkan atau didukung oleh kinerja yang optimal.
Kinerja yang optimal karena para manajer memiliki motivasi yang jelas dalam
melakukan pekerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/145051-ID-pengaruh-kecerdasan-spiritual-gaya-
kepem.pdf
https://majalahukm.com/memimpin-dengan-kecerdasan-emosi-dan-spiritual/#:~:text=Ciri
%2Dciri%20pemimpin%20berkecerdasan%20spiritual,lingkungan%20tinggi%3B
%20(4)%20Kemampuan
http://mpilovers2010.blogspot.com/2012/01/kepemimpinan-spritual.html
https://www.kompasiana.com/abyarsyyadwahaby.blogspot.com/55009ad48133110b1afa791e/teo
ri-kepemimpinan-menurut-watak-watak-alam-1
jsosoq-2010_2_2_9-attamimi