Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala nikmatnya
sehingga makalah yang berjudul “Proses Belajar” dapat diselesaikan dengan baik.
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/gagasan yang
menambah pengetahuan bangsa. Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Lombok Timur, 9 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi 2

2.2 Unsur-unsur Komunikasi 3

2.3 Model Komunikasi Persuasif 5

2.4 Komunikasi dalam Proses Belajar 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 12

3.2 Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses belajar-mengajar merupakan komunikasi antara seorang guru dengan
muridnya. Di sini, diperlukan penyampaian pesan yang efektif dengan tujuan
pesan yang berisi topik-topik tertentu dapat diterima dengan baik oleh peserta
didik. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya menyadari bahwa dalam kegiatan
belajar mengajar itu sesungguhnya ia sedang berkomunikasi. Guru harus pandai
dan memilih kalimat yang mudah dimengerti oleh muridnya. dengan demikian
pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik oleh muridnya dan
komunikasi pendidikan dapat berjalan dengan baik.
Komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses sosial yaitu sesuatu yang
berlangsung atau berjalan antara manusia. sebagai proses sosial dalam komunikasi
terjadi interaksi individu dengan lingkungannya. inilah yang akhirnya
menyebabkan terjadinya proses perubahan prilaku dari tidak tahu menjadi tahu
dari tidak paham menjadi paham. Didalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 disampaikan tujuan pendidikan nasional.
Yang mana tujuan tersebut adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang
demokratis serta bertanggung jawaban.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian komunikasi?
2. Apa saja unsur-unsur komunikasi?
3. Bagaimana model komunikasi persuasif?
4. Bagaimana komunikasi dalam proses belajar?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian komunikasi, unsur-unsur komunikasi, model
komunikasi dan komunikasi dalam proses belajar

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah proses pengiriman informasi dari guru kepada siswa
untuk tujuan tertentu. Komunikasi dikatakan efektif apabila komunikasi yang
terjadi menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback
dari pihak penerima pesan. Tujuan pendidikan akan tercapai jika prosesnya
komunikatif. Pembelajaran dapat dimaknai sebagai interaksi antara guru dengan
siswa yang dilakukan secara sengaja dan terencana serta memiliki tujuan positif.
Keberhasilan pembelajaran harus didukung oleh komponen-komponen
instruksional yang terdiri dari pesan berupa materi belajar, penyampai pesan yaitu
guru, bahan untuk menuangkan pesan, peralatan yang mendukung kegiatan
belajar, teknik atau metode yang sesuai, serta latar atau situasi yang kondusif bagi
proses pembelajaran.
Belajar membutuhkan interaksi, hal ini menunjukan bahwa proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi, artinya didalamnya terjadi proses
penyampaian pesan dari seorang guru kepada siswa. Pesan yang dikirimkan
biasanya berupa informasi atau keterangan dari guru sebagai sumber pesan. Pesan
tersebut diubah dalam bentuk sandi-sandi atau lambang-lambang seperti kata-kata,
bunyi-bunyi, gambar dan sebagainya. Melalui saluran (channel) seperti OHP,
film, dan lain sebagainya. pesan diterima oleh siswa melalui indera (mata dan
telinga) untuk diolah, sehingga pesan yang disampaikan oleh guru dapat diterima
dan dipahami oleh siswa.
Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi
pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari guru sebagai komunikator
kepada siswa sebagai komunikan, dimana siswa mampu memahami maksud pesan
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, dengan demikian dapat menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah
laku menjadi lebih baik. Guru adalah pihak yang paling bertanggungjawab
terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga
guru dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan
proses pembelajaran yang efektif.

5
2.2 Unsur-unsur Komunikasi
Ada 5 unsur komunikasi utama di dalam setiap proses komunikasi yang
terjadi.
1. Pengirim (The Sender).
Sebuah proses komunikasi tidak akan pernah bisa dimulai, jika proses
komunikasi tersebut tidak memiliki kehadiran sang pengirim atau the sender.
Ibaratnya, “tidak akan ada asap, bila tidak ada api”, maka pengirim pesan atau
informasi adalah api dalam kiasan ini. Pengirim atau the sender juga disebut
sebagai komunikator atau narasumber. Dalam hal ini, seorang pengirim pasti
memiliki beberapa jenis informasi yang ingin disampaikan kepada orang lain.
Misalnya, suatu perintah, pertanyaan, ide (gagasan), pendapat, atau pernyataan.
Eits, tapi sang pengirim tidak bisa langsung begitu saja dalam menyampaikan
informasi. Pengirim informasi harus membentuk atau merangkai pesan yang
ingin disampaikan olehnya ke dalam kata-kata yang mudah dipahami orang lain.
Seperti apa pesan yang mudah dipahami orang lain? Misalnya, kita harus melihat
kepada siapa kita akan berbicara. Apakah dia berbicara dalam bahasa yang sama
dengan kita? Jika berbeda, bahasa apa yang digunakannya? Apakah orang
tersebut paham dengan jargon-jargon yang akan kita gunakan? dan lain
sebagainya. Ketika semuanya sudah dipikirkan dan kita sudah merangkai
informasi dalam bentuk yang mudah dipahami orang lain, maka kita bisa
beranjak ke unsur komunikasi lainnya.
2. Penerima (The Receiver).
Di awal artikel ini kami sudah menyampaikan sedikit bahwa proses
komunikasi hanya bisa dilakukan jika ada dua orang atau lebih. Nah, jumlah
minimal atau dua orang tersebut diisi oleh seorang pengirim dan seorang
penerima. Dengan kata lain, jika ada seorang pengirim, maka harus ada
seorang penerima. Dalam hal ini, agar sang penerima dapat memahami
informasi dari pengirim, maka sebelumnya penerima harus memastikan
bahwa dirinya dapat menerima informasi atau pesan dari sang pengirim.
Setelah itu, penerima pesan baru dapat menerjemahkan, menafsirkan,
memahami atau menginterpretasi pesan yang dikirim oleh sang pengirim.

6
3. Pesan atau Informasi.
“Ada gula, ada semut” sama halnya dengan “Ada pesan, maka ada
komunikasi”. Proses komunikasi tidak akan berjalan tanpa unsur komunikasi ini
yaitu, pesan atau informasi. Karena ada pesan dan informasi lah yang membuat
sang pengirim ingin menyampaikan pesan ini kepada penerima. Lalu, apa sih
yang dimaksud dengan pesan? Pesan atau informasi adalah konten yang ingin
disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Pesan atau informasi yang
disampaikan dapat diiringi dengan bahasa tubuh (body language) dan nada suara
yang tepat. Ketika tiga unsur komunikasi tersebut digabungkan, maka akan
menjadi: pengirim, penerima, dan pesan (informasi).
4. Media atau Sarana Komunikasi.
Sayangnya, proses komunikasi bukan hanya memerlukan pengirim,
penerima dan pesan saja. Namun, proses komunikasi juga memerlukan unsur
komunikasi lainnya yaitu, media atau sarana komunikasi. Fungsi media atau
sarana komunikasi adalah sebagai saluran atau sarana yang bisa kita gunakan
dalam mengirimkan pesan atau informasi kepada penerima. Bagaimana
contohnya? Ketika saya ingin melakukan presentasi bisnis kepada para klien,
saya menyampaikannya dengan menggunakan laptop, projector dan slide.
Selain itu, saat saya ingin mengirim chat kepada rekan kerja, maka saya bisa
menggunakan handphone untuk mengirim sms kepada dirinya.
5. Umpan Balik (Feedback).
Proses komunikasi dapat mencapai titik akhirnya ketika pesan telah
berhasil dikirim, diterima, dan dipahami oleh sang penerima pesan. Eits, tidak
sampai disitu saja. Sang penerima pun telah merespon pesan atau informasi
tersebut dengan kalimat yang menunjukkan bahwa dirinya memahami pesan
atau informasi yang disampaikan. Balasan dari penerima pesan nantinya
disebut sebagai umpan balik atau feedback.

7
2.3 Model Komunikasi Persuasif
Humaedi Suhada (L1B016032) Hubungan Psikologi, Komunikasi Persuasi
adalah salah satu elemen vital dan utama dalam kehidupan manusia. Komunikasi
menjadi sangat penting, karena memperantarai informasi dari satu pihak ke pihak
lain dengan tujuan tersebarnya maksud dan makna yang sama, antara pengirim
dan penerima pesan. Dengan tersampainya informasi, maka akan terbangun
pemahaman dan pengertian antara dua belah pihak. Khususnya bila informasi
tersebut berkaitan dengan hal-hal yang penting dan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap sebuah situasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Komunikasi persuasif adalah salah satu teknik komunikasi yang ditujukan
untuk meyakinkan orang lain agar berpikir atau bertindak sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh pengirim pesan. Secara umum yang dimaksud dengan komunikasi
persuasif adalah proses penyampaian pesan dengan tujuan untuk menguatkan atau
merubah tanggapan yang diberikan oleh orang lain. Komunikasi persuasif
biasanya digunakan dalam berbagai bidang diantaranya pemasaran, politik,
kampanye, dan lain-lain.
Para ahli atau peneliti komunikasi memandang persuasi sebagai proses
komunikasi dimana komunikator berusaha memperoleh respon yang diinginkan
dari penerima pesan. Menurut Wilbur Schramm (1971), proses persuasi yang
utamanya merupakan proses komunikasi terdiri dari perkenalan beberapa
informasi yang mengarahkan penerima untuk menilai kembali persepsinya tentang
lingkungannya dan menilai kembali apa yang menjadi kebutuhan dan cara untuk
memenuhi kebutuhan, hubungan sosial, kepercayaan, atau sikap mereka.
Sebagai sebuah proses komunikasi, maka cara terbaik untuk memahami
persuasi adalah dengan menggunakan model-model komunikasi guna mengetahui
dan memahami berbagai unsur atau komponen-komponen komunikasi dan tahap-
tahap komunikasi dalam proses persuasi. Berbagai model komunikasi persuasif
yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah model komunikasi Berlo,
dan model persuasi Rank (Larson, 1986); model dua faktor McGuire, pendekatan
perubahan sikap Yale (Fishbein dan Ajzen, 1975); model kemungkinan elaborasi,
model respon kognitif, dan model heuristik-sistematis (Dillard, tanpa tahun).

8
Berikut adalah model komunikasi persuasif menurut para ahli, diantaranya
adalah :
1. Model Komunikasi Berlo
Menurut Larson (1986), salah satu model komunikasi yang digunakan
untuk menjelaskan proses komunikasi persuasif adalah model komunikasi
Berlo yang dicetuskan oleh David K. Berlo dan merupakan pengembangan
dari model komunikasi Shannon dan Weaver. Model komunikasi Berlo atau
dikenal juga dengan model komunikasi SMCR terdiri dari empat unsur
komunikasi yaitu sumber, pesan, saluran komunikasi, dan penerima pesan.
Keempat unsur tersebut merupakan bagian dari proses persuasi. Merujuk
pada model komunikasi Berlo, kita harus waspada terhadap motivasi sumber,
kita juga harus memperhatikan pesan, media yang digunakan untuk mengirim
pesan, dan efek yang terjadi. Pada akhirnya, kita perlu untuk memiliki
kesadaran tentang peran kita dalam persuasi.
2. Model Persuasi Rank
Hugh Rank (1976) mengusulkan sebuah model persuasi yang membantu
mengajarkan kepada kita agar menjadi penerima pesan yang yang kritis. Rank
menyebutnya dengan intensify/downplay schema atau skema
mengintensifkan atau mengecilkan aspek-aspek tertentu. Gagasan dasar
model persusasi ini adalah pada umumnya persuader menggunakan dua
macam taktik untuk mencapai tujuannya yaitu mengintensifkan atau
mengecilkan aspek-aspek tertentu atau keduanya.
3. Model Kemungkinan Elaborasi
Richard Petty dan John Cacioppo (1980) mengembangkan model
kemungkinan elaborasi atau elaboration likelihood model yang menyatakan
bahwa persuasi secara tradisi dikaitkan dengan dua rute yaitu rute sentral dan
rute periferal. Model ini membentuk faset baru teori rute atau teori dua
proses. Model kemungkinan elaborasi berpendapat bahwa kemungkinan
persuasi yang efektif bergantung pada seberapa besar keberhasilan
komunikasi dalam mengingatkan representasi mental yang relevan yang
merupakan kemungkinan elaborasi.

9
4. Model Respon Kognitif
Model persuasi respon kognitif pertama kali digagas oleh Anthony
Greenwald (1968). Respon kognitif adalah pemikiran yang dimiliki setiap
individu ketika bereaksi terhadap pesan persuasi. Model ini menunjukkan
bahwa mempelajari respon kognitif terhadap persuasi menyuguhkan dasar
bagi pemahaman tentang efek komunikasi.
5. Model Perubahan Sikap Yale
Model perubahan sikap Yale dikenal dengan sebutan pendekatan
perubahan sikap Yale yakni suatu studi tentang kondisi dimana orang
cenderung mengubah sikap mereka sebagai bentuk respon mereka terhadap
pesan persuasif. Pendekatan ini pertama kali dipelajari oleh Carl Hovland dan
rekan-rekannya di Yale University. Model dasar pendekatan ini dapat
digambarkan sebagai “siapa – mengatakan apa – kepada siapa”. Menurut
model ini, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi setiap komponen
komunikasi persuasif, diantaranya adalah kredibilitas dan daya tarik
komunikator, kualitas dan ketulusan pesan, perhatian, kecerdasan dan usia
penerima.
6. Model Dua Faktor McGuire
William McGuire (1968) mengembangkan model persuasi dua faktor yang
mengkombinasikan perhatian dan pemahaman ke dalam satu faktor
penerimaan. Model ini didasarkan atas pendekatan Yale yang menyatakan
bahwa perhatian dan pemahaman menentukan apa yang akan dipelajari oleh
penerima pesan dengan menekankan pada isi pesan komunikator.
Proses lainnya yang melibatkan perubahan dalam motivasi, diasumsikan
untuk menentukan apakah penerima pesan akan menerima atau mengadopsi
apa yang ia pelajari. Karenanya, efek komunikasi bergantung pada dua faktor
yaitu mempelajari isi pesan dan menerima apa yang telah dipelajari. Model
dua faktor McGuire berpendapat bahwa proses persuasi melibatkan dua tahap
yaitu penerimaan isi pesan dan menghasilkan apa yang dipahami.
7. Model Heuristik-Sistematis
Model Heuristik-Sistematis dikenalkan oleh Alice Eagly dan Shelly
Chaiken. Model heuristik-sistematis menjelaskan bagaimana orang-orang

10
menerima dan memproses pesan persuasi. Model ini menyatakan bahwa
setiap individu dapat melakukan pengolahan pesan persuasi secara heuristik
atau sistematis. Pengolahan pesan secara heuristik umumnya menggunakan
aturan-atuan penilaian yang dikenal sebagai struktur pengetahuan yang
dipelajari dan disimpan dalam memori. Sedangkan pengolahan pesan secara
sistematis melibatkan pemahaman dan analitis, pengolahan atau pemrosesan
kognitif dari informasi yang relevan dengan penilaian.
Mempelajari model komunikasi persuasif dapat memberikan beberapa
manfaat, diantaranya adalah :
1. Kita dapat mengetahui dan memahami arti persuasi
2. Kita dapat mengetahui dan memahami arti komunikasi persuasif
3. Kita dapat mengetahui dan memahami beberapa model komunikasi
persuasif yang dikemukakan oleh para ahli

2.4 Komunikasi dalam Proses Belajar


Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses terjadinya interaksi
antara guru dengan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan, yakni
kegiatan belajar siswa dengan kegiatan mengajar guru. Belajar pada hakikatnya
adalah proses perubahan tingkah laku yang disadari. Mengajar pada hakikatnya
adalah usaha yang direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang
memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar sebaik mungkin.
Untuk mencapai interaksi belajar mengajar sudah barang tentu adanya komunikasi
yang jelas antara guru dengan siswa sehingga terpadunya dua kegiatan yakni
kegiatan mengajar (usaha guru) dengan kegiatan belajar (tugas siswa) yang
berdaya guna dalam mencapai pembelajaran.
Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi
pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari guru sebagai komunikator
kepada siswa sebagai komunikan, dimana siswa mampu memahami maksud pesan
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, dengan demikian dapat menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah
laku menjadi lebih baik. Dalam proses pembelajaran, ada pola komunikasi yang
biasanya terjadi.

11
Menurut Nana Sudjana (1989), ada tiga pola komunikasi dalam proses
interaksi guru-siswa, yakni komunikasi sebagai aksi, interaksi, dan transaksi.
1. Komunikasi sebagai Aksi (Komunikasi Satu Arah)
Dalam komunikasi ini, guru berperan sebagai pemberi aksi dan peserta
didik pasif. Artinya, guru adalah sektor utama sebagai sumber pesan yang
ingin disampaikan. Dalam hal ini, guru memiliki peran paling penting serta
memikul beban yang cukup berat. Penyebabnya adalah guru harus
memposisikan dirinya sebaik mungkin dalam menyampaikan pesan. Semua
materi harus terlaksana dan terorganisir dengan baik. Posisi peserta didik
yang pasif mengharuskan guru terlebih dahulu mengetahui segala kekurangan
dan kelemaham para peserta didiknya. Bagian dari pesan yang dianggap sulit,
seharusnya lebih ditekankan dan memiliki porsi lebih dibandingkan yang lain.
Ceramah pada dasarnya merupakan contoh komunikasi satu arah, atau
komunikasi sebagai aksi. Contoh komunikasi satu arah di dalam kelas adalah
ketika guru memberikan arahan materi dengan metode ceramah. Ceramah
dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara
lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.
Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering
digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh
beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru
atau pun siswa. Guru biasanya belum merasa puas jika dalam proses
pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan
siswa, mereka akan belajar jika ada guru yang memberikan materi pelajaran
melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses
belajar dan tidak ada guru berarti tidak belajar.
Berikut beberapa keunggulan dan kelemahan ceramah. Ceramah
merupakan metode yang “murah” dan “mudah” untuk dilakukan. Murah
dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak memerlukan peralatan-
peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi
atau peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan
suaru guru. Dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.
Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.

12
Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu
ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Selain itu,
metode ini memiliki kekurangan di antaranya adalah materi yang dapat
dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang
dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemahan yang paling dominan,
sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa
yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru.
Selanjutnya adalah Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang
baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan. Sering
terjadi, walaupun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara mental
siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran; pikirannya
melayang kemana-mana atau siswa mengantuk, oleh karena gaya bertutur
guru tidak menarik, dan lain lain.
2. Komunikasi sebagai Interaksi (Komunikasi Dua Arah)
Pada komunikasi ini guru dan peserta didik dapat berperan sama, yaitu
pemberi aksi dan penerima aksi. Antara guru dan peserta didik memiliki
peran yang seimbang, keduanya sama-sama berperan aktif. Di sini sudah
terlihat hubungan dua arah, artinya dalam hal ini sudah disertai feedback atau
umpan balik dari komunikan (peserta didik). Komunikasi dengan cara seperti
ini dinilai lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah. Peserta didik
dalam hal ini bisa memposisikan dirinya untuk bertanya ketika ia tidak
memahami pesan yang disampaikan oleh pendidik. Mereka mulai memiliki
kesempatan untuk memberi saran atau masukan ketika merasa kurang puas
atas penjelasan yang diterima. Komunikasi dua arah hanya terbatas pada guru
dan siswa secara individual, antara pelajar satu dengan pelajar lainya tidak
ada hubungan. Peserta didik tidak dapat berinterkasi dengan teman lainnya.
Dengan kata lain, kesempatan untuk berbagi pesan serta menerima opini
teman masih belum terlaksana dalam komunikasi dua arah. Kendati
demikian, komunikasi ini lebih baik dari yang pertama.

13
3. Komunikasi sebagai Transaksi (Komunikasi Banyak Arah)
Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dan
siswa tetapi juga melibatkkan interaksi yang dinamis antara siswa dengan
siswa. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini mengarah pada
proses pemebelajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal,
sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif. Diskusi dan simulasi merupakan
strategi yang dapat mengembangkan komunikasi ini.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses belajar-mengajar merupakan komunikasi antara seorang guru dengan
muridnya. Komunikasi adalah proses pengiriman informasi dari guru kepada
siswa untuk tujuan tertentu. Komunikasi dikatakan efektif apabila komunikasi
yang terjadi menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya
feedback dari pihak penerima pesan. Tujuan pendidikan akan tercapai jika
prosesnya komunikatif.
Dengan menguasai dan mengembangkan beberapa strategi serta teknik
berkomunikasi secara otomatis akan meningkatkan kemampuan untuk
berhubungan dengan berbagai macam orang. Seorang pendidik bisa menciptakan
dan mengembangkan komunikasi yang efektif melalui materi pembelajaran yang
bisa diterima dan mudah dipahami oleh peserta didik.

3.2 Saran
Kita sebagai seorang pendidik harus mempunyai komunikasi pribadi yang
baik karena ini akan berpengaruh untuk menciptakan hubungan yang harmonis
antara pendidik dan peserta didiknya. Seorang pendidik juga harus mempunyai
peranan yang penting untuk bisa mengendalikan kondisi kelas yang sehat karena
merupakan tolak ukur keberhasilan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Maunah, Binti. 2014. Psikologi Pendidikan. Tulungagung : Tulungagung Press

Budiman, Nandang, dkk. 2016. Modul Guru Pembelajar Bimbingan


dan Konseling. Jakarta : Dirjen

Khalifah, Tatik. Komunikasi dalam Pembelajaran. Dari


http://khaconicuzn27.blogspot.com/2016/05/makalah-psikologi-pendidikan-
pola.html?m=1 (Di akses pada tanggal 8 April 2021)

Unknown. 2016. Komunikasi. Dari http://e-journal.


uajy.ac.id/5685/2/KOM103756.pdf ( diakses 8 April)

16

Anda mungkin juga menyukai