BAB II
LANDASAN TEORI
menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau diri sendiri yang ditentukan dari
internal atau eksternal dan pengaruhnya terhadap perilaku individu (Luthan, 1998
dalam Harini dkk., 2010). Teori atribusi yaitu bagaimana kita membuat keputusan
sebagai berikut:
2) Consensus – jika orang lain setuju bahwa perilaku diatur oleh beberapa
karakteristik personal
Sehingga faktor-faktor dalam penelitian ini dapat terjelaskan melalui teori ini.
tingkat upaya yang lebih tinggi agar dapat menyakini upaya itu akan
pilihan perilaku dari banyak alternativ perilaku, berbasis pada persepsi mereka
tentang sejauh mana suatu perilaku tertentu memberikan hasil yang diharapkan
menyelesaikan tugas audit tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Saat auditor
dihadapkan pada situasi yang sulit dan tidak mungkin dicapai, maka auditor
19
dipengaruhi oleh tingkat time budget pressure yang dihadapi dalam penugasan
audit. Semakin besar time budget pressure maka akan semakin besar pula auditor
Otley dan Pierce, (1996), terdiri dari audit quality reduction behaviour (AQRB),
melakukan atau mencapai suatu tujuan. Secara lebih khusus, Hellriegel et al.
orang tersebut berperilaku dengan cara tertentu yang mengarah pada tujuan.
yang memiliki external locus of control akan bertipe X karena mereka tidak
Peneliti menggunakan teori ini karena seorang auditor akan menerima lalu
laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material, apakah itu disebabkan
110). Karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat
memperoleh kepastian yang layak, tetapi tidak absolut, bahwa salah saji yang
dan melaksanakan audit guna memperoleh kepastian yang layak bahwa salah saji,
apakah yang disebabkan oleh kekeliruan ataupun kecurangan, yang tidak material
program audit yang dapat mereduksi kualitas audit baik secara langsung maupun
prosedur audit), dan premature sign off (penghentian prematur), sedangkan under
21
yang menunjukkan auditor menghentikan satu atau beberapa langkah audit yang
diperlukan dalam prosedur audit tanpa menggantinya dengan langkah lain. Suatu
proses audit sering gagal karena penghapusan prosedur audit yang penting. dari
pada prosedur audit tidak dilakukan secara memadai untuk beberapa item.
dysfunctional audit behavior yang berpengaruh tidak langsung pada kualitas audit
(Harini et al, 2010:7). URT terjadi ketika auditor melakukan tugas audit tanpa
pressure untuk audit di masa datang yang tidak diketahui. Time budget yang
disebabkan oleh URT tahun sebelumnya dapat menyebabkan auditor gagal untuk
menyebabkan stress individual yang muncul akibat tidak seimbangnya tugas dan
waktu yang tersedia serta mempengaruhi etika profesional melalui sikap, nilai,
auditor karena auditor harus melakukan pekerjaan audit dengan waktu yang
ketat, bahkan dalam anggaran waktu tidak dapat menyelesaikan audit dengan
prosedur audit yang seharusnya. Tekanan anggaran waktu adalah keadaan yang
waktu yang telah disusun atau terdapat pembahasan waktu anggaran yang sangat
ketat dan kaku. Tekanan yang dihasilkan oleh anggaran waktu yang ketat secara
Hartanto (2016).
tekanan tersendiri bagi auditor. Dalam studinya, (Azad, 1994 dalam Fonda,
terlalu percaya pada penjelasan dan presentasi klien, serta gagal mengivestigasi
berkualitas rendah.
dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun
atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat dan kaku
(Hartanto, 2016).
hasil bahwa tekanan anggaran waktu berpengaruh negatif terhadap kualitas audit.
untuk dapat menyesuaikan dengan waktu yang terbatas, sehingga audit yang
dilakukan tidak dapat dilakukan dengan lebih teliti dan hati-hati karena adanya
batasan waktu yang telah dianggarkan tersebut (Limawan dan Mimba, 2016).
dilakukan dengan lebih hati-hati dan teliti sehingga kualitas audit dapat terjaga
24
sangat ketat dan kaku Raghunatan, (1991) dalam Hartanto, (2016). Anggaran
anggaran waktu (time budget pressure) dalam pelaksanaan program audit akibat
ketidak seimbangan antara anggaran waktu audit yang tersedia dan waktu yang
dari konsep yang lebih mapan yaitu komitmen organisasi. Komitmen Profesional
loyalitas dan kesetiaan dari kepribadian auditor yang memiliki tujuan dan nilai
the relative strenght of their identification with, and involvement in, their
profession. Commitment may indicate (1) the belief in, and acceptance of, the
goals and values of the profession, (2) a willingness to exert considerable effort
the profession.
profesi. Komitmen dikarakteristikkan oleh tiga hal yaitu: (1) kepercayaan dan
melakukan usaha sekuat tenaga untuk kepentingan profesi, (3) keinginan yang
Komitmen telah menjadi salah satu unsur penting dalam dunia kerja.
Salah satu faktor yang bisa mempengaruhi keberhasilan dan kinerja seseorang
komitmen yang tinggi pada setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan
publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi terlepas dari yang
profesional ini sangatlah penting agar tercipta kondisi kerja yang kondusif
sehingga perusahaan dapat berjalan secara efisien dan efektif (Damanik, 2015:
66-67).
26
diperkenalkan oleh Meyer dan Allen (Luthans, 2011:148; Meyer, et al: 1991)
commitment).
mereka yang memiliki komitmen profesional afektif yang kuat akan mengikuti
individu “tetap berada” pada suatu profesi (Meyer et al, 1991). Komitmen
Karyawan dengan komitmen kontinu yang kuat berusaha untuk tetap berada
pada profesi mereka karena mereka menyadari bahwa mereka akan memiliki
kerugian besar ketika mereka keluar dari profesi tersebut (Bagraim, 2003;
Silaban, 2009).
kepercayaan diri dan kepercayaan mereka atas keberhasilan diri. LOC memainkan
peranan penting dalam berbagai kasus, seperti dysfunctional audit behavior, job
berharap bahwa reinforcement atau hasil dari perilaku mereka bergantung pada
adalah fungsi dari kesempatan, keberuntungan atau takdir di bawah kendali yang
tujuan mereka sendiri, memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan,
dan perilaku individu turut berperan di dalamnya. Individu dengan internal locus
sendiri dan juga lebih menyukai keahlian-keahlian dibanding hanya situasi yang
memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat diramalkan, demikian juga
dalam mencapai tujuan sehingga perilaku individu tidak akan mempunyai peran di
serta lebih banyak mencari dan memilih kondisi yang menguntungkan (Hartati
2012)
bisa mencerminkan motivasi dan kinerja yang berbeda. Internal akan cenderung
mempunyai level kerja yang lebih tinggi, promosi lebih cepat dan mendapatkan
yang lebih tinggi dengan pekerjaan mereka dan terlihat lebih mampu menahan
stres dari pada LOC eksternal (Kusuma, 2017). Penelitian sebelumnya (Harini
29
kinerja sehingga secara umum seseorang yang ber-LOC eksternal akan berkinerja
lebih baik ketika suatu pengendalian dipaksakan atas mereka, atau sebaliknya ia
mencapai tujuan organisasi. Usaha adalah perilaku manusia yang diarahkan untuk
meraih tujuan organisasi. Kinerja adalah tingkatan dimana tujuan secara actual
organisasi. Kinerja termasuk juga dimensi kualitas dan kuantitas. Kinerja adalah
fungsi yang jelas dari usaha (effort). Tanpa usaha, kinerja tidak akan dihasilkan.
Usaha sendiri tidak bisa menyebabkan kinerja: banyak factor yang diperlukan,
keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan
apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, dalam semua hal yang material, posisi keuangan
dan hasil usaha perusahaan. Hasil penelitian Solar dan Bruehl, (1971),
menggambarkan usaha yang tinggi tetapi kinerja yang rendah. Berdasarkan job
characteristic theori bahwa orang akan dimotivasi oleh kepuasan diri yang
pekerjaan mereka berarti, orang akan menyukai pekerjaan mereka dan akan
termotivasi untuk melaksanakan tugas mereka dengan baik. Terdapat tiga sikap
tanggungjawab terhadap hasil kerja, dan pengetahuan akan hasil kerja akan
untuk mengundurkan diri dari organisasi atau dalam hal ini, dari Kantor Akuntan
dalam bentuk turnover telah menjadi bahan penelitian yang menarik dalam
manajemen. Turnover intention juga dipengaruhi oleh skill dan ability, di mana
organisasi sehingga tetap bertahan di KAP walaupun dia sangat ingin berpindah
adanya niat atau intensitas turnover. Ada dua pendorong intensitas, yaitu
intensitas untuk mencari dan intensitas untuk keluar. Prediktor utama dan terbaik
dari turnover adalah intensitas untuk keluar. Intensitas dan perilaku untuk mencari
secara umum didahului dengan intensitas untuk keluar, (turnover). Faktor utama
ini dan ketertarikan yang diharapkan dari atau pada alternatif pekerjaan atau
Tapi sebaliknya, karyawan yang memiliki high performer (baik yang satisfied
diberikan strong inducements untuk tidak keluar dari tempat bekerjanya, misalnya
dengan diberi kenaikan gaji dan promosi. Inducement ini dapat menghilangkan
dissatisfaction dan menurunkan keinginan berpindah kerja ke tempat lain. Hal ini
dapat dilihat dari tingkat turnover yang berbeda antara high performer dan low
sebelumnya merupakan salah satu hal yang penting dan dapat dijadikan sebagai
data pendukung dalam penelitian ini. Fokus penelitian yang dijadikan sebagai
32
dibahas dalam penelitian ini, yaitu penelitian terkait perilaku disfungsional auditor
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
4. Turnover - Berpengaruh
Intention
7 Silaban Pengaruh Variabel dependen :
(2011) multidemensi Perilaku audit
komitmen disfungsional
profesional Variabel independen :
terhadap perilaku 1. Komitmen - Berpengaruh
audit profesional
disfungsional normative
2. Dimensi - Berpengaruh
komitmen
profesional
afektif
8 Dwi Harini Analisis Variabel dependen :
(2010) Penerimaan Disfungsional
Auditor Atas Auditor
Dysfunctional Behavior
Audit Behavior : Variabel independen :
Sebuah 1. Locus of - Berpengaruh
Pendekatan control
Karakteristik 2. Turnover - Tidak
Personal Auditor. intention berpengaruh
3. Kinerja - Tidak
berpengaruh
9 Ongky Pengaruh Variabel dependen :
Hartanto locus of control, Perilaku
(2016) Tekanan Disfungsional
Anggaran Waktu Auditor
dan Komitmen Variabel Independen :
Profesional 1. Locus of - Berpengaruh
Terhadap Control
Perilaku 2. Tekanan - Berpengaruh
Disfungsional Anggaran
Auditor. Waktu
3. Komitmen - Berpengaruh
Profesional
10 Yuyun Pengaruh Variabel dependen :
Fauzia Komitmen 4. Perilaku
(2012) Profesional disfungsional
terhadap Perilaku audit
35
auditor karena auditor harus melakukan pekerjaan audit dengan waktu yang
ketat, bahkan dalam anggaran waktu tidak dapat menyelesaikan audit dengan
prosedur audit yang seharusnya. Tekanan anggaran waktu adalah keadaan yang
waktu yang telah disusun atau terdapat pembahasan waktu anggaran yang sangat
ketat dan kaku. Tekanan yang dihasilkan oleh anggaran waktu yang ketat secara
36
Hartanto, 2016).
untuk dapat menyesuaikan dengan waktu yang terbatas, sehingga audit yang
dilakukan tidak dapat dilakukan dengan lebih teliti dan hati-hati karena adanya
tekanan tersendiri bagi auditor. Dalam studinya, (Azad, 1994 dalam Fonda,
terlalu percaya pada penjelasan dan presentasi klien, serta gagal mengivestigasi
berkualitas rendah.
dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun
atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat dan kaku
(Hartanto, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Nisa (2016) juga berhasil membuktikan bahwa
itu, menurut penelitian Hartanto, (2012), Nisa, (2016), Hartati, (2012), Marfuah
(2011), Ofita, (2015), Mahardini, (2014), dan Tanjung, (2013), terbukti adanya
pengaruh dari tekanan anggaran waktu yang dirasakan terhadap perilaku audit
ini diprediksi semakin meningkat tekanan anggaran waktu yang dirasakan, maka
sebagai berikut:
sebagai suatu karakteristik individu terkait kesetiaannya pada tujuan dan nilai-
perilaku dengan tujuan untuk kepentingan umum serta jauh dari perilaku yang
38
itu, penelitian yang dilakukan oleh Alkautsar, (2014), Hartanto, (2012), dan
sebagai berikut:
outcome yang didapat bukan berasal dari usaha mereka, tetapi berasal dari faktor
karakter seperti ini perlu didorong lebih keras agar mau bekerja dengan baik
untuk memenuhi target yang telah ditentukan dan biasanya bersifat reaktif.
percaya bahwa outcome yang terjadi merupakan hasil kerja keras mereka dan
semaksimal mungkin dalam segala hal dan biasanya akan lebih terdorong bila
keras. Penelitian sebelumnya Alkautsar, (2014), Ofita, (2015), Hartati, (2012), dan
penelitian ini diprediksi semakin rendah locus of control yang dirasakan, maka
dirinya kurang mampu untuk mencapai hasil yang diharapkan melalui usahanya
sendiri. Donelly et al., (2003), menyatakan bahwa individu yang memiliki kinerja
Penerimaan auditor atas perilaku audit disfungsional akan lebih tinggi bila
auditor memiliki persepsi kinerja rendah atas dirinya (Harini dkk., 2010). Hal ini
karena seorang auditor dengan tingkat kinerja rendah atau di bawah standar
merasa bahwa auditor tersebut tidak memiliki capability dan skill sendiri untuk
sesuai standar dan etika yang berlaku, seperti manipulasi dan kecurangan auditor
usahanya sendiri melalui prosedur audit yang telah ditetapkan oleh manajer.
(2012), Utami, (2016), dan Harini dkk., (2010), membuktikan bahwa kinerja
pada penelitian ini diprediksi semakin rendah kinerja yang dirasakan, maka
tidak dapat mencapai tujuan yang diperlukan untuk bertahan dalam sebuah
ketakutan yang ada dalam dirinya terhadap dijatuhkannya sanksi atau ancaman
promosi dan penilaian kerja (job assessment), sehingga auditor yang memiliki
dalam kerjanya yang seakan jika diberi sanksi akan cenderung membuat auditor
atas, pada penelitian ini diprediksi jika tinggi turnover intention yang dirasakan,
Gambar 2.1
Model Penelitian
TEKANAN ANGGARAN
WAKTU (X1)
KOMITMEN
PROFESIONAL (X2)
PERILAKU
DISFUNGSIONAL
LOCUS OF CONTROL (X3) AUDITOR (Y)
KINERJA (X4)
TURNOVER INTENTION
(X5)