Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Kasus (Masalah Keperawatan Jiwa Utama)


Perubahan Presepsi Sensori: Halusinasi

2. Definisi
1) Perubahan persepsi: halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di
mana klien mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Selain
itu, perubahan persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran, dan
pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi
semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman,
perabaan, atau pengecapan) Cook dan Fontaine (1987).
2) Individu menginterpretasikan stresor yang tidak ada stimulus dari
lingkungan (Depkes RI, 2008).
3) Suatu keadaan di mana seseorang mengalami perubahan pada pola
stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal dan eksternal)
disertai dengan suatu pengurangan berlebih-lebihan atau kelainan
berespons terhadap stimulus (Towsend, 1998).
4) Kesalahan sensori persepsi dari satu atau lebih indra pendengaran,
penglihatan, taktil, atau penciuman yang tidak ada stimulus eksternal
(Antai Otong, 1995).
5) Gangguan penyerapan/presepsi pasca indra tanpa adanya rangsangan
dari luar. Gangguan ini dapat terjadi pada sistem pengindraan pada saat
kesadaran individu tersebut panuh dan baik. Gangguan ini dapat terjadi
pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari individu
sendiri. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak
nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Wilson,
1983).

Keperawatan Jiwa Page 1


3. Etiologi, Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi
1) Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang memengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stres. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi
dapat meliputi faktor perkembangan, sosiokultural, biokomia, psikologi,
dan genetik.
 Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan
kecemasan
 Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan
yang membesarkannya.
 Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami stres yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokomia seperti buffofenon dan dimethytransferase (DMP).
 Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran
ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan
mengakibatkan stres dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada
gangguan orientasi realitas.
 Faktor Genetik
Gen yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui, tetapi hasil
studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menujukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepkan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memelurkan energi

Keperawatan Jiwa Page 2


ekstra untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti
partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi,
objek yang ada di lingkungan, dan juga suasana yang sepia atau terisolasi
sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat
meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusonigenik.

4. Tanda dan Gejala


Berikut ini akan dijelaskan mengenai ciri-ciri yang objektif dan subjektif pada
klien dengan halusinasi.
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi dengar (klien  Bicara atau tertawa  Mendengar suara-suara
mendengar suara atau sendiri atau kegaduhan
bunyi yang tidak ada  Marah-marah tanpa  Mendengar suara yang
hubungannya dengan sebab ngajak bercakap-cakap
stimulus yang nyata atau  Mendekatkan telinga ke  Mendengar suara
lingkungan). arah tertentu menyuruh melakukan
 Menutup telinga sesuatu yang berbahaya
Halusinasi Penglihatan  Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat bayangan, sinar,
(klien melihat gambaran tertentu bentuk geometris, kartun,
yang jelas atau samar  Ketakutan pada sesuatu melihat hantu atau monster.
terhadap adanya stimulus yang tidak jelas
yang nyata dari
lingkungan dan oranmg
lain tidak melihatnya).
Halusinasi Penciuman  Mengendus-endus seperti Membaui bau-bauan seperti
(klien mencium suatu sedang membaui bau- bau darah, urin, feses, dan
bauyang muncul dari bauan tertentu. terkadang bau-bau tersebut
sumber tertentu tanpa  Menutup hidung menyenangkan bagi klien.
stimulus yang nyata).
Halusinasi Pengecapan  Sering meludah Merasakan rasa seperti
(klien merasakan sesuatu  Muntah darah, urine, atau feses.
yang tidak nyata,sering
meludah biasanya
merasakan rasa
makanan yang tidak
enak).
Halusinasi Perabaan  Menggaruk-garuk  Mengatakan ada
(klien merasakan sesuatu permukaan kulit serangga di permukaan
pada kulitnya tanpa ada kulit
stimulus yang nyata).  Merasakan seperti

Keperawatan Jiwa Page 3


tersengat listrik.
Halusinasi Kinestetik  Memegang kakinya yang Mengatakan badannya
(klien merasa badannya dianggapnya bergerak melayang di udara
bergerak dalam suatu sendiri.
ruangan atau anggota
badannya bergerak)
Halusinasi Fiseral  Memegang badannya  Mengatakan perutnya
(perasaan tertentu timbul yang dianggap berubah menjadi mengecil
dalam tubuhnya) bentuk dan tidak normal setelah minum soft drink.
seperti biasanya.

5. A. Pengkajian Keperawatan Jiwa yang dikaji


Masalah Keperawatan Data yang perlu Dikaji
Perubahan persepsi Subjektif:
sensori: halusinasi  Klien mengatakan mendengar sesuatu.
 Klien mengatakan melihat bayangan putih.
 Klien mengatakan dirinya seperti disengat listrik.
 Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap,
seperti feses.
 Klien mengatakan kepalanya melayang di udara.
Objektif:
 Klien terlihat bicara atai tertawa sendiri saat dikaji.
 Bersikap seperti mendengarkan sesuatu.
 Berhenti bicara di tengah-tengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu.
 Disorientasi.
 Konsentrasi rendah.
 Pikiran cepat berubah-ubah.
 Kekecuan alur pikiran.

B. Pohon masalah (gambaran pohon masalah)


Effect Risiko Tinggi Kekerasan

Care Problem Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

Causa Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

6. Diagnosis Keperawatan

Keperawatan Jiwa Page 4


Perubahan persepsi sensori: halusinasi.

7. Rencana Tindakan Keperawatan


1) Rencana Tindakan Keperawatan untuk klien
 Tujuan/strategi pelaksanaan
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien
a. Mengidentifikasi jenis halusinasi.
b. Mengidentifikasi isi halusinasi.
c. Mengindentifikasi waktu halusinasi.
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi.
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi.
f. Mengidentifikasi respons klien terhadap halusinasi
g. Mengajarkan klien menghardik halusinasi.
h. Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian.
Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain.
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Strategi pelaksana 3 (SP 3) untuk klien.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasanya dilakukan klien di rumah)
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Strategi pelaksanaan 4 (SP 4) untuk klien.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat
secara teratur.
c. Mengajurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

 Tindakan keperawatan untuk klien.


a. Membantu klien mengenali halusinasi.

Keperawatan Jiwa Page 5


Diskusi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
membantu klien mengenali halusinasinya. Perawat dapat berdiskusi
dengan klien terkait isi halusinasi (apa yang didengar atau dilihat),
waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi muncul, dan
perasaan klien saat halusinasi muncul (komunikasinya sama
dengan pengkajian di atas).
b. Melatih klien mengontrol halusinasi.
Perawat dapat melatih empat cara dalam mengedalikan halusinasi
pada klien. Keempat cara tersebut sudah terbukti mampu
mengontrol halusinasi seseorang. Keempat cara tersebut adalah
menghardik halusinasi, bercaka-cakap dengan orang lain,
melakukan aktivitas yang terjadwal dan mengonsumsi obat secara
teratur.
2) Rencana Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Klien
 Tujuan/strategi pelaksanaan.
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga.
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawata
klien.
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi yang dialami
klien beserta proses terjadinya.
c. Menjelaskan cara-cara merawat klien halusinasi.
Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2) untu keluarga.
a. Melatih keluarga mempraktikan cara merawata klien halusinasi.
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat klien halusinasi.
 Tindakan keperawatan untuk keluarga klien
Keluarga merupakan faktor vital dalam penanganan klien gangguan
jiwa di rumah. Hal ini mengingatkan keluarga adalah sistem pendukung
terdekat dan orang yang bersama-sama dengan klien selama 24 jam.
Keluarga sangat menentukan apakah klien akan kambuh atau tetap
sehat. Keluarga yang mendukung klien secara konsisten akan
membuat klien mampu mempertahankan program pengobatan secara
optimal. Namun demikian, jika keluarga tidak mampu merawat maka
klien akan kambuh bahkan untuk memulihkan kembali akan sangat

Keperawatan Jiwa Page 6


sulit. Oleh karena itu, perawat harus melatih keluarga klien agar
mampu merawat klien gangguan jiwa di rumah.
Pendidikan kesehatan kepada keluarga dapat dilakukan melalui
tiga tahap. Tahap pertama adalah menjelaskan tentang masalah yang
dialami oleh klien dan pentingnya peran keluarga untuk mendukung
klien. Tahap kedua adalah melatih keluarga untuk merawat klien dan
tahap yang ketiga yaitu melatih keluarga untuk merawat klien
langsung.
Informasi yang perlu disampaikan kepada keluarga meliputi
pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami oleh klien, tanda
dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, cara merawat klien
halusinasi (cara berkomunikasi, pemberian obat, dan pemberian
aktivitas kepada klien), serta sumber-sumber pelayanan kesehatan
yang bisa dijangkau.

8. Referensi Laporan Pendahuluan


Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa.
Bandung : Refika Aditama.
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta :
Salemba Medika.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi

Keperawatan Jiwa Page 7


 Masalah : Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
 Pertemuan : Disesuaikan

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien terlihat berbicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
mendekatkan telinga ke arah tertentu, dan menutup telinga. Klien
mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan mendengar suara
yang mengajaknya bercakap-cakap, dan mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang berbahaya.

2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi.

3. TUK/ strategi pelaksanaan


Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien.
 Mengindentifikasi jenis halusinasi.
 Mengindentifikasi isi halusinasi
 Mengindentifikasi waktu halusinasi
 Mengindentifikasi frekuensi halusinasi.
 Mengindentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi.
 Mengindentifikasi respons klien terhadap halusinasi.
 Mengajarkan klien menghardik halusinasi.
 Menganjurkan klien memasukan cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian.
4. Rencana Tindakan Keperawatan
 Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien.
d. Jelaskan tujuan pertemuan.
e. Jujur dan menepati janji

Keperawatan Jiwa Page 8


f. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g. Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan
dasarklien.
 Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi
halusinasi, frekuensi,situasi pencetus dan perasaan saat terjadi
halusinasi.
Hal-hal berikut.
 Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
Tahapan tindakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai
berikut.
a. Jelaskan cara menghardik halusinasi.
b. Peragakan cara menghardik halusinasi.
c. Minta klien memperagakan ulang.
d. Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien
yang sesuai
e. masukan dalam jadwalkegiatan klien.

B. Strategi Komunikasi dan pelaksanaan


1. Orientasi
 Salam teraupetik
“ selamat pagi, assalamualaikum... boleh saya kenalan dengan ibu?
Nama saya ..., boleh panggil saya ... saya mahasiswa keperawatan ...
saya sedang praktik di sini dai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul
13.00 WIB siang. Kalau boleh saya tahu nama ibu siapa dan senang di
panggil dengan sebutan apa?”

 Evaluasi/validasi
“ Bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam?
Ada keluhan tidak?”
 Kontrak
a. Topik : “apakah ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya?
Menurutb ibu sebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita

Keperawatan Jiwa Page 9


ngobrol tentang suara dan sesuatu yang selama ini ibu dengar dan
lihat tetapi tidak tampak wujudnya?”
b. Waktu: “berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya
berapa menit? Bagaimana kalau 10 menit? Bisa!”
c. Tempat : “Di mana kita duduk? Di teras? Di kursi panjang itu, atau
mau di mana?”

2. Kerja
“Apakah ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“ Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah ibu melihat sesuatu/orang/bayangan/makhluk?”
“ Seperti apa yang kelihatan?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu
saja?”
“ Kapan Paling sering ibu melihat sesuatu atau mendengar suara
tersebut?”
“ Berapa kali sehari ibu mengalaminya?”
“Pada keadaan apa, apkah pada waktu sendiri?”
“ Apa yang ibu rasakan pada saat mendengar suara itu?
“ Apa yang ibu rasakan pada saat melihat sesuatu?”
“ Apa yang ibu lakukan saat melihat suara tersebut?”
“ Apa yang ibu lakukan saat mendengar suara tersebut?”
“Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”
“ Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau
bayangan agar tidak muncul?”
“ibu ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”
“Pertama dengan menghardik suara tersebut.”
“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.:
“ Ketiga melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
“Keempat minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghadik.”
“Caranya seperti:
 Saat suara-suara itu muncul, langsung ibu bilang, pergi saya tidak mau
dengar... saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-
Keperawatan Jiwa Page 10
ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu peragakan! Nah
begitu ... Bagus! Coba lagi! Ya bagus ibu sudah bisa.”
 Saat melihat bayangan itu muncul langsung ibu bilang pergi saya tidak
mau lihat ... saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu diulang-ulang
sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba ibu peragakan! Nah
begitu ... Bagus! Coba lagi! Ya bagus ibu sudah bisa.”

3. Terminasi
 Evaluasi subjektif
“bagaimana perasaan ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa
senang tidkadengan latihan tadi?”
 Evaluasi objektif
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba ibu
simpulkan pembicaraan kita tadi?”
“ Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan
itu agar tidak muncul lagi.”
 Rencana tindak lanjut
“ Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silahkan ibu
coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya.
Mau jam berapa saja latihanya?”
(masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian klien).
 Kontrak yang akan datang
a. Topik : “ Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang
caranya berbicara dengan orang lain saat bayangan dan suara-
suara itu muncul?”
b. Waktu: “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok
jam09.30 WIB, bisa?”
c. Tempat: “Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di
mana ya, apa masih disini atau cari tempat yang nyaman?
Sampai jumpa besok. Wassalamualaikum,...”

Keperawatan Jiwa Page 11

Anda mungkin juga menyukai