Anda di halaman 1dari 2

KASUS 2

R.R., seorang wanita berusia 25 tahun, berat badan 56 kg, tanpa riwayat ISK,
keluhan terbakar saat buang air kecil, sering buang air kecil namun volume urin
sedikit-sedikit, dan nyeri kandung kemih. Pasien tidak mengeluhkan demam dan
nyeri tekan CVA. Selain keluhan tersebut, pasien juga mengeluhkan anyang-
anyangan yang membuatnya merasa tidak nyaman. Teknik pewarnaan gram
dengan sampel urin menunjukkan terdapat bakteri gram negatif. Selain itu,
dilakukan urinalisis pada pasien dan diperoleh hasil, yakni: pemeriksaan fisik urin
menunjukkan urin berwarna kekuning-kuningan, berat jenis 1,015, pH 8, protein,
glukosa, keton, bilirubin, dan darah tidak ditemukan dalam urin. Jumlah sel darah
putih dalam sedimen urin 10-15 sel/LPF, sementara jumlah sel darah merah dalam
sedimen urin 0-1 sel/LPF. Di dalam urin pasien juga ditemukan banyak bakteri
dan sel epitel 3-5 sel/LPF. Pasien memiliki riwayat penyakit keluarga yaitu kakek
pasien terdiagnosa CKD dan rutin menjalani hemodialisa. Hasil pemeriksaan
pasien R.R. untuk serum kreatinin adalah 2,1 mg/dL. Riwayat pengobatan saat ini,
pasien sering menggunakan puyer bintang toedjoe no 16 jika merasa pusing akan
banyaknya pekerjaan di kantor yang menumpuk. Berdasarkan pemeriksaan
tersebut dokter mendiagnosa pasien mengalami infeksi saluran kemih (ISK)
bagian bawah.
1. Terapi farmakologi apa yang dapat anda sarankan untuk kondisi pasien
tersebut?
2. Apakah diperlukan pemberian terapi terpisah dari diagnosa utama untuk
kondisi anyang-anyangan yang dialami oleh pasien?
3. Berdasarkan riwayat penyakit keluarga dan nilai serum kreatinin, apakah
akan mempengaruhi pemberian terapi pada pasien ini?
4. Berdasarkan kasus di atas diketahui bahwa terdapat bakteri pada urin pasien,
menurut pendapat anda apakah uji kultur urin dan sensitivitas antibiotik pada
pasien perlu dilakukan ataukah tetap dapat menggunakan antibiotik empirik?
Bagaimana kriteria penentuan kapan dilakukan uji kultur urin dan sensitivitas
antibiotik pada pasien ini?
5. Jika dilakukan prosedur kultur urin dan berdasarkan hasil kultur tersebut
diketahui bakteri apa yang terdapat dalam urin beserta antibiotik yang sensitif
terhadapnya. Menurut pendapat anda apakah diperlukan pergantian antibiotik
dari empirik ke antibiotik spesifik sesuai hasil kultur pada pasien ini?
6. Edukasi apa yang akan anda sampaikan kepada pasien saat pemberian obat
termasuk rekomendasi untuk terapi nonfarmakologi sesuai dengan kondisi
pasien?

Anda mungkin juga menyukai