Dosen Pengampu :
Dr. Syaikhul Aziz, S.Far., M.Si., Apt
Disusun oleh :
Masing-masing fraksi ditotolkan pada plat KLT fase diam selulosa dan dielusi
dengan asam asetat 15% v/v dan BAW (Butanol:Asam asetat glasial:Air, 4:1:5
lapisan atas). Fase gerak yang baik untuk pemisahan flavonoid digunakan untuk
langkah berikutnya. Deteksi awal adanya flavonoid dilakukan di bawah UV366
nm sebelum dan sesudah diuapi ammonia. Setelah uap ammonia hilang, kemudian
disemprot dengan pereaksi sitroborat dan dipanaskan pada 110 oC selama 5
menit, dilihat dibawah UV366 nm.
Struktur Flavon
1.5.2 Flavonol
Flavonol merupakan flavonoid dengan gugus keton.
Senyawa flavonol diantaranya adalah kuersetin, mirisetin, fisetin,
galangin, morin, rutin, dan robinetin.
Perbedaan antara flavonol dengan flavon terdapat pada gugus di
posisi 3 pada cincin C yang memungkinkan terjadinya glikosilasi.
Gugus aromatic cincin B merupakan gugus yang bertanggungjawab
atas aktivitas flavonol karena ikatan rangkap konjugasi padan omor
2′ dan 3′ memiliki kemampuan untuk perpindahan electron dari
cincin B menuju radikal bebas dan memecah radikal bebas.
Aktivitas farmakologi yang dimiliki flavonol adalah antioksidan.
Tanaman yang banyak mengandung flavonol adalah : tomat, apel,
anggur, bawang, beri dan lain lain.
Struktur Flavonol
1.5.3 Flavanon
Flavanon merupakan flavonoid yang paling banyak terdapat pada
family Compositae, Leguminosae dan Rutaceae. Senyawa itu
terdapat pada akar, batang, bunga, buah, biji, dan rizoma.
Senyawa flavanol diantaranya adalah naringin, naringenin,
ponkiretin, pinocembrin, dan lonchocarpol A.
Ciri dari flavanon ini adalah cincin C yang saturasi, memiliki
ikatan rangkap diantara posisi 2 dan 3 dan ini yang membedakan
dengan flavon.
Tumbuhan yang banyak mengandung flanavon adalah jeruk,
anggur dan lemon.
Aktivitas farmakologi flavanone adalah antioksidan dan
antiinflamasi.
Struktur Flavanon
1.5.4 Flavanol
Flavanol atau disebut juga katekin, merupakan derivate dari
flavanone dengan penambahan gugus hidroksi.
Perbedaan yang mencolok yaitu tidak adanya ikatan rangkap pada
posisi 2 dan 3 serta gugus hidroksi yang selalu menempel di posisi
3 pada cincin C.
Flavanol banyak ditemukan pada tumbuhan seperti teh, kiwi, apel,
kokoa, dan anggur merah.
Mengkonsumsi flavanol sebanyak 176-185 mg terbukti
menstimulasi kadar nitritoksida pada darah perokok dengan
mekanisme meningkatkan dilatasi pembuluh darah.
Senyawa flavanol diantaranya adalah katekin, epikatekin, dan
galokatekin yang dapat dibagi lagi menjadi turunan yang lebih
kompleks.
Struktur
Flavanol
1.5.5 Isoflavon
Memiliki struktur 3-fenilkromen yang secara kimiawi berasal dari
2-fenilkromen dengan mekanisme migrasi aril.
Banyak ditemukan pada kacang-kacangan, khususnya dalam
kedelai.
Memiliki efek farmakologis pada kardiovaskular, menopause, dan
mencegah kanker.
Struktur Antosianidin
1.5.7 Kalkon
Kalkon merupakan flavonoid yang unik karena dibedakan dengan
tidak adanya cincin aromatik C yang merupakan basis rangka dari
flavonoid itu sendiri.
Senyawa kalkon diantaranya adalah phloridzin, arbutin, phloretin,
dan chlarconaringenin.
Aktivitas farmakologi sebagai steroid-genesis modulator
padaenzim 3β-hydroxysteroid dehydrogenase (HSD), dan 17β-
HSD.
Umumnya kalkon ditemukan pada tumbuhan seperti tomat,
stroberi, pir, beri-berian dan gandum.
Struktur Kalkon
BAB II
REVIEW ARTIKEL
2.1 Pendahuluan
Senyawa-senyawa yang telah ditemukan pada A. elasticus yaitu:
moracalkon A; kudraflavon C; artokarpin; sikloartokarpin; isosiklomorusin dan
artoindonesianin E-1, senyawa tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam turunan
flavonoid. Pada percobaan ini dilakukan penapisan fitokimia dengan cara
ekstraksi dengan metode maserasi selama 1x24 jam serta fraksinasi dengan
metode KCV.
Cara Isolasi dilakukan dengan
menggunakan proses Rekristalisasi
menggunakan satu system pelarut dengan prinsip
melarutkan sampel dan pengotor pada kondisi
panas yang selanjutnya didiamkan hingga kondisi dingin, sampel dan pengotor
akan memisah yang mana sampel akan mengendap dan pengotor akan tetap
larut.
Eludasi pada artikel tersebut didapatkan identifikasi senyawa yang
memiliki pergeseran yang sama dengan artonin E dengan menggunakan analisis
perbandingan H-NMR dan C-NMR.
Fraksinasi
Pengujian Spektrofotometri UV
Pengujian Spektrofotometer IR
Hasil isolasi diambil ± 1 mg dan digerus dalam
KBr sampai homogen
2.4 HASIL
1. Ekstraksi : Dari tahap inilah diperoleh ekstrak pekat berbentuk pasta
berwarna hitam seberat 82,4086 g.
2.5 PEMBAHASAN
Pada tahap ekstraksi berwarna hitam pekat,yang selanjutnya dilakukan
fraksinasi untuk mendapatkan senyawa yang lebih sederhana. Setelah dilakukan
tahap ekstraksi dan fraksinasi, diperoleh 4 fraksi yang akan dipisahkan kembali
dengan 4 metode. Fraksi C dilakukan dengan kromatografi kolom gravitasi dan
fraksi C dilakukan dengan metode KCV, hasil yang didapatkan sama sehingga
digabungkan untuk memperoleh massa yang lebih banyak, dan pada fraksi D, F
juga mendapat hasil yang sama maka digabungkan. Tahap selanjutnya merupakan
tahap rekristalisasi senyawa 1 didapatkan serbuk berwarna kuning dengan titik
leleh 205-206°C.
2.6 KESIMPULAN
Didapatkan serbuk berwarna kuning dengan titik leleh 205-206°C pada kulit akar
A.elasticus berasal dari Alor yang dapat diidentifikasi sebagai senyawa artonin E
2.2 Metodelogi
Uji Kemurnian
Terhadap isolat dilakukan uji kemurnian dengan metode KLT pengembang
tunggal dan KLT dua dimensi. Terhadap isolate murni dilakukan
karakterisasi isolat menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan
pereaksi geser.
2.3 Hasil
Pengumpulan Bahan dan Determinasi
Pembuatan Simplisia
Penapisan Fitokimia
Hasil penapisan fitokimia daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav)
Fraksinasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah ekstraksi cair-cair (ECC) dan
Kromatografi cair vacum (KCV).
Terhadap fraksi n- Heksana dan fraksi etil asetat yang diperoleh
kemudian dilakukan pemantauan KLT dengan mengunakan eluen n-
Heksana : etil asetat (7:3).
d. Proses Isolasi
Terhadap fraksi gabungan D dilakukan isolasi senyawa flavonoid
dengan metode KLT preparatif menggunakan fase gerak etil asetat -
n-heksan (7:3). Dan didapat pita berwarna biru yang terlihat di
bawah sinar uv 366 nm yang terpilih, kemudian dikerok, lalu
dilarutkan dalam metanol untuk mendapatkan isolat.
e. Uji Kemurnian
Pengujian KLT dua dimensi menggunakan dua jenis campuran eluen,
yaitu yang bersifat kurang polar dan lebih polar. Hasil uji kemurnian
menunjukkan bahwa isolate sudah murni
f. Karakterisasi Isolat
Hasil pengujian pada pereaksi geres
Dari data tabel diatas isolat yang dilarutkan dalam metanol
menghasilkan absorbansi pita II sebesar 365 dan pita I sebesar 289.
Data tersebut berada pada rentang 240-280 dan 350 – 385 yang
menunjukkan bahwa senyawa tersebut adalah flavonoid golongan
flavonol. Tahapan selanjutnya isolat direaksikan dengan NaOH untuk
mengamati pola hidroksilasi pada pita I, hasil pengujian menunjukkan
adanya pergeseran sebesar 46 nm dengan kekuatan menurun pada pita
I yang menunjukkan 3- OH,tidak ada 4’-OH bebas.
Tahapan selanjutnya isolat direaksikan dengan AlCl3 menghasilkan
absorbansi pita II sebesar 278 dan pita I sebesar 452 dan AlCl3/HCl
menghasilkan absorbansi pita II sebesar 272 dan pita I sebesar 416.
Hasil pengujian menunjukkan adanya pergeseran sebesar 36 nm pada
pita I yang menunjukkan adanya o-diOH pada cincin B.
2.4 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa tanaman daun sirih
merah mengandung senyawa flavonoid yang diduga golongan flavonol.
Artikel 3 : Isolasi Dan Identifikasi Flavonoid Dari Daun Dewandaru
(Euegenia uniflora L.)
2.1 Latar Belakang
Daun dewandaru dapat berfungsi sebagai antiradikal yang disebabkan
karena adanya senyawa flavonoid
2.3 Metodelogi
2.3.1 Ektraksi
Tahap penghilangan lemak dengan metode sokletasi menggunakan
pelarut kloroform dan tahap kedua maserasi dengan etanol 70%.
Prosedur :
2.3.2 Fraksinasi
Menggunakan etil asetat dan air dengan metode kromatografi lapis
tipis (KLT)
Prosedur :
.
dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis, pereaksi
diagnostic NaOH, NaOAc, H3BO3, AlCl3, HCl, KLT dua
dimensi, hidrolisis isolat fraksi etil asetat
Isolat ditotolkan pada salah satu ujung plat KLT fase diam
selulosa dengan jarak elusi 10x10 cm
.Tahap V : IV
Tahap Larutan isolattahap
: Larutan dalamIIImetanol ditambah
ditambah NaOAc,
3 tetes HCl,
dicampur,
dicampur, direkam
direkam spektranya.
spektranya.
dan Pembahasan
Ekstrak yang dihasilkan dari proses awal harus menghasilkan kelompok
senyawa yang dituju, dalam hal ini senyawa-senyawa polar. Oleh Karena itu
proses ekstraksi dilakukan dua tahap yaitu penghilangan senyawa yang tidak
diharapkan adalah senyawa non polar, eliminasi dilakukan dengan sokletasi
menggunakan pelarut kloroform. Tahap kedua ekstraksi yang ditujukan untuk
mengambil senyawa polar dengan optimal dan etanol 70% merupakan pelarut
yang polar akan menyari dengan baik senyawa yang diharapkan.
Gambar 1
Intensitas warna yang lebih kuat adalah bercak dengan Rf 0,75, sehingga
bercak ini dilanjutkan untuk proses berikutnya, dengan menggunakan KLT dua
dimensi.
Dari hasil uji kemurnian didapati bahwa bercak pada Rf 0,75 dievaluasi
kemurniannya dengan menggunakan KLT dua dimensi. Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya bercak tunggal menunjukkan bahwa isolat telah murni.
Gambar 3
Gambar 4
Berdasarkan Gambar 4, terbukti terjadi pergeseran batokromik pada semua
pita, dari hasil tersebut dapat diperkirakan adanya gugus hidroksil yang cukup
kuat pada cincin A dan terdapat pula gugus hidroksil pada cincin B.
Gambar 5
Gambar 6
2.5 Kesimpulan
Einbond, L.S., Reynertson, K.A., Luo, X., Basile, M.J., dan Kennelly, E.J.
(2004). Anthocyanin Antioxidant from Edible Fruits. Food Chem, 23-28.
Suhendi Andi, Sjahid, L.R, dan Hanwar Dedi. (2011). Isolasi Dan
Identifikasi Flavonoid Dari Daun Dewandaru (Eugenia Uniflora L.). Pharmacon.
Volume 12, Nomor 2.