Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/323390154

LAPORAN KASUS PARKINSON DISEASE DEMENTIA: ASPEK NEUROKOGNITIF


DAN HALUSINASI VISUAL

Article  in  Callosum Neurology · February 2018


DOI: 10.29342/cnj.v1i1.8

CITATIONS READS

0 6,328

2 authors:

Ketut Widyastuti Anak Agung Ayu Putri Laksmidewi


Udayana University Udayana University
11 PUBLICATIONS   3 CITATIONS    51 PUBLICATIONS   5 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Gadget and Tension Type Headache View project

BRAIN VITALIZATION GYMNASTICS AND COGNITIVE FUNCTION View project

All content following this page was uploaded by Anak Agung Ayu Putri Laksmidewi on 14 November 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Callosum Neurology, Volume 1, Nomor 1:34-38, 2018
ARTIKEL ASLI
ISSN 2614-0276 | E-ISSN 2614-0284

LAPORAN KASUS PARKINSON’S


DISEASE DEMENTIA: ASPEK
NEUROKOGNITIF DAN HALUSINASI
VISUAL
Ketut Widyastuti1, Anak Agung Ayu Putri Laksmidewi1
1
Neurolog/Staf Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar

Diterima 11 Agustus 2017 DOI: 10.29342/cnj.v1i1.8


Disetujui 1 September 2017
Publikasi 21 Januari 2018 Korespondensi: ketutwidyastuti@yahoo.co.id

ABSTRAK

Latar Belakang: Penderita penyakit Parkinson berisiko didapatkan resting tremor, rigiditas, bradikinesia,
6 kali lebih tinggi untuk mengalami demensia hilangnya reflek postural, dan tanda Myerson positif
dibandingkan populasi normal. Parkinson’s Disease dengan stadium 4 Hoehn Yahr. Pemeriksaan
Dementia (PDD) terjadi pada stadium lanjut sebelum neurokognitif menunjukkan gangguan atensi, memori,
atau setelah munculnya gejala motorik, sedangkan visuospasial, fungsi eksekutif, dan halusinasi visual.
gangguan fungsi kognitif dan halusinasi visual terjadi Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
pada stadium awal. kepala menunjukkan atropi berat pada otak. Pasien
Kasus: Seorang wanita berusia 55 tahun dengan mengalami perbaikan klinis dengan terapi
keluhan gangguan memori yang semakin memberat farmakologis dan stimulasi kognitif.
sejak setahun lalu. Gejala fluktuatif, rekuren, menetap, Simpulan: Identifikasi dini gejala motorik, non
serta mengganggu aktivitas harian pasien. Pasien motorik, kognitif, dan neuropsikiatri terutama
mengeluh sering melihat bayangan orang atau binatang halusinasi visual pada pasien dengan penyakit
tertentu terutama di malam hari. Tidak ada gangguan Parkinson sangatlah penting guna memberikan
proses pikir atau bicara kacau. Pemeriksaan fisik tatalaksana yang tepat.

Kata Kunci: Demensia, penyakit Parkinson, halusinasi visual, gangguan memori


ABSTRACT

Background: The risk of dementia is 6 times higher in bradykinesia, loss of postural reflex and positive
people with Parkinson's Disease (PD). Parkinson's Myerson sign with stage 4 Hoehn Yahr.
Disease Dementia (PDD) is usually seen at an Neurocognitive examination found impairment of
advanced stage and may occur before or after the onset attention, memory, visuospasial, executive function,
of motor symptoms, meanwhile cognitive dysfunction with visual hallucinations. Head Magnetic Resonance
and visual hallucination occur in the early stage. Imaging showed severe brain atrophy. She experienced
Case: A 55-years-old woman with worsening memory improvement with pharmacological therapy and
impairment since 1 year ago. It is very fluctuating, cognitive stimulation.
recurrent, persistent so patients unable to perform her Conclusion: Early recognition of motoric, non-
daily activities. She often sees the shadow of a person motoric, cognitive, and neuropsychiatric symptoms
or particular animal especially at night. Examination mainly visual hallucination is essential to provide
revealed no distractions of thought or speech disorder. proper patient’s management.
Physical examination found resting tremor, rigidity,

Key words: Dementia, Parkinson’s Disease, visual hallucination, memory impairment

Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali | 34


ARTIKEL ASLI Widyastuti dan Laksmidewi 2018

Latar Belakang Pasien maupun keluarganya menyangkal


Gangguan fungsi kognitif merupakan salah satu memiliki riwayat penyakit kronis, penyakit berat
gejala non motorik pada pasien Parkinson’s yang membutuhkan rawat inap, maupun penyakit
Disease (PD) yang berkaitan dengan perubahan yang mengharuskan mengonsumsi obat secara
neurotransmitter pada jalur dopaminergik dan rutin. Tidak ada riwayat penyakit yang sama
kolinergik.1 Walaupun gejala motorik (tremor, dalam keluarga.
rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya reflek Pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital normal
postural) digunakan untuk menegakkan diagnosis dengan kesadaran alert namun cenderung diam.
PD namun gejala non motorik sangat penting Didapatkan tanda PD berupa resting tremor dan
untuk menentukan kualitas hidup penderita PD. 2 rigiditas pada keempat ekstemitas. Bradikinesia
insidensi demensia pada PD terjadi setelah ditandai dengan kedipan mata berkurang, wajah
maupun sebelum munculnya gejala motorik. seperti topeng, hipofonia, mikrografia, dan
Demensia yang muncul mendahului gejala langkah kecil-kecil. Refleks postural menghilang
motorik Parkinson disebut dengan Dementia with dan didapatkan tanda Myerson yang positif.
Lewy Bodies (DLB).3 Pengenalan gejala Kesimpulan evaluasi klinis pasien menunjukkan
demensia pada pasien PD sangat penting bagi PD stadium 4 menurut stadium Hoehn Yahr.
klinisi sehingga bisa memberikan tatalaksana Pemeriksaan neurokognitif menunjukkan adanya
yang tepat seperti halnya gejala motorik.4 gangguan atensi dan orientasi pada digit span test
Berikut merupakan laporan kasus DLB dari aspek and vigilance. Pasien tidak mampu mengerjakan
neurokognitif dengan gejala halusinasi visual. pemeriksaan clock drawing test maupun trail
making test. Adanya gangguan memori (recent,
Laporan Kasus recall, dan recognition memory), gangguan
Seorang wanita pegawai negeri sipil berusia 55 visuospasial, dan fungsi eksekutif. Terdapat
tahun dibawa keluarganya ke dokter saraf karena halusinasi visual dengan bentuk yang baik,
mengalami gangguan kognitif berupa kompleks, dan detail. Mini Mental Status
kebingungan, mudah lupa dengan kejadian yang Examination (MMSE) dengan skor 12 (skor
baru dialami, serta tidak mengenali keluarganya. normal 24-30) menunjukkan gangguan kognitif
Sebelumnya pasien dirawat oleh psikiater karena berat dengan gangguan pada aktivitas harian.
mengalami keluhan sering melihat bayangan
orang atau binatang tertentu terutama di malam
hari. Hal ini sangat menganggu karena pasien
menjadi panik, berteriak dan tidak bisa tidur.
Tidak ada gangguan proses pikir atau bicara
kacau. Hal tersebut telah berlangsung sekitar 1
tahun terakhir dan semakin memberat. Tahap
awal penyakit, gangguan kognitif yang terjadi
sangat berfluktuasi. Misalnya, hari ini pasien
dapat diajak bercakap-cakap, namun hari
berikutnya pasien tampak mudah mengantuk,
acuh tak acuh, dan menjadi pendiam. Keluhan
non motorik ini menyebabkan pasien tidak
mampu mengatur pekerjaan rutinnya sehingga
dibebastugaskan oleh atasannya.
Gejala motorik yang timbul berupa gemetar pada
kedua tangan dan kekakuan pada keempat
ekstremitas sejak beberapa bulan terakhir. Hal
tersebut membuat pasien kesulitan berjalan
karena langkahnya menjadi kecil-kecil dan sering
nyaris terjatuh sehingga harus dibantu untuk
melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, Gambar 1. Gambaran Magnetic Resonance Imaging
berpakaian dan makan. kepala pasien

35 | Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali


Widyastuti dan Laksmidewi, 2018 ARTIKEL ASLI
Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging gangguan fungsi kognitif dan eksekutif saat
(MRI) kepala menunjukkan sulkus dan girus stadium awal.2
korteks serebri yang sangat prominen disertai Gangguan daya ingat merupakan keluhan utama
pelebaran ventrikel lateralis bilateral dan pada laporan kasus ini. Tipe dan kualitas
ventrikel III. Hal ini mendukung adanya atropi gangguan memori pada PD tidak seberat pada
otak yang berat. Alzheimer Disease (AD). Pasien PD mengalami
Kesimpulan anamnesis, pemeriksaan fisik, gangguan memori eksplisit yaitu informasi baru
neurokognitif, dan penunjang menunjukkan dapat tersimpan namun tidak bisa segera diakses.
adanya demensia pada pasien dengan penyakit Hal ini menyebabkan gangguan pada proses
Parkinson. Demensia tersebut timbul sebelum penyimpanan informasi.3 Defisit memori verbal
munculnya keluhan motorik, sehingga (immediate dan delayed recall) sering dijumpai,
menyokong diagnosis DLB. namun tidak separah AD. Gangguan kualitas
Penanganan kasus DLB bervariasi. Pengobatan memori pada PD berbeda dengan yang ditemukan
gejala motorik dengan pemberian obat golongan pada AD. Gangguan free recall terjadi baik pada
dopaminergik. Perbaikan fungsi kognitif pasien AD dan PDD, namun recognition memory pasien
dengan pemberian golongan asetilkolinesterase PDD masih baik.2,3
inhibitor (rivastigmin 3-12 mg yang dosisnya Gangguan fungsi eksekutif merupakan jenis
dinaikkan secara bertahap). Rivastigmin dapat gangguan kognitif yang paling sering terjadi pada
memperbaiki keluhan kognitif dan halusinasi pasien PD. Fungsi eksekutif mencakup fungsi
pada Parkinson’s Disease Dementia (PDD) tanpa kognitif yang berkaitan dengan pemecahan
memperburuk efek ekstrapiramidal. Gejala masalah, realisasi terhadap tujuan, perilaku
psikotik dan halusinasi visual diterapi dengan adaptif terhadap situasi baru dan lingkungan yang
antipsikotik atipikal seperti clozapine atau memberikan tantangan. Instrumen dari fungsi
risperidone. eksekutif berupa atensi, inhibisi, manajemen
Pasien mengalami perbaikan gejala motorik dan tugas, perencanaan dan monitoring. Pasien pada
kognitif dengan kombinasi terapi farmakologi laporan kasus ini mengalami gangguan fungsi
dan stimulasi kognitif di klinik neurobehavior. eksekutif yang menyebabkan tidak dapat
kesulitan dalam pekerjaannya. Hal itu membuat
pasien diberhentikan dari pekerjaannya.
Selain disfungsi eksekutif umumnya juga
ditemukan defisit visuospasial pada pasien PD
non demensia. Keterampilan visuospasial
mencakup sejumlah kemampuan kognitif terkait
dengan kemampuan memproses informasi visual,
meliputi pengenalan pola dan kemampuan
konstruksi. Pasien pada laporan kasus ini juga
mengalami gangguan visuospasial karena pasien
mengalami kesulitan saat mengerjakan clock
Gambar 2. Gambaran Magnetic Resonance
drawing test (CDT). Gangguan visuospasial dan
Angiography kepala pasien
memori yang terjadi pada pasien disebabkan
Pembahasan proses sekunder akibat gangguan fungsi eksekutif
Demensia merupakan defisit kognitif multipel yang terjadi sebelumnya.2,3
yang menyebabkan gangguan fungsi pekerjaan Proprosi pasien DLB berkisar antara 15-20% dari
dan sosial. Demensia yang terjadi sebagai seluruh demensia. Manifestasi klinis PDD dan
konsekuensi patologi dari PD disebut dengan DLB memiliki banyak kemiripan sehingga sulit
Parkinson’s Disease Dementia. Risiko penderita dibedakan, kecuali pada onset gangguan kognitif
PD mengalami demensia 6 kali lebih tinggi dan gejala psikosis yang menyertai. Klinis DLB
dibandingkan dengan kelompok tanpa PD pada ditandai dengan gejala penurunan progresif
kelompok umur yang sama. Demensia pada PD fungsi kognitif dengan gangguan atensi dan
umumnya terjadi pada stadium lanjut, meskipun halusinasi yang muncul sebelum gejala motorik
pasien PD telah memperlihatkan perlambatan dan Parkinson.3 Pasien pada laporan kasus ini
mengalami gangguan kognitif disertai gejala

Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali | 36


ARTIKEL ASLI Widyastuti dan Laksmidewi 2018

psikosis halusinasi visual yang terjadi sebelum pada fungsi non motorik seperti fungsi kognitif,
terjadinya gangguan motorik (tremor, kekakuan motivasi, perhatian dan kontrol perilaku. Selain
ekstremitas dan langkah kecil-kecil). Pasien jalur dopamin, proses degeneratif juga mengenai
awalnya berobat ke psikiater karena perubahan jaras lain seperti jaras neurotransmitter
perilaku dan keluhan halusinasi visual dan noradrenalin dan serotonin. Hilangnya neuron
diberikan terapi antipsikotik. dopaminergik, serotonergik dan noradrenergik
Gejala psikotik berupa halusinasi visual akan mengakibatkan deplesi neurotransmitter
merupakan keluhan tersering pada PDD maupun dopamin, serotonin dan noradrenalin yang
DLB. Halusinasi merupakan persepsi sensoris selanjutnya mendasari timbulnya gangguan
tanpa adanya stimulus eksternal. Berbeda dengan kognitif pada PD.7
psikosis akibat penggunaan obat dopaminergik Gambaran MRI kepala pasien ini menunjukkan
ataupun delirium yang sering menyertai PD, adanya atropi serebri yang menyokong bahwa
halusinasi visual ini bersifat menetap, terjadi kerusakan neuron pada kasus demensia.
berfluktuasi, ataupun berulang. Halusinasi visual Kerusakan neuron pada PD terjadi pada area
ini tidak disertai dengan waham, bicara kacau, subkortikal dan kortikal. Degenerasi sistem
atau gejala negatif lainnya. Halusinasi yang dopaminergik mesokortikal menyebabkan deplesi
muncul biasanya berupa obyek familiar dan dopamin pada korteks frontal dari area
cenderung tidak membahayakan dengan bentuk tegmentum ventral yang menimbulkan gangguan
beragam. Sebaliknya halusinasi yang terjadi pada fungsi eksekutif. Hilangnya neuron kolinergik
demensia yang progresif akan berkembang tampak jelas pada nukleus basalis Meynert
sehingga mengancam dan membahayakan disertai dengan berkurangnya aktivitas kolinergik
menyebabkan tes realita yang terganggu, di korteks. Nukleus tersebut mengandung 90%
kepanikan, dan kecemasan pasien. Halusinasi neuron kolinergik dan merupakan proyeksi
pada DLB muncul sebelum gejala motorik kolinergik utama ke amigdala dan neokorteks.
sedangkan pada PDD muncul dalam kurun Sejalan dengan perubahan neuropatologis
setahun pasca gejala motorik.3 subkortikal, perubahan kortikal juga berperan
Pasien pada laporan kasus ini mengalami gejala pada etiologi PDD. Proses patologis α-synuclein
sindrom diseksekutif progresif dan fluktuatif ditemukan lebih banyak pada PDD dan DLB yang
dengan halusinasi visual yang disertai dengan juga memiliki gambaran patologis plak amyloid
gangguan aktivitas hidup harian. Profil gangguan seperti pada penderita Alzheimer. Gangguan
kognitif pada PD dapat dilihat dari berbagai area fungsi kognitif pada PD kemungkinan besar
kognitif yaitu atensi, fungsi eksekutif, memori akibat kombinasi beberapa faktor baik fungsional
dan visuospasial. Secara umum angka kejadian (neurotransmitter dan biokimia) maupun
gangguan kognitif pasien PD saat onset 2 dan 5 struktural (neuron dan sinapsis).8,9
tahun sebesar 2,4% dan 5,8%. Hal tersebut Terapi antiparkinson dapat mengurangi gejala-
memberikan gambaran bahwa gangguan kognitif gejala motorik melalui peningkatan ketersediaan
sebenarnya telah timbul pada stadium awal PD, dopamin. Prekursor dopamine yaitu levodopa
dan dalam banyak kasus gangguan ini merupakan terapi efektif untuk mengontrol gejala
asimtomatis, namun dapat terdeteksi dengan tes motorik pada PD. Pemberian levodopa ini
neuropsikologi.5 biasanya dikombinasikan dengan pemberian
Gejala PD baru akan muncul bila sel neuron preparat carbidopa, yang merupakan enzim
dopaminergik substansia nigra mengalami penghambat metabolisme dopamin di perifer.
kerusakan lebih dari 50%, penurunan kadar Pemberian agonis reseptor dopamine
dopamin hingga 80%, disertai pembentukan (pramipexole, ropinirole) dapat meningkatan
inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy Bodies).6 aktifitas dopamine pasca sinaps, sedangkan
Penurunan neurotransmitter dopamin penghambat oxidase-B monoamine (selegeline)
mengakibatkan gangguan pada jaras dan penghambat transferase katekolamin
dopaminergik yaitu jalur nigrostriatal, (talcapone), bekerja menghambat metabolisme
mesolimbik dan mesokortikal. Jalur nigrostriatal dopamin dan meningkatkan sinaps dopamin.
merupakan jalur dopamin yang berfungsi pada Amantadin dan agen antikolinergik seperti
sistem motorik, sedangkan jalur mesolimbik dan trihexiphenidyl juga digunakan untuk
mesokortikal merupakan jalur yang berperan mengkontrol gejala motorik. Pasien pada laporan
3

37 | Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali


Widyastuti dan Laksmidewi, 2018 ARTIKEL ASLI
kasus ini diberikan terapi levodopa kombinasi serotonergik yang menurunkan kadar serotonin
carbidopa dan terapi trihexyphenidyl. atau stimulasi yang berlebihan dari reseptor
Intervensi farmakologi demensia saat ini lebih serotonergik akibat terapi dopaminergik.
bersifat simptomatik dan berdasarkan Defisiensi kolinergik memegang peranan untuk
kompensasi akibat hilangnya aktivitas kolinergik terjadinya psikosis pada pasien PD dengan
di korteks serebri. Menurunnya proyeksi gangguan kognitif. Manifestasi psikotik pada
ascending cholinergic dari nukleus basalis PDD dan DLB bisa akibat kontribusi dari faktor
Meynert berperan pada PDD dan DLB dengan endogen (PDD dan DLB) dan faktor eksogen
integritas kortikal relatif masih baik dibandingkan (substance-induced). Bila muncul gejala psikotik
AD. Rivastigmin (cholinesterase inhibitors) eksogen, antipsikosis atipikal dan penurunan
memperbaiki gejala kognitif dan halusinasi pada dosis antiparkinson merupakan strategi yang
PD demensia tanpa memperburuk efek dapat dipertimbangkan. Pada psikosis endogen,
ekstrapiramidal. Pemberian jangka panjang terutama pada DLB dan PDD, cholinesterase
rivastigmin berhubungan dengan perbaikan klinis inhibitor dapat dipilih. Gejala pada PD seringkali
pasien PDD. Perbaikan fungsi kognitif pada hasil dari faktor endogen dan eksogen, sehingga
laporan kasus ini dengan memberikan rivastigmin kombinasi strategi keduanya dapat digabungkan. 3
3-12 mg yang dosisnya dinaikkan secara
bertahap.3 Simpulan
Patofisiologi gejala psikosis seperti halusinasi Gangguan fungsi kognitif merupakan salah satu
visual pada PD tidak diketahui secara pasti. gejala non motorik pada pasien PD yang ditandai
Laporan terjadinya psikosis pada pasien PD dengan gangguan memori, atensi, fungsi
sering timbul pada penggunaan terapi levodopa. eksekutif, dan visuospasial. Gejala neuropsikiatri
Gejala akan membaik dengan penurunan dosis. dominan dengan gambaran psikotik berupa
Hipotesis bahwa gejala psikosis yang terjadi halusinasi visual. Patologi yang bervariasi
sekunder akibat hipersensitifitas reseptor berkaitan dengan fungsi dopaminergik dan non
dopamin di regio mesokortikal dan mesolimbik dopaminergik. Identifikasi dini gejala motorik,
yang diakibatkan stimulasi berlebih dari kognitif, dan neuropsikiatri sangat penting untuk
pengobatan dopaminergik. Terjadi tatalaksana lanjut pasien PD.
ketidakseimbangan sistem dopaminergik dan

Daftar Rujukan 5. Uc EY, McDermott MP, Marder KS, Anderson


1. Melzer TR, Watts R, MacAskill MR, Pitcher TL, SW, Litvan I, Como PG, Auinger P, Chou KL,
Livingston L, Keenan RJ, Dalrymple-Alford JC, Growdon JC. Incidence of and risk factors for
Anderson TJ. Grey matter atrophy in cognitively cognitive impairment in an early Parkinson disease
impaired Parkinson's disease. 2012. J Neurol clinical trial cohort. 2009. Neurology;
Neurosurg Psychiatry; 83(2):188-94 73(18):1469-77.
2. Kelompok studi movement disorder, Perdossi. 6. Remy P, Doder M, Lees A, Turjanski N, Brooks
Gejala non motorik penyakit Parkinson. Dalam: D. Depression in Parkinson's disease: loss of
Buku panduan tatalaksana penyakit Parkinson dan dopamine and noradrenaline innervation in the
gangguan gerak lainnya. 2013. Penerbit limbic system. 2005. Brain;128(Pt 6):1314-22.
Asembilan Mathba’ah Utama. Depok. Edisi 7. Carlson, NR. Neurotransmitter and
pertama. h25-48 neuromodulators. Dalam: Physiology of Behavior.
3. Wolters ECh, Laar TV, Berendse HW. Parkinson’s 2004. Massachusetts, Pearson. Edisi 8: 112-128
Disease-related Cognitive Impairment and 8. Olanow CW, Stern MB, Sethi K. The scientific and
Dementia (PDD and DLB). Dalam: Parkinsonism clinical basis for the treatment of Parkinson
and Related Disorders. 2008. Amsterdam. VU disease. 2009. Neurology;72(21 Suppl 4):S1-136.
University Press. pp.191-197 9. Grahn JA, Parkinson JA, Owen AM. The cognitive
4. Steinerman JR, Sebastián EN, Stern Y. Cognitive functions of the caudate nucleus. Prog Neurobiol.
Aspects of Parkinson’s Disease and Other 2008;86(3):14
Neurodegenerative Movement Disorders. 2016.

Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali | 38

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai