Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM FARMASI KLINIK

STUDI KASUS GANGGUAN/PENYAKIT KARDIOVASKULER DAN


RESPIRASI
DENGAN DIAGNOSIS UTAMA ASMA

DISUSUN OLEH:
GOLONGAN AIII/KELOMPOK 3

ANGGOTA:
1. Mohamad Alfaizin
NIM 18/423537/FA/11670
2. Nabila Saufika A
NIM 18/423538/FA/11671
3. Nastiti Okti I
NIM 18/423539/FA/11672
4. Natanael Hendry S
NIM 18/423540/FA/11673

PROGRAM SARJANA PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2021
DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

STUDI KASUS KARDIOVASKULER DAN RESPIRASI

DENGAN DIAGNOSIS UTAMA ASMA

LUARAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi Drug-Related Problems (DRPs) pada pasien

dengan gangguan/penyakit asma

2. Mahasiswa mampu merencanakan care plan untuk menyelesaikan Drug-Related

Problems (DRPs) pada pasien dengan gangguan/penyakit asma

3. Mahasiswa mampu merencanakan monitoring dan evaluasi terapi obat pada pasien

dengan gangguan/penyakit asma

4. Mahasiswa mampu merencanakan edukasi dan informasi obat pada pasien dengan

gangguan/penyakit asma

KASUS

Skenario:
Seorang perempuan yang sedang hamil 9 bulan masuk RS karena serangan asma akut
dengan keluhan sesak nafas, suara mengi yang terdengar jelas, dan batuk-batuk.
Semalam pasien tidak bisa tidur. Sudah seminggu ini pasien dalam kondisi tertekan
karena suaminya ditangkap Polisi karena kasus narkoba. Perut pasien sudah mulai
kontraksi yang merupakan tanda-tanda akan melahirkan.
Riwayat penyakit dahulu:
Menderita asma sejak usia 20-an dan beberapa bulan sekali kambuh, apalagi jika cuaca
dingin dan banyak pikiran. Pasien juga memiliki riwayat dermatitis alergi.
Riwayat keluarga:
Ayah pasien juga menderita asma.
Riwayat pengobatan:
Salbutamol inhaler, 2 puffs PRN

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Pulmonary function test:


FEV1/FVC pada saat masuk RS: 60 %
Soal:
1. Lakukan asesmen drug-related problems pada pasien tersebut!
2. Rekomendasikan penyelesaian drug-related problems pada pasien tersebut!
3. Rencanakan materi KIE yang akan disampaikan kepada pasien tersebut!
4. Buat rencana monitoring dan evaluasi efektivitas terapi dan ESO untuk pasien
tersebut!

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

ASESMEN DRUG-RELATED PROBLEMS (DRPs) DAN RENCANA ASUHAN KEFARMASIAN (PHARMACEUTICAL CARE PLAN)

Masalah Medik Terapi S, O A P

Asma Salbutamol S: - Pasien mengalami eksaserbasi asma - Merekomendasikan kepada dokter untuk
inhaler 2 - sesak nafas dengan faktor pemicu berupa memberikan terapi yaitu:
puffs PRN - batuk-batuk masalah psikososial (kondisi 1) Salbutamol nebulizer 2,5 mg setiap 20 menit
O: tertekan karena suami pasien untuk 3 dosis. Diencerkan aerosol minimal 3
- suara mengi yang terlibat kasus narkoba) mL pada aliran gas oksigen.
terdengar jelas - Berdasarkan nilai FEV1, eksaserbasi 2) Oksigen dengan kecepatan aliran 6-8 L/menit
- FEV1/FVC pada saat yang dialami pasien termasuk (target saturasi ≥95%)
masuk RS: 60 % dalam moderate eksaserbasi (FEV1 3) Dipertimbangkan untuk ditambahkan
= 40-69%) kortikosteroid oral berupa prednisolone
dengan dosis 40 mg 3x sehari jika tidak ada
respon terapi.
- Monitoring efektivitas terapi (gejala, FEV1,
saturasi oksigen) setelah 1 jam terapi, ketika
keadaan memburuk rekomendasi untuk
dipindahkan ke acute care facility. Jika respon

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

baik, digunakan salbutamol inhaler dan


prednisolon dilanjutkan selama 3 hari
- Monitoring efek samping akibat penggunaan
salbutamol dan prednisolon
- Memberikan KIE pada pasca eksaserbasi terkait
menghindari faktor pemicu eksaserbasi

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

PARAMETER PEMANTAUAN

Parameter efektivitas Parameter efek samping


Obat
Kondisi klinik TTV dan lab Kondisi klinik TTV dan lab

Salbutamol ● Perbaikan gejala asma: ● FEV1 ≥70%, peak ● hipokalemia ● serum potassium
sesak nafas, batuk-batuk, flow ● hiperglikemia ● Gula darah
suara mengi ● Takikardi
● skeletal muscle tremor
Oksigen - Saturasi ≥95% - -
Prednisolone ● Respon terjaga hingga 60 FEV1/FVC >=70% ● Hipertensi ● Tekanan darah
menit setelah terapi ● Sakit kepala ● Gula darah
terakhir ● Edema wajah ● Elektrolit
● Tidak terjadi eksaserbasi ● Hyperglycemia
ulang ● Hypernatremia
● Tidak ada ● Hypokalemia
kesulitan-kesulitan
● Pemeriksaan janin baik

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI

a. KIE farmakologi

1) Memberikan informasi bahwa pemakaian nebulizer akan dibantu tenaga medis


lain
2) Konfirmasi kepada pasien mengenai cara pakai salbutamol inhaler dengan baik
dan benar berdasarkan riwayat pengobatan pasien
3) Konfirmasi ke dokter untuk pemberian oksigen dengan kecepatan rata-rata 6-8
L/menit kepada pasien, agar saturasi mencapai 95%.
4) Konfirmasi kepada dokter untuk pemberian salbutamol nebulizer dapat
diberikan 2,5 mg setiap 20 menit untuk 3 dosis yang dilakukan dengan
mengencerkan aerosol minimal 3 mL pada aliran gas oksigen
5) Memberikan informasi bahwa setelah pascaeksaserbasi salbutamol nebulizer
dapat digantikan dengan salbutamol inhaler sebanyak 2 puffs setiap 4-6 jam jika
diperlukan
6) Memberikan informasi bahwa Salbutamol diketahui dapat memberikan efek
samping hipokalemia, hiperglikemia, Takikardi, dan skeletal muscle tremor
7) Prednisolon dapat diberikan 40 mg sebanyak 3 kali sehari kepada pasien secara
peroral hingga 3 hari
8) Memberikan informasi bahwa Prednisolon dapat menyebabkan efek samping
hipertensi, sakit kepala, Edema wajah, hyperglycemia, hypernatremia, dan
hypokalemia
b. KIE nonfarmakologi

1) Edukasi untuk meningkatkan self-management skills dan penggunaan layanan

kesehatan

2) Menghindari suhu dingin dengan memakai selimut, pakaian hangat, atau sejenis

pemanas ruangan

3) Menghindari alergen yang dapat memicu parahnya gejala asma dan juga dapat

menyebabkan kambuhnya riwayat penyakit dermatitis alergi. Contohnya seperti

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

menghindari kontak dengan debu, asap rokok, kosmetik tertentu, makanan

tertentu dan sebagainya.

4) Mengurangi aktivitas yang dapat memicu parahnya gejala asma seperti olahraga

5) Mengatur dan mengendalikan emosi pasien akibat beban stress yang dideritanya

6) Memberikan dukungan kepada pasien agar pasien dapat tidur dan beristirahat

yang cukup

7) Menyarankan kepada dokter untuk memberikan psikoterapi untuk stress dan

keluhan gangguan tidur yang dialami pasien bila perlu

EVALUASI DAN FOLLOW-UP

Evaluasi (frekuensi/periode evaluasi dan target terapi sesuai indikasi dari tiap obat.)

1. Evaluasi pola hidup pasien Evaluasi respon dari SABA (Salbutamol) setelah

pemberian setiap dosis atau setelah 20 menit dengan menilai frekuensi mengi,

dispnea, dan dada sesak. Dan juga diperlukan untuk menghitung peak flow pasien.

2. Monitoring kadar serum potassium untuk hipokalemia saat masuk ke rumah sakit

dan secara berkala, karena pasien diberikan inhalasi SABA dengan dosis tinggi.

3. Target terapi dengan Salbutamol adalah nilai pengukuran PEF setidaknya adalah 70%

dari pasien yang telah diberikan 3 dosis inhalasi Salbutamol dan juga gejala

membaik.

4. Evaluasi efek samping dari Salbutamol seperti jantung berdebar, sakit kepala, nyeri

otot, hipoglikemia, hiperglikemia..

5. Dicek juga respiratory rate dan dihitung kadar oksigen dengan menggunakan pulse

oximetry dan menyediakan oksigen via nasal cannula jika diperlukan. Targetnya

adalah nilai saturasi oksigen lebih dari 95% pada pasien tersebut.

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

6. Apabila diberikan kortikosteroid oral berupa prednisolone, dievaluasi respon dari

prednisolone 4 - 6 jam setelah diadministrasikan kepada pasien dengan memeriksa

tanda dan gejala eksaserbasi asma.

7. Evaluasi efek samping dari prednisolone seperti gangguan tidur, gangguan

pencernaan, gelisah, hipertensi, sakit kepala, edema wajah, hipoglikemia, dan

perubahaan mood.

8. Evaluasi komplikasi penyakit yang muncul selama terapi.

Follow up (apa yang harus dilakukan) apabila:

1. Obat efektif / mencapai target terapi

- Diperbolehkan untuk pulang (meninggalkan rumah sakit) dan tetap melanjutkan

terapi dengan inhalasi Salbutamol dan Prednisolone.

- Menghindari faktor resiko yang dapat menyebabkan kambuhnya asma seperti

bisa memanajemen stress.

2. Obat tidak efektif / tidak mencapai target terapi

- Jika pasien berada di rumah sakit, pasien bisa dipindahkan ke acute care facility.

- Jika pasien berada di rumah dan kambuh, harus cepat ke rumah sakit atau

panggil ambulan.

- Evaluasi penggunaan inhaler dan tekniknya.

- Apabila FEV atau PEF <50% bisa diberikan Salbutamol dosis tinggi setiap 20

menit hingga 1 jam dan berikan inhalasi ipratropium bromida.

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

KESIMPULAN

1. Rencana rekomendasi yang dilakukan adalah dengan menaikkan dosis

Salbutamol menjadi 2,5 mg untuk 3 dosis setiap 20 menit sekali selama 1 jam

diencerkan aerosol minimal 3 mL pada gas oksigen, pemberian oksigen dengan

kecepatan aliran 6-8 L/menit (target saturasi 95%), dan memipertimbangkan

untuk ditambahkan kortikosteroid oral berupa prednisolone dengan dosis 40 mg

3x sehari jika tidak ada respon terapi. Terus monitoring gejala, efek samping,

nilai FEV1, dan saturasi oksigen pasien. Apabila membaik, Salbutamol dan

Prednisolone bisa dilanjutkan selama 3 hari, sedangkan apabila memburuk bisa

dipindahkan ke acute care facility.

2. Diberikan KIE seperti pemakaian nebulizer akan dibantu tenaga medis, cara

pemakaian inhaler yang baik dan benar dan menjauhi pemicu atau alergen.

Selain itu, pasien juga harus mengatur dan mengendalikan stressnya, atau

pemberian psikoterapi.

3. Target terapi ini adalah nilai PEV di atas 70%, nilai saturasi oksigen > 95%, dan

gejala pasien membaik.

4. Apabila gejala pasien membaik, lanjutkan terapi selama 3 hari. Namun apabila

gejala pasien semakin memburuk, pasien bisa dipindahkan ke acute care facility,

review penggunaan inhaler, dan bisa dipertimbangkan pemberian ipratropium

bromida.

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

DAFTAR PUSTAKA

American Pharmacist Association, 2008, Drug Information Handbook, 17th Edition,Lex


Comp Inc., USA.
Chisholm-Burns, M.A., Schwinghammer, T.L., Wells, B.G., Malone, P.M., Kolesar, J.M.,
DiPiro, J.T., 2016, Pharmacotherapy Principles and Practice, 4th Edition,
McGraw-Hill Education, United States.
Dipiro, J., Talbert, L.R., Yee, G.C., Matzke, G R., Wells, B.G., Possey, L.M., 2008,
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 7th Edition, McGraw-Hill
Medical, Washington Dc.
Global Initiative for Asthma, 2020, Pocket Guide for Asthma Management and
Prevention,https://ginasthma.org/wp-content/uploads/2020/04/Main-pocket-gu
ide_2020_04_03-final-wms.pdf, diakses pada tanggal 5 Mei 2021.
National Asthma Eduaction and Prevention Program, 2004, Managing Asthma During
Pregnancy: Recommendation for Pharmacologic Treatment,
https://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/astpreg_qr.pdf, diakses pada tanggal 5 Mei
2021.
National Heart, Lung and Blood Institute, 2007, Guidelines for Diagnosis and
Management of Asthma,
https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/guidelines-for-diagnosis-management-
of-asthma, diakses pada tanggal 5 Mei 2021.
Wells, B.G., DiPiro, J.T., Schwinghammer, T.L., DiPiro, C.V., 2015, Pharmacotherapy
Handbook, 9th Edition, McGraw-Hill, United States.

***

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK

Anda mungkin juga menyukai