DISUSUN OLEH:
GOLONGAN AIII/KELOMPOK 3
ANGGOTA:
1. Mohamad Alfaizin
NIM 18/423537/FA/11670
2. Nabila Saufika A
NIM 18/423538/FA/11671
3. Nastiti Okti I
NIM 18/423539/FA/11672
4. Natanael Hendry S
NIM 18/423540/FA/11673
LUARAN PRAKTIKUM
3. Mahasiswa mampu merencanakan monitoring dan evaluasi terapi obat pada pasien
4. Mahasiswa mampu merencanakan edukasi dan informasi obat pada pasien dengan
gangguan/penyakit asma
KASUS
Skenario:
Seorang perempuan yang sedang hamil 9 bulan masuk RS karena serangan asma akut
dengan keluhan sesak nafas, suara mengi yang terdengar jelas, dan batuk-batuk.
Semalam pasien tidak bisa tidur. Sudah seminggu ini pasien dalam kondisi tertekan
karena suaminya ditangkap Polisi karena kasus narkoba. Perut pasien sudah mulai
kontraksi yang merupakan tanda-tanda akan melahirkan.
Riwayat penyakit dahulu:
Menderita asma sejak usia 20-an dan beberapa bulan sekali kambuh, apalagi jika cuaca
dingin dan banyak pikiran. Pasien juga memiliki riwayat dermatitis alergi.
Riwayat keluarga:
Ayah pasien juga menderita asma.
Riwayat pengobatan:
Salbutamol inhaler, 2 puffs PRN
ASESMEN DRUG-RELATED PROBLEMS (DRPs) DAN RENCANA ASUHAN KEFARMASIAN (PHARMACEUTICAL CARE PLAN)
Asma Salbutamol S: - Pasien mengalami eksaserbasi asma - Merekomendasikan kepada dokter untuk
inhaler 2 - sesak nafas dengan faktor pemicu berupa memberikan terapi yaitu:
puffs PRN - batuk-batuk masalah psikososial (kondisi 1) Salbutamol nebulizer 2,5 mg setiap 20 menit
O: tertekan karena suami pasien untuk 3 dosis. Diencerkan aerosol minimal 3
- suara mengi yang terlibat kasus narkoba) mL pada aliran gas oksigen.
terdengar jelas - Berdasarkan nilai FEV1, eksaserbasi 2) Oksigen dengan kecepatan aliran 6-8 L/menit
- FEV1/FVC pada saat yang dialami pasien termasuk (target saturasi ≥95%)
masuk RS: 60 % dalam moderate eksaserbasi (FEV1 3) Dipertimbangkan untuk ditambahkan
= 40-69%) kortikosteroid oral berupa prednisolone
dengan dosis 40 mg 3x sehari jika tidak ada
respon terapi.
- Monitoring efektivitas terapi (gejala, FEV1,
saturasi oksigen) setelah 1 jam terapi, ketika
keadaan memburuk rekomendasi untuk
dipindahkan ke acute care facility. Jika respon
PARAMETER PEMANTAUAN
Salbutamol ● Perbaikan gejala asma: ● FEV1 ≥70%, peak ● hipokalemia ● serum potassium
sesak nafas, batuk-batuk, flow ● hiperglikemia ● Gula darah
suara mengi ● Takikardi
● skeletal muscle tremor
Oksigen - Saturasi ≥95% - -
Prednisolone ● Respon terjaga hingga 60 FEV1/FVC >=70% ● Hipertensi ● Tekanan darah
menit setelah terapi ● Sakit kepala ● Gula darah
terakhir ● Edema wajah ● Elektrolit
● Tidak terjadi eksaserbasi ● Hyperglycemia
ulang ● Hypernatremia
● Tidak ada ● Hypokalemia
kesulitan-kesulitan
● Pemeriksaan janin baik
a. KIE farmakologi
kesehatan
2) Menghindari suhu dingin dengan memakai selimut, pakaian hangat, atau sejenis
pemanas ruangan
3) Menghindari alergen yang dapat memicu parahnya gejala asma dan juga dapat
4) Mengurangi aktivitas yang dapat memicu parahnya gejala asma seperti olahraga
5) Mengatur dan mengendalikan emosi pasien akibat beban stress yang dideritanya
6) Memberikan dukungan kepada pasien agar pasien dapat tidur dan beristirahat
yang cukup
Evaluasi (frekuensi/periode evaluasi dan target terapi sesuai indikasi dari tiap obat.)
1. Evaluasi pola hidup pasien Evaluasi respon dari SABA (Salbutamol) setelah
pemberian setiap dosis atau setelah 20 menit dengan menilai frekuensi mengi,
dispnea, dan dada sesak. Dan juga diperlukan untuk menghitung peak flow pasien.
2. Monitoring kadar serum potassium untuk hipokalemia saat masuk ke rumah sakit
dan secara berkala, karena pasien diberikan inhalasi SABA dengan dosis tinggi.
3. Target terapi dengan Salbutamol adalah nilai pengukuran PEF setidaknya adalah 70%
dari pasien yang telah diberikan 3 dosis inhalasi Salbutamol dan juga gejala
membaik.
4. Evaluasi efek samping dari Salbutamol seperti jantung berdebar, sakit kepala, nyeri
5. Dicek juga respiratory rate dan dihitung kadar oksigen dengan menggunakan pulse
oximetry dan menyediakan oksigen via nasal cannula jika diperlukan. Targetnya
adalah nilai saturasi oksigen lebih dari 95% pada pasien tersebut.
perubahaan mood.
- Jika pasien berada di rumah sakit, pasien bisa dipindahkan ke acute care facility.
- Jika pasien berada di rumah dan kambuh, harus cepat ke rumah sakit atau
panggil ambulan.
- Apabila FEV atau PEF <50% bisa diberikan Salbutamol dosis tinggi setiap 20
KESIMPULAN
Salbutamol menjadi 2,5 mg untuk 3 dosis setiap 20 menit sekali selama 1 jam
3x sehari jika tidak ada respon terapi. Terus monitoring gejala, efek samping,
nilai FEV1, dan saturasi oksigen pasien. Apabila membaik, Salbutamol dan
2. Diberikan KIE seperti pemakaian nebulizer akan dibantu tenaga medis, cara
pemakaian inhaler yang baik dan benar dan menjauhi pemicu atau alergen.
Selain itu, pasien juga harus mengatur dan mengendalikan stressnya, atau
pemberian psikoterapi.
3. Target terapi ini adalah nilai PEV di atas 70%, nilai saturasi oksigen > 95%, dan
4. Apabila gejala pasien membaik, lanjutkan terapi selama 3 hari. Namun apabila
gejala pasien semakin memburuk, pasien bisa dipindahkan ke acute care facility,
bromida.
DAFTAR PUSTAKA
***