Anda di halaman 1dari 5

Nama : Desy Ananda Sari

NPM : 1943700369
Kelas : Apoteker Pagi C
Dosen : Dr. Diana Laila Ramatillah, M. Farm, Apt
PhD Clinical Pharmacy

STUDI KASUS Asma /PPOK


Seorang pasien pria berusia 60 tahun dengan tinggi badan 165 cm dan berat badan 75 kg dengan
Scr 2,2 mg/dl, Na= 145 mEq/L, K= 5.0 mEq/L, Ca = 1.9 mmol/L, Ureum = 50 mg/dl, HB= 11
mg/dl, Uric acid = 15 mg/L, Leukosit= 8000/mm3, PO2 =95%, SaO2 = 95%, PH darah= 7.38,
HCO3 =22 mEq/L,
Riwayat Penyakit Sebelumnya ; PPOK sejak 1 tahun yang lalu, hipertensi
Riwayat Penyakit Sekarang: pasien sering sesak nafas
Riwayat Penyakit keluarga: Ayah meninggal karena stroke, Ibu meninggal karena komplikasi
Diabetes dan Asam urat
Obat yang sedang digunakan; Amlodipin 10 mg sekali sehari

Pemeriksaan Vital Sign


Tekanan Darah ; 150/90 mmHg
T (suhu) ; 37 C
Nadi ; 85/menit
Pernafasan ; 30/menit

Pertanyaan

1. Jelaskan pengobatan yang perlu diberikan ke pasien PPOK?


2. Apakah pasien perlu ditambah obat yang lain?
3. Apakah perbedaan PPOK dan asma?
4. Bagaimana perbedaan pengobatan asma dan PPOK?
5. Jelaskan patofisiologi dan etiologi PPOK?
JAWABAN

1. Pengobatan yang perlu diberikan kepada pasien PPOK diatas adalah :


Pengobatan pasien dengan komplikasi :
Pilihan utama
- Amoxiciline/clavulanate 875 mg po q12h
- Jika pasien alergi/gagal terapi dengan penisilin diberikan :
Moxifloxacin 400 mg po q24h
Terapi dilakuakn 3- 5 hari
2. Perlu adanya penambahan obat lain karena hasil labolatorium menandakan bahwa pasien
komplikasi CKD dan penggantian obat amlodipine dengan golongan ACEI/ARB (berdasarkan
JNC 8). Nilai SCR yang tinggi pada pasien menandakan adanya gangguan fungsi ginjal, serum
ca yang rendah menandakan bahwa pasien hipokalsemia yang disebabkan oleh kerusakan ginjal
sehingga mempengaruhi pengaktifan vitamin D diginjal, ureum pasien juga tinggi dimana
Penurunan fungsi ginjal dapat menyebabkan peningkatan kadar ureum karena ekskresi ureum
dalam urin menurun. HB pasien mengalami penurunan menandakan pasien mengalami anemia
Karena fungsi ginjal sudah menurun maka ginjal memproduksi Epo juga menurun, Epo adalah
hormon pembentuk HB, sehingga HB secara otomatis akan menurun. dan uric acid pada pasien
juga tinggi menandakan pasien mengalami hiperurisemia akibat gangguan fungsi ginjalnya,
Penumpukan asam urat di tubulus ginjal menyebabkan kerusakan nefron ginjal yang progresif
dan mengakibatkan penyakit gagal ginjal kronik.
3. Perbedaan PPOK dan asma yaitu :
PPOK : penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran udara disaluran
nafas yang bersifat progresif nonreversible atau reversible parsial, serta adanya respons
inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya.
Asma : gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan banyak sel dan elemennya
menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodic
berulang berupa mengi, sesak nafas, dada terasa berat dan batu-batuk terutama malam dan dini
hari bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan.
4. Perbedaan pengobatan PPOK dan Asma :
a. Pengobatan Asma
Medikasi Asma :
- Tujuan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan nafas, terdiri atas pelega dan
pengontrol
- Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma
terkontrol, asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam waktu satu bulan.

Pelega (Reliever)

Dipakai saat serangan dan bersifat bronkodilator

Obat-obatan pelega nafas

- Antagonis beta 2 kerja singkat (SABA) : albuterol, bitolterol, pirbuterol, terbutalin


- Kortikosteroid sistemik : Beklometason, Budesonide, triamsinolon
- Antikolinergik inhalasi Ipratropium bromida, oksitropium bromida, oksifenonium
- Teofilin kerja singkat
- Agonis beta 2 kerja singkat oral

Pengontrol (controller)

Dipakai rutin setiap hari

Antiinflamasi

Bronkodilatasi kerja lama (LABA) : salmeterol, formoterol

Obat-obat pengontrol Asma

- Kortikosteroid inhalasi : Beklometasone, budesonide, fluticasone propionate, fluticasone


furoate, mometasoe, triamcinolone.
- Kortikosteroid sistemik : prednisone, prednisolone, methylprednisolone, hydrocortisone
- Chromones (pMDI atau DPI) : Sodium kromolin, Sodium nedokromil
- Modifikasi leukotriene : zafirlukast, montelukast
- Long acting anticholinergic ( tiotropium )
- Anti IgE (SC omalizumab)
- Anti IL5 (SC mepolizumab, SC benralizumab, IV reslizumab)
- Metilsantin : Teofilin

Obat penunjang Asma : Antihistamin H1 , N-Asetilsistein


b. Pengobatan PPOK

Algoritma Terapi Tingkat Rekomendasi Regimen


Keparahan
Apakah pasien mengalami Pasien tanpa Pilihan antibiotic :
purulensi sputum dan penignkatan komplikasi - Doxycycline 100 mg PO q12h
dyspnea atau peningkatan produksi - Amoxicillin 500 mg PO q8h
sputum ? - Azithromycin 500 mg satu kali,
Terapi awal lalu 250 mg q24h
1) Short action broncodilator
(contoh albuterol)
2) Ditambah/diganti dengan
short action antikolinergik,
Pasien dengan Pilihan utama :
dapat diberikan dalam
komlikasi - Amoxiciline/clavulanate 875 mg
bentuk inhalasi atau
PO q12h
nebulasi
Pasien alergi atau gagal terapi
3) Kortikoseroid (prednisone
dengan penisilin diberikan :
40mg/hari selama 5 hari
- Moxifloxacin 400 mg PO q24h
atau yang setara). Jika
Terapi dilakukan 2-5 hari
sudah pernah diberikan atau
pasien menunjukan
peburukan sesak nafas yang
signifikan, dapat diberikan Pasien rawat Pilihan utama:
methylprednisolone IV inap - Amoxicillin / clavulanate 875 mg
selama 6-12 jam. PO q12h
Terapi lanjutan - Doxycycline 100 mg PO q12h
Pemberian antibiotic divberikan Pasien alergi atau gagal terapi
berdasarkan hasil kultur sputum dengan penisilin diberikan:
dan tingkat keparahan. Apabia - Moxifloxacine 400 mg PO q24h
pasien hanya mengalami Terapi dilakukan 3-5 hari
perburukan disatu gejala,
pemberian antibiotic tidak
direkomendasikan.

5. Patofisiologi dan etiologi PPOK ?

Etiologi PPOK

- Perokok aktif dan pasif - Bronkitis kronis


- Genetic - Infeksi berulang disaluran nafas
- Usia dan jenis kelamin
- Pertumbuhan dan perkembangan paru
- Pajanan terhadap partikel, gas berbahaya
- Factor social ekonomi
- Asma dan hiperaktivitas saluran nafas
Patofisiologi PPOK

Paparan sering inhalasi zat iritan

Iritasi saluran nafas

Inflamasi kronis

Hipertrofi kelenjar sub mukosa perubahan reseptor zat iritan mengandung sangat

dan sel goblet muskarinik banyak zat asing

(Hipersekresi mucus , batuk) Asetilkolin kerja eksta silia

Spasme otot polos silia melemah

Penumpukan mucus

Obstruksi

Sesak

Penjelasan :

PPOK disebabkan oleh paparan berulang oleh zat-zat iritan sehingga membuat iritasi saluran nafas
berkepanjangan dan terjadilah inflamasi kronis , inflamasi kronis akan mengakibatkan banyak hal
pertama hipertrofi kelenjar submukosa dan sel goblet (submukosa dans el goblet berfungsi untuk
memproduksi mucus) sehingga menyebabkan sekresi mucus akan meningkat dan terjadilah hipersekresi
mucus dan menyebabkan batuk , kedua adanya perubahan reseptor muskarinik (reseptor yang menangkap
neurotransmitter dari syaraf) sehingga terdapat banyak neurotransmitter asetilkolin dan membuat
asetilkolinnya meningkat , ketika bronkus dirangsang oleh asetilkolin sehingga terjadi spasme otot polos,
ketiga zat-zat iritan mengandung sangat banyak zat-zat asing (ex.rokok) mengandung snagat banyak
bahan-bahan berbahaya yang akan disaring oleh silia sehingga silia pada saluran pernafasan harus bekerja
lebih ekstra sehingga akan membuat silia menjadi lemah. Berdasarkan dari tiga hal yang terjadi akibat
inflamasi kronis tersebutlah terjadinya penumpukan mucus pada saluran pernafasan dan akan membuat
obstruksi (kesulitan untuk eskpirasi) dan akan terjadilah sesak .

Anda mungkin juga menyukai