Modul 1 Kegiatan Belajar 2
Modul 1 Kegiatan Belajar 2
PENANGANAN
DAN
PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
DI SUSUN OLEH
ANDI SUKAINAH
DYAHWATIH
AMIRUDDIN
EKA PUTRI
1
PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI
A. Capaian Pembelajaran :
1. Guru mampu memahami pengolahan bahan pangan dengan suhu tinggi
2. Guru mampu memahami pengolahan bahan pangan dengan suhu rendah
3. Guru mampu mengaplikasikan suhu tinggi pada bahan pangan
4. Guru mampu mengaplikasikan suhu rendah pada bahan pangan
B. Pokok-pokok materi :
1. PENGOLAHAN DENGAN SUHU TINGGI (PROSES THERMAL)
2. BEBERAPA JENIS PROSES TERMAL DAN PENGGUNAANNYA
3. PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH
Mulai pada tahun 1810. Pada waktu itu, Nicholas Appert dari Perancis
memenangkan sebanyak 12.000 franc atas keberhasilannya mengawetkan bahan pangan
yang mudah rusak dalam botol dan wadah gelas dengan menggunakan proses termal,
untuk pertama kalinya. Sejak penemuan itu, penggunaan proses termal dalam
pengolahan dan pengawetan bahan pangan berkembang dengan sangat pesat.
Pada mulanya proses termal dalam pengolahan dan pengawetan bahan pangan
dimaksudkan untuk menghilangkan atau mengurangi aktivitas biologis yang tidak
diinginkan dalam bahan pangan, seperti aktivitas enzim dan mikrobiologis. Ternyata
bahwa selama proses termal, terjadi juga secara simultan kerusakan zat-zat nutrisi
seperti vitamin serta faktor-faktor yang mempengaruhi mutu bahan pangan seperti
warna, tekstur dan citarasa. Adanya kenyataan ini menyebabkan proses termal
berkembang menjadi suatu proses optimasi yang bertujuan bukan hanya untuk
memperpanjang masa simpan bahan pangan dalam wadah tertutup, tetapi juga sedapat
mungkin berusaha agar proses ini masih dapat mempertahankan zat nutrisi serta mutu
bahan pangan semaksimal mungkin.
Proses termal adalah suatu bidang ilmu yang cukup luas dan berkembang terus.
Oleh karena itu, sangatlah sukar untuk meliput seluruh bahan dalam kesempatan yang
terbatas ini. Meskipun demikian, telah diusahakan untuk menulis bahan yang lebih
memberikan dasar-dasar pokok penting dalam mendesain maupun mengevaluasi suatu
proses termal.
1. Blancing
Blancing adalah proses pemanasan bahan pangan dengan uap atau air panas
secara langsung pada suhu kurang dari 1000C selama kurang dari 10 menit. Meskipun
bukan untuk tujuan pengawetan, proses termal ini merupakan suatu tahap proses yang
sering dilakukan pada bahan pangan sebelum bahan pangan tersebut dikalengkan,
dikeringkan atau dibekukan. Tergantung dari proses selanjutnya, tujuan blancing dapat
berbeda-beda. Di dalam proses pengeringan dan pembekuan, blancing bertujuan untuk
menginaktifkan enzim yang tidak diinginkan yang mungkin dapat merubah warna, tekstur,
citarasa, maupun nilai nutrisi selama penyimpanan. Di dalam pengalengan fungsi blancing
adalah untuk melayukan jaringan tanaman agar supaya mudah dikemas, menghilangkan
gas dari dalam jaringan, menginaktifkan enzim dan menaikkan suhu awal bahan sebelum
disterilisasi.
Blansing adalah perlakuan panas singkat dalam air mendidih atau uap panas
(dikukus), yang diberikan umumnya pada sayuran dan kadang-kadang pada buah-buahan
tertentu, sebelum pengalengan, pembekuan, pengeringan ataupun fermentasi. Meskipun
demikian ada pula bahan-bahan yang tidak pernah diberi perlakuan ini, misalnya bawang
merah, green pepper dan buah-buahan pada umumnya. Berikut ini beberapa jenis
sayuran yang sering diberikan perlakuan blancing.
3
Pada pengalengan Tujuan utama blansing adalah :
4
b. Membersihkan produk dari partikel-partikel/kotoran-kotoran yang melekat.
5
3. Warna menjadi lebih mantap :
• Warna orange yang ditimbulkan oleh pigmen karotenoida menjadi lebih
mantap karena kristal-kristal karotenoida larut dalam tetesan minyak yang
terdapat dalam vakuola. Dengan demikian reaksi-reaksi oksidan yang
memucatkan warna tersebar terhambat.
• Warna hijau keputihan pada buncis menjadi hijau cerah karena udara dalam
jaringan terdesak keluar akibat perlakuan blansing.
• Pencoklatan non-enzimatis pada kentang dapat dikurangi karena sebagian
gula mereduksi larutan dalam air blansing.
Cita rasa pada kacang-kacangan menjadi lebih baik karena berkurangnya rasa atau bau
langu (susu kedelai; instan jahe).
Blansing juga dapat merugikan karena sebagian dari zat-zat gizi yang larut dalam
air akan hilang dengan blansing. Blansing dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
yaitu :
a. Dalam air panas bersuhu 87-99oC selama 1.5 sampai 10-12 menit.
6
b. Dikukus pada 100 oC selama 1.5 sampai 10-12 menit, baik secara statis atau
diatas ban berjalan.
c. Dengan cara-cara lain misalnya gelombang mikro (microwave), sinar infra-
merah. Cara ini umumnya dilakukan untuk produk-produk berukuran besar
seperti jagung yang masih pada tongkolnya, brussel sponts (sejenis kubis).
Pada umumnya blansing dilakukan dengan air mendidih atau dengan cara dikukus,
cara mana yang dipilih lebih dipengaruhi oleh kebiasaan , misalnya pada
pengalengan digunakan air panas, pada pembekuan umumnya digunakan
pengukusan. Pada blansing dengan air panas lama blansing bervariasi tergantung
dari jenis sayuran. Ukuran potongan dan tingkat kualitas produk. Lama blansing
harus diatur dengan tepat, tidak boleh terlalu pendek atau terlalu lama dan harus
dilakukan sampai uji enzim katalase atau perosidase hasilnya negatif. Air yang
digunakan umumnya tidak boleh sadah karena akan mengeraskan, kecuali bila
memang diinginkan suatu tekstur yang lebih keras misalnya pada kacang polong
yang terlalu muda.
7
Blansing sering kali juga dikombinasikan dengan perlakuan-perlakuan lain
antara
lain :
2.Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah proses termal yang dilakukan pada suhu kurang dari
1000C, akan tetapi dengan waktu yang bervariasi dari mulai beberapa detik sampai
beberapa menit tergantung dari tingginya suhu tersebut. Makin tinggi suhu
pasteurisasi, makin singkat proses pemanasannya. Pasteurisasi umumnya suatu
proses termal yang dikombinasikan dengan proses pengawetan lainnya seperti
proses fermentasi atau penyimpanan pada suhu rendah (refrigerasi). Tujuan utama
proses termal dalam pasteurisasi adalah untuk °menginaktifkan sel-sel vegetatif dari
mikroba patogen.
8
Cara-cara pasteurisasi dalam holder method sejumlah besar susu
dipanaskan seluruhnya sampai susu tertentu selama suatu jangka waktu tertentu.
Waktu dan suhu yang biasa dipergunakan adalah 30 menit pada suhu 65 °C. Jika
suhu diatas 66 °C menyebabkan timbulnya flavor susu masak dan kemungkinan
rusaknya lapisan tipis di sekitar butiran lemak sehingga mengurangi kecenderungan
susu tersebut untuk membentuk lapisan krim. Dalam metode HTST, susu ditahan
selama 15-16 detik pada suhu 71,7 °C dan 75 °C dengan menggunakan alat
pemanas berbentuk lempengan (plate type heatexchanger), suatu sistem
pengawasan suhu harus dijaga sebaik mungkin. Untuk mencengah tumbuhnya
bakteri yang masih dapat hidup dalam susu yang sudah dipasteurisasi, produk itu
didinginkan dengan cepat sesudah dipanaskan .Baik
prosedure holder maupun HTST. Menghancurkan 90 – 899 % bakteri yang ada di
dalam susu, dengan kemungkinan kerusakan yang sangat kecil bagi laktosa casein
dan unsur lemak, akan tetapi vitamin C dapat dirusak oleh cara ini.
Gambar 34 teknik
pasteurisasi
http://www.bayi
7.com/apa-itu-
pasteurisasi-ini-
dia-
penjelasannya/
9
beberapa bulan, untuk melihat proses pembuatan susu pasteurisasi dapat di buka
pada laman https://www.youtube.com/watch?v=hx5GDjWrF7A.
3. Sterilisasi Komersial
Gambar 35.
Autoklav
http://www.co
mercializadorad
ym.com/index.p
hp/equipos/aut
oclaves/autocla
ve-tipo-
olla.html
10
Gambar 35.
Autoklav
http://www
.comercializ
adoradym.co
m/index.ph
p/equipos/a
utoclaves/a
utoclave-
tipo-
olla.html
Dari ketiga termal di atas, jelas bahwa karakteristik utama masing-masing
proses berbeda-beda. Blancing mempunyai karakteristik menginaktifkan enzim,
pasteurisasi untuk menginaktifkan sel vegetatif mikroba patogen atau pembusuk,
sedangkan sterilisasi komersial untuk menginaktifkan spora mikroba pembusuk
khususnya yang anaerobik. Beberapa produk hasil sterilisasi adalah sebagai berikut:
Gambar
36. Produk
hasil
sterilisasi
http://ww
w.alamika
n.com/201
2/10/steri
lisasi-
produk-
perikanan.
html
11
Gambar 37.
Produk hasil
sterilisasi
https://pangan
pedia.com/ilmu
-
pangan/sterilisa
si-pangan-
pengertian-
prinsip-dan/
4. Pengalengan Sayuran dan Buah-buahan
Nenas yang sudah siap dimasukkan ke dalam kaleng sampai batas 0.25 inchi
dari permukaan kaleng, atau 0,5 inchi bila digunakan gelas jars. Selanjutnya
ditambahkan sirup mendidih yang telah disaring sampai batas 0.25 inchi dari
permukaan baik kaleng maupun gelas jars. Syrup yang digunakan yaitu medium
syrup, yang dibuat dengan cara menambahkan satu bagian gula pasir ke dalam dua
bagian (volume) air bersih.
12
Gambar 37. Teknik
pengalengan
https://anggaretaci
tra.wordpress.com/
pengalengan/
Kaleng atau gelas yang sudah diisi tersebut di exhaust dengan cara
memanaskan di dalam water bath sampai 2/3 bagian gelas jars atau kaleng
terendam, dan mencapai suhu 1600F. (kira-kira 5-10mnit) kemudian kaleng atau
gelas jars cepat-cepat ditutup (penutupan kaleng dengan menggunakan double
seamer). Kaleng atau gelas jangan dibiarkan menjadi dingan sebelum processing.
13
Setelah siap kaleng atau gelas jars yang sudah ditutup tersebut dimasukkan
segera dalam retort kemudian disterilisasi pada suhu 2120F selama 30 menit (dapat
juga dilakukan dengan cara merebus didalam air mendidih).
a) Bahan Segar
Pendinginan adalah proses pengambilan panas dari suatu benda
sehingga suhu menjadi lebih rendah dari sekelilingnya. Bila medium
pendingin mengadakan kontak dengan bahan pangan maka terjadilah
pemindahan panas (energi) dari bahan pangan tersebut ke medium
pendingin sampai mempunyai suhu yang sama (Rahayu, 2004).
Pendinginan merupakan unit operasi dimana suhu bahan pangan
diturunkan mencapai suhu -1°C sampai 8°C. Proses ini dilakukan untuk
14
mengurangi kecepatan perubahan secara biokimia dan mikrobiologi,
sehingga dapat memperpanjang umur simpan produk segar dan olahan
pangan. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan minimal pada sifat
karakteristik sensoris dan nutrisi bahan, dan bahan yang didinginkan mudah
untuk penyiapan proses lanjutan, mutunya baik, serta lebih sehat, alami, dan
segar. Pendinginan sering dikombinasikan dengan unit operasi lain seperti
fermentasi atau pasteurisasi untuk memperpanjang daya simpan produk
setengah jadi. Bahan pangan dingin dikelompokkan dalam tiga katagori
berdasarkan suhu penyimpanannya yaitu:
ü -1°C s.d +1°C; contohnya untuk ikan segar, daging, sosis, daging
asap,daging giling.
ü 0°C s.d +5°C; contohnya untuk daging kaleng yang dipasteurisasi, susu,
krim, yoghurt.
ü 0°C s.d +8°C; contohnya untuk olahan daging dan ikan, daging setengah
matang, butter, keju.
Kecepatan perubahan biokimia bahan disebabkan oleh mikroba atau
aktivitas enzim yang terdapat dalam bahan dan tergantung pada suhu yang
digunakan. Pendinginan dapat menurunkan kecepatan perubahan secara
enzimatis dan mikrobiologis serta menghambat respirasi dari bahan pangan
segar. Jaringan hewan, respirasi aerob segera menurun ketika asupan
oksigen pada darah terhenti karena proses penyembelihan. Respirasi
anaerob dari glikogen menjadi asam laktat selanjutnya menyebabkan pH
daging menurun, dan masuk dalam keadaan rigor mortis, dimana jaringan
otot mengeras dan kaku. Pendinginan selama respirasi anaerob diperlukan
untuk menghasilkan tekstur dan warna daging yang diinginkan serta untuk
menurunkan kontaminasi bakteri. Perubahan yang tidak diinginkan terjadi
karena pendinginan daging sebelum terjadi keadaan rigor mortis, dan
disebut cold shortening.
b) Makanan Jadi
15
Penurunan suhu di bawah suhu pertumbuhan pada mikroba akan
menghambat perkembangbiakan mikroba. Ada empat kategori mikroba
berdasarkan suhu pertumbuhannya:
ü Termofilik (minimum: 30-40°C, optimum: 55-65°C)
ü Mesofilik (minimum: 5-10°C, optimum: 30-40°C)
ü Psikrotropik (minimum: <0-5°C, optimum: 20-30°C)
ü Psikrofilik (minimum: <0-5°C, optimum: 12-18°C).
Proses pendinginan akan mencegah pertumbuhan mikroba termofilik
dan sebagian mesofilik. Perhatian utama dalam bahan pangan yang
didinginkan adalah jumlah mikroba patogen yang dapat tumbuh selama
perpanjangan waktu penyimpanan pada suhu di bawah 5°C, atau
peningkatan suhu yang akan menyebabkan keracunan makanan. Suhu
pendinginan akan mencegah pertumbuhan bakteri patogen, akan tetapi
sekarang diketahui bahwa beberapa spesies masih dapat tumbuh dan
berkembangbiak pad suhu tersebut. Berdasarkan hal tersebut, Good
Manufacturing Practice (GMP) dilaksanakan selama proses pendinginan
bahan pangan.
Daya tahan simpan produk yang didinginkan ditentukan oleh:
ü Jenis bahan pangan
ü Jumlah mikroba pembusuk dan inaktivasi enzim yang dicapai pada proses
ü Control hygiene selama prosesing dan pengemasan
ü Suhu selama proses distribusi dan penyimpanan
c) Teknik Pendinginan
Proses pendinginan dapat dilakukan melalui berbagai teknik.
Penerapan setiap teknik pendinginan dan pembekuan sangat dipengaruhi
oleh karakteristik dari bahan yang akan didinginkan atau dibekukan.
Kecepatan bahan untuk menjadi dingin atau beku sangat dipengaruhi oleh
banyak faktor. Kecepatan bahan menjadi dingin tersebut sering dikenal
dengan istilah laju pendinginan, yaitu waktu yang dibutuhkan dalam
pendinginan dan pembekuan bahan sehingga suhu bagian tengah bahan
sama dengan suhu pendingin atau beku.
Faktor yang mempengaruhi laju pendinginan antara lain:
16
ü Kecepatan pindah panas dari bahan ke medium pendingin
ü Perbedaan suhu antara bahan dengan medium pendingin
ü Kecocokan antara medium pendingin dengan bahan
ü Sifat medium pendingin
17
pengembun (kondensor) hingga menjadi cair kembali. Cairan kemudian
masuk ke dalam tangki refrigerant, untuk kemudian disirkulasikan kembali.
2. Pembekuan
Pembekuan merupakan salah satu metode untuk memperpanjang
umur simpan. Teknologi ini cukup sederhana dan tidak menyita waktu,
namun dapat menghambat pertumbuhan bakteri, kapang, maupun kamir
yang menyebabkan pembusukan pada produk pangan. Pembekuan dapat
dilaksanakan lebih cepat dan mampu mempertahankan kandungan nutrisi
bahan pangan apabila dilakukan dengan benar (Amiarsi dan Mulyawanti,
2013).
Pembekuan merupakan unit operasi dimana suhu penyimpanan
yang digunakan di bawah titik beku bahan makanan. Suhu yang digunakan
sama atau lebih rendah dari -18°C, karena pada suhu antara -10°C sampai -
12°C bahan makanan kurang tahan lama. Pembekuan yang baik umumnya
dilakukan pada suhu antara -12°C sampai -24°C. sedangkan pembekuan
cepat (quick freezing) dilakukan pada suhu -24°C sampai -40°C. Pembekuan
bahan akan tahan sampai beberapa bulan, bahkan sampai beberapa tahun.
18
a) Teknik Pembekuan
ü Pembekuan dengan hembusan udara dingin (Air blast freezing)
Proses pembekuan bahan dilakukan dengan menggunakan media
pendingin berupa udara dingin yang bersuhu -10oC sampai -40oC. Udara
dingin dilewatkan secara cepat di atas permukaan bahan yang
didinginkan. Udara dingin tersebut akan membawa panas yang
dikeluarkan oleh bahan. Pembekuan dengan hembusan udara dingin
dapat diterapkan untuk segala bentuk produk yang dipak atau dibungkus
dengan berbagai sifat bahan pembungkusnya. Kelemahan dari teknik ini,
bahan yang didinginkan menjadi kering, sebagai akibat udara dingin yang
digunakan harus menjangkau ke seluruh bahan.
a) b)
Gambar 39. a) Air Blast Freezing b) Bagian-bagian Air Blast Freezing
(Sumber: https://www.indiamart.com/proddetail/air-blast-html)
19
a) b)
Gambar 40 a) Horizontal Plat Freezing b) Vertical Plat Freezing
(Sumber: http://www.jackstonefreezingltd.co.uk/products/vertical-
platefreezer)
20
a) b)
Gambar 41. a) Nitrogen Cair b) Nitrogen Cair dengan Hembusan
(Sumber: http://www.acecryogenic.com.au/products/liquid-nitrogen.html
https://www.mldspot.com/food/2014/12/16/ice-cream-chemistry)
21
Perlakuan-perlakuan pendahuluan seperti pasteurisasi, sterilisasi,
pembersihan atau blansing sangat mempengaruhi jumlah mikroba yang
terdapat pada bahan yang akan didinginkan atau dibekukan.
ü Kelembaban/RH
Kelembaban tempat penyimpanan pada suhu rendah besar sekali artinya
dalam mencegah dan mengurangi pembusukan yang disebabkan oleh
mikroba. Pada umumnya berbagai bahan makanan sebaiknya disimpan
pada suhu pendinginan dengan kelembaban antara 80-95%, sayur-
sayuran 90-95%, kelapa 70%, dan produk yang berbentuk tepung seperti
susu bubuk dan telur di bawah 50%. Kelembaban tidak boleh terlalu
rendah, karena akan menyebabkan terjadinya penguapan air dari produk-
produknya. Untuk mencegah terjadinya kehilangan air, biasanya produk
sebelum didinginkan dikemas dulu dengan plastic atau dilapisi dengan lilin
(wax) misalnya untuk keju.
ü Aliran udara yang optimum
Distribusi udara yang cukup memadai akan menjamin terdapatnya suhu
yang merata di seluruh tempat pendingin dan pembeku serta akan
mencegah terjadinya pengumpulan uap air setempat.
22
Kerusakan bahan pendingin adalah bahan kimia yang digunakan sebagai
bahan pendingin, seperti amonia. Selama proses pendinginan, amonia
harus dijaga jangan sampai masuk ke ruang pendinginan. Apabila terjadi
kebocoran pada pipa-pipa amonia, maka sebaiknya proses pendinginan
tidak dilakukan. Kebocoran amonia dapat mengakibatkan bahan yang
digunakan mengalami perubahan warna menjadi coklat atau hitam
kehijauan. Jika hal ini terus didiamkan, maka akan terjadi pelunakan
jaringan bahan dan akhirnya bahan menjadi rusak.
ü Kehilangan berat bahan
Berkurangnya berat bahan, umumnya disebabkan oleh adanya penguapan
sebagian air yang dikandung di dalam bahan selama bahan didinginkan.
Bahan-bahan yang tidak dibungkus dengan bahan yang kedap air
kemungkinan besar akan layu atau mengering. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya penguapan air bahan adalah suhu, kelembaban,
kontak bahan dengan udara dan kecepatan sirkulasi udara.
ü Denaturasi protein
Sifat-sifat protein sangat dipengaruhi oleh keadaan air, perubahan
keadaan air pada bahan yang didinginkan atau dibekukan dapat
menimbulkan terjadinya denaturasi protein, yaitu putusnya ikatan-ikatan air
dan berkurangnya perubahan rasa dan bau. Khusus untuk daging, menjadi
lebih liat.
23
Gambar 42.
Produk hasil
pembekuan
http://tphpi
ketapang.blo
gspot.co.id/
2015/09/m
engenali-
proses-
pembekuan-
ikan.html
a. Penggunaan udara dingin yang ditiupkan atau gas lain dengan suhu suhu rendah
kontak langsung dengan makanan. Misalnya dengan alat-alat pembeku tiup (blast),
terowongan (tunnel), bangku fluidisasi (fluidised bed), spiral, tali
(belt) dan lain-lain. Gambar 43. Produk
hasil pendinginan
https://frozener.co
m/2017/08/02/pe
mbekuan-bahan-
pangan-yang-
mudah-dan-
murah/#jp-
carousel-1164
b. Kontak tidak langsung misalnya alat pembeku lempeng (plate freezer), makanan
atau cairan yang telah dikemas kontak dengan permukaan logam (lempengan,
silindris) yang telah didin ginkan dengan mensirkulasi cairan pendingin.
24
Gambar 44.
Produk hasil
pendinginan
https://tphpi.w
ordpress.com/2
008/09/25/pe
mbekuan-
udang-2/#jp-
carousel-106
http://www.wiki
wand.com/id/Te
knologi_pembeku
an_makanan
25
Gambar 45. Teknik
pemekuan
http://material-
sciences.blogspot.co.id
/2010/07/sekilas-
tentang-nitrogen-
cair.html
D. Daftar Pustaka
Buckle, K.A., et. al. Hari Purnomo dan Adiono (penerjemah). 1987. Ilmu
Pangan. UI- Press. Jakarta.
26