Anda di halaman 1dari 2

Penghapusan AMDAL dan IMB Jalan Cepat Menghancurkan Perekonomian Negara

 Admin
 26 November 2019
 Siaran Pers
 883

Jakarta 25 November 2019, Pasca ditetapkan KPU sebagai Presiden terpilih periode 2019-2014,
dalam berbegai kesempatan, baik dalam pidato kenegaraan maupun dalam sambutan-sambutan
acara non kenegaraan Presiden Jokowi selalu menekankan keinginannya memperioritaskan
Investasi.  Dalam periode Jabatan sebelumnya, Presiden Jokowi telah menunjukan
kecenderungannya mengedepankan iklim investasi dengan beberapa kebijakan, salah satunya
pengambilan diskersi presiden dalam proyek strategis nasional melalui Inpres No. 3 Tahun 2016
dengan pendekatan perizinan satu pintu, yang memungkinkan proses penerbitan izin lingkungan
untuk proyek strategis nasional tidak lebih dari 60 hari,  ada juga Inpres nomor 1 tahun 2016
yang memerintahkan kementerian dan lembaga negara untuk melakukan akselerasi perizinan.

Mengawali periode kedua pemerintahan Jokowi, penegasian kepentingan lingkungan dan


manusia kembali dilakukan dengan rencana kebijakan penghapusan Izin Mendirikan Bangunan
dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dua Aturan ini Mau dihapuskan Karena
dianggap akan menghambat investas

Langkah pemerintah ini keliru dan gegabah, dengan beberapa alasan :

1. Bank-Bank Multinasional yang menjadi sumber hutang Indonesia mulai memperlemah


safeguardnya, menghapuskan AMDAL akan menimbulkan persepsi negatif negara -
negara maju terhadap Indonesia, justru sumber keuangan yang berperspektif lingkungan
akan berkurang dari Indonesia.
2. AMDAL sejauh ini secara umum telah gagal mencapai tujuan utamanya untuk
berkontribusi dalam pengambilan keputusan, kegagalan ini diakibatkan suatu perizinan
keputusan politiknya telah diambil terlebih dahulu sebelum kajian kelayakan dibuat,
sehingga AMDAL hanya menjadi syarat administratif, sebagian AMDAL diketahui oleh
masyarakat terdampak lebih dini dapat menjadi pencegah kehancuran lingkungan hidup,
kegagalan AMDAL secara umum seharusnya direspon pemerintah dengan membenahi
birokrasi, dan penegakan hukum terhadap praktek pelanggaran hukum dalam proses
perumusan dan implementasi.
3. Berdasarkan UU 32 Tahun 2009 tentang PPLH melalui PP 46 Tahun 2017 ekonomi
seharusnya Sudah diposisikan sebagai bagian dari lingkungan hidup, dimana setiap
pemerintah daerah sebelum penyusunan Tata Ruang Daerah harus menginvarisasi dan
menetapkan Neraca Sumber Daya Alam dan Neraca Arus Sumber Daya Alam (NASDA).
Neraca SDA dan LH salah satu tonggak perubahan mainstream dalam pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, dimana Negara mulai memposisikan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan Hidup Sebagai “Aset”. Neraca ini akan memberikan
gambaran cadangan/aset Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup serta Perubahanya,
dalam bentuk neraca aset satuan fisik dan neraca aset satuan mata uang, sedangkan
sumbangsih dan perubahan pada alam dalam aktivitas ekonomi dihitung melalui Neraca
Arus SDA. Penghapusan AMDAL Tanpa  kedua hal ini merupaka. Pembangkrutan
terhadap perekonomian negara.

Neraca SDA dan LH  : Adalah gambaran mengenai cadangan/aset sumber daya
alam dan lingkungan serta perubahanya, Pasal 1 angka (5), PP 46 Tahun 2017 Pasal 7
ayat (1) huruf a. dan huruf b.// Neraca Arus SDA dan LH : Adalah gambaran aliran
input alam dari lingkungan ke dalam ekonomi dan aliran limbah dari ekonomi ke
lingkungan, Pasal 1 angka (6).Neraca Arus SDA dan LH secara folosofis mulai
mengukur dan menghargai nilai input alam dari lingkungan, walaupun pada input
ekonomi terhadap lingkungan masih menggunakan cara pandang dampak dalam bentuk
polutan / limbah, belum mengukur angka kehilangan “Aset’ alam akibat ekonomi.

4. Sejalan dengan PP 46 Tahun 2017 diatas, melalui Peraturan Menteri No 24 Tahun 2018,
memang ada pengecualian kewajiban penyusunan AMDAL untuk daerah yang telah
mempeunyai RDTR, yang mana RDTR harus diawali dengan KLHS dan KLHS harus
berdasarkan Neraca SDA dan Neraca Arus SDA.

Pasal 4. P24 / 2018  anyat (2). Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting
terhadap lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan dari
kewajiban menyusun Amdal apabila lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada
pada daerah kabupaten/kota yang telah memiliki RDTR. Sedangkan di pasal 5
menjelaskan lebih rinci ; ayat (1) Pengecualian kewajiban penyusunan Amdal
sebagaimana  dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dilakukan apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut:  (a). RDTR telah dilengkapi dengan KLHS yang dibuat dan 
dilaksanakan secara komprehensif dan rinci; dan  (b). RDTR telah mengintegrasikan hasil
KLHS sebagaimana dimaksud dalam huruf a. Sedangkan ayat (2). Pasal 5 diatas
menjelaskan  Kriteria KLHS RDTR yang dibuat dan dilaksanakan secara komprehensif
dan rinci sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas: pengkajian pengaruh
RDTR terhadap kondisi lingkungan hidup;

5. IMB, merupakan alat kontrol pemerintah atas tata ruang serta sebagai acuan penentuan
pajak dan retribusi daerah, penghapusan IMB akan membuat Tata Ruang tidak berguna
dan potensi penyalagunaan bangunan tanpa pajak akan meningkat

Atas pertimbangan-pertimbangan diatas, meminta Pemerintah untuk menghentikan rencana


penghapusan AMDAL dan IMB, Karena akan membahayakan keselamatan lingkungan dan
manusia di Indonesia. 

Anda mungkin juga menyukai