KEPERAWATAN MATERNITAS II
Oleh:
Irma Fidora, S.Kep., Ns., M.Kep
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
T.A 2020/2021
TOPIK I :
GANGGUAN PERDARAHAN MASA KEHAMILAN
1
28/03/2021
2
28/03/2021
ABORTUS
Definisi
• Pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya
kurang dari 20 minggu.
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore,
tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat per
vagina, pengeluaran jaringan plasenta dan
kemungkinan kematian janin.
• Pada abortus septik, perdarahan per vagina yang
banyak atau sedang, demam (menggigil),
kemungkinan gejala iritasi peritoneum, dan
kemungkinan syok.
Etiologi
• Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi (paling umum
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur
kehamilan 8 minggu), disebabkan:
Kelainan kromoson/genetik
Lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan
yang tidak bagus atau kurang sempurna
Pengaruh zat-zat yang berbahaya (radiasi, obat
obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus).
3
28/03/2021
Etiologi (Cont’)
• Kelainan pada plasenta (gangguan pembentukan
pembuluh darah pada plasenta)
• Faktor ibu : penyakit kronis yang diderita oleh sang ibu
seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan
dan infeksi virus toxoplasma.
• Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu: gangguan
pada mulut rahim, kelainan bentuk rahim terutama
rahim yang lengkungannya ke belakang (secara umum
rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan
bawaan pada rahim.
Klasifikasi Abortus
• Abortus Komplet: Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari
rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
• Abortus Inkomplet: Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari
rahim namun masih ada yang tertinggal.
• Abortus Insipiens: Abortus yang sedang mengancam yang
ditandai dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil
konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.
• Abortus Imminens: Abortus tingkat permulaan, terjadi
perdarahan per vaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup
dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim.
4
28/03/2021
5
28/03/2021
Penanganan
• Abortus Komplet : Tidak memerlukan
penanganan penanganan khusus, hanya apabila
menderita anemia ringan perlu diberikan tablet
besi dan dianjurkan supaya makan makanan yang
mengandung banyak protein, vitamin dan mineral.
• Abortus Inkomplet : Bila disertai dengan syok
akibat perdarahan maka pasien diinfus dan
dilanjutkan transfusi darah. Setelah syok teratasi,
dilakukan kuretase, bila perlu pasien dianjurkan
untuk rawat inap.
Penanganan (Cont’)
• Abortus Insipiens : Biasanya dilakukan tindakan
kuretase bila umur kehamilan kurang dari 12 minggu
yang disertai dengan perdarahan.
• Abortus Iminens : Istirahat baring, tidur berbaring
merupakan unsur penting dalam pengobatan karena
cara ini akan mengurangi rangsangan mekanis dan
menambah aliran darah ke rahim. Ditambahkan obat
penenang bila pasien gelisah.
• Missed Abortion : Dilakukan kuretase. harus hati hati
karena terkadang plasenta melekat erat pada rahim.
6
28/03/2021
Terapi
• Terapi untuk perdarahan yang tidak mengancam nyawa
adalah dengan Macrodex, Haemaccel, Periston,
Plasmagel, Plasmafundin (pengekspansi plasma pengganti
darah) dan perawatan di rumah sakit.
• Terapi untuk perdarahan yang mengancam nyawa (syok
hemoragik) dan memerlukan anestesi, harus dilakukan
dengan sangat hati-hati jika kehilangan darah banyak.
• Pada syok berat, lebih dipilih kuretase tanpa anestesi
kemudian Methergin.
Terapi (Cont’)
• Terapi pada abortus pada demam
menggigil, tindakan utamanya dengan
penisilin, ampisilin, sefalotin, rebofasin, dan
pemberian infus.
7
28/03/2021
KEHAMILAN EKTOPIK
Definisi
• Kehamilan ektopik adalah implantasi
dan pertumbuhan hasil konsepsi
diluar endometrium kavum uteri.
Etiologi
• Gangguan ini adalah terlambatnya transport ovum
karena obstruksi mekanis pada jalan yang melewati tuba
uteri. Kehamilan tuba terutama di ampula, jarang terjadi
kehamilan di ovarium.
8
28/03/2021
Diagnosis
Ditegakkan dengan adanya:
• Amenore 3-10 minggu (jarang lebih lama)
• Perdarahan per vagina tidak teratur (tidak selalu).
9
28/03/2021
Penanganan
• Transfusi
• Infus
• Oksigen
• Pada umumnya dilakukan laparotomi. Pada laparotomi
perdarahan secepat mungkin dihentikan dengan menjepit
bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan.
• Keadaan umum penderita terus diperbaiki
• Pemberian antibiotika
• Pemberian antiinflamasi
Pertimbangan Tindakan
• Kondisi penderita pada saat itu,
• Keinginan penderita akan fungsi reproduksinya,
• Lokasi kehamilan ektopik.
• Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi
(pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan
tuba.
• Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif).
Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan
masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
10
28/03/2021
MOLA HIDATIDOSA
Definisi
• Disebut juga ‘Hamil Anggur’ yaitu kehamilan abnormal,
dimana seluruh villi korialisnya mengalami perubahan
hidrofobik. Mola hidatidosa juga dihubungkan dengan
edema vesikular dari vili khorialis plasenta dan biasanya
tidak disertai fetus. Secara histologis, ditemukan
proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan
hiperplasia dan displasia. Vili khorialis terisi cairan,
membengkak, dan hanya terdapat sedikit pembuluh
darah.
11
28/03/2021
Etiologi
• Penyebab pasti mola hidatidosa tidak diketahui, tetapi faktor-
faktor yang mungkin dapat menyebabkan dan mendukung
terjadinya mola, antara lain:
Faktor ovum, di mana ovum memang sudah patologik
sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan
Imunoselektif dari trofoblast
Keadaan sosioekonomi yang rendah
Paritas tinggi
Kekurangan protein dan Infeksi virus dan faktor kromosom
yang belum jelas
Klasifikasi
Mola Hidatidosa Sempurna
• Vili korion berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran
bervariasi. Secara histologi memiliki karakteristik : tidak ada
pembuluh darah pada vili yang membengkak, proliferasi dari
epitel trofoblast dengan bermacam ukuran, tidak ada janin
atau amnion
Mola Hidatidosa Parsial
• Masih tampak gelembung yang disetai janin atau bagian dari
janin. Secara histologis tampak di beberapa tempat vili edema
dengan sel trofoblast berproliferasi dan normal di tempat lain
12
28/03/2021
13
28/03/2021
Manifestasi Klinis
• Amenorrhoe dan tanda-tanda kehamilan.
• Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan
berat. Merupakan gejala utama dari mola hidatidosa,
sifat perdarahan bisa intermiten selama beberapa
minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat
menyebabkan anemia defisiensi besi.
• Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak
sesuai dengan usia kehamilan.
14
28/03/2021
Diagnosis
• Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, USG dan
histologis.
• Pada mola hidatidosa yang komplet terdapat tanda dan
gejala klasik yakni:
Perdarahan pervaginam
Hiperemesis
Hipertiroid
Penatalaksanaan
• Perbaiki keadaan umum.
• Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap.
Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12
jam kemudian dilakukan kuret.
• Memberikan obat-obatan antibiotik, uterotonika dan perbaiki
keadaan umum penderita.
• 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua
untuk membersihkan sisa-sisa jaringan.
• Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih
dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat
besar yaitu setinggi pusat atau lebih.
15
28/03/2021
Pengawasan Lanjutan
• Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan
memakai kontrasepsi oral pil.
• Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun, yaitu
setiap minggu pada Triwulan pertama, setiap 2 minggu
pada Triwulan kedua, setiap bulan pada 6 bulan
berikutnya, setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan
selanjutnya setiap 3 bulan.
16
28/03/2021
Plasenta Previa
Definisi
• Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu
pada segmen bawah uterus sehingga
dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir
Etiologi
• Penyebab plasenta previa belum diketahui pasti
• Pendapat: multiparitas, atrofi desidua akibat persalinan
sebelumnya
Klasifikasi
• Plasenta Previa Otalis, apabila seluruh pembukaan
tertutup oleh jaringan plasenta
• Plasenta Previa Parsialis, apabila sebahagian pembukaan
tertutup oleh jaringan plasenta
• Plasenta Previa Marginalis, apabila pinggir plasenta
berada tepat pada pinggir pembukaan
• Plasenta Letak Rendah, plasenta yang letaknya abnormal
pada segmen bawah uterus tetapi belum sampai
menutupi pembukaan jalan lahir
17
28/03/2021
Gambaran Klinis
• Perdarahan tanpa nyeri
• Perdarahan berulang
• Warna perdarahan merah segar
• Adanya anemia
• His biasanya tidak ada
• Denyut jantung janin ada
• Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
• Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
• Presentasi mungkin abnormal
Diagnosis
• Anamnesis: Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah
22 minggu berlangsung tanpa nyeri terutama pada
multigravida, banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari
anamnesis, melainkan dari pada pemeriksaan hematokrit.
• Pemeriksaan Luar: Bagian bawah janin biasanya belum
masuk pintu atas panggul presentasi kepala, biasanya kepala
masih terapung di atas pintu atas panggul mengelak ke
samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.
• Pemeriksaan In Spekulo: Pemeriksaan bertujuan untuk
mengetahui apakah perdarahan berasal dari osteum uteri
eksternum atau dari ostium uteri eksternum
18
28/03/2021
Diagnosis (Cont’)
• Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung: Penentuan letak
plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan radiografi,
radioisotope, dan ultrasonagrafi.
• Pemeriksaan USG: Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan
implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium
bila jarak tepi 5 cm disebut plasenta letak rendah.
• Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif: Dilakukan
dengan PDMO (Pemeriksaan Dalam di Meja Operasi) yaitu
melakukan perabaan secara langsung melalui pembukaan
serviks pada perdarahan yang sangat banyak dan pada ibu
dengan anemia berat, tidak dianjurkan melakukan PDMO
sebagai upaya menentukan diagnosis.
Penatalaksanaan
• Tindakan dasar umum:
Memantau tekanan darah, nadi, dan hemoglobin
Memberi oksigen
Memasang infus
Member ekspander plasma atau serum
Usahakan pemberian darah lengkap
• Pada perdarahan yang mengancam nyawa: seksio
sesarea segera dilakukan setelah pengobatan syok
dimulai.
19
28/03/2021
Penatalaksanaan (Cont’)
• Pada perdarahan yang tetap hebat atau meningkat
karena plasenta previa totalis atau parsialis:
Segera lakukan seksio sesaria; pada plasenta letak
rendah (plasenta tidak terlihat jika lebar mulut serviks
sekitar 4-5 cm)
Pecahkan selaput ketuban dan berikan infuse oksitosin
Jika perdarahan tidak berhenti, lakukan persalinan
pervagina dengan forsep atau ekstraksi vakum
Jika perdarahan tidak berhenti lakukan seksio sesaria.
Penatalaksanaan (Cont’)
• Tindakan Setelah Persalinan Pada Ibu:
Cegah syok (syok hemoragik)
Pantau urin dengan kateter menetap
Pantau sistem koagulasi (koagulopati).
• Tindakan Setelah Persalinan Pada Bayi:
Pantau hemoglobin
Hitung eritrosit dan hematokrit.
20
28/03/2021
Solusio Plasenta
Definisi
• Solusio plasenta adalah lepasnya
sebagian atau seluruh jaringan plasenta
yang berimplantasi normal pada
kehamilan di atas 22 minggu dan
sebelum anak lahir.
Etiologi
• Penyebab utama dari solusio plasenta
masih belum diketahui secara pasti
21
28/03/2021
Klasifikasi
• Solusio placenta ringan
• Solusio placenta sedang
• Solusio placenta berat
22
28/03/2021
Gambaran Klinis
Solusio placenta ringan
• Ruptura sinus marginalis sama sekali tidak mempengaruhi
keadaan ibu ataupun janinnya. Apabila terjadi perdarahan
pervaginam, warnanya akan kehitaman dan jumlahnya
sedikit sekali. Perut mungkin terasa agak sakit atau terus
menerus agak tegang. Uterus yang agak tegang ini harus
diawasi terus menerus apakah akan menjadi lebih tegang
karena perdarahan terus menerus. Bagian bagian janin
masih mudah teraba.
23
28/03/2021
Gejala Klinis
• Perdarahan yang disertai nyeri, juga diluar his.
• Anemi dan syok, beratnya anemi dan syok sering tidak
sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
• Uterus keras seperti papan dan nyeri dipegang karena
isi uterus bertambah dengan darah yang berkumpul di
belakang placenta sehingga uterus teregang (uterus en
bois).
• Palpasi sukar karena rahim keras.
24
28/03/2021
Diagnosis
• Diagnosis solusio plasenta didasarkan adanya
perdarahan antepartum yang bersifat nyeri, uterus yang
tegang dan nyeri.
• Setelah plasenta lahir, ditemukan adanya impresi
(cekungan) pada permukaan maternal plasenta akibat
tekanan dari hematom retroplasenta.
25
28/03/2021
Penanganan
Solusio plasenta ringan
• Apabila kehamilannya kurang dari 36 minggu,
perdarahannya kemudian berhenti, perutnya tidak
menjadi sakit, uterusnya tidak menjadi tegang maka
penderita dapat dirawat secara konservatif di rumah
sakit dengan observasi ketat.
Penanganan
Solusio plasenta sedang dan berat
• Apabila perdarahannya berlangsung terus, dan gejala
bertambah jelas, dalam pemantauan USG daerah solusio
plasenta bertambah luas, maka pengakhiran kehamilan tidak
dapat dihindarkan lagi.
• Apabila janin hidup, dilakukan sectio caesaria. Sectio
caesaria dilakukan bila serviks panjang dan tertutup, setelah
pemecahan ketuban dan pemberian oksitosin dalam 2 jam
belum juga ada his. Apabila janin mati, ketuban segera
dipecahkan untuk mengurangi regangan dinding uterus
disusul dengan pemberian infuse oksitosin 5 iu dalam 500cc
glukosa 5% untuk mempercepat persalinan.
26
28/03/2021
27
28/03/2021
Etiologi
4T
• Tone : atonia uterus
• Tissue : sisa plasenta/bekuan
• Trauma : laserasi, ruptur
• Trombin : koagulapati
28
28/03/2021
Pencegahan
• Petugas kesehatan harus siap dan waspada
• Manajemen aktif kala III
– Oksitosin profilaksis setelah persalinan atau setelah lahir
bahu anterior
• 10 U IM or 5 U IV bolus
• 20 U/L N/S IV tetesan cepat
– Penjepitan dan pemotongan tali pusat secara cepat
– Peregangan tali pusat terkendali dengan perasat Brandt
Andrews
29
28/03/2021
Penatalaksanaan
• Observasi pasien
• Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat
• Lakukan pemeriksaan KU ibu
• Awasi TTV
• Manajemen ABC
• Pertimbangkan factor resiko
• Lakukan observasi jumlah perdarahan
• Perhatikan darah yang keluar vagina setelah SC
• Curigai tanda syok
30
28/03/2021
Cont’
Penanganan Awal Syok
• Periksa seksama KU dan TTV ibu
• Jaga jalan napas, berbaring miring kiri, beri O2 5-6 L/mnt
• Infus 2 buah dengan kanula jarum besar nomor 1 sambil diambil
contoh darah untuk cross darah
• Berikan paling sedikit 2000 cc cairan dalam 1 jam pertama.
• Setelah kehilangan cairan terkoreksi berikan infus 500-1000 cc
per-6-8 jam
• Kateterisasi, ukur urin
• Pantau tanda-tanda vital tiap 5’ 15’ 30’ 1 jam
Penanganan Khusus
• Pastikan bahwa kontraksi uterus baik
Pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah
Berikan oksitosin 20 unit drip dalam RL 500 cc, 20-40
tetes/menit
Lakukan kateterisasi
Pantau cairan keluar masuk
Periksa kelengkapan plasenta
Periksa kemungkinan robekan perineum, vagina,
serviks, ruptur uteri
31
28/03/2021
32
28/03/2021
Etiologi
• Abnormalitas sistem pembekuan yang terjadi selama
kehamilan yang disebabkan hipo atau afibrigenemia
atau pembekuan intravaskular merata
• Trombositopenia
• Kerusakan pelepasan tromboplastin jaringan
33
28/03/2021
Penanganan
• Pemberian faktor pembekuan : pengobatan dengan
plasma beku atau preparat depot fibrinogen (pooled
fibrinogen)
• Menghambat proses patofisiologi dengan antikoagulasi
heparin sampai faktor pembekuan pulih kembali
34