Perkecambahan adalah proses perubahan fisiologi biji dari bentuk dorman (istirahat
atau tidak aktif) ke bentuk semai setelah melalui perkembangan sedemikian rupa, ditandai
dengan pembentukan radikula, kaulikulus, dan plumula. Syarat pertama agar biji dapat
berkecambah adalah berakhirnya masa dormansi biji. Dormansi biji merupakan suatu kondisi
yang sebenarnya masih hidup namun tidak aktif, dikarenakan berada dalam keadaan kering
(kelembapan kurang) dan tidak dapat berkecambah selama periode tertentu. Biji kuisen
(Quiscence) merupakan suatu keadaan dimana biji tidak dapat berkecambah dikarenakan
faktor lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan tumbuh.
Perkecambahan dimulai keika biji terkena air, setelah biji menyerapair (imbibisi), biji
akan membesar sehingga kulit biji pecah. Dengan masuknya air kedalam biji, enzim akan
bekerja secara aktif. Jika embrio terkena air, embrio akan menjadi aktif dan melepaskan
hormon giberelin (GA). Hormon giberelin akan memacu aleuron untuk membuat dan
mengeluarkan enzim ɑ-amilase, maltase, dan enzim pemecah protein menuju ke endosperma.
Enzim-enzim tersebut saling bekerja sama untuk menguraikan zat makanan hingga diperoleh
energi untuk proses perkecambahan.
1. Faktor Internal
Gen, Gen pada tumbuhan akan berpengaruh terhadap pengaturan reaksi-reaksi
kimia dalam sel
Hormon, zat organik spesifk yang dihasilkan oleh suatu bagian tumbuhan
untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan, terdapat hormon yang
menghambat pertumbuhan. Hormon-hormon pada tumbuhan antara lain etilen,
giberelin, auksi, sitokinin, kalin, asam absisat, dan asam traumalin
2. Faktor Eksternal
Cahaya, cahaya dapat memicu pembentukan klorofil, perkembangan akar,
dan pembentukan daun. Akan tetapi intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat
merusak klorofil.
Pertumbuhan batang kecambah pada daerah gelap lebih cepat tumbuh (lebih
panjang) dibandingkan ditempat yang terang. Keadaan ini disebut sebagai
etiolasi.
Ketersediaan oksigen
Suhu udara
Kelembaban
Faktor biologis ( serangga, organisme penyebab penyakit, nematoda, bateri,
virus)
Faktor edafik (tanah) yang meliputi, pH, struktur, tekstur, bahan organik, dan
ketersediaan nutrisi.
Metode ilmiah
1. Merumuskan masalah
Dari hasil penemuan masalah disekitar maka, seorang peneliti akan memilih masalah
mana yang akan diangkat untuk diteliti
2. Merumuskan hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang ditetapkan oleh seorang peneliti.
Kebenaran dar hipotesis dapat terjawab setelah penelitian dilaksanakan. Rumusan
hipotesis bukanlah kalimat tanya. Contohnya jika rumusan masalahnya apakah
terdapat pengaruh cahaya matahari terhadapat hasil kedelai?, maka rumusan
hipotesisnya :
Hipotesis nol ( H0) : Tidak ada pengaruh cahaya matahari terhadap jumlah kedelai
Hipotesisi 1 (H1) : Terdapat pengaruh cahaya matari terhadap jumlah kedelai
3. Menetapkan variabel penelitian
Terdapat tiga macam variabel penilitian :
Variabel Bebas, merupakan uji coba atau perlakuan yang dikenakan pada
objek yang diteliti, misalnya pencahayan matahari, pH ,
Variabel Terikat, merupakan sesuatu yang ingin diamati karena terdapat
perlakuan yang merupakan dampak dari uji coba. misalnya pertumbahan
panjang akar, batang, jumah daun, serta warna daun
Variabel Terkontrol, merupakan sesuatu yang mengontrol dari penelitian dan
dibuat sama untuk semua perlakuan yang telah ditetapkan. Misalnya suhu,
tempat atau media tanam, jumlah air yang diberikan, jumlah pupuk yang
diberikan
4. Pelaksanaan Penelitian
5. Mencatat hasil penelitian
6. Menyimpulkan hasil penelitian