Anda di halaman 1dari 147

DEUTEROSTOMIA &

PROSTOSTOMIA

BAB I
PERKEMBANGAN PROSTOSTOMIA DAN DEUTEROSTOMIA

Kelompok hewan yang dikenal sebagai triploblastik yang memiliki tiga lapisan (ektoderm,
mesoderm dan endoderm), memiliki pembagian antara deuterostoma dan protostomes.

1
Pembagian ini didasarkan jenis keterbukaan yang disebabkan oleh struktur yang disebut
blastopori tersebut. Blastopori ini yang adalah fase pembukaan gastrula berkomunikasi antara
archenteron (usus primitif) dan lingkungan eksternal.
Protostomia (dari Yunani: mulut pertama) adalah salah satu klad hewan. Bersama
deuterostomia dan beberapa filum kecil, protostomia membentuk Bilateria, yang terutama terdiri
atas binatang dengan simetri bilateral dan tiga lapisan nutfah. Deuterostoma (istilah taksonomi:
Deuterostomia; dari bahasa Yunani: "mulut kedua") adalah superfilum dari hewan . subtaxon dari
Bilateria cabang subregnum Eumetazoa .Deuterostoma juga dikenal sebagai enterocoelomates
karena mereka coelom berkembang melalui enterocoely. Perbedaan utama antara deuterostomia
dan protostomia terletak pada perkembangan embrio.
Protostomia/ protostoma adalah kelompok utama hewan yang pada perkembangan embrio-
nya, pembukaan pertama pada embrio menjadi mulut sementara pada kelompok lain
Deuterostomia/Deuterostoma, pembukaan pertama ini akan menjadi anus. Pada tahap
perkembangan ini, pengkhususan selanjutnya dari setiap sel embrio yang ada (akan menjadi apa)
telah ditentukan.
Beberapa karakteristik protostomes/ protostomia :
1. blastopori menimbulkan mulut masa depan dan anus
2. embrio dengan pembelahan spiral
3. coelom yang muncul langsung dari mesoderm
Beberapa karakteristik deuterostoma/ deuterostomia :
1. blastopori menimbulkan hanya untuk anus masa depan
2. embrio dengan belahan dada tegak lurus
3. coelom ini berasal dari sebuah invaginasi dari mesoderm selama gastrulasi
Ada perbedaan signifikan lain antara pola perkembangan protostomia dengan
deuterostomia yaitu kebanyakan protostomia merupakan schizocoelomata, yang berarti suatu
massa solid dari mesoderm embrionik terbagi kemudian membentuk coelom. Beberapa, seperti
Priapulida, tidak mempunyai coelom, tetapi mereka mungkin diturunkan dari moyang
schizocoelomata. Di pihak lain semua deuterostomia yang dikenal adalah enterocoeli, yang
artinya coelom terbentuk dari kantung melintang dari arkenteron yang kemudian menjadi rongga
terpisah. Di dalam protostomia, sejumlah filum mengalami apa yang disebut pembelahan spiral
(spiral cleavage) yang bersifat menentukan, yaitu akan jadi apa sel-sel nantinya ditentukan saat
mereka terbentuk. Hal ini kontras dengan deuterostomia yang memiliki pembelahan radial yang
bersifat tidak menentukan.

2
Gambar 1. Perbedaan protostomia dan deuterostomia.

Hewan protostomia dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama:


1. Ecdysozoa, contoh arthropoda, nematoda
2. Platyzoa, contoh platyhelminthes, rotifera
3. Lophotrochozoa, contoh moluska, annelida

3
Ada beberapa Filum dari protostomes adalah:
1. Rotifera, Acanthocephala, Cycliophora, Gastrotricha, Gnathostomulida,
2. Platyhelminthes, Entoprocta, Mollusca, Sipunculida, Brachiopoda, Phoronida,
3. Ectoprocta, Nemertea, Annelida, Priapulida, Kinorhyncha, Loricifera, Nematomorpha,
4. Nematoda, Chaetognatha, Tardigrada, Onychophora, Arthropoda.

Hubungan dalam Deuterostomia misalnya mengenai jajaran yang lengkap dari 28 spesies
deuterostomia dan 5 outgroup taksa terkandung 2,161 situs termasuk dengan kesenjangan atau
1,472 situs setelah semua situs dengan kesenjangan di setiap takson dihapus. Hasil awal dengan
seluruh data set 28 deuterostomia taksa dengan menggunakan MP, ME, dan NJ analisis yang
campuran. Di dalam hampir semua analisis, masing-masing deuterostomia empat taksa
(Echinodermata, hemichordates, urochordates, vertebrata 1 cephalochordates) yang didukung
dengan baik monofiletik kelompok-kelompok. Dalam beberapa kasus, hemichordates dan
Echinodermata dikelompokkan bersama-sama, tetapi Chordata dan urochordates jarang
dikelompokkan bersama. Pengujian alternatif MP dan saya topologi dengan menggunakan
MACCLADE mengungkapkan bahwa ada hamper tidak ada perbedaan dalam panjang pohon
dengan berbeda topologi pengaturan taksa utama empat (data tidak ditampilkan). Analisa empat
cluster mengungkapkan cabang panjang dari internal node untuk setiap deuterostomia takson.
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penggantian per situs bervariasi antara taksa deuterostomia
yang berbeda yang digunakan dalam kajian ini. Dukungan bootstrap kunci node filogenetik
dihasilkan dengan deuterostomia berbeda. Seperti dalam jajaran yang lengkap, masing-masing
dari empat utama deuterostomia taksa (Echinodermata, hemichordates, urochordates, vertebrata
1 cephalochordates) umumnya baik didukung kelompok-kelompok yang monofiletik, meskipun
topologi antara empat kelompok bervariasi. Ada sangat sedikit dukungan untuk kelompok
hubungan antara Chordata dan urochordates.

GAMBIT mengungkapkan bahwa hemichordates 1 Echinodermata terbentuk Suster


kelompok untuk Chordata 1 urochordates dengan tinggi bootstrap dukungan. Analisis ini
mungkin sensitif terhadap panjang cabang menuju nondeuterostome outgroup, oleh karena itu,
cabang panjang dari deuterostomia berkembang lambat Antedon serrata untuk outgroup masing-
masing dihitung dan ditampilkan. Urutan annelid dua (Nephtys hombergii dan Glycera
americana) yang berkembang paling lambat outgroups dan, sebagai diharapkan, menghasilkan
yang paling sangat mendukung topologi. Ketika lagi - bercabang outgroups seperti salina
Artemia Arthropoda dan Tenebrio molitor atau diploblast Anemonia sulcata yang digunakan,
Resolusi pohon terdegradasi, dan dukungan untuk Chordata 1 urochordates hilang. Analisis kami
lambat urutan rDNA berkembang dari 16 deuterostomia taksa dengan menggunakan GAMBIT

4
seperti yang ditampilkan dalam Fig. 2 adalah yang pertama molekul studi untuk menetapkan
dengan jelas kekerabatan evolusi di antara semua empat kelompok utama dari deuterostomia.
Kami menemukan Vertebrata monofiletik dan adik klad untuk Cephalochordata, sebagai
disarankan oleh penelitian sebelumnya. Urochordata monofiletik sebagai ditunjukkan
sebelumnya dan bentuk adik kelompok Vertebrata 1 Cephalochordata. Adik hubungan antara
urochordates dan vertebrata 1 cephalochordates didukung oleh morfologi bukti. Kehadiran
Notokorda menyatukan urochordates, cephalochordates, dan vertebrata, meskipun beberapa
penulis membedakan Notokorda dari cephalochordates vertebrata 1 dari urochord urochordates.
Karakter yang set vertebrates1cephalochordates dari urochordates yang keberadaan myotomes di
vertebrata 1 cephalochordates dan kehadiran tunik di urochordates.

Urochordates dianggap anggota Chordata karena Berudu larva pameran rencana tubuh
untuk mencakup semua Chordata. Namun, perbedaan pada tubuh orang dewasa rencana dan
sejarah hidup urochordates dibandingkan dengan vertebrates1cephalochordates membenarkan
Urgent penyertaan dari urochordates dalam filum Chordata meskipun kehadiran dari Notokorda.
Fitur mencakup ascidian berudu larva berkembang selama Embriogenesis dari jalur morfologi
dan genetik yang mirip Chordata. Bukti filogenetik terkini dari 18S rDNA data menunjukkan
bahwa appendicularians, atau larvaceans, yang cenderung adik grup ke ascidian dan thaliacians.
Dalam hasil ini, urochordate leluhur mungkin telah baik pelagis atau sessile. Urochordate
dewasa berbeda dari segi morfologi dari vertebrata dan cephalochordates. Ascidian kedua sessile
dan tunicata pelagis mengandung karakteristik ekstraseluler mantel, atau tunik, yang melindungi
orang dewasa. Ada juga perbedaan mendasar dalam ciri-ciri sejarah hidup antara urochordates
dan Chordata lainnya. Vertebrata dan cephalochordates organisme soliter dan seksual, sedangkan
urochordates telah berevolusi gaya kolonial beberapa kali independen. Semua kolonial
urochordates juga dapat mereproduksi asexually dengan pemula atau dapat mereproduksi
seksual. Meskipun ini umum di urochordates, itu hampir absen dari Chordata lainnya. Ini bukti
morfologi dan ekologi, coupledwith kami molekuler hasil, menunjukkan bahwa Urochordata
harus dipertimbangkan filum independen yang adalah adik kelompok Vertebrata 1
Cephalochordata. Nama filum Chordata harus dibatasi untuk Cephalochordata 1 Vertebrata, dan
Urochordata harus mengangkat filum status. Studi ini menemukan dukungan kuat untuk
hemichordate kemonofiletikan dan untuk biografi tokoh Indonesia 1 klad hemichordate. Biografi
tokoh Indonesia 1 klad hemichordate, diperoleh dengan data molekuler di sini dan di tempat lain,
juga sangat didukung oleh larva morfologi bukti. Selama bertahun-tahun enteropneust tornaria
dianggap larva biografi tokoh Indonesia, khususnya an jamur dari holothoroid atau bipinnaria

5
dari sebuah asteroid. Besar larva agar-agar berbagi sebuah band makan preoral yang
menciptakan Hulu makan saat ini dengan menggunakan sel-sel monociliated dan sebuah perioral
bersilia band yang memanipulasi makanan masuk ke kerongkongan. Kantung coelomic tiga di
hemichordates dan Echinodermata adalah kedua diselenggarakan anterior posterior sebagai
protocoel (biografi tokoh Indonesia axocoel), mesocoels (biografi tokoh Indonesia hydrocoels),
dan metacoels (biografi tokoh Indonesia somatocoels). Untuk perbandingan luas biografi tokoh
Indonesia jamur untuk hemichordate tornaria melihat. Hubungan dalam Hemichordata. Semua
silsilah filogenetik menunjukkan dukungan kuat bagi kemonofiletikan hemichordates dalam
deuterostomia. Pterobranch Rhabdopleura normani 18S rDNA urutan lebih pendek daripada
urutan lengkap dekat yang digunakan di atas. Oleh karena itu, kami menggunakan alignment
terpotong dari semua hemichordate urutan, termasuk Rhabdopleura normani (645 situs, dengan
kesenjangan). Bercabang singkat biografi tokoh Indonesia Antedon serrata adalah digunakan
sebagai outgroup. Pohon-pohon yang dihasilkan dengan kumpulan data ini konsisten dengan
topologi hemichordate dihasilkan dari Analisis full-length urutan tanpa Rhabdopleura normani
(tidak ditampilkan). Panjang relatif cabang hemichordates bervariasi dari 0.2063 ke 0.0518
substitusi per situs. Tidak termasuk taksa dengan cabang panjang tidak praktis untuk ini Analisis
karena terbatasnya jumlah taksa sampel, dan pohon yang ditampilkan dalam Gambar 3
menunjukkan cabang-cabang yang ditarik ke skala untuk menekankan variasi dalam evolusi
tukar antara taksa. Cacing-cacing enteropneust secara konsisten membentuk dua clades, juga
dengan tinggi bootstrap dukungan. Ini dua clades sesuai untuk dua keluarga hemichordate, yang
besar dan kompleks cacing di Ptychoderidae dan relatif kecil dan sederhana Harrimaniidae.
Kami memperoleh beberapa taxa yang berbeda dari masing-masing Keluarga dalam upaya untuk
meningkatkan sinyal filogenetik. Anehnya, kelas kolonial Pterobranchia adalah saudari
kelompok untuk harrimaniid worms. Kolonial Pterobranchs mungkin telah berevolusi dari
Enteropneust-seperti Leluhur. Temuan paling mengejutkan dalam studi ini adalah
dimasukkannya hemichordate kelas Pterobranchia dalam kelas Enteropneusta. Hipotesis berlaku
menyarankan bahwa pterobranchs yang baik deuterostomia basal atau plesiomorphic
hemichordates. Studi rDNA 18S ini menunjukkan bahwa pterobranchs mungkin diturunkan dari
dalam klad enteropneust. Ini adalah topologi hanya filogenetik pohon biografi tokoh Indonesia,
pterobranchs, enteropneusts, dan Chordata yang tidak disarankan oleh lain penulis tetapi juga
didukung oleh analisis bootstrap. Karena cabang panjang menuju pterobranch, kita tidak bisa
mengesampingkan kemungkinan bahwa posisi pterobranchs dalam enteropneusts adalah artefak
tingkat evolusi yang tidak seimbang. Namun, jika tarikan cabang panjang itu terjadi, satu akan
setiap cabang panjang yang mengarah ke pterobranchs telah tertarik pada cabang yang relatif

6
lama menuju outgroup daripada cabang-cabang pendek antara enteropneusts. Jika ini topologi
benar, pterobranchs mungkin telah berevolusi dari enteropneust-seperti leluhur. Ini soliter
kolonial ganti di gaya hidup, juga terlihat di urochordates, melibatkan dramatis penurunan
ukuran tubuh, interaksi individu, dan kemampuan untuk mereproduksi asexually serta sebagai
seksual. Enteropneust untuk pterobranch evolusi transisi mungkin menjadi jelas dengan
pemeriksaan dari berbagai morphologieswithin enteropneusts. Ptychoderidae (kelas
Enteropneusta) monofiletik dan membentuk Suster kelompok keluarga Harrimaniidae1class
Pterobranchia dalam analisis kami. Ptychoderids telah dipasangkan dorsolateral di pegunungan
batang anterior rumah gonad, kantung hepatik dan baik dikembangkan celah insang rangka Bar
dengan synapticles, atau mendukung cross Bar, yang menjalankan horisontal antara Bar primer
dan sekunder Bar. Ptychoderids adalah cacing besar, sampai beberapa kaki panjang, dan
biasanya berkembang melalui larva tornaria. Sebaliknya, keluarga Harrimaniidae berisi cacing
kecil, biasanya kurang dari 6 inci panjang, yang tidak memiliki kompleksitas morfologi
Ptychoderids dan memiliki hati tidak kantung dan tidak ada kelamin pegunungan atau
synapticles. Dalam harrimaniid cacing, perbandingan dari genus berbeda menunjukkan
kecenderungan evolusi yang umum dalam pengurangan ukuran tubuh dan lain-lain kemiripan
dengan pterobranchs. Sebagai contoh, harrimaniid remaja memiliki postanal ventral ekor, dan
dalam pterobranchs ini ekor membuat tangkai individu kolonial. Selain itu, pterobranchs adalah
filter pengumpan dan Harrimania spesies juga dapat memberi makan dengan menyaring air laut
(33). Pterobranchs kedua dan Stereobalanus (Harrimaniidae) memiliki dua daripada satu saluran
protoceol dan pori-pori. Pengurangan insang celah ini juga jelas, sebagai Stereobalanus dan
Cephalodiscus memiliki dua celah, sedangkan Rhabdopleura tidak ada. Harrimaniids dan
pterobranchs juga menunjukkan pengurangan dan hilangnya atria dan coelomic divertikula dan
pengurangan dalam jumlah dan ukuran gonad. Dalam setiap kasus, pterobranchs menunjukkan
yang paling ekstrim pengurangan dalam ukuran dan kompleksitas. Sebagai contoh,
Cephalodiscus dan Rhabdopleura merenung dua dan satu embrio, masing-masing. hasil ini
menunjukkan bahwa komparatif studi antara genera harrimaniid (Saccoglossus, Harrimania,
Stereobalanus, Protoglossus) dapat memungkinkan lebih lanjut wawasan penyederhanaan
rencana tubuh enteropneust yang mungkin disertai evolusi.

7
Gambar 2. Pohon filogenetik deuterostomia ketika urutan TARIF evolusi yang serupa
yang dianalisis dengan GAMBIT. Kunci karakter yang dipetakan ke node lebih dalam.
Deuterostomia membentuk dua clades besar, salah satu yang mengandung hemichordates dan
Echinodermata dan yang lain terdiri dari urochordates dan Chordata (vertebrata dan
cephalochordates). Perbedaan utama dalam tubuh orang dewasa rencana antara Cephalochordata
1 Vertebrata (myotomes) dan Urochordata (tunik) ditandai. Hasil ini, dikombinasikan dengan
data morfologi, menyarankan bahwa Chordata harus dibatasi Cephalochordata 1 Vertebrata dan
Urochordata yang filum independen dan adik grup untuk Chordata. Perhatikan bahwa coelom
tripartate dari hemichordates dianggap homolog tiga pasang biografi tokoh Indonesia coeloms.

Ascidian berudu larva berkembang seperti mencakup embrio. Ini memiliki panjang
diakui bahwa ascidian berudu larva berkembang di serupa cara untuk mencakup semua Chordata
embrio. Notokorda adalah mesodermal jaringan yang membentuk oleh proses konvergensi dan
ekstensi. Selain itu, sel-sel Notokorda anggapan ascidian mengembangkan dan membedakan dari
cascade gen yang dimulai di seluruh mencakup embrio oleh faktor transkripsi t-kotak, brachyury
T. Gen ini dikenal sebagai penting dalam pengembangan Notokorda vertebrata maupun
cephalochordates. Notokorda adalah jaringan kunci dalam evolusi Chordata karena berfungsi

8
sebagai jaringan struktural di berudu larva dan juga sinyal untuk ectoderm atasnya itu untuk
berkembang menjadi tabung neural dorsal. Air terjun gen yang dibuat selama perkembangan
saraf di mencakup semua embrio telah Hebatnya dilestarikan. Kemampuan untuk klon homolog
gen dan memeriksa ekspresi mereka embrio di temporal dan cara spasial dalam filum berbeda
telah menyebabkan petunjuk tentang gen Cascades yang mungkin coopted beberapa kali selama
pengembangan. Penanda molekuler mencakup untuk jaringan Notokorda, saraf Jaringan, dan
celah faring memungkinkan pemeriksaan hemichordate embrio untuk ekspresi gen ini selama
pengembangan.

Gambar 3. Analisis hemichordate phylogeny. Cabang ditarik ke skala (Kimura dua-


parameter jarak) untuk menekankan potensi artefak karena Efek tingkat tidak seimbang.
Topologi yang sama Diperoleh dari NJ dengan Kimura dua-parameter jarak (bootstrap nilai di
atas setiap Cabang), GAMBIT paralinear jarak dengan koreksi untuk situs-situs untuk variasi
(bootstrap nilai di bawah masing-masing Cabang), dan GAMBIT MP (bootstrap nilai ke kanan
setiap Cabang). Lihat teks untuk rincian. Hemichordate kelas (huruf tebal) dan keluarga
ditunjukkan (kanan). S. barkleyii H. planktophilus yang belum dideskripsikan spesies.

Dewasa enteropneusts menunjukkan beberapa karakteristik mencakup, pori-pori yaitu


faring gill, stomochord dan endostyle-seperti struktur dalam faring. Sebaliknya, Echinodermata
tidak mengandung struktur ini. Oleh karena itu, terlalu kikir untuk mempertimbangkan
enteropneust-seperti leluhur sebagai prototipe dari mana Echinodermata (sepanjang satu
keturunan) dan Berkembang Chordata (sepanjang lain). Gen Pax1 dan Pax9-terkait urochordates
(Ciona dan Halocynthia) dan enteropneust (Ptychodera flava) dinyatakan dalam epitel faring
mengembangkan gill pori-pori di kedua filum, menunjukkan bahwa ini struktur mungkin

9
homolog. Namun, ekspresi brachyury T di larva enteropneust ternyata menjadi cerita yang lebih
rumit. Meskipun brachyury T diungkapkan secara eksklusif dalam silsilah Notokorda dalam
ascidian embrio, apabila diteliti di starfish dan enteropneust larva, ekspresi itu terlihat dalam
kantong coelomic dan posterior usus. Dalam landak laut, ada sebuah pola ekspresi yang bahkan
lebih turunan dalam sekunder mesenchyme. Hasil ini tidak mengesampingkan kemungkinan
bahwa enteropneust stomochord homolog urochordate Notokorda, karena gen hilir mungkin
diaktifkan oleh faktor transkripsi berbeda daripada brachyury T di larva hemichordate. Ini
menunjukkan bahwa lebih lanjut studi embrio pembangunan di hemichordates diperlukan untuk
membedakan struktur homolog dan nonhomologous pada larva dan orang dewasa.

Hemichordates kekurangan ekor postanal dorsal dan segmentasi sistem fungsional yang
besar, seperti otot dan saraf sistem, Karakteristik dari Chordata. Analisis rinci perkembangan
stomochord, dorsal saraf, dan faring dari enteropneust cacing dapat memungkinkan wawasan
tentang evolusi asal struktur ini. Jika fitur mencakup-seperti enteropneusts berasal dari andyor
perkembangan serupa molekuler jalur, maka struktur-struktur serupa adalah hasil dari Umum
asal-usul daripada konvergensi. Fungsional percobaan akan maka akan perlu untuk
membuktikan bahwa hemichordate perkembangan gen yang coopted untuk struktur yang
berbeda di Echinodermata dewasa dibandingkan dengan Chordata. Hasil filogenetik kami
menunjukkan bahwa pterobranch hemichordates mungkin telah diturunkan dalam enteropneusts,
menyarankan bahwa enteropneusts adalah basal hemichordates. Lebih lanjut perkembangan
studi akan menjadi penting dalam mengungkapkan bagaimana rencana tubuh mencakup
evolusioner sukses mungkin telah berevolusi dari nenek moyang deuterostomia mirip cacing.

10
Gambar 1. Foto-foto dari spesies hemichordate yang mewakili. (a) Bahamensis
Ptychodera; (b) Harrimania spesies; (c) Cephalodiscus gracilus individu; (d) Cephalodiscus
gracilus koloni. Hasil kami menyarankan bahwa anggota keluarga Ptychoderidae membentuk
satu klad Enteropneusta, sedangkan Harrimanidae (b) keluarga plus Pterobranchia (c dan d)
membentuk lain.

11
CLASS PISCES

12
BAB II
PISCES

A. CONDRICHTHYES

Kelas Pisces dan vertebrata sejenis ikan, dibagi menjadi empat kelas antara lain kelas
Agnatha atau vertebrata tidak berahang yang diwakili Ostrachodermi (punah) dan yang
masih ada adalah Cyclostomata (lamprey dan hag fishes), ikan purba berahang keras
Placodermi (punah), kelas Chondrichthyes atau ikan tulang rawan (ikan hiu, pari dan
chimaera) dan kelas Osteichthyes atau ikan tulang sejati. Dua kelas terakhir dikelompokkan
dalam superkelas pisces. (Sukiya, 2005)

Pada ikan bertulang rawan (chondrichthyes) kulitnya tegar dan diliputi oleh sisik
placoid dengan banyak kelenjar mukosa, mulut terlatak sebelah ventral dari kepala. Juga
merupakan vertebrata rendah yang memiliki columna vertebralis sempurna yang terpisah
satu sama lain sehingga mudah membengkokkan tubuhnya. Kecuali itu telah memiliki tulang
rahang dan beberapa pasang appendage berupa pina (sirip). Hampir semuanya predacious,
hidup di laut. Nenek moyangnya dikenal dari fosil-fosil yang berupa sisa-sisa tulang gigi,
tulang jari sirip dan sisik.

Ikan vertebrata aquatis dan bernafas dengan insang (beberapa jenis ikan bernafas
dengan alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang/ gelembung udara). Mempunyai
otak yang terbagi menjadi regio-regio. Otak itu dibungkus dalam kranium (tulang keras)
yang berupa kartilago (tulang rawan) atau tulang menulang.

A. Pengertian Chondrichthyes
Chondrichthyes berasal dari bahasa latin yaitu (chondros = tulang rawan; ichtyes=ikan),
yang artinya ikan bertulang rawan. Kelas ini merupakan vetebrata rendah. Ikan adalah
anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin ) yang hidup di air dan bernafas dengan
insang. Ikan bertulang rawan adalah ikan berahang, mempunyai sirip berpasangan, lubang
hidung berpasangan, sisik, jantung beruang dua, dan rangka yang terdiri atas tulang rawan
bukan tulang sejati. Mereka dibagi menjadi dua subkelas: Elasmobranchii (hiu, pari dan
skate) and Holocephali (kimera, kadang-kadang disebut hiu hantu, dan kadang dipisahkan
menjadi kelas tersendiri).

13
Chondrichthyes memiliki tulang kartilago cranium sempurna, organ pembau dan
kapsul otik tergabung menjadi satu. Kartilago palate-quadrat dan kartilago Meckel adalah
tulang rawan yang akan membentuk rahang atas dan rahang bawah. Kelas Chondrichthyes
yaitu ikan-ikan yang kerangkanya berupa tulang rawan dan sesungguhnya tulang rawan ini
bukan menunjukkan keprimitifannya melainkan merupakan ciri sekunder (Simatupang, H.,
2010).

B. Ciri-ciri Chondrichthyes
Ciri-ciri umum dari Chondrichthyes diantaranya yaitu (Simatupang, H., 2010) :
1. Rangka tulang rawan ; Kerangka bertulang rawan pada ikan-ikan kelas ini adalah
karakteristik yang diperoleh, bukan karakteristik primitif. Hal itu disebabkan
leluhur Chondrichthyes ternyata memiliki kerangka bertulang keras dan kerangka
bertulang rawan yang merupakan karakteristik kelas itu berkembang setelahnya.
Selama perkembangan sebagian besar vertebrata, mula-mula kerangka tersusun
atas tulang rawan, kemudian menjadi tulang keras (mengeras) seiring dengan
mulai digantinya matrik tulang rawan yag lunak dengan matrik kalsium fosfat
yang keras (Neil A. Campbell, 2003)
2. Ada yang bersisik dan ada pula yang tidak
3. Celah insang ada satu pasang, lima pasang dan tujuh pasang
4. Letak celah insang lateral dan ventral
5. Mulut terletak pada sisi ventral
6. Ada yang mempunyai spirakulum dan ada yang tidak
7. Sirip berpasangan
8. Tidak memiliki gelembung udara
9. Lubang hidung sepasang
10. Seks terpisah, fertilisasi (pembuahan) terjadi di dalam tubuh; ovipar atau ovivipar

C. Ciri-ciri Khusus dari Chondrichthyes :

a. Kulit keras, dengan sisik plakoid kecil dan banyak kelenjar mukosa, terdapat sirip median
dan sisrip berpasangan, semua ditopang oleh jejari sirip, sirip pelvic dengan klasper pada
jantan.
b. Mulut ventral, dengan banyak gigi yang terlapisi email, kantung olfaktori berjumlah 2
(atau 1), tidak terhubung dengan rongga mulut, dengan rahang bawah dan atas, usus
dengan katup spiral.
c. Kerangka bertulang rawan, tidak ada tulang yang berpasangan, cranium bergabung dengan
kapsul indra yang berpasangan, notokorda bertahan, tulang belakang banyak, lengkap, dan
terpisah.
d. Jantung beruang dua (1 atrium, 1 ventrikal), dengan sinus venosus dan konus arteriosus,
hanya mengandung darah vena, beberapa pasang lengkung aorta, sel darah merah berinti
dan berbentuk oval.

14
e. Respirasi dengan menggunakan 5 atau 7 pasang insang, masing-masing terdapat pada
belahan yang terpisah ( 3 pasang pada chimaera ).
f. Sepuluh pasang sarap cranial, setiap organ auditori dengan tiga kanalis semisirkularis.
g. Suhu tubuh bervariasi ( poikiloterm).
Jenis kelamin terpisah, gonad berpasangan secara khas, saluran reproduksi melepaskan
isinya ke kloaka, fertilisasi internal, ovipar atau ovovivipar, telur besar, dengan banyak
kuning telur, segmentasi meroblastik, tidak ada membran embrionik, perkembangan
langsung, tidak mengalami metamorphosis. Contoh Pari, Hiu, Lumba-lumba

D. Struktur Tubuh Condrichthyes


Kelas Chondrichthyes memiliki anggota yang tubuhnya ditutupi dengan sisik kecil dan
dilengkapi dengan kelenjar lendir. Mulut berada pada bagian ventral, dilengkapi gigi yang kuat.
Lubang hidung terdiri atas dua buah atau sebuah, tidak behubungan dengan rongga mulut.
Chondrichthyes dilengkapi dengan rahang yang kokoh, Jantung terdiri atas satu ruang atrium dan
satu ruang ventrikel. Jantung dilengkapi dengan sinus venosus dan conus arteriosus yang berisi
darah.
Rangkanya bertulang rawan. Notokorda, yang ada pada yang muda, lambat laun
digantikan oleh tulang rawan. Chondrichthyes juga tidak punya rusuk, maka jika mereka keluar
dari air, berat tubuh dari spesies besar dapat menghancurkan organ dalam mereka sendiri lama
sebelum mereka lemas. Karena tidak memiliki sumsum tulang, sel darah merah diproduksi di
limpa dan jaringan khusus di kelaminnya. mereka juga menghasilkan organ yang disebut Organ
Leydig yang hanya ditemukan pada ikan bertulang rawan, meski beberapa tidak memilikinya.
Organ unik lain adalah organ epigonal yang mungkin berperan dalam sistem kekebalan.
Subkelas Holocephali, grup yang sangat terspesialisasi, tidak mempunyai kedua organ ini.
Respirasi pada Chondrichthyes menggunakan 5 sampai 7 pasang insang. Temperatur
tubuh bersifat poikilothermal artinya temperatur sesuai dengan lingkunganya. Hewan ini
memiliki 10 pasang saraf kranial dan telinga dilengkapi tipa saluran semisirkuler. Contoh hewan
ini adalah Squalus acanthias (Ikan hiu).

15
E. Sistematik Kelas chondrichthyes

Kelas chondrichthyes mencakup 2 sub kelas yaitu (Simatupang, H., 2010) :

1. Sub kelas Elasmobranchii, yang dibedakan atas :


- Ordo Squaliformes, mencakup semua jenis ikan hiu
- Ordo Rajiformes, mencakup jenis-jenis ikan pari.

Terdapat beberapa perbedaan antara ikan hiu dan ikan pari yaitu dalam hal letak celah

insang, perlekatan sirip dada dan wujud dari ekornya.

Ikan hiu hidup di samudera dan lautan di seluruh dunia dan beberapa tumbuh dalam

air tawar. Mereka tinggal di sebagian besar semua dan suhu kedalaman laut. Ikan hiu

mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk melindungi kulit mereka dari

kerusakan, dari parasit dan untuk menambah dinamika air (Nelson, JS. 1994).

16
Ordo Squaliformes Ordo Rajiformes
Carcharodon carcharias Dasyatus sp

Ikan pari jarang menyerang manusia, walaupun sekiranya ia terinjak, ikan pari akan
menggunakan tajinya sebagai satu bentuk untuk mempertahankan diri. Terdapat kira-kira 200
spesies ikan pari. Biasanya terdapat di air tawar dan di lautan. Kebanyakan tidak mempunyai
keupayaan untuk menyengat (Nelson, JS. 1994).

2. Sub kelas Holecephali

Mencakup jenis ikan langka yang disebut ikan tikus. Ikan ini tidak mirip dengan ikan hiu

ataupun ikan pari dalam hal bentuk tubuh dan jumlah celah insangnya. Contohnya yaitu

Chimaera monstrosa (Simatupang, H., 2010).

Kelas Chondricthyes terbagi atas dua super ordo (Jasin, M., 1991) :

a. Super Ordo Selachii (bertubuh torpedo), terbagi menjadi 4 ordo yaitu (Jasin, M.,

1991) :
- Ordo heterodontida (ikan hiu berkepala bison)
- Ordo hexanchida (ikan hiu sapi)
- Ordo lamnida; merupakan ikan hiu berkepala palu contohnya Sphirna tudes

17
- Ordo squalida; merupakan ikan hiu berkepala anjing, contohnya Squalus

acanthias
b. Super Ordo Hypotrematica, terdiri atas (Jasin, M., 1991) :
- Ordo Rajida; memiliki tubuh dorso ventral, contohnya Ikan hiu pipih Dasyatus

Sabina

Super Ordo Selachii

1. Ordo Heterodontida (ikan hiu berkepala bison)

Satu famili ditemukan dalam ordo ini yaitu family heterodontidae. Mereka sering disebut

sebagai macan, atau hiu tanduk. Mereka memiliki berbagai gigi yang memungkinkan mereka

untuk memahami dan kemudian menghancurkan shellfishes. Hiu macan Heterodontus

portusjacksoni adalah salah satu spesies darii ordo heterodontifores (Froese, dkk, 2006).

Contoh Klasifikasi Ordo Heterodontida


Klasifikasi Hiu macan Heterodontus portusjacksoni

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata
Class : Chondrichthyes
Sub Ordo : Selachii
Ordo : Heterodontida
Familia : Heterodontidae
Genus : Heterodontus
Spesies : Heterodontus portusjacksoni

2. Ordo Hexanchida

Dua famili ditemukan dalam ordo ini. Spesies pada ordo hexanchida dibedakan dari hiu

lainnya dengan memiliki celah insang tambahan (baik enam atau tujuh). Contoh dari kelompok

18
ini termasuk hiu sapi, hiu yang berjumbai dan bahkan hiu yang terlihat pada pemeriksaan

pertama menjadi ular laut (Sepkoski, Jack, 2002).

Ordo Hexanchida terdiri dari 2 famili yaitu (Sepkoski, Jack, 2002) :

 Famili Chlamydoselachidae, contohnya Chlamydoselachus anguineus, dan

Chlamydoselachus Africana
 Famili Hexanchidae ( hiu sapi ) contohnya Heptranchias perlo, dan Cepedianus

notorynchus

contoh Klasifikasi Ordo Hexanchida

Klasifikasi Hiu berjumbai Chlamydoselachus anguineus

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Class : Chondrichthyes

Sub Ordo : Selachii

Ordo : Hexanchida

Familia : Chlamydoselachidae

Genus : Chlamydoselachus

Spesies : Chlamydoselachus anguineus

3. Ordo Lamnida

Lamnida adalah kelompok hiu yang umumnya dikenal sebagai hiu tenggiri. Tujuh famili

ditemukan dalam ordo ini. Mereka umumnya disebut sebagai hiu makarel. Mereka termasuk hiu

goblin, berjemur hiu, megamouth, perontok, hiu mako dan hiu putih yang besar. Mereka

dibedakan oleh rahang besar dan reproduksi ovoviviparous. Para Lamnida berisi Megalodon

19
punah Carcharodon megalodon, yang seperti kebanyakan hiu punah ini hanya diketahui oleh

gigi (tulang hanya ditemukan dalam ikan bertulang rawan, dan oleh karena itu sering hanya fosil

diproduksi) (Froese, dkk, 2009).

Anggota ordo ini dibedakan dengan memiliki dua sirip punggung, sebuah sirip dubur,

lima celah insang, mata tanpa selaput nictitating, dan mulut memperluas belakang mata (Froese,

dkk, 2009). Famili dari Ordo lamnida terdiri dari (Froese, dkk, 2009) :

a. Famili Alopiidae (hiu thresher)

Spesies, Alopias pelagicus, Superciliosus alopias, Vulpinus alopias

Alopias pelagicus
b. Famili Cetorhinidae : Cetorhius maximus c. Famili Lamnidae: Hiu putih besar Spesies

Carcharodon carcharias, Carcharodon Megalodon

Spesies, Cetorhinus maximus Hiu putih besar (Carcharodon carcharias)

d. Famili Megachasmidae, Genus Megachasma, Spesies Megamouth hiu Pelagios

megachasma

e. Famili Mitsukurinidae

Genus Mitsukurina, Spesies Goblin hiu , Mitsukurina owstoni

20
f. Famili Odontaspididae (Raggedtooths)

Genus Carcharias, Spesies Harimau hiu pasir , Carcharias taurus

g. Famili Pseudocarchariidae

Genus Pseudocarcharias, spesies Buaya hiu , Pseudocarcharias kamoharai

1) Contoh Klasifikasi Ordo Lamnida

Klasifikasi hiu putih besar Carcharodon

carcharias

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Class : Chondrichthyes
Sub Ordo : Selachii

Ordo : Lamnida

Familia : Lamnidae

Genus : Carcharodon

Spesies : Carcharodon carcharias

4. Ordo Squalida

21
Ordo ini memiliki satu famili yaitu squatinidae. Ciri yang dimiliki oleh ordo squalida

yaitu celah insang di sepanjang sisi kepala seperti semua hiu lainnya, memiliki sirip ekor (ekor)

dengan bagian bawah yang lebih lama panjang dari atas, dan sering disebut sebagai hiu malaikat

Squatina squatina (Bourdon, J., 2009).

2) Contoh Klasifikasi Ordo squalida

Klasifikasi hiu malaikat Squatina squatina

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Class : Chondrichthyes

Sub Ordo : Selachii

Ordo : Squalida

Familia : Squantinidae

Genus : Squatina

Spesies : Squatina squatina

Super Ordo Hypotrematica

1. Ordo Rajida

Rajida adalah salah satu ordo dari super ordo Hypotrematica. Rajida dibedakan dengan adanya

sirip dada yang besar, yang mencapai besarnya sisi kepala, dengan rata tubuh secara umum.

Mata dan spirakel terletak di atas permukaan tubuh, dan celah insang di bagian bawah. Sebagian

besar reproduksinya dengan cara ovipar maupun vivipar (Froese, dkk, 2006).

Famili dari ordo ini terdiri dari : - Famili Rajidae, spesies Pari sepatu luncur

22
Dipturus laevis

Famili Rhinidae (guitarfishes bowmouth)

Famili Rhinobatidae (guitarfishes)

Famili Rhynchobatidae (wedgefishes)

1) Contoh Klasifikasi Ordo Rajida

Klasifikasi hiu putih besar Rajiformes Raja erinacea

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Class : Chondrichthyes

Sub Ordo : Hypotrematica

Ordo : Rajida

Familia : Rajidae

Genus : Raja

Spesies : Raja erinacea

F. Anatomi

Anatomi Eksternal
a) Gigi
Gigi ikan hiu berkembang baik yang membuatnya ditakuti organisme lain. Gigi pada hiu
yang berada di gusi tidak menempel di rahang secara langsung dan gigi tersebut bisa diganti
setiap waktu. Di beberapa baris gigi pengganti tumbuh jalur di bagian dalam rahang dan terus
bergerak maju seperti ikat pinggang. Beberapa hiu dapat kehilangan sekitar 30.000 lebih gigi
semasa hidupnya. Tingkat pergantian gigi bervariasi dari sekali setiap 7-8 hari sampai beberapa
bulan. Pada sebagian besar spesies gigi yang diganti satu persatu, kecuali hiu cookiecutter yang
mengganti seluruh barisan gigi sekaligus.

23
Bentuk gigi hiu dipengaruhi pada pola makan. Misalnya hiu yang memakan moluska
dan crustasea memiliki gigi yang rata dan padat yang berguna untuk menghancurkan, hiu yang
memakan ikan-ikan memiliki gigi yang seperti jarum yang berguna untuk mencengkeram, dan
mereka yang memakan mangsa yang lebih besar seperti mamalia memiliki gigi yang lebih
rendah untuk mencengkeram dengan gigi atas berbentuk segitiga dengan tepi bergerigi untuk
memotong. Gigi pemakan plankton seperti Hiu basking lebih kecil dan non-fungsional.
b) Kerangka
Hiu dan pari memiliki kerangka yang berbeda dengan ikan dan vertebrata daratan. Hiu dan pari
memiliki kerangka yg terbuat dari tulang rawan dan jaringan konektif, karena itu keduanya
memang tergolong pada kelas Chondrichthyes atau ikan bertulang rawan. Ikan memiliki
kerangka tulang sejati, sama dengan tulang yang dimiliki semua vertebrata daratan. Tulang
rawan atau cartilago merupakan kerangka yang lentur yang memiliki kepadatan setengah dari
tulang. Hal ini dapat mengurangi bobot kerangka, sehingga dapat menghemat energi
Chondrichthyes juga tidak punya rusuk, maka jika mereka keluar dari air, berat tubuh dari
spesies besar dapat menghancurkan organ dalam mereka sendiri lama sebelum mereka lemas.
c) Rahang
Rahang hiu tidak melekat pada kranium. Permukaan rahang hiu dan lengkungan tulang
insangnya membutuhkan penopangan ekstra karena paparan yang berat untuk fisik hiu serta
butuh kekuatan yang besar. Bagian ini mengandung lapisan heksagonal piring kecil yang disebut
“tesserae”, yang merupakan blok Kristal garam kalsium yang diatur menjadi mosaik. Hal ini
memberikan banyak kekuatan pada daerah-daerah tertentu, yang juga sama seperti hewan lain.
Umumnya hiu hanya memiliki satu lapisan tesserae, tapi untuk spesies yang besar seperti hiu
banteng,hiu harimau, dan hiu putih besar, terdapat dua sampai tiga lapisan bahkan lebih,
tergantung ukuran tubuhnya. Khusus hiu putih besar, rahangnya dapat mencapai lima lapisan.
Pada moncongnya, tulang rawannya memiliki kemampuan spons dan fleksibel untuk menyerap
kekuatan tekanan.
d) Ekor
Bentuk ekor hiu dipengaruhi lingkungan sehingga bentuknya bervariasi dari satu jenis dengan
jenis lainnya. Ekor berguna dalam memberi dorongan, memberi kecepatan dan percepatan
tergantung bentuk ekornya. Hiu memiliki sirip ekor heterocercal di mana bagian punggungnya
biasanya terasa lebih besar dibandingkan bagian ventral. Hal ini disebabkan ruas tulang belakang
hiu meluas ke bagian dalam punggung sehingga memberikan area permukaan yang lebih besar
untuk lampiran otot. Hal ini memungkinkan gerak yang lebih efisien pada ikan bertulang rawan

24
apung negatif. Sebaliknya, ikan memiliki tulang yang paling menyerupai sirip caudal
homocercal.
Ekor hiu harimau memiliki lobus atas yang besar yang memberikan daya maksimum untuk
penjelajahan lambat atau ledakan kecepatan mendadak. Hiu harimau mampu memutar dan
mengubah arah di dalam air dengan mudah ketika berburu untuk mendukungnya mendapat
makanan, sedangkan porbeagle, yang berburu ikan bergerombolan seperti makarel dan herring
memiliki lobus yang lebih besar dan rendah untuk membantu mengimbangi kecepatan renang
mangsanya.
e) Kepala
Terdapat reseptor medan elektromagnetik (disebut ampullae of Lorenzini) dan gerak mendeteksi
kanal di kepala hiu. Mereka berjumlah ratusan hingga ribuan. Hiu menggunakan disebut
ampullae of Lorenzini untuk mendeteksi medan elektromagnetik dimana semua makhluk hidup
menghasilkan. Ini membantu hiu (terutama hiu martil) mencari mangsa. Hiu ini memiliki
sensitivitas listrik terbesar binatang. Hiu mencari mangsa tersembunyi di pasir dengan
mendeteksi medan listrik yang mereka hasilkan. Arus laut bergerak dalam medan magnet Bumi
juga menghasilkan medan listrik yang digunakan oleh ikan hiu untuk orientasi dan navigasi.
Hiu memiliki indra penciuman yang tajam, yang terletak di saluran pendek (yang tidak menyatu,
tidak seperti ikan bertulang) antara bukaan hidung anterior dan posterior, dengan beberapa
spesies mampu mendeteksi sesedikit satu bagian per juta dari darah dalam air laut.
f) Sistem Muskular
Otot tubuh dan ekor merupakan karakter segmental dan berfungsi untuk menghasilkan undulasi
lateral batang tubuh dan ekor yang dibutuhkan untuk berenang. Otot yang lebih terspesialisasi
melayani sirip yang berpasangan, daerah insang, dan struktur kepala.

Anatomi Internal
Anatomi internal tubuh hiu berbeda dengan ikan yang memiliki tulang sejati (tulang
keras). Salah satu perbedaan utama adalah bahwa semua hiu memiliki kerangka kartilago.
Penyayatan perut dari panggul sirip ke sirip dada organ pertama ditemui adalah hati. Hati
menempati sebagian besar rongga tubuh hiu. Hati hiu berukuran besar, lembut dan berminyak.
Organ ini terdiri dari hingga 25% dari total berat badan.
Hati hiu memiliki dua fungsi. Yang pertama adalah sebagai penyimpan energi karena
semua cadangan lemak disimpan di sini. Fungsi kedua hati adalah untuk organ hidrostatik.
Pelumas yang lebih ringan dari air disimpan dalam hati. Hal ini mengurangi kepadatan sehingga

25
memberikan daya apung tubuh untuk mencegah tenggelamnya hiu. Selain hati, lambung dapat
dilihat di dalam rongga tubuh. Di dalam perut hiu sering ditemukan isi makanan terakhir.
Perut hiu sendiri berakhir pada penyempitan yang disebut pilorus, yang mengarah pada
duodenum dan kemudian ke katup spiral usus. Katup spiral usus adalah organ yang digulung
secara internal berfungsi meningkatkan luas bidang permukaan untuk membantu penyerapan
nutrisi. Katup spiral usus bermuara di rektum dan anus yang pada gilirannya akan bermuara di
kloaka. Kloaka adalah ruang tempat saluran pencernaan, saluran kemih dan saluran kelamin
yang terbuka ke luar. Lambung, usus, dan organ dalam yang lain terdapat pada rongga tubuh
yang besar (selom). Selom dilapisi oleh membrane halus yang mengkilat yang disebut
peritoneum, yang juga melapisi organ-organ.organ0organ yang ditopang dari dinding middorsal
selom oleh mesenterium tipis, juga salah satui bentuk peritoneum. Septum transversal
memisahkan selom dari rongga yang mengandung jantung.

Di dalam rongga tubuh juga terdapat pankreas yang merupakan kelenjar pencernaan
dengan dua lobus merah muda. Selan itu terdapat dua organ lain yang tidak termasuk dalam
sistem pencernaan. Yang pertama adalah limpa, yang merupakan organ gelap di dekat perut yang
dimiliki oleh sistem limfatik. Yang kedua adalah kelenjar dubur, organ kecil yang terbuka oleh
saluran ke dalam anus. Karena berfungsi sebagai kelenjar garam, membuang kelebihan natrium
klorida (garam) dari darah.
a. Sistem Otot

Fungsi utama sistem otot adalah untuk berbagai variasi gerak dari organ tubuh. Gerak otot yang
disengaja oleh ikan antara lain yaitu:

1. menggerakan mata
2. membuka dan menutup mulut
3. membuka dan menutup insang
4. menggerakan sirip ke atas atau ke samping
5. melawan arus air
Jika dipotong tegak lurus dengan punggung, akan tampak otot-otot tersusun menurut
lingkaran lingkaran konsentris. Potongan otot yang melingkar ini tersusun dari arah kranial ke
kaudal berbentuk muskuli (berbentuk kerucut). Otot tersebut disebut miomer yang tersusun
segmental. Masing-masing miomer dibungkus dan dipisahkan oleh jaringan ikat miocommata.
(Sukiya, 2005)

26
Pada ikan bertulang rawan dan sejati, otot aksial dipisahkan oleh septum lateral (septrum
horizontal) menjadi epaksial di bagian dorsal dan otot hipaksial dibagian ventral. Otot epaksial
diinervensi oleh percabangan dorsal saraf spinal sedangkan otot hipaksial diinervensi oleh
percabangan ventral saraf spinal. (Sukiya, 2005)

Otot-otot brankial berfungsi untuk menutup dan membuka lubang insang dan mulut,
terutama otot konstriktor (dorsal dan ventral) dan elevator. Otot ini diinervensi oleh saraf spinal.
Kelompok lain adalah otot hipobrankial yang memanjang di ventroanterior insang mulai dari
daerah korakoid sampai rahang dan bagian ventral arkus brankialis. Otot tersebut adalah otot
aksial yang berasal dari daerah brankiomerik, diinervasi oleh saraf spinal. Otot sirip pada ikan
yang paling banyak adalah berupa otot ektensor dorsal dan fleksor ventral. (Sukiya, 2005)

b. Sistem Pernapasan Pada Ikan Bertulang Rawan


Insang ikan bertulang rawan tidak mempunyai tutup insang (operkulum) misalnya pada
ikan hiu. Masuk dan keluarnya udara dari rongga mulut, disebabkan oleh perubahan tekanan
pada rongga mulut yang ditimbulkan oleh perubahan volume rongga mulut akibat gerakan naik
turun rongga mulut.
Bila dasar mulut bergerak ke bawah, volume rongga mulut bertambah,
sehingga tekanannya lebih kecil dari tekanan air di sekitarnya. Akibatnya, air mengalir ke rongga
mulut melalui celah mulut yang pada akhirnya terjadilah proses inspirasi.
Bila dasar mulut bergerak ke atas, volume rongga mulut mengecil, tekanannya naik, celah
mulut tertutup, sehingga air mengalir ke luar melalui celah insang dan terjadilah proses ekspirasi
CO2. Pada saat inilah terjadi pertukaran gas O2 dan CO2.
c. Sistem Pencernaan Makanan
Sistem pencernaan pada Chondrichthyes terdiri dari mulut, faring, oesofagus yang
pendek, lambung, usus dan bermuara ke anus. Mulut yang lebar dibatasi oleh barisan transversal
gigi yang meruncing tajam; gigi ini tertanam di dalam daging pada rahang dan secara berkala
digantikan oleh barisan gigi baru dari belakang. Lidah yang rata menempel ke lantai mulut. Di
sisi faring yang lebar terdapat lubang yang mengarah ke celah insang dan spirakel yang terpisah.
Esofagus yang pendek mengarah ke lambung yang berbentuk J, yang berujung di otot sfringter
sirkular, katuk polarik. Usus mengikuti dan berhubungan langsung dengan kloaka serta anus. Di
usus terdapat sekat yang tersusun spiral, dilapisi dengan membrane mukosa, yang menunda
masuknya makanan dan menyediakan daerah absorbsi yang besar.
Hati yang besar terdiri atas dua lobus panjang, melekat di ujung anterior rongga tubuh.
Empedu dari hati mengumpul di kandung empedu yang kehijau-hijauan dan kemudian melintas

27
melalui saluran empedu ke bagian anterior usus. Pankreas terdapat di antara lambung dan usus,
salurannya bergabung dengan usus tepat di bawah saluran empedu. Kelenjar rektal yang
ramping, fungsinya tidak diketahui, melekat di dorsal penghubung antara usus dan kloaka.
d. Sistem Peredaran Darah
Jantung terdapat di bawah daerah insang, dalam sebuah kantung perikardium; kantung
tersebut terdiri atas:
Sinus venosus, berdinding tipis yang menerima darah dari berbagai vena, diikuti oleh

Atrium; Ventrikel, berdinding tebal; dan Konus arteriorus, dari sini darah melintas secara
anterior ke aorta ventral , dari aorta ini lima pasang arteri brankial aferen terdistribusi ke kapiler
insang untuk aerasi, empat pasang arteri brankial aferen kemudian mengumpulkan darah ke aorta
dorsal, yang memanjang di sepanjang dinding middorsal selom.
Arteri utama terdiri atas:
- Sepasang karotis eksternal dan internal di kepala;
- Sepasang subklavia ke sirip pektoral;
- Seliaka ke lambung, hati, dan usus;
- Mesenterika anterior ke limpa besar yang meruncing dan bagian belakang usus;
- Mesenterika posterior ke kelenjar rektal;
- Beberapa renalis dan gonadika (ovarika atau spermatika) ke ginjal dan organ reproduksi;
serta
- Sepasang iliaka ke sirip pelvik. Di luar sirip pelvik terdapat aorta kaudal yang
menyambung ke ekor.
Pada sistem vena, darah di vena kaudal pada ekor diteruskan ke:
 Sepasang vena porta renalis ke ginjal. Darah yang lain dari daerah posterior melintas ke depan
dalam
 Sepasang vena postkardinal yang parallel dengan jantung dan pada
 Pasangan vena abdominal lateral di setiap sisi rongga tubuh
 Pasangan vena jugularis dan vena cardinal anterior mengembalikan darah dari daerah kepala
semua vena ini masuk ke dalam sinus besar yang terhubung ke sinuis venosus. Darah dari
saluran pencernaan mengalir dalam
 Vena porta hepatika untuk disaring melalui sinosuid seperti kapiler di hati kemudian di
kumpulkan di
 Vena hepatika yang bergabung dengan sinus venosus. Darah melinta melalui jantung, tetapi
hanya sekali setiap lintasan tubuh, seperti pada cylostomata serta sebagian besar ikan, dan darah
jantung semua tidak mengandung oksigen.
e. Sistem Respirasi

28
Dengan membuka dan menutup mulut, hiu memasukan air kedalam dan mendorong air
keluar melalui belahan insang dan spirakel. Insang yang melapisi lima pasang belahan terpisah
(dan spirakel) tersusun atas banyak filamen parallel ramping yang mengandung kapiler. Darah
dari aorta ventral melintas melalui kapiler ini, mengeluarkan karbondioksida dan mengabsorbsi
oksigen terlarut di air, dan kemudian berlanjut ke aorta dorsal.
f. Sistem Eksresi
Dua ginjal yang ramping terdapat tepat dibawah selom di sepanjang aorta dorsal. Urine
dikumpulkan dalam tubulus segmental yang bergabung dengan saluran longitudinal
g. Morfologi
Morfologi pada kelas Chondichtyes dideskripsikan berdasarkan perwakilan kelas yaitu ikan
hiu. Hiu memiliki sirip ekor heterocercal yang di gunakan untuk berenang, celah insang lateral,
terdapat spirakel di belakang mata, sirip terdiri atas sepasang sirip dada (pectoral) dan sirip perut
(pelvic), satu atau dua sirip punggung (dorsal), satu sirip ekor, kadang-kadang terdapat sepasang
sirip dubur (anal). Hiu adalah sekelompok ikan dengan kerangka tulang rawan yang lengkap dan
tubuh yang ramping. Mereka bernapas dengan menggunakan lima liang insang (kadang-kadang
enam, tujuh tergantung pada spesiesnya). Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal
denticles untuk melindungi kulit mereka dari kerusakan, dari parasit dan untuk menambah
dinamika air. Hiu mempunyai beberapa deret gigi yang dapat di gantikan.
Selain ikan hiu, ada pula ikan pari yang mempunyai ciri khas yaitu memiliki sirip pada dada
yang lebar mirip sayap. Hewan ini memiliki sengatan listrik hingga 300 volt yang dapat
digunakan untuk menangkap mangsa.
Anggota ikan bertulang rawan (850 spesies) memiliki skeleton berupa tulang rawan sebagai
pengganti tulang keras. Pada kedua sisi faring terdapat lima hingga tujuh celah insang dan tidak
mempunyai tutup insang (operculum). Ikan bertulang rawan memiliki dua tipe sisik, yaitu
plakoid dan ganoid. Bagian dalam sisik plakoid disusun oleh bahan tulang dan bagian luarnya
disusun oleh bahan email (mirip email gigi manusia). Karena jika dilihat dari dekat, bentuknya
seperti gigi-gigi kecil (dermal denticles). Kulit pari sama dengan hiu, ditutupi oleh sisik plakoid
atau denticles dermal. Kulit mereka akan terasa mirip ampelas.
Ikan hiu dan ikan pari rahangnya bersendi pada tulang posterior atau pada elemen
hiomandibula dari lengkung insang ke-2. Secara embriologis, celah insang tumbuh sebagai hasil
dari serentetan evaginasi faring yang tumbuh keluar dan bertemu dengan invaginasi dari luar.
Ikan hiu dan ikan pari memiliki 5-7 pasang celah insang ditambah pasangan celah anterior non
respirasi yang disebut spirakel. Ikan hiu ataupun ikan bertulang rawan pada umumnya, tidak
ditemukan struktur yang mirip paru-paru.

29
Ada beberapa ikan hiu dan ikan pari yang mempunyai organ bioluminesen. Bioluminesen
adalah pancaran sinar oleh organisme, sebagai hasil oksidasi dari berbagai substrat dalam
memproduksi enzim. Susunan substratnya disebut lusiferin dan enzim yang sangat sensitive
sebagai katalisator oksidasi disebut lusiferase. Organ luminesen (organ yang mampu
menghasilkan sinar) ditemukan pada beberapa ikan hiu, ikan pari berlistrik (Benthobatis
moresbyi) dan beberapa ikan tulang keras khususnya yang tinggal di laut dalam. Adanya organ
yang memproduksi sinar ini dapat digunakan untuk menaksir kedalaman laut, dimana ikan
tersebut tinggal.

30
OSTEICHTHYES

A. Pengertian Osteichthyes
Osteichtyes berasal dari bahasa Yunani yaitu osteon yang berarti tulangdan ichtyes yang
berarti ikan. Jadi Osteichtyes adalah ikan bertulang sejati. Kelompok Osteichtyes berjumlah
sekitar 30.000 spesies. Ikan kelompok ini memiliki kerangka yang tersusun dari tulang keras
yang mengandung matriks kalsium fosfat.
Ikan bertulang sejati menempuh cara kedua untuk mengatasi masalah kekeringan yang
terjadi secara berkala. Mereka mengembangkan sepanjang kantung, masih pertumbuhan
faring yang berfungsi sebagai paru-paru primitif. Alat ini dikembangkan oleh udara yang
diisap melalui mulut. Tubuh ikan-ikan ini diselaputi oleh sisik, satu-satunya sisa harnas
(pelindung) moyang mereka adalah tulang-tulang kranium (kepala).
Diantara semua kelas vertebrata, ikan bertulan keras (Kelas Osteichthyes) adalah yang paling
banyak jumlahnya, baik dalam hal jumlah individu maupun dalam jumlah spesies (sekitar
30.000).
Menurut (Kimball, 2009: h. 928-930) ikan-ikan bertulang sejati dengan cepat (masih dalam
zaman devon) terpecah menjadi tiga kelompok berbeda yakni :
1. Paleoniskoida dibedakan dengan adanya sirip berjari (sirip yang tidak ada otot maupum
tulang) dan kenyataan bahwa ventilasi paru-paru dilakukan mellaui mulut. Banyak dari
kelompok ini bermigrasi ke Laut selama akhir era, (masa) paleozoikum dan mesozoikum.
Dalam lingkungan air yang stabil, tidak diperlukan paru-paru, dan alat ini diubah menjadi
gelembung renang yang dapat digunakan ikan untuk mengubah daya apung di dalam air.
2. Ikan paru-paru mengembangkan suatu pembaruan berarti yang tidak dimiliki
moyangnya. Lubang hidung mereka yang pada Osctheichthys pertama hanya bermuara
keluar dan digunakan untuk membau (sebagaimana pada semua keturunan paleoniskoid
masa kini). Mengembangkan lubang internal ke rongga mulut. Ini memungkinkannya
untuk bernapas diudaara dengan mulut tertutup. Menilik ikan paru-paru masa kini, dua
adaptasi lain yang berarti telah berevolusi dalam kelompok ini. Pertama adalah
perkembangan dua atrium dan sekat parsial dalam ventrikel jantung. Hal ini
memungkinkan setidak-tidaknya pemisahan parsial darah yang mengandung oksigen
yang kembali dari paru-paru dengan darah yang kurang oksigen dari bagian badan
lainnya dan dengan demikian merupakan perbaikan yang berarti dalam efisiensi sistem
peredaran. Adaptasi kedua adalah perkembangan sistem enzim yang diperlukan untuk
mengubah amonia menjadi urea yang kurang beracun. Ini terutama berkembang sangat
baik pada spesies Afrika dan Amerika Selatan. Sedangkan di dalam air, ikan-ikan ini
mengekskresikan limbah nitrogen mereka sebagai amonia seperti yang dilakukan oleh

31
ikan sirip berjari. Akan tetapi dalam musim kering hewan-hewan ini membenamkan diri
dalam lunpur dan beralih pada reproduksi urea.
3. Krospterigia juga mempunyai lubang hidung dalam yang dapat digunakan unutk
mengembangkan paru-paru. Disamping itu sirip belakang dan sirip pectoral mereka
bergelambir, yaitu berdaging dan ditunjang oleh tulang.

Mulut berahang, skeleton sebagian atau seluruhnya bertulang menulang. Kondrokranium


(kranium tulang rawan) dilengkapi oleh tulang dermal untuk membentuk tengkorak
majemuk. Sisik tipe ganoid, sikloid atau ktenoid yang semuanya berasal mesodermal, atau
tidak bersisik. Pada stadium embrio ada 6 celah insang, pada dewasa biasanya tinggal 4
celah. Insang-insang itu tertutup oleh operkulum. Biasanya ada gelembung renang yang
berhubungan atau tidak berhubungan dengan dengan faring. Notokorda ditempati oleh
vertebrae yang menulang. Otak terdiri dari 5 bagian dengan 10 pasang saraf kranial. Pada
ikan dewasa terdapat mesonefrus. Ada sistemportal spiral. Contoh: sturgeon (Acipenser
sturio), gar (Lepidosteus osseus), ikan lele (Ameiurus melas), belut (Anquilla sp) bader
(Perca sp), tuna (Scomber scombrus), ikan paru (Neoceratodus sp.), kuda laut (Hippocampus
sp.) ikan mas (Carassius auratus), ikan salmon (Oncorhynchus sp.) ikan sardin (Sardinope
coerulea), ikan terbang (Cypselurus sp).

Ikan bertulang keras umumnya adalah perenang yang dapat mengontrol arah, siripnya yang
lentur sesuai untuk pengendalian dan pendorongan dibandingkan dengan sirip hiu yang lebih
kaku. Ikan yang bertulang keras yang paling cepat, yang dapat berenang dalam jarak pendek
dengan kecepatan mencapai 80 km/jam, memiliki bentuk badan dassar yang sama dengan
hiu. Ternyata bentuk tubuh ini, yang disebut fusiform (yang meruncing pada kedua ujung),
sangat umum ditemukan pada semua ikan perenang cepat dan mamalia air seperti anjing laut
dan paus. Air kurang lebih ribuan kali rapat dibandingkan udara dan dengan demikian
tonjolan sedikit saja yang menyebabkan gesekan akan lebih mengganggu pada ikan
dibandingkan pada burung.

B. Ciri-ciri Osteichthyes
1. Kulit banyak mengandung kelenjar mucosa, biasanya diliputi oleh sisik(sisik ganoid,
cycloid atau ctenoid) beberapa spesies tidak bersisik, bersirip pada media baik dorsal
maupun ventral.
2. Mulut terletak di ujung dan bergerigi rahang tumbuh dengan baik dan bersendi pada
tulang tempurung kepala.
3. Skeleton terutama berupa tulang keras, kecuali beberapa jenis yangsebagian bertulang
rawan.

32
4. Cor terdiri atas dua ruangan (auriculum dan ventriculum) dengan sinusvenosus dan conus
arterious yang berisi darah vena.
5. Pernafasan dilakukan dengan beberapa pasang insang yang terletak padaarchus branchius
6. Terdapat 10 pasang nervi cranialis
7. Suhu tubuh tergantung kepada lingkungan sekitarnya
8. Memiliki sepasang gonad, umumnya ovipar, ovovipar atau vivipara
9. Fertilisasi (pembuahan) terjadi di luar tubuh
10. Memiliki celah faring
11. Memiliki sirip, baik itu sirip dorsalis, pectoralis, ventralis, analis dan caudalis dan juga
memiliki sisik.
12. Ada corda dorsalis di bagian vertebrae
13. Memiliki gurat sisi untuk mengetahui kondisi lingkungan
14. Sistem pencernaan lengkap, sistem ekresi menggunakan ginjal

C. Tipe sisik
Ikan merupakan vertebrata air yang mana integumenya terdiri dari kulit dan derivat kulit.
Salah satu derivat kulit ikan adalah sisik yang memiliki berbagai macam fungsi seperti
menutupi bagian tubuh ikan.

Sisik ikan dibagi menjadi empat tipe berdasarkan bentuk, struktur, dan komposisinya, yakni:
1. Placoid
Sisik tipe ini dijumpai pada ikan Chondrichthyes seperti ikan hiu dan pari. Sisik ini
sering disebut “dermal denticle” meskipun secara harfiah artinya kurang sesuai dengan
maksudnya. Hal ini dikarenakan pengertian tersebut lebih sesuai jika digunakan pada gigi
mamalia. Sisik plakoid sendiri berbentuk segitiga yang bagian basalnya mendatar dan
menempel pada lapisan dermis serta ujung yang menonjol menghadap ke arah posterior.

33
Pada lapisan terluar sisik plakoid memiliki susunan enamel keras seperti vitrodentine
yang merupakan komponen nonselular yang berasal dari derivat lapisan ektoderm yang
kandungan organiknya rendah. Adapun pada bagian ujung dari sisik terdapat rongga yang
penuh dengan pembuluh darah kapiler. Struktur inilah yang mirip seperti pada gigi
mamalia sehingga sisik plakoid dikatakan sebagai “dermal denticle”. Pada saat
pertumbuhan sisik tidak mengalami penambahan ukuran, namun sebagai gantinya sisik
baru akan menggantikan sisik yang lama. Pada gigi elasmobranchs diyakini sebagai
derivat dari plakoid dan memiliki homologi dengan struktur gigi pada semua vertebrata.
2. Cosmoid
Sisik cosmoid banyak ditemukan pada fosil ikan coelacanth dan lung fish. Pada jenis
ikan lung fish yang modern mengalami modifikasi dengan cara menghilangkan lapisan
dentin. Sisik tipe cosmoid memiliki kemiripan dengan sisik plakoid yang kemungkinan
berasal dari fusi sisik plakoid. Sisik ini tersusun atas dua lapisan basal yang berupa
tulang, yakni lapisan isopedine yang merupakan lapisan tulang lamellar yang kompak
dan lapisan cancellous (spong) yang berfungsi sebagai saluran kanal pembuluh darah
dengan tujuan penyuplai darah. Pada lapisan berikutnya adalah cosmine yang merupakan
komponen nonselular yang mirip seperti subtansi dentin. Di atas lapisan cosmoid
terdapat lapisan tipis yang mengandung vitrodentine. Pertumbuhan dari tipe sisik ini
dengan cara penambahan pada tulang lamellar pada bagian bawah.

34
3. Ganoid
Sisik ganoid banyak ditemukan pada fosil primitif dari actinopterygian dan Chondrostei.
Kedua jenis fosil tersebut memiliki sisik yang merupakan modifikasi dari sisik cosmoid
yang mana komponen cosmine diganti dengan dentin dan pada permukaan vitrodentine
diganti dengan ganoine. Ganoin merupakan tulang dengan komponen bahan anorganik
termasuk garam yang disekresikan melalui dermis. Ganoin juga mengalami kalsifikasi
bahan nonselular tanpa melalui saluran kanal. Sisik tipe ganoid pada umumnya berbentuk
seperti belah ketupat serta memiliki pengait dan sambungan soket diantara sisik-sisik
tersebut yang bertujuan untuk saling menguatkan.

4. Sikloid dan Ctenoid


Ciri Sisik ini adalah bagian anterior pada umumnya saling tumpang tindih dengan bagian
posterior sisik yang ada di depannya. Terjadinya tumpang tindih atau yang disebut
dengan imbricate pada sisik ikan ini memberikan fleksibilitas yang lebih besar
dibandingkan pada tipe sisik yang lain seperti sisik tipe cosmoid dan ganoid. Untuk sisik
ctenoid memiliki modifikasi berupa tepi pada bagian posterior yang berupa berduri yang
berbentuk seperti sisir (cteno = sisir).
Sisik tipe ctenoid sendiri dibagi lagi menjadi tiga tipe yakni crenate, yang memiliki
lekukan sederhana pada bagian tepinya; spinoid, yakni hasil dari perkembangan duri

35
yang berasal dari bagian tubuh; dan ctenoid, dimana sisik ini berkembang secara terpisah
dengan bagian tubuh.
Adapun sisik tipe cycloid (cyclo=lingkaran) memiliki dua bagian, yakni bagian yang
berupa tulang yang tersusun dari bahan organik berupa garam kalsium dan bagian
berikutnya adalah lapisan fibrous (serat) yang tersusun dari kolagen.
Sisik sikloid maupun sisik ctenoid berasal dari sisik ganoid yang mana komposisi
ganoine menghilang serta bentuk sisik mengalami penipisan. Ikan dengan sisik sikloid
maupun ctenoid memiliki pola konsentri seperti pada.

Sikloid (atas) dan ctenoid (bawah)


D. Sirip (Pinnae)
Sirip merupakan alat gerak (ekstremitas) pada ikan. Sebagai sarana identifikasi, sirip
dinotasikan sebagai berikut:
1. Sirip punggung (pinna dorsalis)
2. Sirip perut (pinna ventralis)
3. Sirip dubur (pinna analis)
4. Sirip ekor (pinna caudalis)
5. Sirip dada (pinna pectoralis)
Sirip pada ikan disokong oleh siostem pertulanghan yang dikenal sebagai jari-jari sirip. Jari-
jari sirip tersebut merupakan karakter yang paling penting untuk menentukan rumus sirip
(dikombinasikan dengan notasi untuk jenis/lokasi sirip). Berdasarkan sifat penyusunnya jari-
jari sirip dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Jari-jari lunak, dinotasikan sebagai angka arab (1,2,3,...), dengan sifatnya sebagai berikut:
a. Bening, seperti tulang rawan
b. Mudah dibengkokkan
c. Beruas-ruas

36
2. Jari-jari keras, dinotasikan sebagai angka romawi (I,II,III,...), dengan sifatnya sebagai
berikut:
a. Biasanya berbentuik duri, berfungsi sebagai alat proteksi
b. Pejal, tidak beruas
c. Tidak mudah dibengkokkan
Rumus sirip yang penting untuk identifikasi ikan merupakan kombinasi antara notasi jenis
sirip, notasi sifat jari-jari sirip, serta jumlah jari-jari sirip. Sebagai contoh sebagai berikut:
Ikan dengan sirip punggung 6, jari-jari lunak, 2 keras, sirip dubur dengan 5 jari-jari lunak,
sirip ekor 12 jari-jari keras maka rumus siripnya adalah: D.II.6; A5; CXII.

E. Linea Lateralis
Linea lateralis merupakan ciri yang penting untuk identifikasi, karakter yang penting untuk
identifikasi adalah bentuk linea lateralis dan jumlah sisik yang membentuknya, serta jumlah
sisik diatas dan di bawah line lateralis.

F. Tipe Ekor
Berdasarkan anatomi sirip ekor dibedakan atas 4 type:
1. Type Protocercal, yaitu akhir columna vertebralis sampai ujung ekordan ekor berujung
tumpul.
2. Type Diphicercal, yaitu akhir columna vertebralis sampai ujung ekordengan bentuk ujung
runcing.
3. Type Homocercal, yaitu bila columna vertebralis berakhir tidak persisdi ujung ekor, tapi
agak membelok sedikit, tapi ujung membagi dirimenjadi dua bagian yang sama.
4. Type Heterocercal, yaitu bila columna vertebralis berakhir menjorokke salah satu ujung
ekor yang membagi diri menjadi dua tidak sama panjangnya.

37
G. Skeleton
Sisik dan sirip merupakan exeskeleton, sedang endoskeleton terdiri atas tulang tempurung
kepala. Tempurung kepala terdiri atas cranium sebagai tempat otak, capsula untuk tempat
beberapa pasang organon sensoris dan skeleton viceralis. Pada embryo dan ikan yang masih
muda, cranium berupa tulang rawan akhirnya sebagian besar akan diganti oleh tulang-tulang
rawan yang mendapat tambahan tulang membran sebaghai hasil penulangan jaringan ikat
pada masa embryo.

H. Sistem Muscular
Tubuh dan ekor sebagin besar tersusun oleh otot daging yang bersegmen, otot daging itu
melekat pada vetebrata jari-jari penyokong. Bagian-bagian otot daging itu lebar dan
berbentuk lapisan zigsag memanjang kebelakang. Antara segmen-segmen terdapat lapisan
jaringan ikat seolah-olah sebagai septa (mycomata).

38
I. Sistem Digestoria
Rahang banyak mengandung gigi yang berguna untuk menguyah makanan. Terdapat kelenjar
mucosa, tapi tidak terdapat kelenjar ludah. Lidah kecil merupakan alat yang membantu
gerakan pernapasan. Pharynx pada celah insang banyak mengandung lembaran-lembaran
insang, selanjutnya
Saluran pencernaan makanan menuju ke oesophagus terus ke ventriculus. Di daerah sekitar
pyloris terdapat caeca pyloris atau appendicus pyloris yang berfungsi sebagai alat sekresi
atau absorbsi.Terdapat hepar yang mengandung vesica felea yang bersaluran menuju ke
intestium.
Mulut – rongga mulut – faring – esophagus – lambung – pilorus – usus – rectum – anus

39
J. Sistem Sirkulasi
Cor (jantung) terletak di bawah pharynx dalam rongga pericardium dari rongga coelom
sebelah anterior, terdiri atas dua bagian yaitu ventriculum dan auriculum/atrium. Darah
kembali ke cor melalui vena terus berkumpul pada sinus venosus, kembali masuk ke
auriculum. Lalu, darah dipompa menuju insang melalui conus arterious, aorta ventralis,
empat pasang arteri afferent branchialis. Saluran terakhir ini akan menyalurkan darah melalui
kapiler dalam insang untuk mengambil oksigen.kemudian darah dikumpulkan melalui arteri
afferent branchialis menuju aorta dorsalis, kemudian beredar melalui cabang arteri.

K. Sistem Respirasi
Pernapasan dilakukan dengan menggunakan insang yang terdapat dalam 4 pasang kantong
insang. Terdapat filament yang tersusun atas banyak plat transversal yang banyak
mengandung pembulu darah kapiler. Terdapat operculum yang dapat membuka dan menutup
saat bernafas. Gelembung udara/ gelembung renang berfungsi membantu alat respirasi.

40
L. Sistem Ekskresi
Ren yang berbentuk gilik terletak antara vesica urinaria dengan tulang vertebra. Cairan yang
mengandung sisa-sisa senyawa nitrogen dan hidrogen yang di ambil dari darah dalam ren ke
dalam vesica urinaria melalui ureter dan selanjutnya pengosongan dilakukan melalui sinus
urogenitalis keluar.

M. Sistem Saraf
Sebagai sentral dalam otak dan sumsum tulang belakang. Otak terdiri atas lobus alfactorius,
hemispericus, lobus opticusdan cerebellum. Dari otak akan keluar 10 pasang saraf cranial
sebagai saraf perifer. Dari nervecord pada setiap vertebrae akan keluar saraf-saraf yang akan
member persyarafan pada tiap-tiap segmen tubuh sekitarnya.

41
N. Sistem Reproduksi
Seks terpisah pada ikan jantan terdapat sepasang testis yang membesar pada masa
perkawinan. Melalui vase deferensia, sperma dikeluarkan melalui papillae urogenital. Pada
ikan betina sel telur akan keluar dari ovary melalui oviduct yang selanjutnya keluar melalui
papillae urogenital. Pembuahan umumnya terjadi secara ekternal.

Klasifikasi Osteichthyes
Pada Osteichthyes para ahli membedakan dalam dua subkelas menurut Berg (1965) yaitu
Sarcopterygii dan Actinopterygii, dibedakan dari struktur siripnya, di mana sirip keduanya
berpasangan, tetapi pada Sarcopterygii siripnya berdaging, tulang yang menyokong sirip dan
jaringan otot yangmenggerakannya menonjol keluar dari tubuh; sedangkan pada Actinopterygii
sirip dibentuk oleh barisan dermal, dengan endoskeleton dan otot yang mengendalikan sirip
tersebut berada di dalam tubuh.

42
 Sarcopterygii
Sub kelas Sarcopterygii memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Ikan yang siripnya berjari-jari (ray finned fish)
2. Dianggap lebih modern dibanding Actinopterygiii
3. Ekornya simetri menuju ekor tipe homocercal
4. Selaput sirip meiliki jari-jari lebih sedikit
5. Tangan dermal sudah tereduksi
6. Tulang-tulang maxilla dan premaxilla hilang dan membentukmulut yang membundar
1. Ordo Crossopterygii (Coelacenthifomes)
Merupakan ordo yang memiliki tulang rawan yang diperkuat dengan adanya tulang
sejati, sirip berbentuk lobate (menonjol), sisik cycloid dan tipis, ruas tulang belakang
tidak berlekuk, gigi sederhana, caudal bertipe diphycercal. Pada tutup insang tidak
terdapat suboperculum.
Family : Cielacabthidae
Sirip pectoral hamper sama dengan bentuk lobate. Hidup
didasar perairan yang kedalamnya 60 meter, memiliki kepala yang pendek.
Contoh spesies : Latimeria chalamunea

43
2. Ordo Dipteriformes
Palatoquadrate (rahang atas) bersatu dengan tulang tengkorak, celah insang sebagian
besar dari tulang rawan. Gelembung renang satuatau dua, yang berhubungan dengan usus
yang berfungsi sebagai paru-paru. Sirip dorsal, caudal dan anal bersatu. Sirip
berpasangan menonjol tidak mempunyai tulang rahang atas (premaxilla) dan maxilla.
Kebanyakan pada ordo ini spesiesnya sudah berupa fosil.
Family : Ceratodontidae
Sisik cycloid, tersusun berdempetan. Sirip seperti daun yangtebal (lobate). Distribusi di
Quensland dan Australia.
Contoh spesies : Neoceratodus forsteri (Australia lung fish).

 Actinopterygii
Sub kelas ini merupakan sub kelas yang memiliki tulang rangka yang terdiri dari tulang sejati
meskipun ada yang dari tulang rawan, dan memiliki klasifikasi yang sempurna. Ikan
bertulang sejati tingkat tinggi ini terdapat pusat tulang punggung (vertebrata) mempunyai
cekungan pada kedua belahnya (amphicoelous). Jari jari sirip ikan ini berbentuk sirip dorsal
dan sirip anal berjumlah banyak, dan tidak memiliki tulang selangka (clavicula). Pada

44
bentuk sirip caundal pada jenis ikan ini biasanya berbentuk homocercal, dan sisik cycloid,
ctenoid dan beberapa
ganoid. Nostril (lubang hidung) tidak berhubungan dengan ronggamulut, dan sirip
berpasangan tidak menonjol seperti lobate, biasanya sirip-sirip ini diperkuat oleh
endoskeleton. Sehingga ikan ikan jenis ini dengan demikian ini disebut ikan-ikan tingkat
tinggi.
1. Ordo Polupteriformes
Ciri-ciri :
1. Tubuhnya bulat panjang, sisik tebal dengan tipe ganoid.
2. Dasar sirip pectoral besar dan menonjol yang diliputi sisik.
3. Sirip dorsal terpisah pisah dalam bentuk finlet yang berjumlah 8atau lebih, bagian
depan setiap sirip dorsal disokong oleh duri.
4. Sirip ekor bertipe diphycercal.
5. Ruas tulang belakangf termasuk tipe Amphicoeloes yangdiperkuat tulang sejati.
6. Gelembung renang berfungsi sebagai paru-paru dan bergunasebegai alat pernafasan
tambahan.
7. Pada waktu musim larva bernapas dengan insang luar (tidak ada tutup insang)

Contoh spesies : Poypterus bichirs

2. Ordo Acipenseriformes
Ciri-ciri :
1. Sebagian tubuhnya ditutupi oleh sisik ganaoid atau tidak ditutupi sisik.
2. Pelat tulang sejati di kepala bersatu dengan tulang rawan tengkorak (neurocranium).
3. Mulut dibawah (ventral).
4. Hidung diujung, kepala meruncing.
5. Sirip caudal heterocercal.
6. Mempunyai operculum.
7. Mempunyai gelembung renang.

Contoh spesies : (Acipenser oxyrhynchus)

45
3. Ordo Amiiformes
Ciri :
1. Rahang pendek, sisik cycloid, D Panjang
2. Gelembung renang dengan ductus pneumaticus

Contoh spesies: Amia calva

4. Ordo Lepidossteiformes
Ciri :
1. Sisik ganoid
2. Moncong sangat panjang
3. Lubang hidung pada ujung moncong
4. Sieip ekor adalah diphycercal pendek

Contoh spesies : Lepisosteus osseus

46
5. Ordo Clupiformes
Ciri :
1. Sisik cycloid
2. Sirip ekor homocercal
3. Sirip dubur dan sirip punggung tanpa spinna

Contoh spesies : Clupea pallasii pallasii

6. Ordo Scopeliformes
Ciri :
1. Sirip dorsal dua buah
2. Mulut besar banyak mengandung gigi-gigi
3. Punya alat penerangan (hidup di dasar laut)

Contoh spesies : Bathysaurus

7. Ordo Cypriniformes
Ciri :

47
1. Mempunyai gelembung udara yang berhubungan dengan esophagus,sehingga
ikan ini bersifat sebagai phyIsostomi . jiika gelembung udaratidak berhubungan
dengan esophagus maka sifatnya adalah Physoelysti
2. Sirip tanpa spinna atau jika ada hanya sebuah, baik pada punggungmaupun pda
dada.
3. Sirip perut terletak di daerah abdomenSpesies:

Contoh spesies : Rasbora amplistriga

8. Ordo Anguilliformes (Apodes)


Ciri :
1. Tubuh memanjang dan silindris dengan ekor pipih bilateral
2. Sirip punggung, sirip dubur panjang dan sempit, bertemu dibagian belakang
3. Mempunyai satu pasang (lebih) sirip dada
4. Semua sirip yang ada tanpa spinna
Contoh spesies :
Anguilla malgumora

9. Ordo Beloniformes
Ciri :
1. Tubuh agak memanjang dan pipih
2. Sisik sikloid
3. Sirip-sirip tanpa spinna
4. Sirip perut juga terletak abdominal
5. Diantara anggota-anggota ada yang dapat digunakan untuk terbang diatas permukaan
air, seperti ikan terbangSpesies:

48
Contoh speies : Belone svetovidovi

10. Ordo Syngnathiformes


Ciri :
1. Rahang atas dan bawah bersatu membentuk bangunan seperti buluh
2. Sisik-sisik berupa cin-cin tulang
3. Mulut terletaj di ujung moncong yang seperti buluh ituSpesies:
Contoh : Acentronura breviperula

11. Ordo Oppiocephaliformes


Ciri :
1. Kepala pipih dorsal-ventral
2. Sisik sikloid dan relative besar
3. Gelembung renang sangat panjang
4. Insang mempunyai bangunan tambahan yang mampu mengambil oksigen,seperti ikan
gabus sering muncul di permukaan air untuk menyerap udara
Spesies: Ophidion asiro

12. Ordo Synbranchiformes


Ciri :
1. Celah insang tunggal, terletak pada sisi ventral
2. Tubuh memanjang, silindris dan makin kearah kaudal makin keil
3. Tidak memiliki sirip dada
4. Tidak mempunyai sisik
5. Sirip dorsal, ekor dan dubur bersatu

49
Spesies: Synbranchus marmoratus

13. Ordo Perciformes


Ciri :
1. Memiliki sirip punggung dua buah
2. Sirip mempunyai spinae
3. Sirip perut didaerah dada (pectoral)
Spesies: Perca fluviatilis

14. Ordo Pleuronectiformes


Ciri :
1. Bentuk tubuh pipih, dorsal-ventral
2. Mata terletak pada sisi dorsal
3. Mulut pada salah satu tempat bagian samping
Spesies: Pleuronichthys decurrens

15. Ordo Echeneiformes


Ciri :
1. Termasuk ikan kecil
2. Sirip punggung dua buah, sirip depan mengalami modifikasi menjadi alat pelekat
untuk melekat pada ikan lain (terbentuk simbiosis komensalisme)

50
Spesies: Esox americanus americanus

16. Ordo Tetraodontiformesa


Ciri :
1. Sisik mengalami modifikasi menjadi bangunan seperti spinna
2. Diding tubuh berupa lempeng tulang
3. Celah insang kecil
Spesies: Tetraodon erythrotaenia

17. Ordo Characiformes


Ciri :
1. Hidup di air tawar
2. Spesies Berbahaya
3. Beberapa sirip adippose kurang karakteristik
Spesies: Charax pauciradiatus

51
CLASS
AMPHIBI

52
53
BAB III
AMPHIBI
Pengertian Kelas Amphibi
Amphibi berasal dari kata Amphibious, berarti kedua cara hidup. Sebagian besar dari kelas
ini menunjukan bahwa mempunyai fase kehidupan didarat. Pada kedua fase itu struktur dan
fungsinya menunjukan sifat antara ikan dan reptilia dan menunjukan bahwa Amphibia
merupakan suatu kelompok chordata yang pertama kali keluar dari kehidupan dalam air.
Beberapa pola menunjukan pola baru yang disesuaikan dengan kehidupan darat, misalnya: kaki,
paru-paru, nares (nostril) yang mempunyai hubungan cavum oris, dan alat penghidupan yang
berfungsi baik dalam air maupun didarat (udara). Amphibia merupakan makanan bagi berbagai
macam vertebrata lainnya (Jasin, 1984).
Sebagian besar Amphibia ditemukan di habitat yng lembab seperti rawa-rawa dan hutan
hujan. Bahkan Amphibia yang telah beradaptasi terhadap habitat yang lebih kering masih
menghabiskan banyak waktunya di dalam liang atau di bawah dedaunan lembab yang tingkat
kelembapanya tinggi. Amphibia umumnya sangat bergantung pada kulitnya yang lembab untuk
pertukaran gas denga lingkungannya. Beberapa spesies terrestrial tidak memiliki paru-paru dan
hanya bernapas melalui kulit dan rongga mulutnya (Campbell, 2008).
Fertilisasi berlangsung eksternal pada sebagian besar Amphibia, jantan memegang erat-erat
betina dan menumpahkan spermanya di atas telur-telur yang sedang dikeluarkan oleh betina.
Amphibia biasanya bertelur di dalam air atau di lingkungan darat yang lembab. Telur tidak
memiliki cangkang dan cepat mengering di dalam udara kering. Beberapa spesies Amphibia
bertelur dalam jumlah yang sangat banyak di kolam sementara, dan mortalitas telurnya tinggi
sebaliknya, spesies-spesies yang bertelur dalam jumlah yang relative sedikit dan menunjukkan
berbagai macam pengasuhan anak. Bergantung pada spesies, jantan atau betina mungkin
membawa telur-telurnya di punggung, di dalam mulut, atau bahkan di dalam lambung
(Campbell, 2008).

Ciri-Ciri Kelas Amphibi


Menurut Jasin (1984), Ciri-ciri khusus Amphibi adalah sebagai berikut:
a. Kulit selalu basah dan berkelenjar (yang senang diair atau dekat air), tidak bersisik
luar.
b. Memiliki dua buah nares (lubang hidung sebelah luar) yang menghubungkan dengan
cavum ori. Padanya terdapat klep untuk menolak air. Mata berkelopak yang dapat

54
digerakan: lembar gendang mendengar terletak disebelah luar. Mulut bergigi dan
berlidah yang dapat dijulurkan ke muka.
c. Bagian otak yang paling berkembang: otak tengah lobus opticus » untuk mengatur
refleks mata (penyempitan pupil mata), pusat pendengaran
d. Alat gerak: 2 pasang kaki dan pada setiap celah jari kakinya terdapat selaput renang
menggunakan energi lingkungannya untuk mengatur suhu tubuhnya sehingga
tergolong hewan eksoterm.
e. Mata berkelopak dan kelopak tersebut dapat digerakkan.
f. Mengalami metamorfosis sempurna dalam siklus hidupnya
g. Skleleton sebagian besar berupa tulang keras, tempurung kepalanya memiliki dua
condyl, bila memiliki costae (tulang rusuk) tidak menempel pada sternum (tulang
dada).
h. Cor terbagi atas tiga ruangan, yakni dua ruangan auricula dan satu ruang ventriculum;
mempunyai satu atau tiga pasang archus aortichus; erythrocyt berbentuk oval dan
bernukleus.
i. Pernapasannya dengan ingsang, paru-paru, kulit atau garis mulut dan insang (bagi
Amphibi yang masih kecebong)
j. Otak memiliki 10 pasang nervi cranialis.
k. Suhu tubuh tergantung dengan lingkungannya.
l. Fertilisasi terjadi diluar atau didalam tubuh, kebanyakan ovipar; berkuning telur dan
terbungkus oleh zat gelatin. Membelah secara holoblastis tidak sama; tidak memiliki
membran embrio. Larva yang hidup diair mengalami fase metamorfase menjadi
hewan dewasa.
Amphibi merupakan tetrapoda atau vertebrata darat yang paling rendah. Amphibi tidak
diragukan lagi berasal dari satu nenek moyang dengan ikan. Hal ini terjadi pada zaman Davon,
transisi dari air ke darat tampak pada:
1. Modifikasi tubuh untuk berjalan didara, disamping masih memiliki kemampuan
berenang dalam air.
2. Tumbuhnya kaki sebagai pengganti beberapa pasang sirip.
3. Merubah kulit hingga memungkinkan menghadapi suasana udara.
4. Penggantian ingsang oleh paru-paru.
5. Merubah sistem sirkulasi untuk keperluan respirasi dengan paru-paru dan kulit.
6. Alat sensorisnya memiliki kemampuan berfungsi baik diudara maupun di air (Jasin,
1984)
2.1 Klasifikasi Amphibi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
SuperClass : Tetrapoda

55
Class : Amphibia
Ordo : 1) Anura, 2)Caudata (Urodela), 3)Gymnophiona, dan 4)Proanura
(sudah punah)
2.1.1 Ordo Anura
a. Subordo : Archaeobatrachia
Familia Discoglossidae , Familia Ascaphidae, Familia Leiopelmatidae
b. Subordo : Mesobatrachia
Familia Pipidae, Familia Rhinophrynidae,
Familia Pelobatidae, Familia Pelodytidae
c. Subordo : Neobatrachia, Familia Bufonidae, Familia Microhylidae,
Familia Ranidae, Familia Pelobatidae (Megophrydae) ,
Familia Rhacophoridae, Familia Dendrobatidae,Familia Hylidae,
Familia Pelodryadidae, Familia Myobatrachidae, Familia Sooglossidae,

Familia Psedidae

Ordo anura atau katak mudah dikenali dari tubuhnya yang seperti sedang
berjongkok, leher tidak jelas. Tubuh katak tersususn dari tiga bagian (1) kepala
(2) badan (3) anggota gerak,kepalanya pipih lebar begitu juga dengan mulutnya
memiliki lidah yang panjang dan lengket yang berfungsi untuk menangkap
mangsa , pangkal lidah terdapat di depan dan ujung lidah di belakang mulut.
Giginya terdapat pada langit-langit mulut yang disebut gigi vormer, matanya
yang besar menonjol di sisi kepala, terdapat du kelopak yaitu atas dan bawah
tetapi sulit digerakkan, sebagai gantinya katak memiliki selaput bening tipis
yang disebut selaput niktitans , pada ujung depan atas mulut erdapat lubang
hidung yang dapat menutup saat menyelam di air. Di bagian sisi belakang
mata terdapat selaput gendang telinga yang disebut membran tympani. Badan
katak juga lebar memiliki dua pasang anggota gerak (kaki) , bagian depan
lebih kecil dan pendek dari kaki bagian belakang. Jari kaki depan ada empat
sedangkan jari kaki belakang ada lima, untuk memudahkan berenang pada
bagian diantara jari-jarinya terdapat slaput renang. Kulit katak selalu di basahi
oleh kelenjar kulit yang menghasilkan lendir.
2.1.2 Orda Caudata
a. Subordo : Cryptobranchoidea
Familia Cryptobranchidae, Familia Hynobiidae
b. Subordo : Salamandroidea
Familia Salamandridae, Familia Proteidae, Familia Ambystomatidae,
Familia Amphiumidae, Familia Dicamtodontidae, Familia Plethodontidae

56
c. Subordo : Meantes
Familia Sirenidae

Caudata disebut juga urodela. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh
memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki
tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa
spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada
bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata
mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo
Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya
meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa. Urodella
mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan
Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae,
sedangkan sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu
Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki 7 famili
yaitu Amphiumidae, Plethodontidae, Rhyacotritoniade, Proteidae,
Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan Salamandridae. ( Pough et. al., 1998)
Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian
besar Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa
spesies akuatik jelas sekali mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup
menonjol dalam proses evolusi Salamander yaitu hilangnya (mereduksi) paru-
paru serta adanya paedomorphosis (adanya karakteristik larva pada Salamander
dewasa) (Pough et al., 1998). Sangat mengherankan jika suatu hewan terestrial
dapat bertahan hidup tanpa adanya paru-paru akan tetapi pada family terbesar
Salamander yaitu Plethodontidaememiliki karakteristik tidak adanya paru-paru.
Tidak adanya paru-paru mungkin terjadi pada Salamander karena kulit
Salamander memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Beberapa penjelasan
telah disusun untuk menunjukkan keuntungan dari hilangnya paru-paru pada
Plethodontidae, hipotesis yang paling mudah diterima berkaitan dengan evolusi
hilangnya paru-paru adalah spesialisasi dari apparatus hyoideus yang terdapat
di dalam tenggorokan sebagai suatu mekanisme dalam menjulurkan lidah untuk
menangkap mangsa. Kartilago hyoideus merupakan bagian dari alat bantu
pernapasan pada Salamander yang memiliki paru-paru. Jadi pada
Plethodontidae, apparatus hyoideus yang seharusnya berperan sebagai alat
bantu pernapasan jika dia memiliki paru-paru mengalami modifikasi menjadi

57
mekanisme penjuluran lidah untuk menangkap mangsa dikarenakan paru-paru
mereduksi. Anggota dari Pletodhontidae yang mampu menjulurkan lidah lebih
jauh daripada panjang kepala dan tubuh dikelompokkan dalam Bolitoglossine
(Pough et al., 1998). Paedomorphosis adalah salah satu contoh dari fenomena
evolusi yang disebut dengan heterochrony. Herterochorny terkait dengan
perubahan waktu dan tingkat dari proses perkembangan (terutama dalam masa
embryonik) yang merubah bentuk tubuh hewan dewasanya. Hewan dewasa
yang paedomorphic biasanya memiliki habitat aquatic dan memiliki
karakteristik larva seperti adanya insang luar, hilangnya kelopak mata serta
perubahan pola gigi dewasanya. Paedomorphosis merupakan karakteristik pada
beberapa Salamander aquatic seperti Proteidae. Pada family lain,
seperti Ambystomatidae, beberapa spesies paedomorphic tetap bermetamorfosis
menjadi Salamander dewasa yang terrestrial (Pough et al., 1998). Cau data atau
Urodela mempunya anggota sekitar 350 spesies, tersebar terbatas di belahan
bumi utara; Amerika Utara, Amerika Tengah, Asia Tengah (Cina, Jepang) dan
Eropa. Bentuk tubuh setiap anggota Salamander sangat berbeda, sehingga
mudah untuk mengidentifikasi. Kebanyakan family-family dari urodela terdapat
di amerika dan tidak terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa hidupnya di
darat. Pembuahan ada yang eksternal dan ada yang internal. Reproduksinya
ovipar dan ovovivipar. Ciri yang lainnya yaitu tidak memiliki tympanum,
mempunyai insang atau tanpa insang dan mata kecil atau mereduksi (Pough et
al.,1998).
Salamander merupakan kelompok Amphibia yang berekor. Semua anggota dari
family ini memiliki ekor yang panjang, tubuh silinder yang memanjang serta
kepala yang berbeda. Sebagian besar memiliki tungkai yang berkembang
dengan baik, biasanya pendek tergantung pada ukuran tubuh. Tengkoraknya
mereduksi dikarenakan adanya beberapa bagian yang menghilang. Sebagian
besar anggotanya memiliki fertilisasi internal meski tak satu pun anggota dari
family ini yang memiliki organ kopulasi. Fertilisasi internal terjadi ketika jantan
mendepositkan spermatopora yang kemudian akan diterima oleh betina melalui
bibir kloakanya (Zug, 1993).
2.1.3 Ordo Gymnophiona

58
Familia Ichthyopidae ,
Familia Caecilidae, Familia Rhinatrematidae, Familia Scoleocomorphidae,
Familia Uracotyphlidae, Familia Typhlonectidae
Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki
sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak
bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak,
mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies
berfungsi sebagai fotoreseptor. Di bagian anterior terdapat tentakel yang
fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam
daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang.
Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam
tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara
internal. ( Webb et.al, 1981). Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu
Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan
Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae,
Caecilinae dan Typhlonectinae. ( Webb et.al, 1981). Famili yang ada di
indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh
yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan
oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang
bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air
sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia
adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi DIY.
2.1.4 Ordo Proanura
Anggota-anggota ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat dikatakan telah
punah. Anggota-anggota ordo ini hidupnya di habitat akuatik sebagai larva dan
hanya sedikit saja yang menunjukkan perkembangan ke arah dewasa. Ciri-ciri
umumnya adalah mata kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai belakang,
kedua rahang dilapisi bahan tanduk, mempunyai 3 pasang insang luar dan
paru-paru mengalami sedikit perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan
adanya dua bentuk dalam daur hidupnya. (Duellman and Trueb, 1986)
2.2 Anatomi Internal
Salamander mempunyai caput, cervix dan truncus yang silindris atau agak pipih dorso
ventral dan mempunyai caput dan cauda yang panjang. Kintel dan katak mempunyai caput dan
truncus tanpa cervix dan cauda; extrimitas muka kecil, sedangkan yang belakang panjang;
selaput gendang pendengar tampak dari luar. Caecilian tidak berkaki dan berbentuk seperti

59
cacing, badannya seolah-olah tersusun atas gelang-gelang dan kulitnya mengandung sisik dalam
(Jasin, 1984).
Caput dan cervix yang lebar bersatu. Pada truncus terdapat rima oris yang lebar untuk
masuknya makanan. Nares eksterna mempunyai peranan dalam pernapasan, sepasang organon
visus (mata) mata yang bulat. Dibelakang mata terdapat membran tympani untuk menerima
getaran suara. Pada akhir tubuh terdapat anus yang berfungsi sebagai pintu pelepas feses, urin
dan sel kelamin (Jasin, 1984).
Extrimitas muka yang berupa kaki/tangan berukuran pendek, terdiri atas: brachium
(lengan atas), berupa humerus, anti brachium (lengan bawah) berupa radio ulna, carpus
(pergelangan tangan), manus (telapak tangan), terdiri atas metacarpus dan palangus (jari-jari).
Extrimitas belakang yang berupa kaki belakang terdiri atas: femur (paha), crus (bagian kaki
bawah), terdiri atas tibia dan fibula, tarsus (pergelangan kaki), pes (telapak), terdiri atas
metatarsus dan phalangus (jari-jari). Kulit yang lemas (fleksibel) sebagai penutup tubuh
berfungsi menutupi tubuh terhadap gangguan yang bersifat fisis dan pathologis. Disamping itu
sebagai alat untuk menghisap air karena katak tidak minum. Kulit tersusun atas: epidermis,
dermis yang terbagi atas jaringan lain. Tiap bulan selama musim hujan dibawah lapisan jangat
baru, sehingga setiap waktu lapisan jangat yang lama terlepas sudah siap penggantinya. Biasanya
kulit jangat yang terlepas ditelan kembali (Jasin, 1984).
Menurut Jasin (1984), Kelenjar kulit terbagi atas dua macam yaitu:
1) Glandulae muccosa (kelenjar lendir) yang menghasilkan lendir bening untuk
memudahkan katak melepaskan diri bila ditangkap.
2) Glandulae toxicon (kelenjar racun) yang menghasilkan zat racun yang pada tingkat
tertentu dapat secara efektif mematikan hewan lain.
Dalam kulit terdapat pigmen (pada epidermis) dan sel pigmen (chromotopora) pada
dermis. Macam-macam chromotopora yaitu: melanophora berisi pigmen hitam atau coklat,
lipophora yang berisi pigmen merah dan kuning, guanophora yang berisi kristal-kristal putih.
Pada katak sebenarnya pigmen hijau tidak ada, tetapi warna hijau adalah hasil hasil pemantulan
secaa kimiawi dan stuktur mikrokopis pada kulit sebelah luar. Warna gelap terang disebabkan
karena mengumpul dan menyebarnya butir-butir pigmen dan chromotophora. Suhu rendah
menghasilkan warna gelap sedang suhu tinggi dan keadaan kering meningkatnya sinar
menghasilkan warna terang. Pigmen dikontrol oleh hormon yang dihasilkan oleh glandula
pituitari dan berhubungan erat dengan sistem syaraf (Jasin, 1984).

2.2.1 Sistem Pencernaan

60
Sistem pencernaan dimulai dari mulut, dari mulut makanan melalui faring,
kemudian esophagus menghasilkan sekresi alkali mendorong makanan masuk ke lambung,
di lambung makanan di cerna dan diproses dengan enzim. Lambung juga menghasilkan
asam klorida untuk mengasamkan makanankemudian makanan masuk ke dalam usus
melalui pyloris, kemudian sari-sari makanan masuk ke hati yang besar terdiri atas beberapa
lobus dan bilus, yang kemudian ditampung dalam kantung empedu kemudian menuju ke
rectum kemudian dikeluarkan melalui kloaka (Kimball, 1999)
2.2.2 Sistem Pernafasan
Sistem ini terdiri atas paru-paru dari kulit serta rongga kulit. Oksigen yang berasal
dari udara larut dalam cairan permukaan respirasi atau alat dengan jalan difusi masuk ke
pembuluh darah. Paru-paru katak terdiri atas dua saku elastis yang berisi lipatan
membentuk kamar-kamar kecil yang masing-masing diliputi oleh pembuluh kapiler. Dari
paru-paru kemudian disalurkan ke trakea dan menuju ke bronkiolus kemudian menuju
alveolus (Kimball, 1999).

2.2.3 Sistem Sirkulasi


Alat-alat sirkulasi pada Amphibi terdiri atas jantung dan vasa (arteri dan vena). Cor
terbungkus pericardium, berbentuk conus (kerucut) dengan puncaknya apexordis. Untuk
mengurangi geseran antara cord an pericardium adalah cairan liquor pericardii (suatu
cairan yang ada antara cor dan pericardium) (Triatmanto, 2000).
Sistem sirkulasi terdiri atas aorta kiri, kemudian ke serambi kiri menuju pada
pembuluh nadi dan kemudian menuju ke bilik dan kembali lagi pada serambi kanan
selanjutnya menuju aorta kanan. Pada umumnya diduga bahwa valvea spiralis dan truncus
arteriousus memasukkan darah dan darah yang beroksigen (sebelah kanan) ke archus
pulmocunatneus dan darah yang beroksigen (sebelah kiri) masuk ke archus sistimaticus
dan arteri coratis (Kimball, 1999).

2.2.4 Sistem Skeleton (Rangka)


Rangka katak tesusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagian-bagian yang
lunak. Fungsi rangka adalah untuk melindungi organ vital yang berguna untuk gerak dan
jalan. Tulang punggung yang bersambung dengan kepala dan exitrimitas berfungsi
menyokong tubuh dan melindungi sumsum tulang belakang. Tempat tumpuan extremitas
anterior berupa cingulum cranialis yang berbentuk sebagai rangka yang melingkari alat-
alat dalam thorax. Cingulum cranialis ini melekat pada vertebrae dengan otot dan daging.

61
Pada sternum bertemulah os scapuia dan caracoid, dan terbentuk mangkokan cavitas
glenoidaiis yang merupakan sendi tempat kepala os humerus (Jasin, 1984).

Gambar 1. Sistem Skeleton Amphibi


(Sumber: Fatiqin, 2014)

Menurut Jasin (1984), Dua pasang extremitas ukurannya berbeda tetapi mempunyai
baagian-bagian tulang yang mirip dan dapat diperbandingkan sebagai berikut:
Extremitas anterior Extremitas posterior
Humerus Femur
Radio-ulna menjadi satu Tabia-fibula menjadi satu
Carpus Tarsus
Meta carpus Meta tarsus
Phalangus Phalangus

2.2.5 Sistem Musculus


Tubuh katak dan vertebrata lainnya mengadung tiga macam otot daging yaitu: otot
daging berserat halus, otot daging jantung dan otot daging berserat melintang. Perbedaan
itu bedasarkan susunan secara mikroskopis dan fisiologis, otot daging sebelah luar terdiri
atas otot daging skletal atau otot daging bebas yang melekat pada tulang-tulang. Bagian
central yang sedikit gerak disebut “origin” sedang bagian distal yang merupakan bagian
yang banyak gerak disebut “insertion”. Otot daging mengadakan aktivitas dengan jalan

62
kontraksi yakni memanjang memendekkan jari dengan demikian kedua tulang yang terkait
olehnya akan bergerak (, 2009).

Gambar 2. Sistem Musculus Amphibi


(Sumber: Fatiqin, 2014)

Tubuh tersusun atas 3 macam otot. Otot polos yang kerjanya involunter. Otot lurik
yang kerjanya Volunter dan otot jantung yang secara morfologi seperti otot lurik, namun
involunter. Otot lurik disebut juga otot skelet terbagi atas :
1. Otot daging lebar dan pipih, misalnya adalah oblicus externus dan trans versus yang
membentuk dinding perut.
2. Otot daging gilig misalnya otot bisep (pada lengan).
3. Otot daging sfingter dengan carat melintang, misalnya sfingter pada anus atau kloaka.
4. Otot lurik mengikat atau melekat pada tulang dan pada saat kontraksi atau relaksasi
akan menggerakkan tulang tersebut. Koordinasi kontraksi otot dilaksanakan oleh
sistem saraf.
Otot daging mengadakan aktivitas dengan jalan kontraksi yakni memanjang
memendekkan jari, dengan demikian kedua tulang yang terikat olehnya akan bergerak.
Otot daging secara umum dibagi atas dua kelompok yang berlawanan. Menurut Jasin
(1984), ada 7 tipe umum dari otot-otot daging dengan model aktifitasnya :

63
a. Flexor, mengikat satu bagian dengan bagian yang lain, contoh: biceps sebagai
pengikat lengan bawah dengan lengan atas.
b. Extensor, meluruskan atau memperluas suatu bagian, contoh: triceps
meluruskan lengan bawah pada lengan atas
c. Abductor, menarik suatu bagian menjauh dari sumbu tubuh (atau anggota),
contoh: deltoid menarik lengan ke samping.
d. Adductor, menarik suatu bagian menuju ke arah sumbu tubuh (atau anggota),
contoh : latianus dorsi menarik lengan atas dan kembali.
e. Depressor, menurunkan suatu bagian, contoh: depreseor manbulae
menggerakkan ke bawah rahang bawah untuk membuka mulut.
f. Levator, mengangkat atau meninggikan suatu bagian, contoh: masseter
mengangkat rahang untuk menutup mulut.
g. Rotator, memutar suatu bagian, contoh: pyriformis, meninggikan dan memutar
femur.

2.2.6 Sistem Reproduksi


Sistem genitalis masculinus yang berupa sepasang testis berbentuk oval berwarna
keputih–putihan, terletak di sebelah anterior dari dari ren; diikat oleh alat penggantungnya
yang kita sebut mesorchium yang terjadi dari lipatan peritoneum. Di sebelah cranial testis
melekatlah corpus adiposum suatu zat lemak berwarna kekunin –kuningan, sedang di
sebelah median dataran testis terdapat saluran–saluran halus yang disebut vasa efferentia
yang bermuara pada saluran kencing, kemudian menuju kloaka (Triatmanto, 2000).
Sistem genitalis feminus yang terdiri atas sepasang ovarium diletakkan dengan
bagian dorsal coelom oleh alat penggantung yang disebut mesovarium, yang terjadi dari
lipatan peritoneum. Pada hewan yang telah dewasa kadang–kadang terdapat ova yang
berwarna hitam dan putih berbentuk bintik–bintik. Pada ovarium juga terdapat corpus
adiposum yang berwarna kekuning–kuningan. Ova yang telah masak menembus dinding
ovarium untuk masuk ke dalam oviduk, selanjutnya ovum menuju ke kloaka pada suatu
papillae (Triatmanto, 2000).
Reproduksi pada Amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada Anura dan
internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara eksternal dilakukan di dalam perairan
yang tenang dan dangkal. Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena unik yang
disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel di
punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar. Perilaku tersebut
bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel telurnya sehingga bias
dibuahi jantannya. Amplexus bisa terjadi antara satu betina dengan 2 sampai 4 pejantan di

64
bagian dorsalnya dan sering terjadi persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa
yang paling lama bertahan dengan amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya.
Amphibi berkembangbiak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga beberapa
family Amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordoapoda. (Husnah, 2011).

2.2.7 Sistem Ekskresi


Ginjal Amphibi berfungsi untuk mengeluarkan air yang berlebih. Karena kulit
katak dapat ditembus oleh air, maka pada saat ia berada di air, banyak air masuk ke tubuh
katak secara osmosis. Pada saat ia berada di darat harus melakukan konservasi air dan
tidak membuangnya. Katak menyesuaikan dirinya terhadap kandungan air sesuai dengan
lingkungannya dengan cara mengatur laju filtrasi yang dilakukan oleh glomerulus, sistem
portal renal berfungsi untuk membuang bahan-bahan yang diserap kembali oleh tubuh
selama masa aliran darah melalui glomerulus dibatasi. Katak juga menggunakan kantung
kemih untuk konserfasi air. Apabila sedang berada dia air, kantung kemih terisi urin yang
encer. Pada saat berada di darat air diserap kembali ke dalam darah menggantikan air yang
hilang melalui evaporasi kulit. Hormon yang mengendalikan adalah hormon yang sama
dengan ADH (Husnah, 2011).

2.2.8 Sistem Lymphatica


Terdiri atas banyak sekali pembuluh yang bermacam-macam ukuran meliputi
berbagai organ. Menurut Jasin (1984), pada katak antara kulit dan tubuh terdapat saccus
lympha, yaitu:
a. Saccus submaxillaris
b. Saccus pectolaria
c. Saccus abdominalis
d. Saccus lateralis
e. Saccus brancilaris
f. Saccus femolaris
g. Saccus interfemolaris
h. Saccus crusalis

2.2.9 Kelenjar Endokrin


Katak memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi intern yang
disebut hormon. Pada dasar otak terdapat glandulae pituitary/hypophysa. Kelenjar ini pada
larva menghasilkan hormon pertumbuhan/ mengontrol pertumbuhan tubuh. Bila seekor
berudu diambil dan bagian anterior glandulae pituitary/hypophysa, berudu tersebut tak
akan tumbuh menjadi katak. Pada katak dewasa begian anterior glandulae pituitary ini
menghasilkan hormon yang merangsang gonad untuk menghasilkan sel kelamin. Bagian

65
tengah glandulae pituitary akan menghasilkan hormon internidine yang mempunyai
peranan dalam pengaturan chromotophora dalam kulit. Bagian posteior glandulae pituitary
menghasilkan suatu hormon yang mengatur pengambilan air (Jasin, 1984).

2.2.10 Otak
Fungsi otak adalah mempelajari tingkah laku katak dalam percobaan misalnya
melukai atau mengambil bagian tertentu dan memberikan rangsangan dengan aliran listrik.
Lobus olfatorious menanggapi rangsangan kimiawi yang larut diudara maupun didalam air.
Haemes phaerium cerebri merupakan derah untuk menyimpan ingatan, intelegensia dan
mengontrol kebebasan (Jasin, 1984).

Gambar 3. Sistem Syaraf Amphibi


(Sumber: Fatiqin, 2014)

2.3 Biodiversitas Amphibi


2.3.1 Ichthyophis glutinosus
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Gymnophiona
Famili : Ichthyophiidae
Genus : Ichthyophis
Species : glutinosus
Namailmiah :Ichthyophis glutinosus

Karakteristik

66
Ichthyophis glutinosus mempunyai bentuk seperti cacing, mempunyai gigi, mata
berbentuk titik hitam, bagian dorsal berwarna ungu, bagian abdomen berwarna ungu
lebih pudar daripada dorsal, antara bagian dorsal dan abdomen dibatasi oleh garis warna
putih, mempunyai ruas-ruas, tipe mulut runcing, mempunyai alat khusus seperti lateral
line.Reproduksi secara ovipar. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang
yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air
sebelum metamorphosis.

Habitat
KebanyakanCeyloncaeciliantelah ditemukandi daerah yangdulunyahutan
hujantetapitelah dikonversi menjadilahan pertanian. Hewan iniditemukan
ditumpukanmembusukmateri tanamandan pupuk kandangpadatanah yang basah.
Persebaran
Ichthyophis glutinosusmerupakan endemic Srilanka (Baulenger, 1882)
2.3.2 Megalobatrachus japonicus
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Urodela
Famili : Cryptobranchidae
Genus : Megalobatrachus
Species : japonicus
Namailmiah : Megalobatrachus japonicus
Karakteristik
Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian besar
Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies akuatik
jelas sekali mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses
evolusi Salamander yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya
paedomorphosis (adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa). Tidak adanya
paru-paru mungkin terjadi pada Salamander karena kulit Salamander memungkinkan
terjadinya pertukaran gas.

Habitat
Hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air.

67
Persebaran
Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan
Eropa.
(Pough et al., 1998)

68
Fejervarya limnocharis
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Fejervarya
Species : limnocharis
Namailmiah :Fejervarya limnocharis

Karakteristik
Tubuh berukuran kecil, jantan sampai 50 mm, betina 60 mm. Kepala runcing dan
pendek. Jari kaki setengah berselaput, tepat sampai pada ruas terakhir. Mempunyai
sepasang bintil metarsal. Kulit berkerut, tertutup oleh bintil-bintil panjang yang
tampak tipis. Bintil-bintil ini biasanya memanjang, paralel dengan sumbu tubuh.
Warna kotor seperti lumpur dengan bercak-bercak yang lebih yang kurang jelas
tetapi simetris, kadang-kadang dengan warna kehijauan dan sedikit semu kemerahan.

Habitat
Fejervarya ditemukan di sawah, lapangan berumput, tegalan, hutan jati dan di kebun-
kebun karet.

Juga kerap ditemukan di tepi-tepi saluran air.

Persebaran
Jepang, India, Asia Tenggara sampai Flores.

( Bioe, 1835)

2.3.3 Bufo melanostictus


Kingdom: Animalia
Pilum: Chordata
Subpilum: Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Bufonidae
Genus : Bufo
Spesies : melanostictus
Nama ilmiah : Bufo melanostictus
(Schneider, 1799)

Karakteristik
Bufo melanostictus mempunyai bagian-bagian kepalayaitu: rostral, preorbital,
supraorbital, postorbital dan orbito-timpani yang pendek. Ruang interorbital lebih
luas dari bagian atas kelopak mata, tympanum sangat berbeda, setidaknya dua
pertiga diameter mata.Kodok berukuran sedang, yang dewasa berperut gendut,
berbintil-bintil kasar. Di atas kepala terdapat gigir keras menonjol yang
bersambungan, mulai dari atas moncong; melewati atas, depan dan belakang mata;
hingga di atas timpanum (gendang telinga). Gigir ini biasanya berwarna kehitaman.
Sepasang kelenjar parotoid (kelenjar racun) yang besar panjang terdapat di atas
tengkuk. Jari kaki dengan tuberkulum subarticular tunggal, elipticle parotis dengan
coklat gelap concretions branching tersebar; kulit sangat tuberculated pada panggul,
tuberkel biasanya berujung dengan duri coklat gelap, tuberkel metakarpal dan
metatarsal yang cornified dengan coklat tua. Punggung berwarna cokelat muda.

Habitat
Didaerah sekitar hunian manusia.

Persebaran
Ini adalah katak terbesar di Pakistan. Kodok ini menyebar luas mulai dari India,
Republik Rakyat Cina selatan, Indochina sampai ke Indonesia bagian barat. Katak ini
juga telah ditemui di Bali, Lombok, Sulawesi dan Papua barat.
2.3.4 Leptobranchium abbotti
Kingdom: Animalia
Pilum: Chordata
Subpilum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Megophryidae
Genus : Leptobranchium
Spesies : abbotti
Nama ilmiah : Leptobranchium abbotti

Karakteristik
Katak ini berukuran sedang (40 mm), dengan ciri-ciri memiliki kepala lebar, mata
yang besar dan ukuran kaki-kakinya yang pendek, ramping dan tanpa anyaman.
Warna: iris berwarna hitam, punggung coklat kehitaman dengan bercak-bercak,
permukaan perut berwarna putih (Amphibiaweb, 2011). Jantan mencapai 75 mm
SVL dan betina hingga 95 mm SVL. Kepala, punggung, dan badan bagian samping
adalah cokelat atau hitam sementara perut ditandai dengan bintik-bintik putih dan
hitam. Individu dari Sarawak mungkin memiliki perut abu-abu atau putih tanpa
tanda. Para kecebong besar bisa mencapai panjang 75-90 mm pada saat mereka
metamorfosa. Berudu yang pucat coklat atau kekuning-kuningan pada awalnya,
namun secara bertahap coklat gelap ke menengah. Seiring waktu, para kecebong
mengembangkan bintik hitam di ekor dan badan dengan bercak hitam selalu hadir di
persimpangan batang dan ekor (Inger dan Stuebing 1997).

Habitat
Katak ini ditemukan di seresah-seresah lantai hutan. Habitat yang digunakan adalah
tipe habitat hutan alami.
2.3.5 Megophrys nasuta
Kingdom: Animalia
Pilum : Chordata
Subpilum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Megopryidae
Genus : Megophrys
Spesies : nasuta
Nama ilmiah : Megophrys nasuta
(Schlegel, 1858).

Karakteristik
Katak ini berbeda dengan jenis Leptobrachium, karena berukuran lebih besar (70-
125 mm) yang paling besar berhasil ditemukan adalah berukuran 117 mm sedang
memakan tikus kecil berukuran panjang 80 mm. Ciri khas dari katak ini adalah pada
mata terdapat perpanjangan dermal yang jelas menyerupai tanduk, kepala dan tubuh
kekar, badan cukup besar, kaki pendek dan ramping dan bentuk moncong yang
meruncing. Warna: iris berwarna coklat kemerahan, punggung coklat kemerahan
dengan spot hitam pada punggung, dan perut berwarna putih. Biasanya ada bar, lebar
gelap di sisi kepala di bawah mata. (Amphibiaweb, 2011).Lebar kepala adalah
setengah panjang kepala-plus-tubuh. Tanduk sangat luas, menunjuk, proyeksi
segitiga dari tepi kelopak mata. Kebanyakan individu spesies ini juga memiliki
proyeksi menunjuk serupa dari ujung moncong. Bagian belakang memiliki dua
pasang panjang, sempit lipatan kulit.

Habitat
Katak ini ditemukan tepatnya pada seresah-seresah daun di lima tipe habitat yaitu
ladang, semak, perkebunan, hutan bambu, dan hutan sekunder muda. Biasanya katak
ini juga tinggal di dataran untuk hutan hujan curam, dari permukaan laut dekat
sekitar 1600 meter. Dewasa berkembang biak di sungai yang lemah untuk arus
moderat. Berudu tinggal di jeram, dan sering ditemukan bersembunyi di mana tikar
akar jejak bank vegetasi di dalam air.
Persebaran
Ditemukan di seluruh Kalimantan. Hal ini juga terjadi di Sumatera dan Semenanjung
Malaysia.

2.3.6 Fejervarya cancrivora


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Fejervarya
Species : cancrivora
Nama ilmiah : Fejervarya cancrivora
(Iskandar, 2003)

Karakteristik
Katak berukuran besar dengan lipatan-lipatan atau bintil-bintilmemanjang paralel
dengan sumbu tubuh.Hanya terdapat satu bintil metatarsal dalam, selaput selalu
melampaui bintil subartikuler terakhir jari kaki ke 3 dan ke 5. Warnanya seperti
lumpur yang kotor dengan bercak- bercak tidak simetris berwarna gelap.Sering
disertai dengan garis dorsolateral yang lebar (Iskandar,1998). Katak ini merupakan
hewan nocturnal.

Habitat
Katak ini hidup di kawasan hutan. (Putra, 2012)

Persebaran
Ditemukan di daerah Sumatera.

2.3.7 Limnonectes blythii


Kingdom: Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Limnonectes
Spesies : blythii
Nama Ilmiah : Limnonectes blythii

(Iskandar, 2003).

Karakteristik
Katak ini merupakan amphibi terbesar kedua di dunia. Ciri-cirinya yaitu tubunya
yang besar, kaki belakang panjang dan kuat, moncong menyudut tajam, kaki
belakang selaput renang penuh dan warna merah kecoklatan sampai coklat (Iskandar,
2003).

Habitat
Limnonectes blythii adalah hewan nokturnal dan semi-akuatik, terdapat di sepanjang
sungai di hutan dan semak belukar.

Persebaran
Ditemukan di seluruh bagian Indonesia.Katak ini juga ditemukan di Peninsular
Malaysia, Singapore, Borneo, Thailand and Sumatra.
2.3.8 Limnonectes kuhlii
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Limnonectes
Species : kuhlii
Nama ilmiah : Limnonectes kuhlii
(Zipcodezoo, 2009)

Karakteristik
Merupakan katak yang tambun, cincin telinga tidak jelas, kepala lebar,pelipis berotot
terutama pada yang jantan, jari seluruhnya berselaput renang sampai keujung jari.
Kaki sangat pendek dan berotot. Ukuran tubuh yang jantan dewasa sampai 80mm
dan betina dewasa sampai 70mm memiliki tekstur kuit yang sangat berkerut dan
warnanya hitam marmer diseluruh bagian dorsum sampai kehitaman (Iskandar,
1998).

Habitat
Bangkong tuli menyukai hidup di aliran air yang tenang, di anak-anak sungai dan
saluran yang tidak seberapa airnya, terutama pada genangan-genangan bercampur
serasah daun-daunan. Juga di genangan di antara batu-batu tepi sungai atau rawa-
rawa dangkal.

Persebaran
Iskandar (1998) menyebutkan bahwa jenis ini endemik di wilayah pegunungan di
Jawa, meskipun sebelumnya pernah dianggap menyebar luas di Asia. Menurutnya,
populasi-populasi di luar Jawa kini telah dipisahkan ke dalam beberapa jenis yang
lain. Di Jawa, bangkong tuli terutama tercatat dari gunung-gunung seperti G. Salak
(Ciapus), G. Gede (Cibodas, Cibeureum), G. Halimun (Nirmala, Citalahab),
Bandung (Pengalengan), G. Tangkubanperahu, G. Malabar, Peg. Ijen dan Peg.
Tengger. Juga dari kawasan G. Tilu, Kuningan.
2.3.9 Limnonectes shompenorum
Kingdom: Animalia
Pilum : Chordata
Subpilum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Limnonectes
Spesies : Limnonectes shompenorum
(Zipcodezoo, 2009)

Karakter
Limnonectes shompenorum memiliki bentuk tonjolan kurva timpanum yang pipih
pada bagian atas tympanum. Timpanum berwarna lebih gelap dibandingkan warna
kulit disekitarnya. Diameter timpanum sekitar 1/2 diameter mata. Jari tangan tidak
mempunyai selaput renang; sedangkan jari kaki berselaput renang sampai ke ujung
jari. Kulit pada punggung halus, hampir tidak ada tonjolan-tonjolan kecil. Tidak
mempunyai garis tengah memanjang pada punggung. Warna punggung coklat muda
polos. Panjang tubuh maksimum dapat mencapai 120 mm.

Habitat
Macam habitat dimana jenis ini kerap dijumpai adalah sungai berbatu berarus deras
dan persawahan di daerah dataran rendah. Kodok ini banyak dijumpai di sungai-
sungai berbatu berarus deras, tetapi sangat berlimpah di areal persawahan yang
berdekatan dengan sungai berbatu tersebut. Habitat asal dari kodok ini adalah sungai;
sedangkan persawahan adalah habitat pilihan kedua yang sangat disukainya. Di
persawahan mereka kawin dan bertelur, serta dijumpai juga individu pra dewasa;
sedangkan di sungai hampir semuanya dijumpai individu dewasa, jarang sekali
dijumpai anakan. Kodok ini tidak ditemukan pada persawahan yang berdekatan
dengan sungai besar dan dalam serta berarus lambat.

Persebaran
Kodok jenis ini hanya banyak dijumpai di daerah pantai barat Sumatra dan pulau-
pulau kecil disekitarnya. Ketinggian tempat dari sungai dan persawahan yang
umumnya mereka didapatkan berlimpah adalah antara 0-100 meter dpl. Penyebaran
L. shompenorum diketahui mulai dari pantai barat Sumatra (Bengkulu, Sumatra
Barat, Sumatra Utara, Aceh) dan pulau-pulau disekitarnya (Enggano, Siberut, Sipora,
Kepulauan Batu, Nias, Simeulue), Natuna, Nicobar, Singapura, dan Semenanjung
Malaysia (IUCN, 2006).

2.3.10 Rana erythraea


Kingdom: Animalia
Pilum : Chordata
Subpilum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana eryythraea

Karakteristik
Rana erythraea secara seksual dimorfik, betina dewasa mencapai ukuran maksimum
78 mm, dan jantan mencapai maksimum 48 mm. Warna Sirip punggung bervariasi
dari terang ke hijau gelap dan sisi ventral umumnya keputihan. Memiliki lipatan
krim dorso-lateral berwarna yang kadang-kadang berbatasan dengan hitam. Tangan
dan kakinya kekuning-kuningan dengan bercak tidak teratur. Spesies ini memiliki
kulit halus, dan panjang, jari-jari yang melebarkan ke disk dengan alur, memiliki
hindlimbs panjang. Ada tuberkulum metatarsal, tetapi tuberkulum metatarsal luar
tidak ada. Jantan yang jauh lebih kecil daripada betina danJantan dewasa pembiakan
memiliki bantalan perkawinan beludru kuning pada jari pertama, membentang dari
pergelangan tangan ke akhir metakarpal pertama (Iskandar 1998).

Habitat
Menurut Amphibianweb (2011) Rana erythraea (Green Paddy Frog), katak ini
ditemukan pada padang rumput. Lokasi yang menjadi habitatnya adalah pada hutan
sekunder muda (jurungan muda), kebun sawit dan bekas tebangan.
Persebaran
Kodok ini menyebar luas mulai dari Indochina, Filiphina, dan sampai Sumatera,
Jawa dan Kalimantan. (Iskandar, 1998).
2.4 Peranan Amphibi dalam Kehidupan
Menurut Husnah (2011), peranan Amphibi dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai
berikut:
1. Dalam rantai makanan Amphibi berperan untuk mengatur populasi serangga.
2. Amphibi merupakan makanan bagi vertebrata lain misalnya ular dan burung.
3. Amphibi digunakan sebagai makanan bagi manusia yaitu untuk memperoleh asupan
protein (misalnya katak hijau)
4. Selain itu dimanfaatkan sebagai objek praktikum dan penelitin

CLASS REPTIL
BAB IV

REPTILIA

A. Pengertian Reptil

Istilah reptile berasal dari kata Reptum yang artinya melata. Reptile juga termasuk tetrapoda
yaitu hewan berkaki empat. Jadi, Reptil merupakan organism vertebrata (bertulang belakang)
yang melata dan sebagian berkaki empat, memiliki sisik yang menutupi seluruh permukaan
tubuhnya dan bersifat poikiloterm (berdarah dingin). Menurut para ahli, reptile merupakan
organism pertama yang dapat bertahan hidup di lingkungan yang kering.
B. Ciri – Ciri Reptil
 Reptil memiliki kulit bersisik dan kering yang terbuat dari zat tanduk yang fungsinya
untuk melindungi dari kekeringan.

 Reptil berjalan dengan melata dimana seluruh tubuh menelungkup ke tanah, sedangkan
pada bangsa ular bergerak dengan mengerutkan otot di kedua sisi tulang belakang secara
bergantian.
 Reptil memiliki dua pasang kaki dan pada tiap kaki memiliki cakar. Sedangkan pada
penyu kakinya memipih berbentuk kayuh untuk membantu ketika berenang.
 Reptil berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar) pada penyu dan bertelur
melahirkan (ovovivipar) pada ular boa. Fertilisasi secara internal, alat kelamin jantan
disebut sebagai hemipenis.
C. Klasifikasi Reptilia

Klasifikasi reptil, pada awalnya didasarkan atas arsitektur tengkoraknya. Formulasi ini
dikemukakan oleh Osborn tahun 1903, yaitu ditunjukkan dengan adanya ciri-ciri tengkorak:
anapsid, diapsid, synapsid (parapsid). Sekarang klasifikasi reptil tersebut telah banyak berubah,
dan dibagi menjadi 4 ordo: Testudinata, Rhynchocephalia, Squamata dan Crocodilia.

1. Ordo Testudinata

a. Subordo Cryptodira

Subordo Cryptodira merupakan kura-kura darat, semi akuatik dan ada pula yang akuatik.
Keistimewaan dari anggota subordo ini adalah kepalanya dapat ditarik ke dalam cangkang
membentuk huruf S, mempunyai 12 sisik plastral, dan 9-8 tulang plastral. Pada sebangsa kura-
kura, jumlah sisik, keping maupun susunan tulang sangat penting artinya terutama dalam
mengidentifikasi jenisnya.

Karapaks Subordo Cryptodira bermacam-macam, mulai dari tipis hingga tebal, dengan warna
dan bentuk yang bermacam-macam pula (cembung, kotak, bulat, tebal) sesuai dengan
lingkungan hidup masing-masing jenisnya. Subordo Cryptodira dibagi dalam 11 famili
diantaranya :

1) Famili Chelydridae

a) Superfamilia Testudinoidea

a.1) Famili Geoemydidae

Fosilnya anggota famili ini banyak ditemukan pada Jaman Krestasea Atas di Eropa. Dulunya
Geoemydidae atau lebih dikenal sebagai Bataguridae dianggap sebagai satu suku dengan suku
kura–kura air tawar Amerika Selatan. Anggota yang terbesar, yaitu Bajuku atau Biuku, yang
berada di Sumatera dan Kalimantan dapat mencapai 1170 mm. Adapun jenis-jenis anggota
famili ini yang ada di indonesia antara lain Batagur baska, Callagur borneoensis, Geoemyda
japonica, Malayemys subtrijuga, Notochelys platinota, Orlitia borneensis, Siebenrockiella
crassicollis, Coura amboinensis, Cyclemys dentata dan Heosemys spinosa.

Batagur baska Callagur borneoensis

a.2) Famili Testudinidae

Famili ini memiliki banyak anggota, yang paling terkenal terdapat di Kepulauan Galapagos dan
Kepulauan Secheyles. Pada kedua kepulauan tersebut mereka dikenal sebagai kura–kura purba
dan kura-kura raksasa. Di Indonesia fosilnya hewan ini dijumpai di Jawa, Flores, Timor dan
Sulawesi. Kura–kura Kuning di Sulawesi dan Baning yang terdapat di hutan–hutan Sumatera
dan Kalimantan merupakan kerabat kedua anggota famili di Kepulauan Galapagos dan
Kepulauan Secheyles yang masih hidup di Indonesia. Di Asia Tenggara terdapat tiga genus
yaitu Indotestudo dan Manouria yang masih hidup dan diwakili oleh satu jenis saja di
Indonesia, dan Geochelone yang ditemui dalam bentuk fosil di Jawa, Sulawesi dan Nusa
Tenggara. Contohnya :Geochelone gigantean, Testudo hermanii, Testudo elephantopu

Klasifikasi Kura kura Aldabra (Geochelone gigantea)

Kingdom : Animalia

Phyllum : Chordata

Class : Reptilia

Ordo : Testudines

Subordo : Cryptodira

Famili : Testudinidae

Genus : Geochelone

Species : Geochelone gigantean

Testudo hermanii

3) Famili Emydidae

Sebagian besar anggota famili ini merupakan kura-kura semiakuatik. Ada beberapa jenis yang
hidup di air laut ( Malaclemys terrapin), ada yang hidup di darat (beberapa spesies Terrapene)
dan ada yang sepenuhnya akuatik( Terrapene coabuila). Sebagaian besar merupakan omnivora
akan tetapi terdapat beberapa jenis yang murni karnivora ( misalnya genus Emydoidea dan
Deirochelys). Anggota famili ini mempunyai cangkang yang keras. Terdiri dari 12 genera dan
kurang lebih 39 spesies. Di indonesia, beberapa jenis kura-kura anggota famili ini merupakan
hewan import yang diperdagangkan bebas, misalnya Trachemys scripta( kura-kura brazil).

b) Superfamilia Trionychoidea

– Famili Carettochelydae

– Famili Trionychidae

– Famili Kinosternidae

– Famili Dermatemydidae

Kura-kura ini memiliki penyebaran paling luas di dunia. Terdapat diseluruh benua, kecuali
Australia yang hanya berupa fosil saja. Tiap genus dari suku ini hanya memiliki satu sampai
tiga anggota saja yang dapat dibedakan dengan mudah dari perisainya yang berasal dari tulang
rawan dan ekornya yang agak panjang. Pada beberapa jenis, kaki belakangnya dapat
disembunyikan dalam suatu katub perisai. Lehernya relatif panjang, sehingga kepalanya hampir
dapat mencapai bagian belakang tubuhnya. Lubang hidungnya terletak pada ujung moncong
yang kecil dan pendek. Ukurannya dapat mencapai panjang satu meter, dengan berat satu
kuintal. Adapun beberapa jenis anggota super famili ini yang berada di indonesia
adalah Amyda cartilaginea (bulus), Dogania subplana( labi-labi hutan), Pelodiscus sp., Chitra
chitra (manlai/labi-labi bintang), Pelochelys bibroni ( labi-labi irian), Pelochelys
cantori ( antipa/labi-labi raksasa), dan Charettochelys insculpta ( moncong babi).

Dogania subplana

c) Superfamilia Chelonioidea

c.1) Famili Cheloniidae


Famili ini dapat dibedakan dengan famili lainnya dengan dua ciri khas yakni adanya keping
inframarginal yang menghubungkan perisai perut dan perisai punggung dan juga kaki yang
berbentuk dayung.Kaki depannya umumnya hanya mempunyai satu cakar, bila ada cakar
kedua biasanya berukuran sangat kecil. Hewan jantan biasanya memiliki cakar depan dan ekor
yang lebih panjang. Ia mempunyai lubang hidung yang terletak agak dekat permukaan atas
tengkorak untuk memudahkan mengambil udara untuk bernafas.

Semua anggota Famili Cheloniidae hidup di laut tropik, subtopik, terkadang ada di daerah
dengan iklim temperate. Penyu ini tersebar luas di samudra-samudra di seluruh dunia. Dari
tujuh spesies anggota famili ini, enam diantaraya ditemukan di Indonesia. Adapun contoh
spesies anggota famili ini antara lain Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Sisik
( Eretmochelys imbricata), Penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu tempayan (Caretta
caretta). Perkawinan terjadi di laut, karenanya hewan yang jantan tidak pernah naik ke daratan, hanya
yang betina saja yang naik untuk bertelur.

Eretmochelys imbricate Lepidochelys olivacea

c.2) Famili Dermochelyidae

Satu-satunya anggota dari famili ini yang masih tersisa adalah Penyu Belimbing. Penyu ini
mempunyai persebaran yang luas, hingga ke daerah beriklim dingin. Ciri–ciri penyu ini adalah
warna tubuh hitam sampai abu–abu kehijauan, kaki tidak bercakar dan perisai ditutupi oleh
kulit sebanyak tujuh lipatan memanjang dan berbintik putih tanpa keping yang jelas. Penyu ini
dapat dengan mudah dibedakan dengan ciri perisainya yang dibentuk oleh tulang–tulang kecil
yang tertanam dibawah kulit yang tersusun dalam tujuh baris yang membentuk lunas pada
perisai punggungnya. Perisai perutnya pun tersusun sedemikian rupa sehingga terdapat dua
baris yang rapat bersebelahan. Anakannya berwarna hitam dengan bagian bawahnya berwarna
coklat. Contoh spesies anggota famili ini adalah Dermochelys coriacea

1. b. Subordo Pleurodira

Sub-ordo Pleurodira merupakan kura-kura akuatik dengan ciri memiliki leher yang panjang.
Kepalanya dapat dilipat ke samping badan namun tidak dapat ditarik ke dalam tempurungnya.
Karapaks biasanya berbentuk oval dan berwarna gelap, memiliki 13 sisik plastral dan 9-11
tulang plastral. Pelvisnya bersatu dengan tempurung/cangkang.Merupakan hewan karnivora,
pemakan siput, kura-kura, dan amphibi.

Subordo Pleurodira dibagi menjadi 3 Famili yaitu:

– Famili Chelidae

– Famili Pelomedusidae

– Famili Podocnemididae

Contoh dari Subordo Pleurodira antara lain :Chelodina oblonga, Eydura subglobosa(Famili
Chelidae), dan Pelomedusa subrufa (Famili Pelomedusidae)

1) Famili Chelidae

Famili ini terdiri dari kurang lebih 17 genus dan 54 spesies. Famili ini dapat dikenali dari
lehernya yang tidak dapat dimasukkan ke dalam perisainya, dan bagian perisainya mempunyai
keping intergular. Famili ini dianggap lebih primitif daripada kura–kura yang dapat
menyembunyikan lehernya dalam perisai. Diperkirakan nenek moyangnya telah ada sejak 223
juta tahun yang lalu, berdasarkan fosil–fosil dari Genus Chelodina, Elseya, dan Emydura.
Genus Chelodina dikenali dari kaki depan dengan empat kuku, keping intergular yang tidak
berhubungan dengan tepi perisai yang relatif panjang. Genus ini dibagi menjadi dua, yakni
kura–kura dengan leher panjang dan kepala yang juga relatif panjang dan kelompok yang
kedua adalah kura–kura dengan panjang leher sedang dan kepala relatif pendek dan lebih besar.
1. 2. Ordo Rhynchocephalia

Yang masih hidup sampai sekarang mempunyai bentuk serupa kadal, berkulit tanduk dan
bersisik, bergranula, punggungnya berduri pendek.Tulang rahang mudah digerakkan. Contoh
yang masih hidup di Australia :Sphenodon punctatum (Tuatara).

Klasifikasi Sphenodon punctatum (Jasin. 1984 : 282)

Kingdom : Animalia

Phyllum : Chordata

Kelas : Reptilia

Ordo : Rhynchocepholia

Famili : Rhynchocepholidae

Genus : Sphenodon

Species : Sphenodon punctatum

1. 3. Ordo Squamata

Ordo ini memiliki tubuh yang ditutupi sisik epidermis bertanduk yang
secara periodik mengelupas sebagiansebagian atau keseluruhan.
Osteoderm biasanya tidak ada tapi pada beberapa jenis Squamata
terdapat pada kepala dan tempat lain. Kepala pada dasarnya tipe
diapsid, arcade bawah tidak sempurna atau tidak ada dan arkade atas
juga sering demikian.Tidak memiliki tulang kuadratojugal (penghubung tulang kuadrat dan
jugal) sehingga memungkinkan terjadinya gerakan kinesis (pergerakkan tengkorak akibat posisi
tulang kuadrat).Lubang hidung berpasangan.Sering memiliki mata pineal pada kelompok kadal
tapi pada kelompok ular tidak ditemukan.Memiliki lubang kloaka transversal dan pada yang
jantan terdapat dua hemipenis.OrganJacobson berkembang baik dan terpisah sempurna dari
rongga hidung. Ordo ini terbagi atas dua sub ordo yaitu Sauri/Lacertalia dan
Serpentes/Ophidia.

Anolis carolinensis

1. a. Sub Ordo Sauria/Lacertalia

Sub ordo ini memiliki tubuh berbentuk silindris, mempunyai dua pasang extremitas. Cingulum
anterior (pectoral girdle) dan cingulum posterior (pelvic girdle) tumbuh baik.Chameleo
chameleon Makanannya berupa insecta atau Invertebrata lainnya, ada yang herbivore.Terdapat
di daerah tropis.Dari kesemua famili anggota lacertilia, terdapat 4 famili yang ada di indonesia,
yaitu Agamidae, Gekkonidae, Scincidae, Varanidae

1) Famili Agamidae

Famili ini memiliki ciri badan pipih, tubuhnya ditutup sisik bentuk bintil atau yang tersusun
seperti genting, demikian pula dengan kepalanya penuh tertutup sisik.Lidahnya pendek, tebal,
sedikit berlekuk di ujung serta bervilli.Jari-jarinyakadang bergerigi atau berlunas Tipe
gigi acrodont.Pada Draco volans memiliki pelebaran tulang rusuk dengan lipatan kulit.
Habitatnya di pohon dan semak.
2) Famili Scincidae

Ciri umum dari famili ini adalah badannya tertutup oleh sisik sikloid yang sama besar,
demikian pula dengan kepalanya yang tertutup oleh sisik yang besar dan simetris. Lidahnya
tipis dengan papilla yang berbentuk seperti belah ketupat dan tersusun
seperti genting.Tipe giginya pleurodont.Matanya memiliki pupil yang membulat dengan
kelopak mata yang jelas.Ekornya panjang dan rapuh. Contoh spesies famili ini
adalah Mabouya multifasciata

3) Famili Varanidae

Ciri dari famili ini adalah badannya yang besar dengan sisik yang bulat di bagian dorsalnya
sedang di bagian ventral sisik melintang dan terkadang terdapat lipatan kulit di bagian leher
dan badannnya.Lehernya panjang dengan kepala yang tertutup oleh sisik yang berbentuk
polygonal.Lidahnya panjang bercabang dan tipe giginya pleurodont.Pupil matanya bulat
dengan kelopak dan lubang telinga yang nyata.
Anggota famili ini yang terbesar adalah komodo ( Varanus komodoensis ) yang panjangnya
dapat lebih dari 3 meter. Komodo persebarannya terbatas di beberapa pulau kecil di Nusa
Tenggara. Suku varanidae terdiri dari dua kelompok yang sedikit berbeda, yaitu marga Varanus
yang besar ( lebih dari 35 spesies di seluruh dunia) dan marga Lanthanous yang sejauh ini
berisi spesies tunggal L. Borneensis yang berasal dari kalimantan. Marga Lanthanous ini
merupakan biawak yang bertubuh kecil dan tanpa lubang telinga

Klasifikasi Varanus komodoensis

Kingdom : Animalia

Phyllum : Chordata

Class : Reptilia

Ordo : Squamata

Sub ordo : Lacertalia

Famili : Varanidae

Genus : Varanus

Spesies : Varanus komodoensis

Ciri Morfologi Varanus komodoensis :

Panjang badannya sampai 3 mater dengan berat badannya mencapai 140 kg.Ekornya panjang,
gemuk agak pipih, sedangkan kepalanya bermoncong tidak runcing. . Ekor binatang ini
merupakan alat yang ampuh untuk meroboh kan mangsanya dalam sekali serangan. Lidahnya
panjang, bercabang dua diujungnya dan berwarna kuning kemerah-merahan.Seluruh tubuhnya
kulit kera, berwarna hitam keabu-abuan. Kulit binatang ini bercorak khusus, kecuali pada
biawak yang muda, kulitnya berkembang-kembang berwarna hitam kekuning-kuningan

4) Famili Gekkonidae

Gekkonidae banyak ditemukan di iklim yang hangat. Memiliki keunikan yang berbeda dengan
famili yang lain dari vokalisasinya, ketika bersosialisasi dengan gecko yang lain. Kebanyakan
gecko tidak mempunyai kelopak mata, melainkan matanya dilapisi membrane transparan yang
dibersihkan dengan cara dijilat. Banyak spesies anggota gekkonidae yang memiliki jari khusus
yang termodifikasi untuk memudahkannya memanjat permukaan vertikal maupun melewati
langit-langit dengan mudah

Kebanyakan gecko berwarna gelap namun ada pula yang berwarna terang.Beberapa spesies
dapat mengubah warna kulitnya untuk membaur dengan lingkungannya ataupun dengan
temperature lingkungannya.Beberapa spesies dapat melakukan parthenogenesis dan juga
beberapa spesies betina dapat berkembang biak tanpa pembuahan.

Gekko gecko

1. Sub ordo Serpentes/ophidae (ular)

Tubuh tidak memiliki extremitas, walaupun sisanya ditemukan pada spesies tertentu.
Mandibula (rahang bawah) terikat seluruhnya dengan ligament;gigi bulat panjang. Diantara
spesies yang berbisa memiliki gigi taring, taring atas berfungsi alat penyuntik bisa. Anggota
sub ordo kurang lebih 2500 spesies. Contoh :Lampropeltis bovlii (ular Weling)

Kingdom : Animalia

Phyllum : Chordata

Class : Reptilia
Ordo : Squamata

Sub ordo : Serpentes

Famili : Pythonidae

Genus : Python

Spesies : Python molurus

Ciri Morfologi Python molurus:

Warnanya kuning cerah dengan sebagian warna putih di bagian bawah tubuhnya.Phyton
Morulus bisa mencapai 17 sampai 18 kaki dan dapat mencapai berat lebih dari 200
pon.Memiliki mata yang sempurna yang digunakan untuk melihat mangsa.Memiliki sisik
disepanjang sisi tubuhnya. Memiliki lidah yang panjang tetapi kecil digunakan sebagai indra
pembau.Umumnya mencari makan pada malam hari.

Keunikan lain yang dimiliki oleh subordo ini adalah seluruh organ tubuhnya termodifikasi
memanjang. Dengan paru-paru yang asimetris, paru-paru kiri umumnya vestigial atau
mereduksi. Memiliki organ perasa sentuhan (tactile organ) dan reseptor yang disebut Organ
Jacobson ada pula pada beberapa jenis yang dilengkapi dengan Thermosensor. Ada sebagian
famili yang memiliki gigi bisa yang fungsinya utamanya untuk melumpuhkan mangsa dengan
jalan mengalirkan bisa ke dalam aliran darah mangsa.

Ada 4 tipe gigi yang dimiliki Subordo Serpentes, yaitu :

 Aglypha : tidak memiliki gigi bisa. Contohnya pada Famili Pythonidae, dan
Boidae.

 Proteroglypha : memiliki gigi bisa yang terdapat di deretan gigi muka (bagian depan).
Contohnya pada Famili Elapidae dan Colubridae.

 Solenoglypha : memiliki gigi bisa yang bisa dilipat sedemikian rupa pada saat

tidak dibutuhkan. Contohnya pada Famili Viperidae.

 Ophistoglypha : memiliki gigi bisanya yang terdapat di deretan gigi belakangnya.

Contohnya pada Famili Hydrophiidae

Sedangkan untuk bisa ular, terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk melumpuhkan mangsa,
perlindungan diri ataupun untuk membantu pencernaannya, yaitu :

 Haemotoxin : bisa yang menyerang sistem peredaran darah yaitu dengan cara

menyerang sel-sel darah. Contoh famili yang memiliki bisa tipe

ini adalah: Colubridae dan Viperidae.

 Cardiotoxin : masih berkaitan dengan sistem peredaran darah, bisa jenis ini melambat
dan akhirnya dapat berhenti. Contoh Famili yang memiliki bisa jenis ini tidak spesifik.
Dalam arti, banyak famili yang sebagian anggotanya memiliki bisa jenis ini.
 Neurotoxin : bisa yang menyerang syaraf, menjadikan syaraf mangsanya lemah
sehingga tidak dapat bergerak lagi dan dapat dimangsa dengan mudah. Famili Elapidae
dan Hydrophiidae adalah contoh famili yang memiliki bisa tipe ini.

1. 4. Ordo Crocodilia

Ordo crocodylia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di antara reptil lain. Kulit
mengandung sisik dari bahan tanduk.Di daerah punggung sisik-sisik itu tersusun teratur
berderat ke arah ternversal dan mengalami penulangan membentuk perisai dermal.Sisik pada
bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi
empat.Kepala berbentuk piramida, keras dan kuat, dilengkapi dengan gigi-gigi runcing bertipe
gigi tecodont.Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorso-lateral.Pupil vertikal
dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang membungkus tulang sehingga lubang
tersebut hanya nampak seperti celah.Lubang hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong
dan dilengkapi dengan suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara otomatis pada
saat buaya menyelam.Ekor panjang dan kuat.Tungkai relatif pendek tetapi cukup kuat.Tungkai
belakang lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai depan berjari 5 tanpa selaput.
Jantung buaya memiliki 4 ruang namun sekat antar ventrikel kanan dan kiri tidak sempurna
yang menyebabkan terjadinya percampuran darah.Pada jantungnya memiliki foramen panizza.
Crocodilia merupakan hewan poikilotermik sehingga kebanyakan akan berjemur di siang hari
unutk menjaga suhu tubuhnya. Mereka berburu di malam hari.Crocodilian dewasa terutama
yang dominan memiliki teritori tersendiri, namun pada musim kering teritori tersebut dilupakan
karena daerah mereka menyempit akibat kekeringan.

a) Famili Alligatoridae

Famili Alligatoridae memiliki ciri-ciri bentuk moncongnya yang tumpul dengan deretan gigi
pada rahang bawah tepat menancap pada gigi yang terdapat pada rongga pada deretan rahang
atas sehingga pada saat moncongnya mengatup hanya deretan gigi pada rahang atasnya saja
yang terlihat.dapat mencapai umur maksimal hingga 75 tahun. Tahan terhadap suhu
rendah.memiliki lempeng tulang pada punggung dan bagian perut bawah memiliki sisik dari
bahan tanduk yang lebar.yangberjumlah lebih dari 6 sisik

Klasifikasi Alligator mississipiensis (Hickman et al, 2001)

Kingdom : Animalia

Phyllum : Chordata

Class : Reptilia

Ordo : Crocodilia

Famili : Alligatoridae

Genus : Alligator

Spesies : A. mississipiensis
b) Famili Crocodylidae

Ciri-ciri Famili Crocodilidae adalah moncongnya meruncing dengan bentuk yang hampir
segitiga dan pada saat mengatup, kedua deret giginya terlihat dengan jelas. Kedua tulang rusuk
pada ruas tulang belakang pertama bagian leher terbuka lebar.Terdapat pula baris tunggal sisik
balakang kepala yang melintang yang tidak lebih dari 6 buah di bagian tengkuk.

Klasifikasi Alligator mississipiensis (Hickman et al, 2001)

Kingdom : Animalia

Phyllum : Chordata

Class : Reptilia

Ordo : Crocodilia

Famili : Crocodylidae

Genus : Crocodylus

Spesies : C. noveguineae

Spesies anggota Famili Crocodilidae yang ada di Indonesia adalah :

b.1 Crocodylus noveguineae (Buaya Irian)

Spesies yang sering disebut sebagai Buaya Irian ini dibedakan dengan buaya yang lain
berdasrkan ukuran sisiknya yang lebih besar, terutama sisik ventralnya. Sisik belakang
kepalanya berjumlah 4-7 buah.Sisik D.C.W (Double Crest Whorl) sejumlah 17-20 pasang,
sedangkan Sisik S.C.W (Single Crest Whorl) berjumlah 18-21 buah. Jumlah sisik ventral terdiri
atas 23-28 baris dari depan ke belakang. Ukuran maksimum dapat mencapai 3350 mm untuk
jantan dan 2650 mm untuk betina.

Pada waktu akan bertelur, betina akan membuat sarang dan bertelur pada awal musim kemarau,
hal ini berlawanan dengan Crocodylus porosus. Telur – telur ini dijaga oleh induk sampai
mereka dapat mencari makanan sendiri. Buaya-buaya ini menempati habitat yang sama dengan
buaya air tawar di Indonesia Barat dan dijumpai sampai ke pedalaman dengan persebaran
meliputi Irian sebelah utara, mulai dari daerah DAS Memberamo, sampai semenanjung selatan
Papua Nugini.

b.2 Crocodylus porosus (Buaya Muara)

Buaya muara dikenal sebagai buaya terbesar di dunia dan dapat mencapai panjang tujuh meter.
Buaya ini dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik belakang kepalanya yang kecil
ataupun tidak ada, sisik dorsalnya berlunas pendek berjumlah 16-17 baris dari depan ke
belakang biasanya 6-8 baris. Tubuhnya berwarna abu-abu atau hijau tua terutama pada yang
dewasa pada sedangkan yang muda berwarna lebih kehijauan dengan bercak hitam, dan pada
ekornya terdapat belang hitam dari bercak- bercak berwarna hitam.

Saat bertelur, betina akan membuat sarang dari sampah tumbuhan, dan dedaunan. Buaya ini
bertelur pada awal musim penghujan. Telur – telur ini akan terus dijaga oleh induk sampai
menetas dan mereka dapat mencari makanan sendiri.

Buaya jenis ini menempati habitat muara sungai. Kadang dijumpai di laut lepas.Makanan
utamanya adalah ikan walaupun sering menyerang manusia dan babi hutan yang mendekati
sungai untuk minum.Persebaran buaya ini hampir di seluruh perairan Indonesia.

b.4 Crocodylus siamensis (Buaya Air Tawar)

Dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik post occipital-nya yang berjumlah 2-4
buah. Moncongnya tidak berlunas tetapi terdapat lunas yang jelas di antara kedua matanya..
Panjang moncongnya satu setengah sampai satu tiga perempat kali lebarnya. Umumnya
memiliki 3-4 buah sisik belakang kepala. Tubuhnya kecil dan hanya dapat mencapai panjang
sekitar satu meter, berwarna hijau tua kecoklatan dan anakan berwarna lebih muda dengan
bercak- bercak pada punggung dan ekor. Belang hitam pada ekor umumnya tidak utuh. Buaya
Air Tawar betina bertelur pada awal musim penghujan.
Buaya ini hidup pada pedalaman dengan air yang tawar, sungai atau rawa-rawa. Makanan
utamanya adalah ikan. Jenis ini juga dikenal sebagai buaya

b.5 Tomistoma Schlegelii ( Buaya Senyulong)

Buaya ini dapat dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan moncongnya yang sangat
sempit dengan ukuran tubuh yang mencapai 5,6m. Jari kakinya memiliki selaput, dan sisi
kakinya berlunas.Matanya memiliki iris yang tegak.Betinanya bertelur pada awal musim
penghujan.Telurnya diletakkan dalam tanah dan ditimbun dengan sampah tetumbuhan.

Habitat yang menjadi favorit buaya ini adalah lubuk-lubuk yang relatif dalam, rawa-rawa,
hingga ke pedalaman.Makanan utama adalah ikan, udang dan juga monyet. Persebaran buaya
ini meliputi Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.

c) Famili Gavialidae

Famili Gavialidae memiliki bentuk moncong yang memanjang dan pada saat moncong tersebut
menangkup, kedua deret gigi yaitu yang berada di rahang atas dan rahang bawah terlihat
berseling. Ujung moncongnya melebar dan bersegi 8.sekilas bentuknya mirip dengan
Tomistoma schlegelii.

Klasifikasi Gavialis gangeticus(Hickman et al, 2001)

Kingdom : Animalia

Phyllum : Chordata

Class : Reptilia
Ordo : Crocodilia

Superfamili: Gavialoidea

Famili : Gavialidae

Genus : Gavialis

Spesies : G. gangeticus

A. SISTEM ORGAN REPTIL


System organ tersebut terdiri atas system sirkulasi, sistem pernapasan, sistem pencernaan,
sistem ekskresi dan yang terakhir sistem reproduksi untuk melanjutkan keturunannya. Sistem
organ tersebut akan dibahas berikut ini.
1. Sistem Sirkulasi
Kelas reptilian memiliki sistem sirkulasi yang lebih maju dari kelas amfibi. Jantung reptilian
terbagi atas empat ruangan yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan dan ventrikel kiri
serta sebuah sinus venosus. Sistem sirkulasi pada reptil termasuk sistem sirkulasi ganda yang
artinya darah yang miskin akan oksigen masuk ke jantung melalui sinus venosus ke atrium
kanan lalu ke ventrikel kanan. Lalu darah tersebut dipompa ke paru-paru. Nah, darah yang kaya
akan oksigen yang berasal dari paru-paru masuk ke atrium kiri dan kemudian masuk ke
ventrikel kiri. Darah dari ventrikel kiri dipompa keluar melalui aorta menuju seluruh tubuh.
2. Sistem pernapasan
Selain memiliki sistem sirkulasi yang lebih maju dari amfibi, reptil juga memiliki sistem
pernapasan yang lebih maju juga dari reptil. Umumnya amfibi bernapas menggunakan paru-
paru. Udara dari luar masuk melalui lubang hidung-trakea-bronkus dan terakhir ke paru-paru.
Anatomis paru-paru dari setiap reptil berbeda-beda. Pada paru-paru buaya, kadal dan kura-kura
lebih kompleks dengan beberapa belahan yang membuat paru-paru tsb terlihat seperti spons.
Pada beberapa jenis kadal seperti bunglon afrika, mempunyai kantung hawa sehingga hewan
tersebut dapat melayang di udara.
3. Sistem pencernaan
Sistem pencernaan pada reptil terdiri atas beberapa saluran dan kelenjar pencernaan. Saluran
tersebut terdiri atas mulut, kerongkongan, lambung, usus dan kloaka. Sedangkan kelenjarnya
terdiri atas kelenjar ludah, pancreas dan hati. Makanan dari mulut yang telah dilumasi oleh
kelenjar ludah masuk ke kerongkongan dan kemudian masuk ke lambung. Di lambung
makanan ini dicerna dan kemudian menuju usus untuk diserap nutrisinya
4. Sistem ekskresi
Sistem eksresi pada reptil berupa ginjal, paru-paru dan kulit dan kloaka. Fungsi ginjal yaitu
untuk menyaring zat-zat yang tidak dibutuhkan sisa hasil metabolisme tubuh dan
mengeluarkannya dalam bentuk urine melalui kloaka. Reptil yang hidup di darat sisa hasil
metabolismenya berupa asam urat yang dikeluarkan dalam bentuk setengah padat yang
berwarna putih.
5. Sistem Reproduksi
Contoh dari hewan yang bersifat ovovivipar yaitu pada ular dan beberapa jenis kadal. Telur-
telur ular dan kadal tersebut menetas dalam tubuh induknya. Akan tetapi makanan mereka
diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur, berupa kuning telur. Perbedaan dengan
amfibi yaitu fertilisasi terjadi secara internal atau terjadi dalam tubuh betina.
Pada saat musim kawin, penis dari jantan dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina. Ovum
yang telah dibuahi akan melalui oviduct dan akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air.
Pada kebanyakan jenis reptil telur tersebut akan ditinggalkan di tempat yang hangat oleh
induknya., sedangkan induknya menjaga telur tsb dari jauh. Dalam telur terdapat persediaan
kuning telur yang melimpah sebagai cadangan makanan.
CLASS AVES
BAB V
AVES

A. MORFOLOGI AVES
Kelas aves adalah kelompok hewan vertebarata dengan ciri hampir semua tubuhnya tertutup oleh
bulu. Topografi luar atau ciri morfologi aves secara umum yakni seluruh tubuh ditutupi oleh bulu
dengan ukuran yang berbeda antara yang di kepala, tubuh dan sayap serta ekor.

Gambar 1. Bagian-bagian morfologi kelas aves.

Dengan mengetahui ciri-ciri morfologi, maka dapat mempermudah identifikasi suatu jenis
burung. Karakter morfologi burung dapat dibedakan atas: paruh, kepala, leher, badan, sayap,
tungkai dan ekor. Bagian-bagian utama dari morfologi pada kelas aves dibedakan atas empat
bagian, yaitu:
Kepala (Caput)
Kepala aves terdapat beberapa organ, yaitu:

1. Lubang hidung atau nares, terletak di paruh bagian atas

2. Sera (cere) adalah pangkal paruh atas yang tidak berbulu, tempat terdapatnya lubang
hidung yang berupa tonjolan kulit

3. Mata yang dikelilingi oleh kulit berbulu halus.

4. Membrana niktitans di sudut mata yang dapat ditarik hingga menutupi mata

5. Lubang telinga atau porus akustikus eksternus, tidak ada daun telinga terletak
dorsokaudal mata dan di dalam ada membrana timpani

6. Paruh (rostrum), terdiri atas bagian bawah dan atas, bahan pembentuknya berupa tanduk.
Gambar 2. Morfologi kepala burung secara umum.

Bentuk paruh pada aves menunjukkan jenis makananya. Adapun ciri-cirinya:


a. Panjang apabila ukurannya lebih panjang dari kepala.
b. Pendek apabila ukurannya lebih pendek dari kepala.
c. Berkait apabila bagian atas lebih panjang serta melengkung menutup bagian bawah.
kadang-kadang dikatakan berkait, bila ujungnya melengkung.
d. Pipih datar apabila paruh itu lebih mendatar dari pada meninggi.
e. Lurus apabila garis antara bagian atas dan bagian bawah lurus dari pangkal sampai
ujung paruh.
f. Bergerigi apabila tepi paruh bagian atas bergerigi.
g. Berkantung lebar apabila dagu dan tenggorokan melebar membentuk kantung.

Gambar 3. Berbagai bentuk paruh pada aves.

Badan (Truncus)
Badan berbentuk lonjong ditutupi bulu-bulu yang bermacam-macam. Tubuh Aves hampir seluruh
tubuhnya tertutup oleh bulu-bulu. Bulu pada kelas aves dibedakan atas dua macam:

Gambar 4. Bagian-bagian bulu.

1. Bulu lengkap (plumae), bulu ini tersusun atas: batang bulu dan lembaran bulu. Susunan
batang bulu terdiri atas: calamus dan rachis. Lembaran bulu, tersusun atas
deretan barbae, diantara barbae terdapat barbulae berkait.
2. Bulu tak lengkap dibedakan atas (a). Plumulae, dengan bagian-
bagian: calamus(pendek), barbae (tidak membentuk lembaran bulu), barbulae (tak
berkait). (b) Filoplumae, dengan bagian-bagian: calamus dan rachis (batas tak
jelas), berbae(pada bagian ujung). Pada bulu ini tidak dijumpai adanya barbulae.

Gambar 5. Bulu lengkap dan tidak lengkap.

Ekor (cauda)
Ekor aves memiliki bulu-bulu yang berperan sebagai kemudi. Pengertian ekor adalah bulu-bulu
ekor (Rectriches). Panjang pendeknya rectriches pada tepi posterior ekor berbeda-beda dan
memiliki ciri yang spesifik. Beberapa ciri ekor pada burung yakni:
a. Panjang apabila ukurannya lebih panjang dari badan.
b. Pendek apabila ukurannya lebih pendek atau sama dengan panjang badan
c. Rata apabila semua bulu sama panjang
d. Bulat apabila bulu tengah jauh lebih panjang, makin ke tepi berangsur memendek.
e. Runcing apabila bulu tengah jauh lebih panjang dari pada bulu yang lain berbentuk.

Gambar 6. Tipe ekor pada aves

Ekstremitas
Ektremitas atau anggota gerak pada kelas aves terdiri dari:
1. Ekstremitas kranialis atau membrum superior merupakan sayap yang ditutupi bulu. Ciri-ciri
sayap burung antara lain:
a. Panjang: bila ukuran dari bengkokan kedua sampai ke ujung, lebih panjang dari pada
badan.
b. Pendek: bila bagian itu lebih pendek dari pada badan.
c. Bulat: bila primarius bagian tengah merupakan yang paling bulu-bulu panjang, sisinya
berangsur-angsur memendek berpangkal dan ke ujung sayap.
d. Runcing: bila primarius paling ujung merupakan bulu-bulu yang panjang

Gambar 7. Bentuk sayap pada aves


2. Ekstremitas kaudalis atau membrum inferior sebagai kaki, bagian atas tertutup bulu dan
bawah tertutup sisik. berikut adalah ciri-ciri kaki aves:
Ciri-ciri sisik kaki aves yakni:
a. Scutellata adalah apabila sisik tersusun saling menutup.
b. Reticullata adalah bila sisik tidak teratur.
c. Serrata apabila bila sisik pada tepi posterior tersusun berigi.rigi.
d. Boated adalah bila tarsusus tidak bersisik.
Ciri-ciri jari aves yakni:
a. Rata (datar): hallux (jari pertama) melekat pada ujung tarsus seperti jari jari yang lain.
b. Terangkat: hallux (jari pertama) melekat pada bagian yang lebih tinggi di atas
perlekatan jari-jari yang lain.
Ciri-ciri cakar aves yakni:
a. Runcing: cakar melengkung dan runcing
b. Obtuse: cakar agak melengkung, ujung tumpul
Tipe-tipe kaki pada aves:
a. Tipe bertengger, dibedakan atas beberapa macam, misalnya: (a) passerine: hallux
melekat datar dengan jari-jari lain. (b) zygodactyla: 2 jari-jari kedepan, 2 yang lain ke
belakang 2.
b. Tipe berjalan: hallux terangkat, sehingga kedudukannya lebih tinggi dari pada yang lain

3.
c. Tipe berenang: dibedakan atas beberapa macam misalnya (a) palmata: 3 jari depan
dihubungkan oleh selaput jari ke-1 bebas. (b) totipalmata: keempat jari dihubungkan
oleh selaput yang halus.

Gambar 8. Tipe kaki aves: (a) anisodactyla; (b) zygodactyla;


(c) heterodactyla; (d) syndactyla; (e) pamprodactyla
Gambar 9. Tipe selaput pada kaki aves (a) Palmata; (b) totipalmata

Manfaat Bulu Aves


Bulu aves berperan membungkus tubuh, menjaga suhu badan dan untuk terbang. Warna bulu
disebabkan oleh adanya substansi kimia dan elemen-elemen fisik. Warna bulu yang disebabkan
oleh adanya substansi kimia yakni karena adanya pigmen biochrome yang menyerap dan
memantulkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Warna-warna yang nampak yakni:
merah, jingga, kuning, hitam, kelabu, coklat, hijau. Warna-warna yang disebabkan oleh adanya
elemen-elemen fisik seperti warna putih, biru, dan gemerlapan. Peranan warna-warna bulu
sebagai adaptasi tubuh dengan lingkungan untuk mengelabuhi predator serta untuk menarik
pasangannya.
Aves adalah Tetrapoda yang:
a. Hampir seluruhnya ditutupi bulu dan kakinya bersisik yang merupakan ciri mirip
reptile.
b. Kepala ditopang oleh leher yang fleksibel dan tengkorak berartikulasi dengan condyles
osscipital tunggal.
c. Otak relatif besar dengan corpora striata yang padat (seringkali diasosiasikan dengan
tingkah laku insting) neopalium kecil.
d. Tidak mempunyai gigi, kecuali gigi telur yang diperlukan untuk membantu penetasan.
Mempunyai paruh dari zat tanduk menutupi rahang bawah dan atas.
e. Nostril langsung berhubungan dengan buccal cavity. Tidak berpipu, langit-langit
sekunder tidak ada.
f. Tungkai muka bermodifikasi menjadi sayap, sehingga burung dapat terbang. Bagian
“lengan” bermodifikasi menjadi panjang jari tengah memanjang untuk menyokongbulu
terbang. Sebuah jari anterior terpisah untukmenyokong bulu alula yaitu bulu kecil yang
merupakan bulu penting untuk gerakan aerodinamika. Jari posterior yang tereduksi
menyokong jari tengah. Tungkai belakang bermodifikasi secara beragam untuk berjalan
dengan duakaki di tanah,atau burung berenang atau kedua-duanya.Umumnya
mempunyai mempunyai jari-jari,satu ke arahbelakang (hallux), dan tiga ke arah depan.
Gelang bahu dan gelang panggul terspesialisasi dengan baik menunjang berat tubuh
baik ketika berjalan dan terbang.
g. Jantung beruang empat. Lengkung aorta kiri tidak ada, eritrosit berbentuk bulat dan
berinti.
h. Telur besar dengan kuning telur yang banyak dan dilindungi oleh cangkang kapur,
fertilisasi internal amnion dan alantois terbentuk selama masa perkembangan.
Pengeraman dilakukan oleh salah satu induk atau kedua induknya di dalam sarang.
Setelah menetas anak-anaknya dipelihara oleh induknya.
i. Suhu badan tetap,umumnya lebih tinggi dari pada mamalia yaitu di atas 40o derajat
celcius.
B. SISTEM ORGAN PADA AVES
Sistem Otot
Sistem otot aves (burung) yakni otot aksial dan hipobrankhial yang mereduksi, karena beberapa
vertebrae mengalami fusi, yang merupakan salah satu penyesuaian untuk terbang. Adanya
persatuan yang kokoh antara vertebrae torakalis dan lumbalis menyebabkan otot aksial kurang
berfungsi, kecuali di leher, yang berkembang baik otot pektoralis, berfungi penting pada saat
terbang. Otot apendikular terbagi dua, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Tungkai depan
teradaptasi untuk terbang, sehingga ototnya sesuai untuk terbang, sedangkan yang belakang
teradaptasi untuk berjalan atau berenang hingga sesuai fungsinya.

Sistem gerak aves tersusun atas otot-otot antara lain: otot lidah, otot multifidis cervicis,
otot pectoralis, otot supracoracoideus, otot semitendinosus flexor, otot peroneus longus, otot
gastrocnemius, otot obliquus abdominus externus, otot levator caudae, otot depressor caudae,
otot iliotibialis, otot extensor jari, otot pelvic girdle, otot dada (thoraks), otot flexor jari, otot
tricep brachii, otot bicep brachii, dan otot patagial tendon.
Sistem Rangka
Sistem rangka aves (burung) merupakan alat gerak pasif. Sistem rangka burung tersusun atas
berbagai jenis tulang yang tertera dalam gambar berikut:
(1) Tengkorak; (2) Cervical vertebrae/Tulang leher; (3) Furcula; (4) Korakoid; (5) Bengkokan
tulang rusuk; (6) Keel; (7) Patela/lutut; (8) Tarsometatarsus; (9) Jari; (10) Tibia/Tibiotarsus;
(11) Fibia/Tibiotarsus; (12) Femur/Tulang paha: (13) Iskium; (14) Pubis: (15) Illium: (16)
Tulang ekor: (17) Pygostyle; (18) Synsacrum; (19) Scapula; (20) Lumbar vertebrae; (21)
Humerus; (22) Ulna; (23) Radius: (24) Karpal; (25) Metakarpal; (26) Jari; (27)Alula

Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan Aves terdiri atas rongga mulut yang terdapat lidah, oesofagus panjang
dimana pada burung pemakan biji-bijian oesofagus membentuk pelebaran ke ventral biasa
disebut tembolok yang berfungsi untuk menyimpan makanan sementara. Ventrikulus terbagi
menjadi 2, yaitu:
a. Proventrikulus bersifat kelenjar
b. Ventrikulus bersifat musculer
Intestinum tenue dan intestinum krasum dibatasi oleh seka koli yang panjang kecuali pada
merpati seka koli pendek terlihat di kanan kiri intestinum hampir menuju kloaka. Pada burung
tonjolan dorsal kloaka membentuk bursa kloakalis atau bursa Fabricii.
Kelenjar pencernaan aves terdiri atas hepar dengan dua lobus atau lebih ada vesika felea
kecuali merpati. Pankreas terletak antara pars desendens dan pars asendensdengan duktus dan
bermuara pada pars asendens duodenum.

Sistem Respirasi
Aves memiliki kantung kantung udara selain paru-paru yakni ada 5 kantung udara yaitu (1)
servikalis, (2) interklavikularis, (3) anterior thorakhalis, (4) posterior thorakalis dan (5)
abdominalis. Udara masuk dari rongga hidung menuju ke trachea lalu ke bronchus primer
kemudian ke mesobronkhus dan menuju bronkhus sekunder baru ke kantung udara. Jika akan
digunakan maka udara yang ada di kantung udara akan dikeluarkan kembali melalui bronchus
sekunder dan parabronkhi ke paru-paru.

Ukuran paru-paru aves kecil dan penuh vaskularisasi dengan kemampuan mengembang sedikit
karena melekat pada koastae dan vertebrae thoraks trachea.
Sistem Transpor dan Jantung
Pada aves sistem ini sama dengan pada mamalia, dengan jantung yang terdiri atas empat ruang,
yaitu atrium dekstra dan sinistra serta ventrikel dektra dan sinistra. Sinus venosus menghilang,
pembuluh darah yang masuk ke atrium adalah dua vena kava dan satu vena kava posterior,
sedangkan pembuluh darah yang keluar dari anterior ventrikel dekstra adalah aorta pulmonalis
dan dari ventrikel si arkus aorta, Peredaran darahnya ganda, tidak ada pencampuran darah.

Sistem organ transportasi pada aves terdiri dari: Jantung, Aorta, Arteri Pulmonari, Arteri
Carotid , Vena Jugular, Arteri Femoral, Vena Femoral, Arteri Brachial, Vena Brachial, Vena
Cava Cranial, Vena Cava Caudal , Arteri Caudal & Internal Iliac, Vena Caudal & Internal Iliac.

Sistem Uropoetika
Sistem ini terdiri atas:
1. Ginjal (ren). Jumlahnya sepesang, terletak retroperitonial, di daerah punggung, warna
merah coklat. Terdiri atas 3 lobus, saling berhubungan, pada kranial terdapat kelenjar
adrenalis
2. Ureter. Jumlah sepasang, ke arah kaudal bermuara dalam kloaka bagian uradaeum
3. Kloaka adalah ruangan tunggal pada dinding sebelah dorsal didapatkan buta fabricii.
Terdapat tiga bagian yakni (1) Urodaeum adalah bagian bermuaranya ureter dan saluran
gonad (2) Koprodaeum adalah tempat bermuara saluran makanan Tidak ada vesika
urinaria (3) Proktodaeum adalah lubang keluar

Sistem Genitalia
Sistem genitalia, misal pada burung terdiri atas beberapa organ, yakni:
Jantan
1. Testis. Sepasang, oval, terletak ventral dari lobus ren bagian kranial
2. Epididimis. Sepasang, kecil, dorsal dari testis, suatu saluran yang menuju ke duktus
deferen
3. Duktus deferen. Saluran sepasang, agak berkelok pada burung yang tua dan lurus pada
burung yang muda, ke kaudal menyilang ureter menuju ke
4. Kloaka. Sebelah lateral tepat pada bagian urodeaum bermuara d deferens
Betina
1. Ovarium. Tunggal hanya kiri yang berkembang, difiksir oleh mesovarium
2. Oviduct. Saluran lurus pada burung muda, berkelok pada burung tua. Bagian dekat
ovarium adalah infundibulum seperti corong dengan lubang ostium abdominalis,
menggantung pada mesosalphink
3. Tuba
4. Uterus adalah bagian tuba yang membesar
5. Kloaka. Tempat muara langsung dari uterus
Urodaeum bagian bermuaranya ureter dan saluran gonad. Saat kopulasi proktodea dari kedua
jenis kelamin ini akan melekat erat, sehingga spermatozoa dicurahkan ke kloaka.

Sistem Saraf
Sistem saraf pada aves ini dibedakan atas Sistem Saraf Pusat dan Sistem Saraf Tepi.
Encephalon:
 terdapat dalam rongga tengkorak, diliputi selaput duramater dan piamater
 hemispher serebri meluas sampai serebelum, di ujung depan terdapat bulbu olfaktorius
kecil sepasang
 mesencephalon sebagai lobus optikus, bundar, nampak epifisis
 serebelum relatif besar termasuk rhombencephalon, menuju kearah kaudal medula
oblongata dan sebagai medula spinalis
Nervo kranialis dari dasar otak ada 12 pasang, sedangkan nervi spinalis keluar dari segmen
medulla spinalis.
C. KLASIFIKASI AVES
Burung-Burung yang Hidup di Tanah.
Burung yang hidup di tanah umumnya bersifat omnivora,mengambil makanan di
tanah,dan umumnyamempunyai kaki yang kuat untuk mencakar-cakar tanah atau untuk
menyimpan makanan. Meskipun Tinamae, dan kebanyakan Galliformes dan Gruiformes dapat
terbang jarak pendek,namun biasanya mereka menghindari predatornya dengan berlari,kecuali
jenis Crane yang dapat bermigrasi. Burungburung ini biasanya membuat sarang di tanah
seadanya dan menggunakan sedikit bahan-bahan yang ada di tanah. Umumnya terdapat sexual
dimorfisma dan induk betina berkamuflase untuk mengerami telur. Induk jantan sedikit sekali
peranannya dalam pengeraman telur dan mengasuh anak-naknya. Kondisi ini menyebabkan
pada umumnya hewan jantan bersifat poligami. Anak-anak precocial,bulu-bulunya segera
mengering setelah menetas dan dapat Segera meninggalkan sarang untuk mencari makan,
sehingga pengasuhan induk sangat minimal.

Ratitae Tinamae Cainatae


sayap tereduksi bahkan Sayapnya kecil dan sayap berkembang dengan
vestigial sehingga tak bulat,tetapi dapat baik untuk terbang dan
mendukung terbang dengan dapat
dapat terbang
jarak pendek. melipat bila tidak
digunakan.
Kaki masif berotot,merupak Kakinya kuat dan sering Kaki bervariasi,tetapi
cukup panjang,sebagian konstruksinya
an satu-satunya organ gerak
besar anggotanya ringan,umumnya menghidar
menghindar dari predator dari predator dengan
dengan lari daripada terbang.
terbang.
Bulu tubuh tersusun secara Bulu tubuhnya tersusun Bulu tubh tersusun dalam
dalam bidang tertentu pola tertentu,sehingga ada
(pterylae). Bulu sayapnya daerah pteryllae,yang
acak. Bulu sayap dan ekor
Memiliki baarbulae
berbeda-beda pada tiap
tidak memiliki barbulae barbulae yang
ordo. bulu sayap dan bulu
yang saling mengait,sehing bersambungan satu sama
ekor memiliki interlocking
ga tidak mempunyai vane. lain yang keras,tetapi bulu barbulae.
ekor direduksi dan

tidak berperanan dalam


terbang untuk menghailkan

baling-baling.

1. Ordo-ordo di Ratidae
 Ordo Struthtioniformes
Sayap berkembang dengan baik untuk ukuran ratitae dan memiliki 16 primaries,
meski tak dapat digunakan untuk terbang namun dapat membantu waktu berlari.
Kaki sangat kuat hanya memiliki dua jari yaitu jari ke III dan IV, jari ke III sangat
panjang dan bercakar, jari ke IV agak pendek dan tak bercakar. Ekor memiliki lebih
dari 60 bulu yang tersusun berlapis-lapis dan hanya 14 yang benar-benar termasuk
bulu ekor (rectrices). Tersebar di Afrika, Arab, dan Siria. Merupakan burung
terbesar di dunia dengan tinggi 2,5 meter, contoh: Struthio camelus.

Gambar 10. Struthio camelus


 Ordo Rheiformes
Sayap cukup berkembang dan memiliki 12 primeries. Kaki kuat dan mempunyai 4
jari depan yang agak pendek dan masing-masing mempunyai cakar. Ekor tidak ada
rectrices. Tersebar di padang rumput Ameriks. Contoh: Rhea americana.
Gambar 11. Rhea americana
 Ordo Casuariformes
Ordo Casuariiformes adalah ordo aves dengan ciri-ciri bentuk tubuh besar; tidak
bisa terbang; terestrial; kepala berbulu tipis; bulu memiliki aftershaft yang panjang;
bentuk sayap kecil dan rudimenter; tungkai memiliki tiga buah jari. Kaki kuat dan
memiliki 3 jari yang cukup panjang dan bercakar. Tidak mempunyai ekor, tidak ada
rectrices. Terdiri dari 2 family yaitu:
a. Casuariidae
Terdapat cassue di kepala yang berfungsi sebagai pelindung sekaligus mahkota.
Leher tak berbulu dan warnanya sangat indah. Bulu pada dewasa berwarna
hitam. Jari sebelah dalam mempunyai cakar panjang dan tajam. Anggotanya
tersebar di Queensland, Irian dan sekitarnya. Contoh: Casuarius casuarius
(kasuari gelambir ganda), Casuarius benneti (Kasuari kerdil).

b. Dromidae
Gambar mempunyai
Sayap yang tereduksi 12 Casuariuslebih
casuarius
dari 7 primaries yang tak berbeda
dengan bulu-bulu lainnya. Pada kepala tidak terdapat cassue, dan leher tertutup
oleh bulu-bulu kecil dan jarang menutupi kulit berwarna biru pucat. Saat dewasa
bulu berwarna cokelat. Cakar pada jari sebelah dalam tidak memanjang.
Tersebar di sebagian besar Australia, contohnya; Dromaius novaeholladie
merupakan burung besar yang tidak bisa terbang dari Australia (Almeida, Silva,
Gallo, Eckhardt, & DiFillippo, 2015).
Gambar 13. Dromaius novaeholladie
 Ordo Apterigyformes
Ordo Apterygiformes adalah ordo aves yang tidak bisa terbang dengan ciri-ciri
tulang coracoid dan scapula kecil; tidak bisa terbang; terestrial; bulu seperti rambut
dan tidak memiliki aftershaft; sayap rudimenter; paruh panjang dan ramping; lubang
hidung di ujung paruh; leher dan tungkai pendek; Sayap vestigial dan tertutup oleh
bulu tubuh sehingga bagian sayap tampaknya tidak ada. Kaki pendek tetapi kuat dan
mempunyai 4 jari. Tiga jari depan panjang, jari belakang pendek dan agak naik. Jari
mempunyai cakar. Tidak mempunyai ekor, tidak ada rectrices. Anggotanya tersebar
di New Zealand, contohnya: Apteryx australis (Kiwi)

Gambar 14. Dromaius novaeholladie

2. Ordo-ordo dari Carinatae


 Ordo Galliformes
Ordo Galliformes merupakan sebangsa ayam, memiliki paruh pendek; bulu
bercabang; kaki perjal untuk mengais/berlari; terestrial;kaki tipe anisodactyle;
graminivorous (pemakan biji/rerumputan). Ukuran bervariasi dari 13 cm hingga
lebih dari 1 m. Paruh tidak terlalu kuat dan agak melengkung. Sayap relatif pendek,
dapat terbang untuk jarak pendek biasanya hanya untuk menghindari musuhnya
(Pranoto, Susetyorini, & Prihanta, 2015). Contohnya; Talegalla fuscirostris (Maleo
paruh hitam), Melanoperdix nigra (puyuh hitam), dan Gallus gallus (ayam).
Gambar 15. (a) Gallus gallus (b) Melanoperdix nigra

 Ordo Gruiformes
Ordo Gruiformes memiliki paruh berukuran besar; tidak pandai terbang; tungkai
panjang. Bulunya sangat beragam, paruhnya beragam tapi ramping khas dan tajam.
Contohnya: Turnix maculosa ( Gemak Totol), Turnix suscitator ( Puyuh/Gemak
loreng), dan Fulica atra (Mandar Hitam).

Gambar 16. Turnix maculosa


3. Ordo-ordo dari Timidae
 Ordo Tinamiformes
Ordo Tinamiformes adalah kelompok burung dengan ciri-ciri ukuran sayap kecil
dan bulat; tulang dada / sternum memiliki lunas (lempengan datar yang lebar); bulu
ekor dan pygostylus menyusut; telur mengkilat; pemakan tumbuhan. Contohnya:
Tinamus osggodi

Gambar 17 Tinamus osggodi

Burung-Burung Aquatik
Pada umumnya burung aquatik menggunakan kakinya untuk berenang,atau mempunyai
kaki yang panjang untuk berjalan di air yang memungkinkan mereka untuk mencari makanan
di lingkungan aquatik. Burung Aquatik cenderung dikategorikan ke dalam tiga kelompok
sekalipun batasnya tidak terlalu tajam. Pertama,adalah burung laut (marine birds) yang mencari
makan di alaut lepas dan kembali ke darat untuk berkembang biak di pulau karang pantai.
Kedua,adalah kelompok yang terutama mengandalkan air tawar sebagai sumber makanan dan
cenderung membuat sarang dekat sumber makanannya. Ke tiga adalah kelompok burung pantai
yang terdiri dari sub ordo yaitu Charadiiformes.

Ordo-ordo dalam burung aquatik:


 Ordo Charadiiformes
Ordo Charadriiformes adalah ordo dari aves yang memiliki ciri-ciri sayap berkembang
baik; tidak memiliki gigi pada rahang; memiliki pygostylus; tulang sternum memiliki
carina sterni; kaki panjang dan langsing; jari kaki berselaput renang; bulu tebal; paruh
panjang dan melengkung ke bawah / atas. contohnya: Irediparra gallinacean (Burung
Sepatu Jengger), Charadrius veredus (Cerek Asia), Larus ridibundus ( Camar Kepala
hitam), dan Sterna hirudo (Dara laut).

Gambar 18. Irediparra gallinacean


 Ordo Gaviiformes
Ordo Gaviiformes adalah ordo dari kelas aves dengan ciri-ciri tungkai pendek pada
ujung posterior badan; bulu kaku; jari kaki berselaput renang; sayap berkembang baik;
dapat terbang; memiliki pygostylus. Plumae rapat kompak, bagian atas sebagian besar
hitam dan bagian bawah putih. Paruh panjang, besar dan ujungnya runcing. Contohnya :
Gavia immer.

Gambar 19. Gavia immer

 Ordo Podicipediformes
Ordo Podicipediformes adalah kelompok burung dengan ciri-ciri memiliki tungkai yang
terletak jauh di bagian belakang tubuh; kaki berlebus; memiliki ekor pendek; bentuk
tarsus pipih; memiliki tempurung lutut (patella) besar; hidup di air tawar dan pandai
menyelam. Contohnya: Tachybaptus ruficollis (Grebe kecil).

 Ordo Ciconiiformes
Ordo Ciconiiformes merupakan burung penyusur air yang memiliki leher dan tungkai
panjang; jari-jari tidak berselaput; paruh lurus atau bengkok; suka hidup di air;
penyebaran bulu di sebagian betis tidak terdapat bulu. Terbagi menjadi 3 famili yaitu
Ardeidae, Ciconidae dan Threskiornithidae (Azizah, Armanda, & Kusrinah, 2016).
Contohnya: Ardea cinerea (Cangak Abu), Ardeola speciosa (Blekok Sawah),
Leptoptilos javanicus (Bangau Tongting), Phoenicopterus sp. (Flamingo).
Gambar 20. (a) Leptoptilos javanicus (b) Phoenicopterus sp.
 Ordo Anseriformes
Ordo Anseriformes dalah ordo dari aves dengan ciri-ciri sayap berkembang baik; tidak
memiliki gigi pada rahang; memiliki pygostylus; tulang sternum memiliki carina sterni;
paruh besar, lebar dan tertutup lapisan tanduk yang tipis; bagian tepi paruh memiliki
lamela; lidah berdaging; tungkai pendek dan berselaput renang; ekor pendek; waktu
muda memiliki bulu seperti kapas. Contoh: Dendrocygna guttata (Belibis Totol), Anas
gracilis (Itik Kelabu), dan Cygnus atratus (Angsa hitam).

Gambar 21. Dendrocygna guttata


 Ordo Procelariiformes
Ordo Procellariiformes adalah merupakan kelompok burung albatrossnares; sayap
panjang dan sempit; termasuk burung laut; sangat tahan terbang melayang tanpa
mengepakkan sayap. Berukuran besar berbadan agak gempal, ekor pendek bulat
mengerucut, tipe paruh pemakan ikan berbentuk seperti botol memanjang, paruh bagian
atas meruncing kebawah, kaki pendek berselaput, warna bagian punggung gelap dan
warna bagian perut putih. Contoh: Puinis pacificus dan Daption capense.
Gambar 22. Daption capense
 Ordo Pelecaniformes
Ordo Pelecaniformes merupakan kelompok burung laut besar mencakup pelican, pecuk-
padi, buntut-sate, cikalang, gannet, darter, dan angsa batu; ukuran nares (lubang hidung)
kecil; memiliki kantung pada daerah leher; memiliki jari kaki berselaput renang; paruh
panjang dan besar serta dapat membuka lebar; menyukai air. Burung berukuran sedang
sampai besar, paruh pemakan ikan yang kokoh, sayap yang lebar, kaki agak pendek
dibandingkan dengan ukuran panjang tubuh, warna bulu kebanyakan hitam dan putih.
Satu-satunya jenis burung dengan selaput diantara keempat jarinya. Contohnya:
Pelecanus onocrotalus (burung pelikan), Phalacrocorax niger (pecuk-padi), Fregata
minor (Cikalang besar), dan Phaethon rubricauda (Buntut-sate merah).

Gambar 23. Pelecanus onocrotalus


 Ordo Spheniciformes
Ordo Sphenisciformes adalah salah satu ordo dari kelas aves dengan ciri-ciri carina
sterni berkembang dengan baik; burung air; tidak dapat terbang namun dapat berenang;
memiliki bulu kecil seperti sisik; sayap seperti dayung untuk berenang; tungkai
memiliki selaput pada jari-jarinya; tungkai memiliki empat buah jari kaki yang
menghadap ke depan. Contoh: Spheniscus demersus (penguin)
Gambar 24. Spheniscus demersus

Burung Arboreal
Burung arboreal banyak sudah dikenali,meski tak kurang dari 16 species telah musnah.
Umumnya berwarna cerah atau mempunyai bulu-bulu dengan susunan warna yang mencolok.
Kebanyakan famili burung ini mempunyai kebiasaan makan yang khusus,kadangkadang
memiliki paruh yang kuat dan berwarna cerah. Makanannya terutama terdiri atas hewan-
hewan,insekta,ikan-ikan dan pada rangkong makanannya omnivora. Paruh yang kuat ini
digunakan juga untuk membuat lubang untuk bersarang di pohon,menggali sarang rayap di
tanah,atau menggali tanah untuk meletakkan telur-telurnya.

Ordo Coraciiformes
Ordo Coraciiformes merupakan kelompok burung cekakak, raja udang, dan kirik-kirik,
yang terkenal dengan aksi terjun spektakuler mereka ke dalam air. Ordo Coraciiformes
adalah kelompok burung yang memiliki ciri-ciri paruhnya kuat; jari ke-3 dan ke -4
menyatu di bagian pangkal. Burung berukuran kecil, kepala besar, paruh besar kokoh
dan panjang meruncing tipe pemakan ikan, leher pendek, sayap bulat, tipe kaki zydactyl
kecil pendek, ekor pendek, warna bevariasi. Contoh: Alcedo athhis (Raja Udang), Ceyx
erithaca (Udang Api), dan Lacedo pulchella (Cekakak Batu). Alcedo athhis merupakan
burung pemangsa ikan (Vilches, 2012).
Gambar 25.(a) Alcedo athhis (b) Ceyx erithaca
Ordo Trogoniformes
Ordo Trogoniformes adalah anggota burung dengan ciri-ciri memiliki paruh pendek,
bahu terdapat “rambut-rambut bahu” di bagian pangkalnya; ukuran kaki kecil dan
lunak; memilliki bulu dengan warna cerah dan seringkali dengan warna
hijau. Contohnya: Apalharpactes reinwardtii (Luntur Jawa)

 Ordo Piciformes
Gambar
Ordo Piciformes adalah 26. Apalharpactes
kelompok reinwardtii
burung dengan ciri-ciri memiliki paruh kuat; bulu di
bagian ekor kaku dan ujungnya runcing; ujung lidah kasar serta dapat dapat
dijulurkan. Contohnya: Psilopogon pyrolophus (Takur Api), Megalaima haemacephala
(Takur Ungkur-ungkut) dan Picus vittatus (Caladi Belacan)

Gambar 27. Picus vittatus


Ordo Columbiformes
Ordo Culimbriformes merupakan kelompok merpati dan pergam sering masyarakat
menyebut burung dara. Tubuhnya berukuran sedang sampai besar dan dada lebar,
kepala dan leher berukuran kecil dan membulat, tipe paruh pemakan biji, sayap bulat
memanjang sampai ke ekor, ekor agak panjang, kaki tipe anisodactile berukuran sedang.
Sering dijumpai di dalam hutan. Contoh spesies: Treron capellei (Punai Besar),
Columba livia (Merpati Putih), dan Geopelia striata (Perkutut Jawa).

Gambar 28. Treron capellei

 Ordo Psittaciformes
Ordo psittaciformes merupakan kelompok burung berparuh pendek seperti nuri dan
kakaktua. Berukuran kecil sampai besar, kepala besar, beberapa jenis memiliki jambul,
leher pendek, tipe paruh pemakan biji dan melengkung, sayap ramping meruncing, ekor
berbentuk kotak berukuran sedang, kaki tipe zygodctyl digunakan untuk memanjat dan
memegang makanan. Contoh Spesies: Chalcopsitta sintillata (Nuri Aru), Lorius lorry
(Katsuari kepala hitam) dan Cacatua sulphurea (Kakatua Jambul-Kuning).

Gambar 29. (a) Chalcopsitta sintillata (b) Cacatua sulphurea

 Ordo Cuculiformes
Mempunyai tubuh berukuran sedang, kepala berukuran kecil, leher pendek, paruh tipe
pemakan biji kecil dan meruncing, sayap pendek meruncing, ekor panjang, kaki pendek
bertipe anisodactyle, mempunyai warna umum abu-abu dan coklat, bagian dada sampai
perut biasanya cerah bergaris dan warna pada sayap belakang dan punggung gelap.
Kelompok burung turaco dan cuckoo merupakan burung penyendiri yang memiliki
suara lantang. Contoh spesies: Cacomantis sonnerati (Wiwik lurik) dan Cuculus
crassirostris (Kangkok Sulawesi).
Gambar 30. Cuculus crassirostris
 Ordo Coliiformes
Ordo Coliiformes adalah kelompok burung dengan ciri-ciri memiliki kaki dengan tipe
paserin (tiga jari kearah depan, satu jari kearah belakang); jari kaki ke-1 dan ke-4
bersifat reversibel; memiliki ekor sangat panjang; pemakan serangga (insektivora) dan
pemakan buah (frugivora). Contoh spesies ordo Coliiformes: Colius macrourus.

Gambar 31. Colius macrourus


Burung Pemangsa
Burung pemangsa memiliki kombinasi terbang,kaki yang dapat digunakan untuk memegang
mangsa dan paruh yang khas sehingga merupakan burung yang mampu menguasai sebagian
besar lingkungan dengan rentang makanan yang luas. Sebagian besar burung pemangsa
memakan makanan yang berenergi tinggi yang berasal dari daging vertebrata. Dua ordo burung
pemangsa merupakan karnivora puncak dalam rantai makanan. Burung predator terdiri atas ini
terdiri atas Falconiformes,yang meliputi jeniselang,falcon,rajawali,dan predator nokturnal
yaitu Strigiformes yang meliputi jenis-jenis burung hantu.
 Ordo Falconiformes
Ordo Falconiformes merupakan kelompok burung pemangsa nocturnal memiliki mata
yang tajam, kaki berotot, paruh pendek, melengkung, dan tepinya tajam; kaki memiliki
cakar yang tajam dan runcing untuk memangsa. Mampu terbang dengan cepat serta
dapat melakukan manuver. Memiliki ukuran sedang sampai besar, tipe paruh pemakan
daging, sayap lebar dan kaki memiliki cakar yang tebal. Sering ditemukan melakukan
soaring pada daerah teritorial untuk mencari mangsa. Bulu berwarna suram. Contoh
spesies; Pandion haliaetus (Elang tiram) dan Accipiter novaehollandie (Elang-alap).
Gambar 32. Pandion haliaetus
 Ordo Strigiformes
Ordo Strigiformes adalah kelompok burung yang memiliki ciri-ciri ukuran kepala besar
dan bulat yang bisa memuta 180o; memiliki mata besar serta menghadap ke depan,
tubuh dikelilingi oleh bulu-bulu yang tersusun secra radial (menjari); memiliki lubang
telinga yang lebar namun seringkali tertutupi oleh lipatan kulit; ukuran paruh pendek;
jari kaki memiliki cakar yang tajam untuk mengcengkeram; termasuk burung yang aktif
pada waktu malam (nocturnal); bersifat predator . Bulu pada bagian muka melebar
berbentuk love, mata bulat besar, kaki kuat tipe zygodactyl. Contoh spesies; Tyto alba
(burung hantu), Otus sagittatus (Celepuk Besar).

Gambar 33. Tyto alba


Burung Pencari Makan di Udara (Aerial Feeders)
Kemampuan terbang adalah ciri khas burung,namun hanya sedikit diantaranya yang mencari
makan sambil terbang, meskipun mereka dapat menangkap mangsa pada sayapnya. Beberapa
diantaranya,burung pemakan lebah dan burung penangkap lalat menangkap makanan dengan
cara terbang yang khusus. Dalam bagian ini famili utama dalam dua ordo Apodiformes dan
Caprimulgiformes, terdiri atas burung-burung yang mencari makan sambil terbang, Ordo yang
pertama siang hari sedangkan ordo yang ke dua pada malam hari.
 Ordo Apodiformes
Burung berukuran kecil, tubuh bulat, kepala besar, leher pendek, bentuk paruh
meruncing tipe pemakan serangga dan madu, sayap panjang meruncing, ekor pendek,
kaki pendek, pada kelompok wallet kaki bertipe pamprodactyl. Warna bulu pada bagian
dada dan perut cerah, punggung dan sayap warna mgelap mengkilap. Sering ditemukan
melayang-layang di udara terbang akrobatik. Contoh spesies: Collocalia vanikorensis
(Walet polos).

Gambar 34. Collocalia vanikorensis


 Ordo Caprimulgiformes
Ordo caprimulgiformes merupakan kelompok burung cabak dan paruh kodok dengan
kepala besar dan berleher pendek. Ordo Caprimulgiformes adalah kelompok burung
dengan ciri-ciri memiliki paruh dengan ukuran kecil dan lunak; bentuk mulut lebar, tepi
paruh di bagian atas ditutupi dengan bulu-bulu peraba yang berbentuk seperti rambut-
rambut kaki; bulu-bulunya halus; ukuran kaki kecil dan lunak; aktif di malam hari
(nocturnal); pemakan serangga (insektivora). Contoh spesies: Btrachostomus stellatus
(Paruh Kodok Bintang), Eurostopodus mystacalis (Taktarau Kumis), dan Caprimulgus
indicus (Cabak Kelabu).

Gambar 35. Caprimulgus indicus


CLASS
MAMALIA
BAB IV

MAMALIA

A. Pengertian Mamalia

Mamalia atau binatang menyusui ialah berada dalam kelas hewan vertebrata
yang secara utama dicirikan dengan adanya suatu kelenjar susu, yang berada pada
betina , mamalia tersebut menghasilkan susu ialah sebagai sumber makanan anaknya.
Otak pada mamalia tersebut mengatur suatu sistem peredaran darah, termasuk pada
jantung yang beruang 4(empat). Mamalia tersebut terdiri lebih dari 5.000 genus (jenis),
yang tersebar dalam 425 keluarga dan juga hingga pada 46 ordo, meskipun begitu hal
tersebut tergantung dari klasifikasi ilmiah yang dipakai.

B. Karakteristik Umum Mamalia

Mamalia memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Kelenjar susu
Kelenjar susu pada mamalia sama dengan manusia, yang mana ketika nipledihisap,
akan terjadi peransangan terhadap susu yang terletak didalam payudara mamalia yang
mana akan terjadi kontraksi sel epitel otot. Hormon yang berpengaruh terhadap proses
ini adalah oksitosin.
2. Rambut
Mamalia memiliki rambut yang menutupi tubuhnya.
3. Paru-paru
Mamalia bernafas dengan paru-paru. Oksigen yang dihirup akan sampai ke paru-paru
kemudian diedarkan ke seluruh jaringan dan sel di seluruh tubuh.
4. Otot diafragma
Otot diafragma adalah otot yang terletak dibawah paru paru. Otot ini akan bergerak
ketika proses bernafas terjadi. Hal ini akan membantu paru paru untuk mengembang
sehingga oksigen masuk kedalam paru paru dalam jumlah yang cukup. Begitu juga
dengan pengeluaran karbondioksida.
5. Jantung beruang empat
Jantung pada mamalia terdiri atas dua bilik dan dua serambi. Ke empat ruang jantung
ini bekerja secara bersamaan dan continue untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh.

6. Suhu tubuh tetap


Suhu tubuh pada mamalia umumnya diatur oleh hipotalamus. Sebuah bagian kecil pada
otak yang berfungsi untuk mengatur suhu. Contohnya pada beruang kutub, mereka tetap
dapat bertahan dalam keadaan dingin dikarenakan suhu tubuhnya yang disesuaikan
secara otomatis.
7. Fertilisasi internal
Fertilisasi internal adalah pembuahan di dalam. Mamalia berkembang biak dengan cara
melahirkan.
8. Rangka
Mamalia memiliki rangka pembentuk tubuh. Rangka tersebut terdiri dari otot dan
tulang. Tulang ini juga berfungsi sebagai pelindung organ-organ penting yang terdapat
di dalam tubuh mamalia.

C. Klasifikasi Mamalia

Mamalia di bagi menjadi 18 ordo, yaitu :

1. Ordo Marsupialia (mamalia berkantung)

ORDO MARSUPIALIA

Ciri-ciri :

a) Kantung (marsupium) ini umumnya dijumpai pada hewan betina di bagian ventral
tubuh (Ventral berarti perut. Istilah ini dipakai untuk menyatakan sisi depan/perut dari
suatu bagian tubuh, atau sisi yang lebih jauh dengan poros (axis) atau lipatan marsupial
di sekeliling puting susu pada abdomen.Kantung tersebut merupakan tempat yang
sangat dekat dengan puting susu induknya

b) Umumnya ordo ini tidak memiliki plasenta sehingga telurnya dibuahi secara internal
dan mulai berkembang di dalam uterus. Selanjutnya anak-anaknya akan dilahirkan
dalam keadaan prematur yang kemudian bergerak perlahan-lahan atau merambat ke
kantung marsupium.
Ciri khasnya yaitu pada mamalia betina memiliki kantung dibagian depannya.

Contohnya seperti kanguru (Macropus sp) , kuskus, dan koala.

2. Ordo insektivora

ORDO INSEKTIVORA

Ciri- ciri :

1. Biasanya kecil

2. Rostrum biasanya panjang dan meruncing

3. Pentadactyl (dengan lima jari)

4. Jari pertama tidak dapat diopposisi

5. Gigi runcing

6. Pemakan serangga, tunas, biji-bjian, dan cacing

Ciri khusus ordo ini adalah hewan yang suka memakan serangga, cacing, dan biji-bijian.
Hewan ini memiliki mata yang tertutup dan cakar yang besar dan telapak kaki depan lebih
lebar. Contohnya seperti tikus tanah.

3. Ordo dermoptera

ORDO DERMOPTERA

Ciri ordo ini adalah ia dapat terbang karena empat kaki yang ia miliki membentuk
parasut berbulu.
4. Ordo chiroptera

Salah satu contoh species dari ordo ini yaitu kelelawar dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a) Kelelawar adalah Mamalia yang dapat terbang, dan biasanya tinggal di gua-gua
atau pepohonan yang tinggi
b) Makanannya adalah buah-buahan, tetapi ada juga kelompok Kelelawar yang
memakan serangga dan menghisap madu
c) Untuk mendapatkan makanan kelelawar dilengkapi dengan sepasang sayap yang
fleksibel dan menyatu dengan kedua pasang kakainya.
d) Sayap yang dimiliki kelelawar sangat lentur, seperti kulit kelelawar itu sendiri
dan membentang diantara tulang-tulang jari kakinya sampai ke bagian
lengannya.
e) Pada bagian ibu jari dari kaki-kaki kelelawar terdapat cakar yang berfungsi
untuk mendaki dibebatuan gua dan bergelantungan di pohon.

ORDO CHIROPTERA

5. Ordo primata

Salah satu contoh species dari ordo ini yaitu simpanse dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Simpanse (sering disingkat dalam Bahasa Inggris, chimp) adalah nama umum
dari 2 spesies kera dalam genus Pan. Simpanse adalah hewan yang sering
ditemui di hutan tropis

b. Biasanya kulitnya berwarna hitam kecoklatan, dan berbulu hitam

c. Simpanse yang paling dikenal adalah dari golongan Pan troglodytes, yang habitat
terbanyaknya adalah di daerah Afrika Barat, dan Afrika Tengah.

6. Ordo rodentia

Ciri-ciri :

• Berukuran kecil sampai besar

• Kaki dengan 5 jari

• Terdapat sebuah gigi seri atas yang besar

• Terkorak daerah wajah tidak berlubang-lubang, dan tidak terdapat keping


postorbital.

Salah satu contoh species dari ordo ini yaitu tikus rumah dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Warnanya biasanya hitam atau coklat terang, meskipun sekarang ada yang dibiakkan
dengan warna putih atau loreng

b. Ukurannya biasanya 15-20 cm dengan ekor ± 20cm

c. Hewan ini nokturnal dan pemakan segala, namun menyukai bulir-bulir

d. Betinanya mampu beranak kapan saja, dengan anak 3-10 ekor/kelahiran

e. Umurnya mencapai 2-3 tahun dan menyukai hidup berkelompok

Ciri khususnya adalah tidak memiliki gigi taring untuk mengoyak makanan. Ia dapat hidup di
segala habitat.
7. Ordo Carnivora

Ciri-ciri :

a) Berukuran kecil sampai besar

b) Kakinya mempunyai 4 atau 5 jari yang bercakar melengkung dan tajam

c) Mempunyai gigi seri tiga buah, terkorak kuat dengan kranium yang membulat, dan
tidak terdapat lempeng postorbital.

Salah satu contoh species dari ordo ini yaitu beruang kutub dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Pada kulit tertutup lemak dan rambut putih

b. Jantan memiliki fisik yang lebih besar dibanding betina

c. Moncongnya berwarna hitam, dan telapak kakinya berwarna coklat

8. Ordo Lagomorpha

Ciri-ciri :

1. Seperti rodentia tetapi gigi serinya 4 atau lebih

2. gigi molare dapat tumbuh terus

3. ekor pendek, kuat dan dapat digerakkan


Salah satu contoh species dari ordo ini yaitu kelinci sumatra (Nesolagus netscheri) dengan ciri-
ciri sebagai berikut :

a. Berukuran sekitar 40 cm

b. Kelinci Sumatra memiliki garis-garis kecoklatan, dengan ekor berwarna merah, dan bawah
perutnya berwarna putih

c. Biasanya tinggal di hutan dengan ketinggian 600-1400 meter dari permukaan laut

d. Merupakan hewan nokturnal, dengan menempati bekas atau liang hewan lain

e. Makanannya adalah pucuk daun muda dan tanaman yang berukuran pendek, namun kelinci
hutan yang ditangkarkan memakan biji-bijian dan buah-buahan.

9. Ordo cetacea

ORDO CETACEA

Ciri-ciri :

1. Mirip sirenia

2. tidak ada daun telinga, tidak ada rambut, tidak ada kelenjar-kelenjar di kulit

3. Tidak ada tungkai belakang, tungkai depan disebut flipper seperti dayung

4. Bentuk gigi semua sama dan tidak berlapisan email, atau tidak bergigi

5. Jari lebih dari lima

6. Hidup di laut atau air tawar

7. lambung terbagi menjadi 4.

Salah satu contoh species dari ordo ini yaitu paus biru (Balaenoptera musculus) dengan
ciri-ciri :

a. Bernapas dengan paru-paru

b. binatang ini memiliki ekor mendatar sehingga mudah muncul dipermukaan


c. Sering memancarkan air yang berasal dari dua lubang hidungnya. lubang hidung itu
digunakan paus untuk bernapas

d. Pada saat di air luang hidung tersebut tertutup oleh katup supaya tidak kemasukan air

10. Ordo proboscidea

ORDO PROBOSCIDEA

Ciri-ciri :

• Tubuh besar, mempunyai proboscis dengan dua lubang hidung, dapat untuk memegang

• Kepala besar, leher pendek, telinga lebar, gigi seri atas dua buah yang tumbuh panjang,
kaki lurus seperti tiang.

Salah satu contoh species dari ordo ini yaitu gajah sumatra dengan ciri-ciri sbb :

a. Gajah sumatera secara umum mempunyai ciri badan lebih gemuk dan lebar. Pada ujung
belalai memiliki satu bibir

b. Berbeda dengan Gajah Afrika, Gajah Sumatera memiliki 5 kuku pada kaki depan dan 4
kuku di kaki belakang

c. Berat gajah sumatera dewasa mencapai 3.500-5000 kilogram, lebih kecil dari Gajah
Afrika

d. Rata-rata Gajah Sumatera dewasa dalam sehari membutuhkan makanan hingga 150
kilogram dan 180 liter air.
11. Ordo Artiodactyla

ORDO ARTIODACTYLA

Ciri khusunya adalah memiliki jari kaki berjumlah genap.

Ciri – ciri :

1. Digolongkan menjadi ruminansia dan non-ruminansia

2. Ruminansia mamalia memamah biak, kaki panjang, berjari genap, bertanduk, tidak
bertaring, lambung terbagi 4 kompartemen.
Non-ruminanasia, mamalia tidak memamah biak, lambung tidak terbagi 4
kompartemen, bertaring, tidak bertanduk.

Salah satu contoh species dari ordo ini yaitu kambing dengan ciri-ciri sbb :

a. Kambing ternak (Capra aegagrus hircus) adalah subspesies kambing liar yang secara
alami tersebar di Asia Barat Daya (daerah "Bulan sabit yang subur" dan Turki) dan Eropa.

b. Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang

c. Kambing liar jantan maupun betina memiliki tanduk sepasang, namun tanduk pada
kambing jantan lebih besar

d. Umumnya, kambing mempunyai jenggot, dahi cembung, ekor agak ke atas, dan
kebanyakan berbulu lurus dan kasar

12. Ordo Sirenia


Ciri-ciri :

1. Mirip cetacea

2. tidak ada daun telinga

3. tidak ada tungkai belakang. Tungkai depan seperti dayung, kulit tebal sedikit rambut

4. hidup di laut atau di air tawar.

Salah satu contoh species dari ordo ini yaitu sapi laut (Hydodamalis gigas) dengan ciri-ciri
sebagai berikut :

a. Tubuh lebih membulat dibandingkan duyung

b. bulu pada manatees lebih tebal dibandingkan duyung

c. Pada moncong tumbuh rambut atau seperti kumis putih

d. Sapi laut biasanya suka hidup di perairan dangkal dekat pantai

e. Ukuran tubuhnya bisa sepanjang 7,6 meter

13. Ordo Dermoptera (mamalia bersayap kulit)

Ciri-ciri :

• Berukuran kecil sampai medium

• Kaki-kakinya menyokong satu lipatan otot yang melebar di daerah lateral diantara kaki
muka dan kaki belakang dari leher sampai ekor

• Giginya mempunyai puncak yang tajam, tengkorak lebar dan gepeng, terdapat sebuah
postorbital bar yang tidak sempurna, tulang lachrymal tidak melebar samapi ke muka,
tidak terdapat taju paroksiputal, dan hanya terdapat di asia tenggara.
14. Ordo Pecora

Ciri – ciri :

1. Kebanyakan tidak memiliki taring atas

2. Jari kaki sebelah luar bentuknya kecil, kadang-kadang ada sisa cakar

3. Perut besar ada 4 ruangan dan kompleks

4. Kebanyakan bertanduk, terutama pada jantannya

15. Ordo Herbivora

Ciri – ciri :

• Merupakan hewan pemakan tumbuh-tumbuhan

• Memiliki gigi geraham yang besar

• Tidak memiliki gigi taring

• Mempunyai kadara alir ludah yang bersifat basa namun bukan asam air ludah yang
biasa dimiliki hewan karnivora

• Air liurnya bersiafat basa yang dapat menghambat dan memperlambat proses
pencernaan bagian bawah agar enzim cerna selalu dalam konsisi normal, hal ini sama
seperti yang ada pada manusia.

• Kebanyakan adalah mangsa hewan karnivora


16. Ordo Omnivora

Ciri – ciri :

• Merupakan hewan pemakan tumbuhan dan hewan lain

• Memiliki gigi geraham

• Memiliki gigi seri yang relatif tajam sehingga dapat mengotyak daaging dengan mudah

• Gigi tajam terletak didepan yang berguna untuk melahap dan menyantap mangsa

• Gigi yang datar ada dibelakang berguna untuk mengunyah dan menghancurkan
makanan.

• Memiliki taring dari yang semi tajam hingga sangat tajam

17. Ordo Turbulidentata

Ciri-ciri :

1. Telinga dan moncong panjang

2. Mulut turbular

3. Gigi susu banyak

4. Gigi permanen jarang (tidak mempunyai gigi seri dan taring)

5. Gigi tidak berakar dan beremail.

Contoh dari ordo ini adalah Orycteropus afer


18. Ordo Monotremata (mamalia berparuh dan berkloaka)

Ciri-ciri

1. Gigi hanya ada sebelum dewasa

2. Berparuh

3. Bertelur

4. Mengeram

5. Tubuh berambut

6. Tidak mempunyai daun telinga (auricula atau pinnae)

7. Hewan jantan memiliki taji (berhubungan dengan kelenjar racun). Penis hanya satu
lewat sperma (urin tidak), testis dalam abdomen. Oviduk bermuara kedalam kloaka,
ekor pipih

8. Hewan betina tidak beruterus dan tidak bervagina, tanpa puting susu tetapi menyusui
anaknya. Pemakan invertebrata yang hidup air.

Salah satu contoh species dari ordo ini yaitu platipus dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Tubuh platipus ditutupi bulu berwarna coklat yang menjaga agar tubuhnya tetap hangat

b.Kakinya berselaput seperti bebek

c. Memiliki paruh seperti bebek yang digunakan sebagai organ sensor

d. Berat platipus berkisar antara di bawah 1 kg sampai dengan lebih dari 2 kg.

e. Panjang tubuhnya sekitar 30-40 cm dan panjang ekornya sekitar 10-15 cm (jantan) dan 8-
13 cm (betina)
f. Platipus jantan lebih besar hingga 3x betinanya. Pada kulit tertutup rambut halus, yang
terdiri dari dua rambut, yaitu rambut panjang dan rambut pendek. Fungsi rambut pendek
berfungsi untuk melindungi kulit agar tidak basah

g. Bereproduksi secara ovipar

D. STRUKTUR TUBUH MAMALIA


Struktur atau anatomi pada mamalia umumnya sama dengan anatomi manusia. Begitu
juga dengan fungsi fisiologis tubuhnya. Struktur mamalia terdiri dari caput (kepala),
cervical (leher), corpus (badan), cauda (ekor).
1. Kepala
Kepala pada mamalia terbentuk oleh tulang tengkorak. Pada kepala terdapat banyak organ
pengindera seperti mata, telinga, hidung, dan lidah. Organ pengindera ini berhubungan
langsung dengan otak. Yang mana terdapat sinyal sensoris (perasa) dari organ ke otak, dan
sinyal motoris (pergerakan) dari otak ke organ.

2. Leher
Leher adalah tempat berlalunya saluran pernafasan, yaitu disebut dengan trakea. Trakea
hanya tempat berlalu udara yang berawal dari hidung hingga sampai ke paru-paru
nantinya. Di leher juga terdapat tempat berlalunya makanan yang disebut dengan esofagus.
Esofagus akan bermuara ke dalam lambung untuk penyaluran makanan.
Di bagian belakang tulang leher merupakan tempat berlalunya saraf saraf penting. saraf ini
akan mempersarafi otot-otot pernafasan, sehingga ketika terjadinya gangguan pada tulang
belakang di leher, seseorang dapat meninggal diakibatkan oleh terjadinya gangguan pada
saraf pernafasannya.
3. Badan
Corpus mamalia terdapat organ organ penting seperti paru-paru, jantung, lambung, ginjal,
juga glandula mammae yaitu tempat mamalia menyusui. Corpus mamalia dibentuk oleh
tulang rusuk yang juga melindungi organ-organ penting di dalamnya. Ketika mamalia
mengalami fertilisasi internal dan kemudian hamil. Uterus (rahim) yang berisi calon bayi
akan memenuhi lebih dari setengah luas corpusnya.
4. Ekor
Struktur pembentuk tubuh mamalia lainnya adalah ekor. Pada mamalia yang memiliki
dua kaki, biasanya hanya terdapat tulang ekor. Akan tetapi pada mamalia yang memiliki
empat kaki, ekor akan tampak nyata seperti pada kuda, kucing, dan harimau.
D. SISTEM ORGAN MAMALIA
1. Sistem pencernaan
Terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan dimulai dari
rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan yang
terakhir adalah anus.
Kelenjar pencernaan adalah organ yang mempermudah proses pencernaan. Contohnya
seperti hati yang menghasilkan enzim yang menghasilkan asam empedu, kemudian di
alirkan ke kantong empedu. Asam empedu ini akan membantu pencernaan lemak.
Kelenjar saliva akan menghasilkan enzim amilase yang membuat karbohidrat yang
di konsumsi akan terurai menjadi. Dilambung juga terdapat larutan asam yang berfungsi
untuk melarutkan makanan yang masuk, juga sebagai pertahanan tubuh ketika terdapat
mikroorganisme atau benda asing penyebab infeksi di dalam makanan.
2. Sistem Ekskresi
Sistem pengeluaran ini di atur oleh ginjal, yang fungsinya mengatur keseimbangan
cairan dan elektrolit. Yang mana ketika air masuk kedalam tubuh, ginjal akan
menyaringnya, kemudian mengalirkannya bersama zat-zat pembuangan lainnya seperti
urea melewati ureter, kemudian tersimpan sementara di vesica urinaria. Kemudian
ketika seseorang berkemih, vesica urinaria akan terbuka dan air di dalam nya mengalir
ke dalam saluran uretra yang pada akhirnya air seni tersebut keluar dari tubuh.
3. Sistem pernafasan
Saluran pernafasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiulus, dan
yang terakhir adalah alveolus. Di dalam saluran pernafasan ini terdapat mekanisme
pertahanan tubuh yang mana ketika masuk mikroorganisme maupun benda asing yang
melewati saluran ini, akan terjadi nya reflex dari tubuh untuk mengeluarkannya, seperti
bersin dan batuk.
Oksigen yang dihirup akan sampai pada paru-paru kemudian dibawa oleh hemoglobin di
dalam darah hingga sampai ke seluruh sel dan organ ditubuh. Kemudian karbon
dioksida dibawa kembali melalui darah dan sampai di paru-paru. Pada akhirnya juga
akan dikeluarkan dari tubuh melalui hidung.
4. Sistem peredaran darah
Darah akan dipompa oleh jantung. Jantung pada mamalia memiliki empat ruang, yaitu
atrium kanan dan kiri, dan ventrikel kanan dan kiri. Darah miskin oksigen masuk
melalui vena kedalam atrium kanan, kemudian dilanjutkan ke dalam ventrikel kanan.
Ventrikel kanan memompa darah tersebut sampai ke paru-paru, sehingga darah
tersebutn yang mengandung hemoglobin didalamnya dapat membawa oksigen sampai
di seluruh tubuh. Kemudian darah tersebut masuk ke atrium kiri, kemudian ke ventrikel
kiri, dan darah tersebut keluar dari aorta (arteri terbesar) dan dialirkan ke seluruh tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Addaha, H., Tjong, D. H., & Novarino, W. (2014). Variasi Morfologi Katak Pohon Bergaris
Polypedates leucomystax Gravenhorst, 1829 (Anura; Rhacophoridae) di Sumatera
Barat. Natural Science: Journal of Science and Technology, 4(3).
Alfina Andani, Titin Herawati, Zahidah, dan Herman Hamdani. (2017). IDENTIFIKASI DAN
INVENTARISASI IKAN YANG DAPAT BERADAPTASI DI WADUK JATIGEDE
PADA TAHAP INUNDASI AWAL. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol VIII. No 2
Air, U. B. (2015). Morfologi Anatomi dan Histologi. Jurnal Veteriner Juni, 16(2), 152-158.
Aksarina, R dkk (2018) Struktur Morfologi dan Anatomi Burung Endemik Sulawesi Cabai
Panggul-Kelabu (Dicaceum celebicum muller). Journal of Science and Technology.
Vol.7(2)
Ambeng, Alex pallingi, A. Pawelloi, dan Yasir Yasnidar. (2002). Anatomi Perbandingan
Hewan Vertebrata. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Arief, A. (2005). Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta: Kanisius.
Arif, A. R. E. dkk (2016) Diversitas Aves Diurnal di Agroforestry, Hutan Sekunder, dan
Pemukiman Masyarakat sekitar Rowo Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi.Jurnal
Biotropika.Vol. 4(2),46-59
Arifin, O. Z., & Kurniasih, T. (2016). Karakterisasi morfologi keturunan pertama ikan Nila
(Oreochromis niloticus) GET dan GIFT berdasarkan metode truss
morphometrics. Jurnal Riset Akuakultur, 2(3), 373-383.
Aust, Patrick W. (2016). Asian snake farms: conservation curse or sustainable
Bratowidjoyo, Mukayat Djarubito. (1994). Zoologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Campbell, Neil A, Jane B. Reece, Lisa A. Urry, Michael L. Chain, Steven A. Wasserman, Peter
V. Minorsky, Robert B. Jackson. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2.Jakarta:
Erlangga.

Campbell. (2003). Biologi Edisi kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Dahrun, M et al (2019) Karakteristik Gaya Aerodinamika Pada Burung Merpati (Columba


livia).Pharmacon. Vol. 8(3), 266-272
Djarubito, Mukayat. (1989). Zoologi Dasar. Jakarta; Erlangga

Djuhanda, T. 1982. Anatomi dari empat Hewan Vertebrata. Armico : Bandung.


Djuhanda, Tatang. (1984). Analisa Struktur Vertebrata Jilid 2. Bandung: Armico.
Duellman, W. E. and L. Trueb. 1986. Biology of Amphibians. McGraw – Hill Book Company.
New York. enterprise?. Fauna & Flora International. Vol 51 (3). Hal: 498-505
Eddy, Y. (2012). Biodiversitas Jenis Cetacean di Perairan Lamalera, Kupang, Nusa Tenggara
Timur (Biodiversity of Cetacean at the Waters of Lamalera, Kupang, East Nusa
Tenggara). ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences, 17(2), 59-63.

Fatiqin, Awalul. 2014. Kelas Amphibi. Bahan Ajar: Palembang.


Fujaya. (1999). Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Haryono, T. (2009). Taksonomi Hewan II. Surabaya: FMIPA Jurusan Biologi..

Inger RF, Stuebing RB. 1997. A Field Guide to the Frogs of Borneo. Sabah:Natural History.

Iskandar, D.T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali – Seri Panduan Lapangan. Puslitbang LIPI: Bogor.
Ismawati. (2008). Biologi. Solo: Bumi Aksara

Jasin, Maskoeri. (1984). Zoologi Vertebrata. Surabaya; Wijaya utama

Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Sinar Wijaya:
Surabaya.

Kastowo, H. ( 1984 ). Anatomi Komparativa. Bandung : Alumi.

Kimball, J,W. 1999. Biologi edisi kelima jilid 3. Erlangga. Jakarta.

Kimball, Jhon W., Siti Tjitrosomo, dan Nawangsari Sugiri. (2009). Biologi Jilid 3 edisi ke 5.
Jakarta; Erlangga

Kindersley, D. (2010). Ensiklopedia Fauna. Jakarta: Erlangga.

Kusuma, K.I., Eprilurahman, R. & G. Vogel. 2010.First record of Xenochrophis melanzostus


(Gravenhorst, 1807) on Bali Island, Indonesia. Hamadryad 35(1): 113-115.

Lowe, Nancy. 2011. diakses dari http://www.discoverlife.org pada tanggal 18 September 2013
pukul 09.00 WIB.
MacKinnon, J. (2010). Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor:
Burung Indonesia.
Mahardono, A. 1980. Anatomi Katak. Intermasa: Jakarta.
Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amfibi Kawasan Ekosistem Leuser. The Gibbon
Putra, Kharisma, dkk. 2012. Komunitas Anura (Amphibia) pada Tiga Tipe Habitat Perairan di
Kawasan Hutan Harapan Jambi.Jurnal Biologi Universitas Andalas vol. 1(2) hal 156-
165.
Rachmatika, I., & Wahyudewantoro, G. (2017). Jenis-jenis Ikan Introduksi Di Perairan Tawar
Jawa Barat Dan Banten: Catatan Tentang Taksonomi Dan Distribusinya [Introduced
Fishes to Inland Waters in West Java and Banten: Some Notes on Its Taxonomic and
Distribution]. Jurnal Iktiologi Indonesia, 6(2), 93-97.
Radiopoetro. (1977). Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Sari, M. D. P. (2018). Karakteristik Morfologis dan Histologis Saluran Pencernaan Kelelawar
Pemakan Buah (Cynopterus brachyotis). CELEBES BIODIVERSITAS, 2(1), 14-24.
Soesono, R, dkk. 1968. Diktat Asistensi Preparat. UGM : Yogyakarta.
Sukiya. (2003). Biologi Vertebrata. Yogyakarta : Jurusan Biologi FMPA UNY
Ville. (1988). Zoologi Umum Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai