Buku KKV Fix
Buku KKV Fix
PROSTOSTOMIA
BAB I
PERKEMBANGAN PROSTOSTOMIA DAN DEUTEROSTOMIA
Kelompok hewan yang dikenal sebagai triploblastik yang memiliki tiga lapisan (ektoderm,
mesoderm dan endoderm), memiliki pembagian antara deuterostoma dan protostomes.
1
Pembagian ini didasarkan jenis keterbukaan yang disebabkan oleh struktur yang disebut
blastopori tersebut. Blastopori ini yang adalah fase pembukaan gastrula berkomunikasi antara
archenteron (usus primitif) dan lingkungan eksternal.
Protostomia (dari Yunani: mulut pertama) adalah salah satu klad hewan. Bersama
deuterostomia dan beberapa filum kecil, protostomia membentuk Bilateria, yang terutama terdiri
atas binatang dengan simetri bilateral dan tiga lapisan nutfah. Deuterostoma (istilah taksonomi:
Deuterostomia; dari bahasa Yunani: "mulut kedua") adalah superfilum dari hewan . subtaxon dari
Bilateria cabang subregnum Eumetazoa .Deuterostoma juga dikenal sebagai enterocoelomates
karena mereka coelom berkembang melalui enterocoely. Perbedaan utama antara deuterostomia
dan protostomia terletak pada perkembangan embrio.
Protostomia/ protostoma adalah kelompok utama hewan yang pada perkembangan embrio-
nya, pembukaan pertama pada embrio menjadi mulut sementara pada kelompok lain
Deuterostomia/Deuterostoma, pembukaan pertama ini akan menjadi anus. Pada tahap
perkembangan ini, pengkhususan selanjutnya dari setiap sel embrio yang ada (akan menjadi apa)
telah ditentukan.
Beberapa karakteristik protostomes/ protostomia :
1. blastopori menimbulkan mulut masa depan dan anus
2. embrio dengan pembelahan spiral
3. coelom yang muncul langsung dari mesoderm
Beberapa karakteristik deuterostoma/ deuterostomia :
1. blastopori menimbulkan hanya untuk anus masa depan
2. embrio dengan belahan dada tegak lurus
3. coelom ini berasal dari sebuah invaginasi dari mesoderm selama gastrulasi
Ada perbedaan signifikan lain antara pola perkembangan protostomia dengan
deuterostomia yaitu kebanyakan protostomia merupakan schizocoelomata, yang berarti suatu
massa solid dari mesoderm embrionik terbagi kemudian membentuk coelom. Beberapa, seperti
Priapulida, tidak mempunyai coelom, tetapi mereka mungkin diturunkan dari moyang
schizocoelomata. Di pihak lain semua deuterostomia yang dikenal adalah enterocoeli, yang
artinya coelom terbentuk dari kantung melintang dari arkenteron yang kemudian menjadi rongga
terpisah. Di dalam protostomia, sejumlah filum mengalami apa yang disebut pembelahan spiral
(spiral cleavage) yang bersifat menentukan, yaitu akan jadi apa sel-sel nantinya ditentukan saat
mereka terbentuk. Hal ini kontras dengan deuterostomia yang memiliki pembelahan radial yang
bersifat tidak menentukan.
2
Gambar 1. Perbedaan protostomia dan deuterostomia.
3
Ada beberapa Filum dari protostomes adalah:
1. Rotifera, Acanthocephala, Cycliophora, Gastrotricha, Gnathostomulida,
2. Platyhelminthes, Entoprocta, Mollusca, Sipunculida, Brachiopoda, Phoronida,
3. Ectoprocta, Nemertea, Annelida, Priapulida, Kinorhyncha, Loricifera, Nematomorpha,
4. Nematoda, Chaetognatha, Tardigrada, Onychophora, Arthropoda.
Hubungan dalam Deuterostomia misalnya mengenai jajaran yang lengkap dari 28 spesies
deuterostomia dan 5 outgroup taksa terkandung 2,161 situs termasuk dengan kesenjangan atau
1,472 situs setelah semua situs dengan kesenjangan di setiap takson dihapus. Hasil awal dengan
seluruh data set 28 deuterostomia taksa dengan menggunakan MP, ME, dan NJ analisis yang
campuran. Di dalam hampir semua analisis, masing-masing deuterostomia empat taksa
(Echinodermata, hemichordates, urochordates, vertebrata 1 cephalochordates) yang didukung
dengan baik monofiletik kelompok-kelompok. Dalam beberapa kasus, hemichordates dan
Echinodermata dikelompokkan bersama-sama, tetapi Chordata dan urochordates jarang
dikelompokkan bersama. Pengujian alternatif MP dan saya topologi dengan menggunakan
MACCLADE mengungkapkan bahwa ada hamper tidak ada perbedaan dalam panjang pohon
dengan berbeda topologi pengaturan taksa utama empat (data tidak ditampilkan). Analisa empat
cluster mengungkapkan cabang panjang dari internal node untuk setiap deuterostomia takson.
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penggantian per situs bervariasi antara taksa deuterostomia
yang berbeda yang digunakan dalam kajian ini. Dukungan bootstrap kunci node filogenetik
dihasilkan dengan deuterostomia berbeda. Seperti dalam jajaran yang lengkap, masing-masing
dari empat utama deuterostomia taksa (Echinodermata, hemichordates, urochordates, vertebrata
1 cephalochordates) umumnya baik didukung kelompok-kelompok yang monofiletik, meskipun
topologi antara empat kelompok bervariasi. Ada sangat sedikit dukungan untuk kelompok
hubungan antara Chordata dan urochordates.
4
seperti yang ditampilkan dalam Fig. 2 adalah yang pertama molekul studi untuk menetapkan
dengan jelas kekerabatan evolusi di antara semua empat kelompok utama dari deuterostomia.
Kami menemukan Vertebrata monofiletik dan adik klad untuk Cephalochordata, sebagai
disarankan oleh penelitian sebelumnya. Urochordata monofiletik sebagai ditunjukkan
sebelumnya dan bentuk adik kelompok Vertebrata 1 Cephalochordata. Adik hubungan antara
urochordates dan vertebrata 1 cephalochordates didukung oleh morfologi bukti. Kehadiran
Notokorda menyatukan urochordates, cephalochordates, dan vertebrata, meskipun beberapa
penulis membedakan Notokorda dari cephalochordates vertebrata 1 dari urochord urochordates.
Karakter yang set vertebrates1cephalochordates dari urochordates yang keberadaan myotomes di
vertebrata 1 cephalochordates dan kehadiran tunik di urochordates.
Urochordates dianggap anggota Chordata karena Berudu larva pameran rencana tubuh
untuk mencakup semua Chordata. Namun, perbedaan pada tubuh orang dewasa rencana dan
sejarah hidup urochordates dibandingkan dengan vertebrates1cephalochordates membenarkan
Urgent penyertaan dari urochordates dalam filum Chordata meskipun kehadiran dari Notokorda.
Fitur mencakup ascidian berudu larva berkembang selama Embriogenesis dari jalur morfologi
dan genetik yang mirip Chordata. Bukti filogenetik terkini dari 18S rDNA data menunjukkan
bahwa appendicularians, atau larvaceans, yang cenderung adik grup ke ascidian dan thaliacians.
Dalam hasil ini, urochordate leluhur mungkin telah baik pelagis atau sessile. Urochordate
dewasa berbeda dari segi morfologi dari vertebrata dan cephalochordates. Ascidian kedua sessile
dan tunicata pelagis mengandung karakteristik ekstraseluler mantel, atau tunik, yang melindungi
orang dewasa. Ada juga perbedaan mendasar dalam ciri-ciri sejarah hidup antara urochordates
dan Chordata lainnya. Vertebrata dan cephalochordates organisme soliter dan seksual, sedangkan
urochordates telah berevolusi gaya kolonial beberapa kali independen. Semua kolonial
urochordates juga dapat mereproduksi asexually dengan pemula atau dapat mereproduksi
seksual. Meskipun ini umum di urochordates, itu hampir absen dari Chordata lainnya. Ini bukti
morfologi dan ekologi, coupledwith kami molekuler hasil, menunjukkan bahwa Urochordata
harus dipertimbangkan filum independen yang adalah adik kelompok Vertebrata 1
Cephalochordata. Nama filum Chordata harus dibatasi untuk Cephalochordata 1 Vertebrata, dan
Urochordata harus mengangkat filum status. Studi ini menemukan dukungan kuat untuk
hemichordate kemonofiletikan dan untuk biografi tokoh Indonesia 1 klad hemichordate. Biografi
tokoh Indonesia 1 klad hemichordate, diperoleh dengan data molekuler di sini dan di tempat lain,
juga sangat didukung oleh larva morfologi bukti. Selama bertahun-tahun enteropneust tornaria
dianggap larva biografi tokoh Indonesia, khususnya an jamur dari holothoroid atau bipinnaria
5
dari sebuah asteroid. Besar larva agar-agar berbagi sebuah band makan preoral yang
menciptakan Hulu makan saat ini dengan menggunakan sel-sel monociliated dan sebuah perioral
bersilia band yang memanipulasi makanan masuk ke kerongkongan. Kantung coelomic tiga di
hemichordates dan Echinodermata adalah kedua diselenggarakan anterior posterior sebagai
protocoel (biografi tokoh Indonesia axocoel), mesocoels (biografi tokoh Indonesia hydrocoels),
dan metacoels (biografi tokoh Indonesia somatocoels). Untuk perbandingan luas biografi tokoh
Indonesia jamur untuk hemichordate tornaria melihat. Hubungan dalam Hemichordata. Semua
silsilah filogenetik menunjukkan dukungan kuat bagi kemonofiletikan hemichordates dalam
deuterostomia. Pterobranch Rhabdopleura normani 18S rDNA urutan lebih pendek daripada
urutan lengkap dekat yang digunakan di atas. Oleh karena itu, kami menggunakan alignment
terpotong dari semua hemichordate urutan, termasuk Rhabdopleura normani (645 situs, dengan
kesenjangan). Bercabang singkat biografi tokoh Indonesia Antedon serrata adalah digunakan
sebagai outgroup. Pohon-pohon yang dihasilkan dengan kumpulan data ini konsisten dengan
topologi hemichordate dihasilkan dari Analisis full-length urutan tanpa Rhabdopleura normani
(tidak ditampilkan). Panjang relatif cabang hemichordates bervariasi dari 0.2063 ke 0.0518
substitusi per situs. Tidak termasuk taksa dengan cabang panjang tidak praktis untuk ini Analisis
karena terbatasnya jumlah taksa sampel, dan pohon yang ditampilkan dalam Gambar 3
menunjukkan cabang-cabang yang ditarik ke skala untuk menekankan variasi dalam evolusi
tukar antara taksa. Cacing-cacing enteropneust secara konsisten membentuk dua clades, juga
dengan tinggi bootstrap dukungan. Ini dua clades sesuai untuk dua keluarga hemichordate, yang
besar dan kompleks cacing di Ptychoderidae dan relatif kecil dan sederhana Harrimaniidae.
Kami memperoleh beberapa taxa yang berbeda dari masing-masing Keluarga dalam upaya untuk
meningkatkan sinyal filogenetik. Anehnya, kelas kolonial Pterobranchia adalah saudari
kelompok untuk harrimaniid worms. Kolonial Pterobranchs mungkin telah berevolusi dari
Enteropneust-seperti Leluhur. Temuan paling mengejutkan dalam studi ini adalah
dimasukkannya hemichordate kelas Pterobranchia dalam kelas Enteropneusta. Hipotesis berlaku
menyarankan bahwa pterobranchs yang baik deuterostomia basal atau plesiomorphic
hemichordates. Studi rDNA 18S ini menunjukkan bahwa pterobranchs mungkin diturunkan dari
dalam klad enteropneust. Ini adalah topologi hanya filogenetik pohon biografi tokoh Indonesia,
pterobranchs, enteropneusts, dan Chordata yang tidak disarankan oleh lain penulis tetapi juga
didukung oleh analisis bootstrap. Karena cabang panjang menuju pterobranch, kita tidak bisa
mengesampingkan kemungkinan bahwa posisi pterobranchs dalam enteropneusts adalah artefak
tingkat evolusi yang tidak seimbang. Namun, jika tarikan cabang panjang itu terjadi, satu akan
setiap cabang panjang yang mengarah ke pterobranchs telah tertarik pada cabang yang relatif
6
lama menuju outgroup daripada cabang-cabang pendek antara enteropneusts. Jika ini topologi
benar, pterobranchs mungkin telah berevolusi dari enteropneust-seperti leluhur. Ini soliter
kolonial ganti di gaya hidup, juga terlihat di urochordates, melibatkan dramatis penurunan
ukuran tubuh, interaksi individu, dan kemampuan untuk mereproduksi asexually serta sebagai
seksual. Enteropneust untuk pterobranch evolusi transisi mungkin menjadi jelas dengan
pemeriksaan dari berbagai morphologieswithin enteropneusts. Ptychoderidae (kelas
Enteropneusta) monofiletik dan membentuk Suster kelompok keluarga Harrimaniidae1class
Pterobranchia dalam analisis kami. Ptychoderids telah dipasangkan dorsolateral di pegunungan
batang anterior rumah gonad, kantung hepatik dan baik dikembangkan celah insang rangka Bar
dengan synapticles, atau mendukung cross Bar, yang menjalankan horisontal antara Bar primer
dan sekunder Bar. Ptychoderids adalah cacing besar, sampai beberapa kaki panjang, dan
biasanya berkembang melalui larva tornaria. Sebaliknya, keluarga Harrimaniidae berisi cacing
kecil, biasanya kurang dari 6 inci panjang, yang tidak memiliki kompleksitas morfologi
Ptychoderids dan memiliki hati tidak kantung dan tidak ada kelamin pegunungan atau
synapticles. Dalam harrimaniid cacing, perbandingan dari genus berbeda menunjukkan
kecenderungan evolusi yang umum dalam pengurangan ukuran tubuh dan lain-lain kemiripan
dengan pterobranchs. Sebagai contoh, harrimaniid remaja memiliki postanal ventral ekor, dan
dalam pterobranchs ini ekor membuat tangkai individu kolonial. Selain itu, pterobranchs adalah
filter pengumpan dan Harrimania spesies juga dapat memberi makan dengan menyaring air laut
(33). Pterobranchs kedua dan Stereobalanus (Harrimaniidae) memiliki dua daripada satu saluran
protoceol dan pori-pori. Pengurangan insang celah ini juga jelas, sebagai Stereobalanus dan
Cephalodiscus memiliki dua celah, sedangkan Rhabdopleura tidak ada. Harrimaniids dan
pterobranchs juga menunjukkan pengurangan dan hilangnya atria dan coelomic divertikula dan
pengurangan dalam jumlah dan ukuran gonad. Dalam setiap kasus, pterobranchs menunjukkan
yang paling ekstrim pengurangan dalam ukuran dan kompleksitas. Sebagai contoh,
Cephalodiscus dan Rhabdopleura merenung dua dan satu embrio, masing-masing. hasil ini
menunjukkan bahwa komparatif studi antara genera harrimaniid (Saccoglossus, Harrimania,
Stereobalanus, Protoglossus) dapat memungkinkan lebih lanjut wawasan penyederhanaan
rencana tubuh enteropneust yang mungkin disertai evolusi.
7
Gambar 2. Pohon filogenetik deuterostomia ketika urutan TARIF evolusi yang serupa
yang dianalisis dengan GAMBIT. Kunci karakter yang dipetakan ke node lebih dalam.
Deuterostomia membentuk dua clades besar, salah satu yang mengandung hemichordates dan
Echinodermata dan yang lain terdiri dari urochordates dan Chordata (vertebrata dan
cephalochordates). Perbedaan utama dalam tubuh orang dewasa rencana antara Cephalochordata
1 Vertebrata (myotomes) dan Urochordata (tunik) ditandai. Hasil ini, dikombinasikan dengan
data morfologi, menyarankan bahwa Chordata harus dibatasi Cephalochordata 1 Vertebrata dan
Urochordata yang filum independen dan adik grup untuk Chordata. Perhatikan bahwa coelom
tripartate dari hemichordates dianggap homolog tiga pasang biografi tokoh Indonesia coeloms.
Ascidian berudu larva berkembang seperti mencakup embrio. Ini memiliki panjang
diakui bahwa ascidian berudu larva berkembang di serupa cara untuk mencakup semua Chordata
embrio. Notokorda adalah mesodermal jaringan yang membentuk oleh proses konvergensi dan
ekstensi. Selain itu, sel-sel Notokorda anggapan ascidian mengembangkan dan membedakan dari
cascade gen yang dimulai di seluruh mencakup embrio oleh faktor transkripsi t-kotak, brachyury
T. Gen ini dikenal sebagai penting dalam pengembangan Notokorda vertebrata maupun
cephalochordates. Notokorda adalah jaringan kunci dalam evolusi Chordata karena berfungsi
8
sebagai jaringan struktural di berudu larva dan juga sinyal untuk ectoderm atasnya itu untuk
berkembang menjadi tabung neural dorsal. Air terjun gen yang dibuat selama perkembangan
saraf di mencakup semua embrio telah Hebatnya dilestarikan. Kemampuan untuk klon homolog
gen dan memeriksa ekspresi mereka embrio di temporal dan cara spasial dalam filum berbeda
telah menyebabkan petunjuk tentang gen Cascades yang mungkin coopted beberapa kali selama
pengembangan. Penanda molekuler mencakup untuk jaringan Notokorda, saraf Jaringan, dan
celah faring memungkinkan pemeriksaan hemichordate embrio untuk ekspresi gen ini selama
pengembangan.
9
homolog. Namun, ekspresi brachyury T di larva enteropneust ternyata menjadi cerita yang lebih
rumit. Meskipun brachyury T diungkapkan secara eksklusif dalam silsilah Notokorda dalam
ascidian embrio, apabila diteliti di starfish dan enteropneust larva, ekspresi itu terlihat dalam
kantong coelomic dan posterior usus. Dalam landak laut, ada sebuah pola ekspresi yang bahkan
lebih turunan dalam sekunder mesenchyme. Hasil ini tidak mengesampingkan kemungkinan
bahwa enteropneust stomochord homolog urochordate Notokorda, karena gen hilir mungkin
diaktifkan oleh faktor transkripsi berbeda daripada brachyury T di larva hemichordate. Ini
menunjukkan bahwa lebih lanjut studi embrio pembangunan di hemichordates diperlukan untuk
membedakan struktur homolog dan nonhomologous pada larva dan orang dewasa.
Hemichordates kekurangan ekor postanal dorsal dan segmentasi sistem fungsional yang
besar, seperti otot dan saraf sistem, Karakteristik dari Chordata. Analisis rinci perkembangan
stomochord, dorsal saraf, dan faring dari enteropneust cacing dapat memungkinkan wawasan
tentang evolusi asal struktur ini. Jika fitur mencakup-seperti enteropneusts berasal dari andyor
perkembangan serupa molekuler jalur, maka struktur-struktur serupa adalah hasil dari Umum
asal-usul daripada konvergensi. Fungsional percobaan akan maka akan perlu untuk
membuktikan bahwa hemichordate perkembangan gen yang coopted untuk struktur yang
berbeda di Echinodermata dewasa dibandingkan dengan Chordata. Hasil filogenetik kami
menunjukkan bahwa pterobranch hemichordates mungkin telah diturunkan dalam enteropneusts,
menyarankan bahwa enteropneusts adalah basal hemichordates. Lebih lanjut perkembangan
studi akan menjadi penting dalam mengungkapkan bagaimana rencana tubuh mencakup
evolusioner sukses mungkin telah berevolusi dari nenek moyang deuterostomia mirip cacing.
10
Gambar 1. Foto-foto dari spesies hemichordate yang mewakili. (a) Bahamensis
Ptychodera; (b) Harrimania spesies; (c) Cephalodiscus gracilus individu; (d) Cephalodiscus
gracilus koloni. Hasil kami menyarankan bahwa anggota keluarga Ptychoderidae membentuk
satu klad Enteropneusta, sedangkan Harrimanidae (b) keluarga plus Pterobranchia (c dan d)
membentuk lain.
11
CLASS PISCES
12
BAB II
PISCES
A. CONDRICHTHYES
Kelas Pisces dan vertebrata sejenis ikan, dibagi menjadi empat kelas antara lain kelas
Agnatha atau vertebrata tidak berahang yang diwakili Ostrachodermi (punah) dan yang
masih ada adalah Cyclostomata (lamprey dan hag fishes), ikan purba berahang keras
Placodermi (punah), kelas Chondrichthyes atau ikan tulang rawan (ikan hiu, pari dan
chimaera) dan kelas Osteichthyes atau ikan tulang sejati. Dua kelas terakhir dikelompokkan
dalam superkelas pisces. (Sukiya, 2005)
Pada ikan bertulang rawan (chondrichthyes) kulitnya tegar dan diliputi oleh sisik
placoid dengan banyak kelenjar mukosa, mulut terlatak sebelah ventral dari kepala. Juga
merupakan vertebrata rendah yang memiliki columna vertebralis sempurna yang terpisah
satu sama lain sehingga mudah membengkokkan tubuhnya. Kecuali itu telah memiliki tulang
rahang dan beberapa pasang appendage berupa pina (sirip). Hampir semuanya predacious,
hidup di laut. Nenek moyangnya dikenal dari fosil-fosil yang berupa sisa-sisa tulang gigi,
tulang jari sirip dan sisik.
Ikan vertebrata aquatis dan bernafas dengan insang (beberapa jenis ikan bernafas
dengan alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang/ gelembung udara). Mempunyai
otak yang terbagi menjadi regio-regio. Otak itu dibungkus dalam kranium (tulang keras)
yang berupa kartilago (tulang rawan) atau tulang menulang.
A. Pengertian Chondrichthyes
Chondrichthyes berasal dari bahasa latin yaitu (chondros = tulang rawan; ichtyes=ikan),
yang artinya ikan bertulang rawan. Kelas ini merupakan vetebrata rendah. Ikan adalah
anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin ) yang hidup di air dan bernafas dengan
insang. Ikan bertulang rawan adalah ikan berahang, mempunyai sirip berpasangan, lubang
hidung berpasangan, sisik, jantung beruang dua, dan rangka yang terdiri atas tulang rawan
bukan tulang sejati. Mereka dibagi menjadi dua subkelas: Elasmobranchii (hiu, pari dan
skate) and Holocephali (kimera, kadang-kadang disebut hiu hantu, dan kadang dipisahkan
menjadi kelas tersendiri).
13
Chondrichthyes memiliki tulang kartilago cranium sempurna, organ pembau dan
kapsul otik tergabung menjadi satu. Kartilago palate-quadrat dan kartilago Meckel adalah
tulang rawan yang akan membentuk rahang atas dan rahang bawah. Kelas Chondrichthyes
yaitu ikan-ikan yang kerangkanya berupa tulang rawan dan sesungguhnya tulang rawan ini
bukan menunjukkan keprimitifannya melainkan merupakan ciri sekunder (Simatupang, H.,
2010).
B. Ciri-ciri Chondrichthyes
Ciri-ciri umum dari Chondrichthyes diantaranya yaitu (Simatupang, H., 2010) :
1. Rangka tulang rawan ; Kerangka bertulang rawan pada ikan-ikan kelas ini adalah
karakteristik yang diperoleh, bukan karakteristik primitif. Hal itu disebabkan
leluhur Chondrichthyes ternyata memiliki kerangka bertulang keras dan kerangka
bertulang rawan yang merupakan karakteristik kelas itu berkembang setelahnya.
Selama perkembangan sebagian besar vertebrata, mula-mula kerangka tersusun
atas tulang rawan, kemudian menjadi tulang keras (mengeras) seiring dengan
mulai digantinya matrik tulang rawan yag lunak dengan matrik kalsium fosfat
yang keras (Neil A. Campbell, 2003)
2. Ada yang bersisik dan ada pula yang tidak
3. Celah insang ada satu pasang, lima pasang dan tujuh pasang
4. Letak celah insang lateral dan ventral
5. Mulut terletak pada sisi ventral
6. Ada yang mempunyai spirakulum dan ada yang tidak
7. Sirip berpasangan
8. Tidak memiliki gelembung udara
9. Lubang hidung sepasang
10. Seks terpisah, fertilisasi (pembuahan) terjadi di dalam tubuh; ovipar atau ovivipar
a. Kulit keras, dengan sisik plakoid kecil dan banyak kelenjar mukosa, terdapat sirip median
dan sisrip berpasangan, semua ditopang oleh jejari sirip, sirip pelvic dengan klasper pada
jantan.
b. Mulut ventral, dengan banyak gigi yang terlapisi email, kantung olfaktori berjumlah 2
(atau 1), tidak terhubung dengan rongga mulut, dengan rahang bawah dan atas, usus
dengan katup spiral.
c. Kerangka bertulang rawan, tidak ada tulang yang berpasangan, cranium bergabung dengan
kapsul indra yang berpasangan, notokorda bertahan, tulang belakang banyak, lengkap, dan
terpisah.
d. Jantung beruang dua (1 atrium, 1 ventrikal), dengan sinus venosus dan konus arteriosus,
hanya mengandung darah vena, beberapa pasang lengkung aorta, sel darah merah berinti
dan berbentuk oval.
14
e. Respirasi dengan menggunakan 5 atau 7 pasang insang, masing-masing terdapat pada
belahan yang terpisah ( 3 pasang pada chimaera ).
f. Sepuluh pasang sarap cranial, setiap organ auditori dengan tiga kanalis semisirkularis.
g. Suhu tubuh bervariasi ( poikiloterm).
Jenis kelamin terpisah, gonad berpasangan secara khas, saluran reproduksi melepaskan
isinya ke kloaka, fertilisasi internal, ovipar atau ovovivipar, telur besar, dengan banyak
kuning telur, segmentasi meroblastik, tidak ada membran embrionik, perkembangan
langsung, tidak mengalami metamorphosis. Contoh Pari, Hiu, Lumba-lumba
15
E. Sistematik Kelas chondrichthyes
Terdapat beberapa perbedaan antara ikan hiu dan ikan pari yaitu dalam hal letak celah
Ikan hiu hidup di samudera dan lautan di seluruh dunia dan beberapa tumbuh dalam
air tawar. Mereka tinggal di sebagian besar semua dan suhu kedalaman laut. Ikan hiu
mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk melindungi kulit mereka dari
kerusakan, dari parasit dan untuk menambah dinamika air (Nelson, JS. 1994).
16
Ordo Squaliformes Ordo Rajiformes
Carcharodon carcharias Dasyatus sp
Ikan pari jarang menyerang manusia, walaupun sekiranya ia terinjak, ikan pari akan
menggunakan tajinya sebagai satu bentuk untuk mempertahankan diri. Terdapat kira-kira 200
spesies ikan pari. Biasanya terdapat di air tawar dan di lautan. Kebanyakan tidak mempunyai
keupayaan untuk menyengat (Nelson, JS. 1994).
Mencakup jenis ikan langka yang disebut ikan tikus. Ikan ini tidak mirip dengan ikan hiu
ataupun ikan pari dalam hal bentuk tubuh dan jumlah celah insangnya. Contohnya yaitu
Kelas Chondricthyes terbagi atas dua super ordo (Jasin, M., 1991) :
a. Super Ordo Selachii (bertubuh torpedo), terbagi menjadi 4 ordo yaitu (Jasin, M.,
1991) :
- Ordo heterodontida (ikan hiu berkepala bison)
- Ordo hexanchida (ikan hiu sapi)
- Ordo lamnida; merupakan ikan hiu berkepala palu contohnya Sphirna tudes
17
- Ordo squalida; merupakan ikan hiu berkepala anjing, contohnya Squalus
acanthias
b. Super Ordo Hypotrematica, terdiri atas (Jasin, M., 1991) :
- Ordo Rajida; memiliki tubuh dorso ventral, contohnya Ikan hiu pipih Dasyatus
Sabina
Satu famili ditemukan dalam ordo ini yaitu family heterodontidae. Mereka sering disebut
sebagai macan, atau hiu tanduk. Mereka memiliki berbagai gigi yang memungkinkan mereka
portusjacksoni adalah salah satu spesies darii ordo heterodontifores (Froese, dkk, 2006).
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Chondrichthyes
Sub Ordo : Selachii
Ordo : Heterodontida
Familia : Heterodontidae
Genus : Heterodontus
Spesies : Heterodontus portusjacksoni
2. Ordo Hexanchida
Dua famili ditemukan dalam ordo ini. Spesies pada ordo hexanchida dibedakan dari hiu
lainnya dengan memiliki celah insang tambahan (baik enam atau tujuh). Contoh dari kelompok
18
ini termasuk hiu sapi, hiu yang berjumbai dan bahkan hiu yang terlihat pada pemeriksaan
Chlamydoselachus Africana
Famili Hexanchidae ( hiu sapi ) contohnya Heptranchias perlo, dan Cepedianus
notorynchus
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Chondrichthyes
Ordo : Hexanchida
Familia : Chlamydoselachidae
Genus : Chlamydoselachus
3. Ordo Lamnida
Lamnida adalah kelompok hiu yang umumnya dikenal sebagai hiu tenggiri. Tujuh famili
ditemukan dalam ordo ini. Mereka umumnya disebut sebagai hiu makarel. Mereka termasuk hiu
goblin, berjemur hiu, megamouth, perontok, hiu mako dan hiu putih yang besar. Mereka
dibedakan oleh rahang besar dan reproduksi ovoviviparous. Para Lamnida berisi Megalodon
19
punah Carcharodon megalodon, yang seperti kebanyakan hiu punah ini hanya diketahui oleh
gigi (tulang hanya ditemukan dalam ikan bertulang rawan, dan oleh karena itu sering hanya fosil
Anggota ordo ini dibedakan dengan memiliki dua sirip punggung, sebuah sirip dubur,
lima celah insang, mata tanpa selaput nictitating, dan mulut memperluas belakang mata (Froese,
dkk, 2009). Famili dari Ordo lamnida terdiri dari (Froese, dkk, 2009) :
Alopias pelagicus
b. Famili Cetorhinidae : Cetorhius maximus c. Famili Lamnidae: Hiu putih besar Spesies
megachasma
e. Famili Mitsukurinidae
20
f. Famili Odontaspididae (Raggedtooths)
g. Famili Pseudocarchariidae
carcharias
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Chondrichthyes
Sub Ordo : Selachii
Ordo : Lamnida
Familia : Lamnidae
Genus : Carcharodon
4. Ordo Squalida
21
Ordo ini memiliki satu famili yaitu squatinidae. Ciri yang dimiliki oleh ordo squalida
yaitu celah insang di sepanjang sisi kepala seperti semua hiu lainnya, memiliki sirip ekor (ekor)
dengan bagian bawah yang lebih lama panjang dari atas, dan sering disebut sebagai hiu malaikat
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Chondrichthyes
Ordo : Squalida
Familia : Squantinidae
Genus : Squatina
1. Ordo Rajida
Rajida adalah salah satu ordo dari super ordo Hypotrematica. Rajida dibedakan dengan adanya
sirip dada yang besar, yang mencapai besarnya sisi kepala, dengan rata tubuh secara umum.
Mata dan spirakel terletak di atas permukaan tubuh, dan celah insang di bagian bawah. Sebagian
besar reproduksinya dengan cara ovipar maupun vivipar (Froese, dkk, 2006).
Famili dari ordo ini terdiri dari : - Famili Rajidae, spesies Pari sepatu luncur
22
Dipturus laevis
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Chondrichthyes
Ordo : Rajida
Familia : Rajidae
Genus : Raja
F. Anatomi
Anatomi Eksternal
a) Gigi
Gigi ikan hiu berkembang baik yang membuatnya ditakuti organisme lain. Gigi pada hiu
yang berada di gusi tidak menempel di rahang secara langsung dan gigi tersebut bisa diganti
setiap waktu. Di beberapa baris gigi pengganti tumbuh jalur di bagian dalam rahang dan terus
bergerak maju seperti ikat pinggang. Beberapa hiu dapat kehilangan sekitar 30.000 lebih gigi
semasa hidupnya. Tingkat pergantian gigi bervariasi dari sekali setiap 7-8 hari sampai beberapa
bulan. Pada sebagian besar spesies gigi yang diganti satu persatu, kecuali hiu cookiecutter yang
mengganti seluruh barisan gigi sekaligus.
23
Bentuk gigi hiu dipengaruhi pada pola makan. Misalnya hiu yang memakan moluska
dan crustasea memiliki gigi yang rata dan padat yang berguna untuk menghancurkan, hiu yang
memakan ikan-ikan memiliki gigi yang seperti jarum yang berguna untuk mencengkeram, dan
mereka yang memakan mangsa yang lebih besar seperti mamalia memiliki gigi yang lebih
rendah untuk mencengkeram dengan gigi atas berbentuk segitiga dengan tepi bergerigi untuk
memotong. Gigi pemakan plankton seperti Hiu basking lebih kecil dan non-fungsional.
b) Kerangka
Hiu dan pari memiliki kerangka yang berbeda dengan ikan dan vertebrata daratan. Hiu dan pari
memiliki kerangka yg terbuat dari tulang rawan dan jaringan konektif, karena itu keduanya
memang tergolong pada kelas Chondrichthyes atau ikan bertulang rawan. Ikan memiliki
kerangka tulang sejati, sama dengan tulang yang dimiliki semua vertebrata daratan. Tulang
rawan atau cartilago merupakan kerangka yang lentur yang memiliki kepadatan setengah dari
tulang. Hal ini dapat mengurangi bobot kerangka, sehingga dapat menghemat energi
Chondrichthyes juga tidak punya rusuk, maka jika mereka keluar dari air, berat tubuh dari
spesies besar dapat menghancurkan organ dalam mereka sendiri lama sebelum mereka lemas.
c) Rahang
Rahang hiu tidak melekat pada kranium. Permukaan rahang hiu dan lengkungan tulang
insangnya membutuhkan penopangan ekstra karena paparan yang berat untuk fisik hiu serta
butuh kekuatan yang besar. Bagian ini mengandung lapisan heksagonal piring kecil yang disebut
“tesserae”, yang merupakan blok Kristal garam kalsium yang diatur menjadi mosaik. Hal ini
memberikan banyak kekuatan pada daerah-daerah tertentu, yang juga sama seperti hewan lain.
Umumnya hiu hanya memiliki satu lapisan tesserae, tapi untuk spesies yang besar seperti hiu
banteng,hiu harimau, dan hiu putih besar, terdapat dua sampai tiga lapisan bahkan lebih,
tergantung ukuran tubuhnya. Khusus hiu putih besar, rahangnya dapat mencapai lima lapisan.
Pada moncongnya, tulang rawannya memiliki kemampuan spons dan fleksibel untuk menyerap
kekuatan tekanan.
d) Ekor
Bentuk ekor hiu dipengaruhi lingkungan sehingga bentuknya bervariasi dari satu jenis dengan
jenis lainnya. Ekor berguna dalam memberi dorongan, memberi kecepatan dan percepatan
tergantung bentuk ekornya. Hiu memiliki sirip ekor heterocercal di mana bagian punggungnya
biasanya terasa lebih besar dibandingkan bagian ventral. Hal ini disebabkan ruas tulang belakang
hiu meluas ke bagian dalam punggung sehingga memberikan area permukaan yang lebih besar
untuk lampiran otot. Hal ini memungkinkan gerak yang lebih efisien pada ikan bertulang rawan
24
apung negatif. Sebaliknya, ikan memiliki tulang yang paling menyerupai sirip caudal
homocercal.
Ekor hiu harimau memiliki lobus atas yang besar yang memberikan daya maksimum untuk
penjelajahan lambat atau ledakan kecepatan mendadak. Hiu harimau mampu memutar dan
mengubah arah di dalam air dengan mudah ketika berburu untuk mendukungnya mendapat
makanan, sedangkan porbeagle, yang berburu ikan bergerombolan seperti makarel dan herring
memiliki lobus yang lebih besar dan rendah untuk membantu mengimbangi kecepatan renang
mangsanya.
e) Kepala
Terdapat reseptor medan elektromagnetik (disebut ampullae of Lorenzini) dan gerak mendeteksi
kanal di kepala hiu. Mereka berjumlah ratusan hingga ribuan. Hiu menggunakan disebut
ampullae of Lorenzini untuk mendeteksi medan elektromagnetik dimana semua makhluk hidup
menghasilkan. Ini membantu hiu (terutama hiu martil) mencari mangsa. Hiu ini memiliki
sensitivitas listrik terbesar binatang. Hiu mencari mangsa tersembunyi di pasir dengan
mendeteksi medan listrik yang mereka hasilkan. Arus laut bergerak dalam medan magnet Bumi
juga menghasilkan medan listrik yang digunakan oleh ikan hiu untuk orientasi dan navigasi.
Hiu memiliki indra penciuman yang tajam, yang terletak di saluran pendek (yang tidak menyatu,
tidak seperti ikan bertulang) antara bukaan hidung anterior dan posterior, dengan beberapa
spesies mampu mendeteksi sesedikit satu bagian per juta dari darah dalam air laut.
f) Sistem Muskular
Otot tubuh dan ekor merupakan karakter segmental dan berfungsi untuk menghasilkan undulasi
lateral batang tubuh dan ekor yang dibutuhkan untuk berenang. Otot yang lebih terspesialisasi
melayani sirip yang berpasangan, daerah insang, dan struktur kepala.
Anatomi Internal
Anatomi internal tubuh hiu berbeda dengan ikan yang memiliki tulang sejati (tulang
keras). Salah satu perbedaan utama adalah bahwa semua hiu memiliki kerangka kartilago.
Penyayatan perut dari panggul sirip ke sirip dada organ pertama ditemui adalah hati. Hati
menempati sebagian besar rongga tubuh hiu. Hati hiu berukuran besar, lembut dan berminyak.
Organ ini terdiri dari hingga 25% dari total berat badan.
Hati hiu memiliki dua fungsi. Yang pertama adalah sebagai penyimpan energi karena
semua cadangan lemak disimpan di sini. Fungsi kedua hati adalah untuk organ hidrostatik.
Pelumas yang lebih ringan dari air disimpan dalam hati. Hal ini mengurangi kepadatan sehingga
25
memberikan daya apung tubuh untuk mencegah tenggelamnya hiu. Selain hati, lambung dapat
dilihat di dalam rongga tubuh. Di dalam perut hiu sering ditemukan isi makanan terakhir.
Perut hiu sendiri berakhir pada penyempitan yang disebut pilorus, yang mengarah pada
duodenum dan kemudian ke katup spiral usus. Katup spiral usus adalah organ yang digulung
secara internal berfungsi meningkatkan luas bidang permukaan untuk membantu penyerapan
nutrisi. Katup spiral usus bermuara di rektum dan anus yang pada gilirannya akan bermuara di
kloaka. Kloaka adalah ruang tempat saluran pencernaan, saluran kemih dan saluran kelamin
yang terbuka ke luar. Lambung, usus, dan organ dalam yang lain terdapat pada rongga tubuh
yang besar (selom). Selom dilapisi oleh membrane halus yang mengkilat yang disebut
peritoneum, yang juga melapisi organ-organ.organ0organ yang ditopang dari dinding middorsal
selom oleh mesenterium tipis, juga salah satui bentuk peritoneum. Septum transversal
memisahkan selom dari rongga yang mengandung jantung.
Di dalam rongga tubuh juga terdapat pankreas yang merupakan kelenjar pencernaan
dengan dua lobus merah muda. Selan itu terdapat dua organ lain yang tidak termasuk dalam
sistem pencernaan. Yang pertama adalah limpa, yang merupakan organ gelap di dekat perut yang
dimiliki oleh sistem limfatik. Yang kedua adalah kelenjar dubur, organ kecil yang terbuka oleh
saluran ke dalam anus. Karena berfungsi sebagai kelenjar garam, membuang kelebihan natrium
klorida (garam) dari darah.
a. Sistem Otot
Fungsi utama sistem otot adalah untuk berbagai variasi gerak dari organ tubuh. Gerak otot yang
disengaja oleh ikan antara lain yaitu:
1. menggerakan mata
2. membuka dan menutup mulut
3. membuka dan menutup insang
4. menggerakan sirip ke atas atau ke samping
5. melawan arus air
Jika dipotong tegak lurus dengan punggung, akan tampak otot-otot tersusun menurut
lingkaran lingkaran konsentris. Potongan otot yang melingkar ini tersusun dari arah kranial ke
kaudal berbentuk muskuli (berbentuk kerucut). Otot tersebut disebut miomer yang tersusun
segmental. Masing-masing miomer dibungkus dan dipisahkan oleh jaringan ikat miocommata.
(Sukiya, 2005)
26
Pada ikan bertulang rawan dan sejati, otot aksial dipisahkan oleh septum lateral (septrum
horizontal) menjadi epaksial di bagian dorsal dan otot hipaksial dibagian ventral. Otot epaksial
diinervensi oleh percabangan dorsal saraf spinal sedangkan otot hipaksial diinervensi oleh
percabangan ventral saraf spinal. (Sukiya, 2005)
Otot-otot brankial berfungsi untuk menutup dan membuka lubang insang dan mulut,
terutama otot konstriktor (dorsal dan ventral) dan elevator. Otot ini diinervensi oleh saraf spinal.
Kelompok lain adalah otot hipobrankial yang memanjang di ventroanterior insang mulai dari
daerah korakoid sampai rahang dan bagian ventral arkus brankialis. Otot tersebut adalah otot
aksial yang berasal dari daerah brankiomerik, diinervasi oleh saraf spinal. Otot sirip pada ikan
yang paling banyak adalah berupa otot ektensor dorsal dan fleksor ventral. (Sukiya, 2005)
27
melalui saluran empedu ke bagian anterior usus. Pankreas terdapat di antara lambung dan usus,
salurannya bergabung dengan usus tepat di bawah saluran empedu. Kelenjar rektal yang
ramping, fungsinya tidak diketahui, melekat di dorsal penghubung antara usus dan kloaka.
d. Sistem Peredaran Darah
Jantung terdapat di bawah daerah insang, dalam sebuah kantung perikardium; kantung
tersebut terdiri atas:
Sinus venosus, berdinding tipis yang menerima darah dari berbagai vena, diikuti oleh
Atrium; Ventrikel, berdinding tebal; dan Konus arteriorus, dari sini darah melintas secara
anterior ke aorta ventral , dari aorta ini lima pasang arteri brankial aferen terdistribusi ke kapiler
insang untuk aerasi, empat pasang arteri brankial aferen kemudian mengumpulkan darah ke aorta
dorsal, yang memanjang di sepanjang dinding middorsal selom.
Arteri utama terdiri atas:
- Sepasang karotis eksternal dan internal di kepala;
- Sepasang subklavia ke sirip pektoral;
- Seliaka ke lambung, hati, dan usus;
- Mesenterika anterior ke limpa besar yang meruncing dan bagian belakang usus;
- Mesenterika posterior ke kelenjar rektal;
- Beberapa renalis dan gonadika (ovarika atau spermatika) ke ginjal dan organ reproduksi;
serta
- Sepasang iliaka ke sirip pelvik. Di luar sirip pelvik terdapat aorta kaudal yang
menyambung ke ekor.
Pada sistem vena, darah di vena kaudal pada ekor diteruskan ke:
Sepasang vena porta renalis ke ginjal. Darah yang lain dari daerah posterior melintas ke depan
dalam
Sepasang vena postkardinal yang parallel dengan jantung dan pada
Pasangan vena abdominal lateral di setiap sisi rongga tubuh
Pasangan vena jugularis dan vena cardinal anterior mengembalikan darah dari daerah kepala
semua vena ini masuk ke dalam sinus besar yang terhubung ke sinuis venosus. Darah dari
saluran pencernaan mengalir dalam
Vena porta hepatika untuk disaring melalui sinosuid seperti kapiler di hati kemudian di
kumpulkan di
Vena hepatika yang bergabung dengan sinus venosus. Darah melinta melalui jantung, tetapi
hanya sekali setiap lintasan tubuh, seperti pada cylostomata serta sebagian besar ikan, dan darah
jantung semua tidak mengandung oksigen.
e. Sistem Respirasi
28
Dengan membuka dan menutup mulut, hiu memasukan air kedalam dan mendorong air
keluar melalui belahan insang dan spirakel. Insang yang melapisi lima pasang belahan terpisah
(dan spirakel) tersusun atas banyak filamen parallel ramping yang mengandung kapiler. Darah
dari aorta ventral melintas melalui kapiler ini, mengeluarkan karbondioksida dan mengabsorbsi
oksigen terlarut di air, dan kemudian berlanjut ke aorta dorsal.
f. Sistem Eksresi
Dua ginjal yang ramping terdapat tepat dibawah selom di sepanjang aorta dorsal. Urine
dikumpulkan dalam tubulus segmental yang bergabung dengan saluran longitudinal
g. Morfologi
Morfologi pada kelas Chondichtyes dideskripsikan berdasarkan perwakilan kelas yaitu ikan
hiu. Hiu memiliki sirip ekor heterocercal yang di gunakan untuk berenang, celah insang lateral,
terdapat spirakel di belakang mata, sirip terdiri atas sepasang sirip dada (pectoral) dan sirip perut
(pelvic), satu atau dua sirip punggung (dorsal), satu sirip ekor, kadang-kadang terdapat sepasang
sirip dubur (anal). Hiu adalah sekelompok ikan dengan kerangka tulang rawan yang lengkap dan
tubuh yang ramping. Mereka bernapas dengan menggunakan lima liang insang (kadang-kadang
enam, tujuh tergantung pada spesiesnya). Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal
denticles untuk melindungi kulit mereka dari kerusakan, dari parasit dan untuk menambah
dinamika air. Hiu mempunyai beberapa deret gigi yang dapat di gantikan.
Selain ikan hiu, ada pula ikan pari yang mempunyai ciri khas yaitu memiliki sirip pada dada
yang lebar mirip sayap. Hewan ini memiliki sengatan listrik hingga 300 volt yang dapat
digunakan untuk menangkap mangsa.
Anggota ikan bertulang rawan (850 spesies) memiliki skeleton berupa tulang rawan sebagai
pengganti tulang keras. Pada kedua sisi faring terdapat lima hingga tujuh celah insang dan tidak
mempunyai tutup insang (operculum). Ikan bertulang rawan memiliki dua tipe sisik, yaitu
plakoid dan ganoid. Bagian dalam sisik plakoid disusun oleh bahan tulang dan bagian luarnya
disusun oleh bahan email (mirip email gigi manusia). Karena jika dilihat dari dekat, bentuknya
seperti gigi-gigi kecil (dermal denticles). Kulit pari sama dengan hiu, ditutupi oleh sisik plakoid
atau denticles dermal. Kulit mereka akan terasa mirip ampelas.
Ikan hiu dan ikan pari rahangnya bersendi pada tulang posterior atau pada elemen
hiomandibula dari lengkung insang ke-2. Secara embriologis, celah insang tumbuh sebagai hasil
dari serentetan evaginasi faring yang tumbuh keluar dan bertemu dengan invaginasi dari luar.
Ikan hiu dan ikan pari memiliki 5-7 pasang celah insang ditambah pasangan celah anterior non
respirasi yang disebut spirakel. Ikan hiu ataupun ikan bertulang rawan pada umumnya, tidak
ditemukan struktur yang mirip paru-paru.
29
Ada beberapa ikan hiu dan ikan pari yang mempunyai organ bioluminesen. Bioluminesen
adalah pancaran sinar oleh organisme, sebagai hasil oksidasi dari berbagai substrat dalam
memproduksi enzim. Susunan substratnya disebut lusiferin dan enzim yang sangat sensitive
sebagai katalisator oksidasi disebut lusiferase. Organ luminesen (organ yang mampu
menghasilkan sinar) ditemukan pada beberapa ikan hiu, ikan pari berlistrik (Benthobatis
moresbyi) dan beberapa ikan tulang keras khususnya yang tinggal di laut dalam. Adanya organ
yang memproduksi sinar ini dapat digunakan untuk menaksir kedalaman laut, dimana ikan
tersebut tinggal.
30
OSTEICHTHYES
A. Pengertian Osteichthyes
Osteichtyes berasal dari bahasa Yunani yaitu osteon yang berarti tulangdan ichtyes yang
berarti ikan. Jadi Osteichtyes adalah ikan bertulang sejati. Kelompok Osteichtyes berjumlah
sekitar 30.000 spesies. Ikan kelompok ini memiliki kerangka yang tersusun dari tulang keras
yang mengandung matriks kalsium fosfat.
Ikan bertulang sejati menempuh cara kedua untuk mengatasi masalah kekeringan yang
terjadi secara berkala. Mereka mengembangkan sepanjang kantung, masih pertumbuhan
faring yang berfungsi sebagai paru-paru primitif. Alat ini dikembangkan oleh udara yang
diisap melalui mulut. Tubuh ikan-ikan ini diselaputi oleh sisik, satu-satunya sisa harnas
(pelindung) moyang mereka adalah tulang-tulang kranium (kepala).
Diantara semua kelas vertebrata, ikan bertulan keras (Kelas Osteichthyes) adalah yang paling
banyak jumlahnya, baik dalam hal jumlah individu maupun dalam jumlah spesies (sekitar
30.000).
Menurut (Kimball, 2009: h. 928-930) ikan-ikan bertulang sejati dengan cepat (masih dalam
zaman devon) terpecah menjadi tiga kelompok berbeda yakni :
1. Paleoniskoida dibedakan dengan adanya sirip berjari (sirip yang tidak ada otot maupum
tulang) dan kenyataan bahwa ventilasi paru-paru dilakukan mellaui mulut. Banyak dari
kelompok ini bermigrasi ke Laut selama akhir era, (masa) paleozoikum dan mesozoikum.
Dalam lingkungan air yang stabil, tidak diperlukan paru-paru, dan alat ini diubah menjadi
gelembung renang yang dapat digunakan ikan untuk mengubah daya apung di dalam air.
2. Ikan paru-paru mengembangkan suatu pembaruan berarti yang tidak dimiliki
moyangnya. Lubang hidung mereka yang pada Osctheichthys pertama hanya bermuara
keluar dan digunakan untuk membau (sebagaimana pada semua keturunan paleoniskoid
masa kini). Mengembangkan lubang internal ke rongga mulut. Ini memungkinkannya
untuk bernapas diudaara dengan mulut tertutup. Menilik ikan paru-paru masa kini, dua
adaptasi lain yang berarti telah berevolusi dalam kelompok ini. Pertama adalah
perkembangan dua atrium dan sekat parsial dalam ventrikel jantung. Hal ini
memungkinkan setidak-tidaknya pemisahan parsial darah yang mengandung oksigen
yang kembali dari paru-paru dengan darah yang kurang oksigen dari bagian badan
lainnya dan dengan demikian merupakan perbaikan yang berarti dalam efisiensi sistem
peredaran. Adaptasi kedua adalah perkembangan sistem enzim yang diperlukan untuk
mengubah amonia menjadi urea yang kurang beracun. Ini terutama berkembang sangat
baik pada spesies Afrika dan Amerika Selatan. Sedangkan di dalam air, ikan-ikan ini
mengekskresikan limbah nitrogen mereka sebagai amonia seperti yang dilakukan oleh
31
ikan sirip berjari. Akan tetapi dalam musim kering hewan-hewan ini membenamkan diri
dalam lunpur dan beralih pada reproduksi urea.
3. Krospterigia juga mempunyai lubang hidung dalam yang dapat digunakan unutk
mengembangkan paru-paru. Disamping itu sirip belakang dan sirip pectoral mereka
bergelambir, yaitu berdaging dan ditunjang oleh tulang.
Ikan bertulang keras umumnya adalah perenang yang dapat mengontrol arah, siripnya yang
lentur sesuai untuk pengendalian dan pendorongan dibandingkan dengan sirip hiu yang lebih
kaku. Ikan yang bertulang keras yang paling cepat, yang dapat berenang dalam jarak pendek
dengan kecepatan mencapai 80 km/jam, memiliki bentuk badan dassar yang sama dengan
hiu. Ternyata bentuk tubuh ini, yang disebut fusiform (yang meruncing pada kedua ujung),
sangat umum ditemukan pada semua ikan perenang cepat dan mamalia air seperti anjing laut
dan paus. Air kurang lebih ribuan kali rapat dibandingkan udara dan dengan demikian
tonjolan sedikit saja yang menyebabkan gesekan akan lebih mengganggu pada ikan
dibandingkan pada burung.
B. Ciri-ciri Osteichthyes
1. Kulit banyak mengandung kelenjar mucosa, biasanya diliputi oleh sisik(sisik ganoid,
cycloid atau ctenoid) beberapa spesies tidak bersisik, bersirip pada media baik dorsal
maupun ventral.
2. Mulut terletak di ujung dan bergerigi rahang tumbuh dengan baik dan bersendi pada
tulang tempurung kepala.
3. Skeleton terutama berupa tulang keras, kecuali beberapa jenis yangsebagian bertulang
rawan.
32
4. Cor terdiri atas dua ruangan (auriculum dan ventriculum) dengan sinusvenosus dan conus
arterious yang berisi darah vena.
5. Pernafasan dilakukan dengan beberapa pasang insang yang terletak padaarchus branchius
6. Terdapat 10 pasang nervi cranialis
7. Suhu tubuh tergantung kepada lingkungan sekitarnya
8. Memiliki sepasang gonad, umumnya ovipar, ovovipar atau vivipara
9. Fertilisasi (pembuahan) terjadi di luar tubuh
10. Memiliki celah faring
11. Memiliki sirip, baik itu sirip dorsalis, pectoralis, ventralis, analis dan caudalis dan juga
memiliki sisik.
12. Ada corda dorsalis di bagian vertebrae
13. Memiliki gurat sisi untuk mengetahui kondisi lingkungan
14. Sistem pencernaan lengkap, sistem ekresi menggunakan ginjal
C. Tipe sisik
Ikan merupakan vertebrata air yang mana integumenya terdiri dari kulit dan derivat kulit.
Salah satu derivat kulit ikan adalah sisik yang memiliki berbagai macam fungsi seperti
menutupi bagian tubuh ikan.
Sisik ikan dibagi menjadi empat tipe berdasarkan bentuk, struktur, dan komposisinya, yakni:
1. Placoid
Sisik tipe ini dijumpai pada ikan Chondrichthyes seperti ikan hiu dan pari. Sisik ini
sering disebut “dermal denticle” meskipun secara harfiah artinya kurang sesuai dengan
maksudnya. Hal ini dikarenakan pengertian tersebut lebih sesuai jika digunakan pada gigi
mamalia. Sisik plakoid sendiri berbentuk segitiga yang bagian basalnya mendatar dan
menempel pada lapisan dermis serta ujung yang menonjol menghadap ke arah posterior.
33
Pada lapisan terluar sisik plakoid memiliki susunan enamel keras seperti vitrodentine
yang merupakan komponen nonselular yang berasal dari derivat lapisan ektoderm yang
kandungan organiknya rendah. Adapun pada bagian ujung dari sisik terdapat rongga yang
penuh dengan pembuluh darah kapiler. Struktur inilah yang mirip seperti pada gigi
mamalia sehingga sisik plakoid dikatakan sebagai “dermal denticle”. Pada saat
pertumbuhan sisik tidak mengalami penambahan ukuran, namun sebagai gantinya sisik
baru akan menggantikan sisik yang lama. Pada gigi elasmobranchs diyakini sebagai
derivat dari plakoid dan memiliki homologi dengan struktur gigi pada semua vertebrata.
2. Cosmoid
Sisik cosmoid banyak ditemukan pada fosil ikan coelacanth dan lung fish. Pada jenis
ikan lung fish yang modern mengalami modifikasi dengan cara menghilangkan lapisan
dentin. Sisik tipe cosmoid memiliki kemiripan dengan sisik plakoid yang kemungkinan
berasal dari fusi sisik plakoid. Sisik ini tersusun atas dua lapisan basal yang berupa
tulang, yakni lapisan isopedine yang merupakan lapisan tulang lamellar yang kompak
dan lapisan cancellous (spong) yang berfungsi sebagai saluran kanal pembuluh darah
dengan tujuan penyuplai darah. Pada lapisan berikutnya adalah cosmine yang merupakan
komponen nonselular yang mirip seperti subtansi dentin. Di atas lapisan cosmoid
terdapat lapisan tipis yang mengandung vitrodentine. Pertumbuhan dari tipe sisik ini
dengan cara penambahan pada tulang lamellar pada bagian bawah.
34
3. Ganoid
Sisik ganoid banyak ditemukan pada fosil primitif dari actinopterygian dan Chondrostei.
Kedua jenis fosil tersebut memiliki sisik yang merupakan modifikasi dari sisik cosmoid
yang mana komponen cosmine diganti dengan dentin dan pada permukaan vitrodentine
diganti dengan ganoine. Ganoin merupakan tulang dengan komponen bahan anorganik
termasuk garam yang disekresikan melalui dermis. Ganoin juga mengalami kalsifikasi
bahan nonselular tanpa melalui saluran kanal. Sisik tipe ganoid pada umumnya berbentuk
seperti belah ketupat serta memiliki pengait dan sambungan soket diantara sisik-sisik
tersebut yang bertujuan untuk saling menguatkan.
35
yang berasal dari bagian tubuh; dan ctenoid, dimana sisik ini berkembang secara terpisah
dengan bagian tubuh.
Adapun sisik tipe cycloid (cyclo=lingkaran) memiliki dua bagian, yakni bagian yang
berupa tulang yang tersusun dari bahan organik berupa garam kalsium dan bagian
berikutnya adalah lapisan fibrous (serat) yang tersusun dari kolagen.
Sisik sikloid maupun sisik ctenoid berasal dari sisik ganoid yang mana komposisi
ganoine menghilang serta bentuk sisik mengalami penipisan. Ikan dengan sisik sikloid
maupun ctenoid memiliki pola konsentri seperti pada.
36
2. Jari-jari keras, dinotasikan sebagai angka romawi (I,II,III,...), dengan sifatnya sebagai
berikut:
a. Biasanya berbentuik duri, berfungsi sebagai alat proteksi
b. Pejal, tidak beruas
c. Tidak mudah dibengkokkan
Rumus sirip yang penting untuk identifikasi ikan merupakan kombinasi antara notasi jenis
sirip, notasi sifat jari-jari sirip, serta jumlah jari-jari sirip. Sebagai contoh sebagai berikut:
Ikan dengan sirip punggung 6, jari-jari lunak, 2 keras, sirip dubur dengan 5 jari-jari lunak,
sirip ekor 12 jari-jari keras maka rumus siripnya adalah: D.II.6; A5; CXII.
E. Linea Lateralis
Linea lateralis merupakan ciri yang penting untuk identifikasi, karakter yang penting untuk
identifikasi adalah bentuk linea lateralis dan jumlah sisik yang membentuknya, serta jumlah
sisik diatas dan di bawah line lateralis.
F. Tipe Ekor
Berdasarkan anatomi sirip ekor dibedakan atas 4 type:
1. Type Protocercal, yaitu akhir columna vertebralis sampai ujung ekordan ekor berujung
tumpul.
2. Type Diphicercal, yaitu akhir columna vertebralis sampai ujung ekordengan bentuk ujung
runcing.
3. Type Homocercal, yaitu bila columna vertebralis berakhir tidak persisdi ujung ekor, tapi
agak membelok sedikit, tapi ujung membagi dirimenjadi dua bagian yang sama.
4. Type Heterocercal, yaitu bila columna vertebralis berakhir menjorokke salah satu ujung
ekor yang membagi diri menjadi dua tidak sama panjangnya.
37
G. Skeleton
Sisik dan sirip merupakan exeskeleton, sedang endoskeleton terdiri atas tulang tempurung
kepala. Tempurung kepala terdiri atas cranium sebagai tempat otak, capsula untuk tempat
beberapa pasang organon sensoris dan skeleton viceralis. Pada embryo dan ikan yang masih
muda, cranium berupa tulang rawan akhirnya sebagian besar akan diganti oleh tulang-tulang
rawan yang mendapat tambahan tulang membran sebaghai hasil penulangan jaringan ikat
pada masa embryo.
H. Sistem Muscular
Tubuh dan ekor sebagin besar tersusun oleh otot daging yang bersegmen, otot daging itu
melekat pada vetebrata jari-jari penyokong. Bagian-bagian otot daging itu lebar dan
berbentuk lapisan zigsag memanjang kebelakang. Antara segmen-segmen terdapat lapisan
jaringan ikat seolah-olah sebagai septa (mycomata).
38
I. Sistem Digestoria
Rahang banyak mengandung gigi yang berguna untuk menguyah makanan. Terdapat kelenjar
mucosa, tapi tidak terdapat kelenjar ludah. Lidah kecil merupakan alat yang membantu
gerakan pernapasan. Pharynx pada celah insang banyak mengandung lembaran-lembaran
insang, selanjutnya
Saluran pencernaan makanan menuju ke oesophagus terus ke ventriculus. Di daerah sekitar
pyloris terdapat caeca pyloris atau appendicus pyloris yang berfungsi sebagai alat sekresi
atau absorbsi.Terdapat hepar yang mengandung vesica felea yang bersaluran menuju ke
intestium.
Mulut – rongga mulut – faring – esophagus – lambung – pilorus – usus – rectum – anus
39
J. Sistem Sirkulasi
Cor (jantung) terletak di bawah pharynx dalam rongga pericardium dari rongga coelom
sebelah anterior, terdiri atas dua bagian yaitu ventriculum dan auriculum/atrium. Darah
kembali ke cor melalui vena terus berkumpul pada sinus venosus, kembali masuk ke
auriculum. Lalu, darah dipompa menuju insang melalui conus arterious, aorta ventralis,
empat pasang arteri afferent branchialis. Saluran terakhir ini akan menyalurkan darah melalui
kapiler dalam insang untuk mengambil oksigen.kemudian darah dikumpulkan melalui arteri
afferent branchialis menuju aorta dorsalis, kemudian beredar melalui cabang arteri.
K. Sistem Respirasi
Pernapasan dilakukan dengan menggunakan insang yang terdapat dalam 4 pasang kantong
insang. Terdapat filament yang tersusun atas banyak plat transversal yang banyak
mengandung pembulu darah kapiler. Terdapat operculum yang dapat membuka dan menutup
saat bernafas. Gelembung udara/ gelembung renang berfungsi membantu alat respirasi.
40
L. Sistem Ekskresi
Ren yang berbentuk gilik terletak antara vesica urinaria dengan tulang vertebra. Cairan yang
mengandung sisa-sisa senyawa nitrogen dan hidrogen yang di ambil dari darah dalam ren ke
dalam vesica urinaria melalui ureter dan selanjutnya pengosongan dilakukan melalui sinus
urogenitalis keluar.
M. Sistem Saraf
Sebagai sentral dalam otak dan sumsum tulang belakang. Otak terdiri atas lobus alfactorius,
hemispericus, lobus opticusdan cerebellum. Dari otak akan keluar 10 pasang saraf cranial
sebagai saraf perifer. Dari nervecord pada setiap vertebrae akan keluar saraf-saraf yang akan
member persyarafan pada tiap-tiap segmen tubuh sekitarnya.
41
N. Sistem Reproduksi
Seks terpisah pada ikan jantan terdapat sepasang testis yang membesar pada masa
perkawinan. Melalui vase deferensia, sperma dikeluarkan melalui papillae urogenital. Pada
ikan betina sel telur akan keluar dari ovary melalui oviduct yang selanjutnya keluar melalui
papillae urogenital. Pembuahan umumnya terjadi secara ekternal.
Klasifikasi Osteichthyes
Pada Osteichthyes para ahli membedakan dalam dua subkelas menurut Berg (1965) yaitu
Sarcopterygii dan Actinopterygii, dibedakan dari struktur siripnya, di mana sirip keduanya
berpasangan, tetapi pada Sarcopterygii siripnya berdaging, tulang yang menyokong sirip dan
jaringan otot yangmenggerakannya menonjol keluar dari tubuh; sedangkan pada Actinopterygii
sirip dibentuk oleh barisan dermal, dengan endoskeleton dan otot yang mengendalikan sirip
tersebut berada di dalam tubuh.
42
Sarcopterygii
Sub kelas Sarcopterygii memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Ikan yang siripnya berjari-jari (ray finned fish)
2. Dianggap lebih modern dibanding Actinopterygiii
3. Ekornya simetri menuju ekor tipe homocercal
4. Selaput sirip meiliki jari-jari lebih sedikit
5. Tangan dermal sudah tereduksi
6. Tulang-tulang maxilla dan premaxilla hilang dan membentukmulut yang membundar
1. Ordo Crossopterygii (Coelacenthifomes)
Merupakan ordo yang memiliki tulang rawan yang diperkuat dengan adanya tulang
sejati, sirip berbentuk lobate (menonjol), sisik cycloid dan tipis, ruas tulang belakang
tidak berlekuk, gigi sederhana, caudal bertipe diphycercal. Pada tutup insang tidak
terdapat suboperculum.
Family : Cielacabthidae
Sirip pectoral hamper sama dengan bentuk lobate. Hidup
didasar perairan yang kedalamnya 60 meter, memiliki kepala yang pendek.
Contoh spesies : Latimeria chalamunea
43
2. Ordo Dipteriformes
Palatoquadrate (rahang atas) bersatu dengan tulang tengkorak, celah insang sebagian
besar dari tulang rawan. Gelembung renang satuatau dua, yang berhubungan dengan usus
yang berfungsi sebagai paru-paru. Sirip dorsal, caudal dan anal bersatu. Sirip
berpasangan menonjol tidak mempunyai tulang rahang atas (premaxilla) dan maxilla.
Kebanyakan pada ordo ini spesiesnya sudah berupa fosil.
Family : Ceratodontidae
Sisik cycloid, tersusun berdempetan. Sirip seperti daun yangtebal (lobate). Distribusi di
Quensland dan Australia.
Contoh spesies : Neoceratodus forsteri (Australia lung fish).
Actinopterygii
Sub kelas ini merupakan sub kelas yang memiliki tulang rangka yang terdiri dari tulang sejati
meskipun ada yang dari tulang rawan, dan memiliki klasifikasi yang sempurna. Ikan
bertulang sejati tingkat tinggi ini terdapat pusat tulang punggung (vertebrata) mempunyai
cekungan pada kedua belahnya (amphicoelous). Jari jari sirip ikan ini berbentuk sirip dorsal
dan sirip anal berjumlah banyak, dan tidak memiliki tulang selangka (clavicula). Pada
44
bentuk sirip caundal pada jenis ikan ini biasanya berbentuk homocercal, dan sisik cycloid,
ctenoid dan beberapa
ganoid. Nostril (lubang hidung) tidak berhubungan dengan ronggamulut, dan sirip
berpasangan tidak menonjol seperti lobate, biasanya sirip-sirip ini diperkuat oleh
endoskeleton. Sehingga ikan ikan jenis ini dengan demikian ini disebut ikan-ikan tingkat
tinggi.
1. Ordo Polupteriformes
Ciri-ciri :
1. Tubuhnya bulat panjang, sisik tebal dengan tipe ganoid.
2. Dasar sirip pectoral besar dan menonjol yang diliputi sisik.
3. Sirip dorsal terpisah pisah dalam bentuk finlet yang berjumlah 8atau lebih, bagian
depan setiap sirip dorsal disokong oleh duri.
4. Sirip ekor bertipe diphycercal.
5. Ruas tulang belakangf termasuk tipe Amphicoeloes yangdiperkuat tulang sejati.
6. Gelembung renang berfungsi sebagai paru-paru dan bergunasebegai alat pernafasan
tambahan.
7. Pada waktu musim larva bernapas dengan insang luar (tidak ada tutup insang)
2. Ordo Acipenseriformes
Ciri-ciri :
1. Sebagian tubuhnya ditutupi oleh sisik ganaoid atau tidak ditutupi sisik.
2. Pelat tulang sejati di kepala bersatu dengan tulang rawan tengkorak (neurocranium).
3. Mulut dibawah (ventral).
4. Hidung diujung, kepala meruncing.
5. Sirip caudal heterocercal.
6. Mempunyai operculum.
7. Mempunyai gelembung renang.
45
3. Ordo Amiiformes
Ciri :
1. Rahang pendek, sisik cycloid, D Panjang
2. Gelembung renang dengan ductus pneumaticus
4. Ordo Lepidossteiformes
Ciri :
1. Sisik ganoid
2. Moncong sangat panjang
3. Lubang hidung pada ujung moncong
4. Sieip ekor adalah diphycercal pendek
46
5. Ordo Clupiformes
Ciri :
1. Sisik cycloid
2. Sirip ekor homocercal
3. Sirip dubur dan sirip punggung tanpa spinna
6. Ordo Scopeliformes
Ciri :
1. Sirip dorsal dua buah
2. Mulut besar banyak mengandung gigi-gigi
3. Punya alat penerangan (hidup di dasar laut)
7. Ordo Cypriniformes
Ciri :
47
1. Mempunyai gelembung udara yang berhubungan dengan esophagus,sehingga
ikan ini bersifat sebagai phyIsostomi . jiika gelembung udaratidak berhubungan
dengan esophagus maka sifatnya adalah Physoelysti
2. Sirip tanpa spinna atau jika ada hanya sebuah, baik pada punggungmaupun pda
dada.
3. Sirip perut terletak di daerah abdomenSpesies:
9. Ordo Beloniformes
Ciri :
1. Tubuh agak memanjang dan pipih
2. Sisik sikloid
3. Sirip-sirip tanpa spinna
4. Sirip perut juga terletak abdominal
5. Diantara anggota-anggota ada yang dapat digunakan untuk terbang diatas permukaan
air, seperti ikan terbangSpesies:
48
Contoh speies : Belone svetovidovi
49
Spesies: Synbranchus marmoratus
50
Spesies: Esox americanus americanus
51
CLASS
AMPHIBI
52
53
BAB III
AMPHIBI
Pengertian Kelas Amphibi
Amphibi berasal dari kata Amphibious, berarti kedua cara hidup. Sebagian besar dari kelas
ini menunjukan bahwa mempunyai fase kehidupan didarat. Pada kedua fase itu struktur dan
fungsinya menunjukan sifat antara ikan dan reptilia dan menunjukan bahwa Amphibia
merupakan suatu kelompok chordata yang pertama kali keluar dari kehidupan dalam air.
Beberapa pola menunjukan pola baru yang disesuaikan dengan kehidupan darat, misalnya: kaki,
paru-paru, nares (nostril) yang mempunyai hubungan cavum oris, dan alat penghidupan yang
berfungsi baik dalam air maupun didarat (udara). Amphibia merupakan makanan bagi berbagai
macam vertebrata lainnya (Jasin, 1984).
Sebagian besar Amphibia ditemukan di habitat yng lembab seperti rawa-rawa dan hutan
hujan. Bahkan Amphibia yang telah beradaptasi terhadap habitat yang lebih kering masih
menghabiskan banyak waktunya di dalam liang atau di bawah dedaunan lembab yang tingkat
kelembapanya tinggi. Amphibia umumnya sangat bergantung pada kulitnya yang lembab untuk
pertukaran gas denga lingkungannya. Beberapa spesies terrestrial tidak memiliki paru-paru dan
hanya bernapas melalui kulit dan rongga mulutnya (Campbell, 2008).
Fertilisasi berlangsung eksternal pada sebagian besar Amphibia, jantan memegang erat-erat
betina dan menumpahkan spermanya di atas telur-telur yang sedang dikeluarkan oleh betina.
Amphibia biasanya bertelur di dalam air atau di lingkungan darat yang lembab. Telur tidak
memiliki cangkang dan cepat mengering di dalam udara kering. Beberapa spesies Amphibia
bertelur dalam jumlah yang sangat banyak di kolam sementara, dan mortalitas telurnya tinggi
sebaliknya, spesies-spesies yang bertelur dalam jumlah yang relative sedikit dan menunjukkan
berbagai macam pengasuhan anak. Bergantung pada spesies, jantan atau betina mungkin
membawa telur-telurnya di punggung, di dalam mulut, atau bahkan di dalam lambung
(Campbell, 2008).
54
digerakan: lembar gendang mendengar terletak disebelah luar. Mulut bergigi dan
berlidah yang dapat dijulurkan ke muka.
c. Bagian otak yang paling berkembang: otak tengah lobus opticus » untuk mengatur
refleks mata (penyempitan pupil mata), pusat pendengaran
d. Alat gerak: 2 pasang kaki dan pada setiap celah jari kakinya terdapat selaput renang
menggunakan energi lingkungannya untuk mengatur suhu tubuhnya sehingga
tergolong hewan eksoterm.
e. Mata berkelopak dan kelopak tersebut dapat digerakkan.
f. Mengalami metamorfosis sempurna dalam siklus hidupnya
g. Skleleton sebagian besar berupa tulang keras, tempurung kepalanya memiliki dua
condyl, bila memiliki costae (tulang rusuk) tidak menempel pada sternum (tulang
dada).
h. Cor terbagi atas tiga ruangan, yakni dua ruangan auricula dan satu ruang ventriculum;
mempunyai satu atau tiga pasang archus aortichus; erythrocyt berbentuk oval dan
bernukleus.
i. Pernapasannya dengan ingsang, paru-paru, kulit atau garis mulut dan insang (bagi
Amphibi yang masih kecebong)
j. Otak memiliki 10 pasang nervi cranialis.
k. Suhu tubuh tergantung dengan lingkungannya.
l. Fertilisasi terjadi diluar atau didalam tubuh, kebanyakan ovipar; berkuning telur dan
terbungkus oleh zat gelatin. Membelah secara holoblastis tidak sama; tidak memiliki
membran embrio. Larva yang hidup diair mengalami fase metamorfase menjadi
hewan dewasa.
Amphibi merupakan tetrapoda atau vertebrata darat yang paling rendah. Amphibi tidak
diragukan lagi berasal dari satu nenek moyang dengan ikan. Hal ini terjadi pada zaman Davon,
transisi dari air ke darat tampak pada:
1. Modifikasi tubuh untuk berjalan didara, disamping masih memiliki kemampuan
berenang dalam air.
2. Tumbuhnya kaki sebagai pengganti beberapa pasang sirip.
3. Merubah kulit hingga memungkinkan menghadapi suasana udara.
4. Penggantian ingsang oleh paru-paru.
5. Merubah sistem sirkulasi untuk keperluan respirasi dengan paru-paru dan kulit.
6. Alat sensorisnya memiliki kemampuan berfungsi baik diudara maupun di air (Jasin,
1984)
2.1 Klasifikasi Amphibi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
SuperClass : Tetrapoda
55
Class : Amphibia
Ordo : 1) Anura, 2)Caudata (Urodela), 3)Gymnophiona, dan 4)Proanura
(sudah punah)
2.1.1 Ordo Anura
a. Subordo : Archaeobatrachia
Familia Discoglossidae , Familia Ascaphidae, Familia Leiopelmatidae
b. Subordo : Mesobatrachia
Familia Pipidae, Familia Rhinophrynidae,
Familia Pelobatidae, Familia Pelodytidae
c. Subordo : Neobatrachia, Familia Bufonidae, Familia Microhylidae,
Familia Ranidae, Familia Pelobatidae (Megophrydae) ,
Familia Rhacophoridae, Familia Dendrobatidae,Familia Hylidae,
Familia Pelodryadidae, Familia Myobatrachidae, Familia Sooglossidae,
Familia Psedidae
Ordo anura atau katak mudah dikenali dari tubuhnya yang seperti sedang
berjongkok, leher tidak jelas. Tubuh katak tersususn dari tiga bagian (1) kepala
(2) badan (3) anggota gerak,kepalanya pipih lebar begitu juga dengan mulutnya
memiliki lidah yang panjang dan lengket yang berfungsi untuk menangkap
mangsa , pangkal lidah terdapat di depan dan ujung lidah di belakang mulut.
Giginya terdapat pada langit-langit mulut yang disebut gigi vormer, matanya
yang besar menonjol di sisi kepala, terdapat du kelopak yaitu atas dan bawah
tetapi sulit digerakkan, sebagai gantinya katak memiliki selaput bening tipis
yang disebut selaput niktitans , pada ujung depan atas mulut erdapat lubang
hidung yang dapat menutup saat menyelam di air. Di bagian sisi belakang
mata terdapat selaput gendang telinga yang disebut membran tympani. Badan
katak juga lebar memiliki dua pasang anggota gerak (kaki) , bagian depan
lebih kecil dan pendek dari kaki bagian belakang. Jari kaki depan ada empat
sedangkan jari kaki belakang ada lima, untuk memudahkan berenang pada
bagian diantara jari-jarinya terdapat slaput renang. Kulit katak selalu di basahi
oleh kelenjar kulit yang menghasilkan lendir.
2.1.2 Orda Caudata
a. Subordo : Cryptobranchoidea
Familia Cryptobranchidae, Familia Hynobiidae
b. Subordo : Salamandroidea
Familia Salamandridae, Familia Proteidae, Familia Ambystomatidae,
Familia Amphiumidae, Familia Dicamtodontidae, Familia Plethodontidae
56
c. Subordo : Meantes
Familia Sirenidae
Caudata disebut juga urodela. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh
memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki
tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa
spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada
bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata
mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo
Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya
meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa. Urodella
mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan
Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae,
sedangkan sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu
Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki 7 famili
yaitu Amphiumidae, Plethodontidae, Rhyacotritoniade, Proteidae,
Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan Salamandridae. ( Pough et. al., 1998)
Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian
besar Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa
spesies akuatik jelas sekali mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup
menonjol dalam proses evolusi Salamander yaitu hilangnya (mereduksi) paru-
paru serta adanya paedomorphosis (adanya karakteristik larva pada Salamander
dewasa) (Pough et al., 1998). Sangat mengherankan jika suatu hewan terestrial
dapat bertahan hidup tanpa adanya paru-paru akan tetapi pada family terbesar
Salamander yaitu Plethodontidaememiliki karakteristik tidak adanya paru-paru.
Tidak adanya paru-paru mungkin terjadi pada Salamander karena kulit
Salamander memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Beberapa penjelasan
telah disusun untuk menunjukkan keuntungan dari hilangnya paru-paru pada
Plethodontidae, hipotesis yang paling mudah diterima berkaitan dengan evolusi
hilangnya paru-paru adalah spesialisasi dari apparatus hyoideus yang terdapat
di dalam tenggorokan sebagai suatu mekanisme dalam menjulurkan lidah untuk
menangkap mangsa. Kartilago hyoideus merupakan bagian dari alat bantu
pernapasan pada Salamander yang memiliki paru-paru. Jadi pada
Plethodontidae, apparatus hyoideus yang seharusnya berperan sebagai alat
bantu pernapasan jika dia memiliki paru-paru mengalami modifikasi menjadi
57
mekanisme penjuluran lidah untuk menangkap mangsa dikarenakan paru-paru
mereduksi. Anggota dari Pletodhontidae yang mampu menjulurkan lidah lebih
jauh daripada panjang kepala dan tubuh dikelompokkan dalam Bolitoglossine
(Pough et al., 1998). Paedomorphosis adalah salah satu contoh dari fenomena
evolusi yang disebut dengan heterochrony. Herterochorny terkait dengan
perubahan waktu dan tingkat dari proses perkembangan (terutama dalam masa
embryonik) yang merubah bentuk tubuh hewan dewasanya. Hewan dewasa
yang paedomorphic biasanya memiliki habitat aquatic dan memiliki
karakteristik larva seperti adanya insang luar, hilangnya kelopak mata serta
perubahan pola gigi dewasanya. Paedomorphosis merupakan karakteristik pada
beberapa Salamander aquatic seperti Proteidae. Pada family lain,
seperti Ambystomatidae, beberapa spesies paedomorphic tetap bermetamorfosis
menjadi Salamander dewasa yang terrestrial (Pough et al., 1998). Cau data atau
Urodela mempunya anggota sekitar 350 spesies, tersebar terbatas di belahan
bumi utara; Amerika Utara, Amerika Tengah, Asia Tengah (Cina, Jepang) dan
Eropa. Bentuk tubuh setiap anggota Salamander sangat berbeda, sehingga
mudah untuk mengidentifikasi. Kebanyakan family-family dari urodela terdapat
di amerika dan tidak terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa hidupnya di
darat. Pembuahan ada yang eksternal dan ada yang internal. Reproduksinya
ovipar dan ovovivipar. Ciri yang lainnya yaitu tidak memiliki tympanum,
mempunyai insang atau tanpa insang dan mata kecil atau mereduksi (Pough et
al.,1998).
Salamander merupakan kelompok Amphibia yang berekor. Semua anggota dari
family ini memiliki ekor yang panjang, tubuh silinder yang memanjang serta
kepala yang berbeda. Sebagian besar memiliki tungkai yang berkembang
dengan baik, biasanya pendek tergantung pada ukuran tubuh. Tengkoraknya
mereduksi dikarenakan adanya beberapa bagian yang menghilang. Sebagian
besar anggotanya memiliki fertilisasi internal meski tak satu pun anggota dari
family ini yang memiliki organ kopulasi. Fertilisasi internal terjadi ketika jantan
mendepositkan spermatopora yang kemudian akan diterima oleh betina melalui
bibir kloakanya (Zug, 1993).
2.1.3 Ordo Gymnophiona
58
Familia Ichthyopidae ,
Familia Caecilidae, Familia Rhinatrematidae, Familia Scoleocomorphidae,
Familia Uracotyphlidae, Familia Typhlonectidae
Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki
sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak
bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak,
mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies
berfungsi sebagai fotoreseptor. Di bagian anterior terdapat tentakel yang
fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam
daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang.
Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam
tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara
internal. ( Webb et.al, 1981). Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu
Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan
Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae,
Caecilinae dan Typhlonectinae. ( Webb et.al, 1981). Famili yang ada di
indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh
yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan
oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang
bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air
sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia
adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi DIY.
2.1.4 Ordo Proanura
Anggota-anggota ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat dikatakan telah
punah. Anggota-anggota ordo ini hidupnya di habitat akuatik sebagai larva dan
hanya sedikit saja yang menunjukkan perkembangan ke arah dewasa. Ciri-ciri
umumnya adalah mata kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai belakang,
kedua rahang dilapisi bahan tanduk, mempunyai 3 pasang insang luar dan
paru-paru mengalami sedikit perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan
adanya dua bentuk dalam daur hidupnya. (Duellman and Trueb, 1986)
2.2 Anatomi Internal
Salamander mempunyai caput, cervix dan truncus yang silindris atau agak pipih dorso
ventral dan mempunyai caput dan cauda yang panjang. Kintel dan katak mempunyai caput dan
truncus tanpa cervix dan cauda; extrimitas muka kecil, sedangkan yang belakang panjang;
selaput gendang pendengar tampak dari luar. Caecilian tidak berkaki dan berbentuk seperti
59
cacing, badannya seolah-olah tersusun atas gelang-gelang dan kulitnya mengandung sisik dalam
(Jasin, 1984).
Caput dan cervix yang lebar bersatu. Pada truncus terdapat rima oris yang lebar untuk
masuknya makanan. Nares eksterna mempunyai peranan dalam pernapasan, sepasang organon
visus (mata) mata yang bulat. Dibelakang mata terdapat membran tympani untuk menerima
getaran suara. Pada akhir tubuh terdapat anus yang berfungsi sebagai pintu pelepas feses, urin
dan sel kelamin (Jasin, 1984).
Extrimitas muka yang berupa kaki/tangan berukuran pendek, terdiri atas: brachium
(lengan atas), berupa humerus, anti brachium (lengan bawah) berupa radio ulna, carpus
(pergelangan tangan), manus (telapak tangan), terdiri atas metacarpus dan palangus (jari-jari).
Extrimitas belakang yang berupa kaki belakang terdiri atas: femur (paha), crus (bagian kaki
bawah), terdiri atas tibia dan fibula, tarsus (pergelangan kaki), pes (telapak), terdiri atas
metatarsus dan phalangus (jari-jari). Kulit yang lemas (fleksibel) sebagai penutup tubuh
berfungsi menutupi tubuh terhadap gangguan yang bersifat fisis dan pathologis. Disamping itu
sebagai alat untuk menghisap air karena katak tidak minum. Kulit tersusun atas: epidermis,
dermis yang terbagi atas jaringan lain. Tiap bulan selama musim hujan dibawah lapisan jangat
baru, sehingga setiap waktu lapisan jangat yang lama terlepas sudah siap penggantinya. Biasanya
kulit jangat yang terlepas ditelan kembali (Jasin, 1984).
Menurut Jasin (1984), Kelenjar kulit terbagi atas dua macam yaitu:
1) Glandulae muccosa (kelenjar lendir) yang menghasilkan lendir bening untuk
memudahkan katak melepaskan diri bila ditangkap.
2) Glandulae toxicon (kelenjar racun) yang menghasilkan zat racun yang pada tingkat
tertentu dapat secara efektif mematikan hewan lain.
Dalam kulit terdapat pigmen (pada epidermis) dan sel pigmen (chromotopora) pada
dermis. Macam-macam chromotopora yaitu: melanophora berisi pigmen hitam atau coklat,
lipophora yang berisi pigmen merah dan kuning, guanophora yang berisi kristal-kristal putih.
Pada katak sebenarnya pigmen hijau tidak ada, tetapi warna hijau adalah hasil hasil pemantulan
secaa kimiawi dan stuktur mikrokopis pada kulit sebelah luar. Warna gelap terang disebabkan
karena mengumpul dan menyebarnya butir-butir pigmen dan chromotophora. Suhu rendah
menghasilkan warna gelap sedang suhu tinggi dan keadaan kering meningkatnya sinar
menghasilkan warna terang. Pigmen dikontrol oleh hormon yang dihasilkan oleh glandula
pituitari dan berhubungan erat dengan sistem syaraf (Jasin, 1984).
60
Sistem pencernaan dimulai dari mulut, dari mulut makanan melalui faring,
kemudian esophagus menghasilkan sekresi alkali mendorong makanan masuk ke lambung,
di lambung makanan di cerna dan diproses dengan enzim. Lambung juga menghasilkan
asam klorida untuk mengasamkan makanankemudian makanan masuk ke dalam usus
melalui pyloris, kemudian sari-sari makanan masuk ke hati yang besar terdiri atas beberapa
lobus dan bilus, yang kemudian ditampung dalam kantung empedu kemudian menuju ke
rectum kemudian dikeluarkan melalui kloaka (Kimball, 1999)
2.2.2 Sistem Pernafasan
Sistem ini terdiri atas paru-paru dari kulit serta rongga kulit. Oksigen yang berasal
dari udara larut dalam cairan permukaan respirasi atau alat dengan jalan difusi masuk ke
pembuluh darah. Paru-paru katak terdiri atas dua saku elastis yang berisi lipatan
membentuk kamar-kamar kecil yang masing-masing diliputi oleh pembuluh kapiler. Dari
paru-paru kemudian disalurkan ke trakea dan menuju ke bronkiolus kemudian menuju
alveolus (Kimball, 1999).
61
Pada sternum bertemulah os scapuia dan caracoid, dan terbentuk mangkokan cavitas
glenoidaiis yang merupakan sendi tempat kepala os humerus (Jasin, 1984).
Menurut Jasin (1984), Dua pasang extremitas ukurannya berbeda tetapi mempunyai
baagian-bagian tulang yang mirip dan dapat diperbandingkan sebagai berikut:
Extremitas anterior Extremitas posterior
Humerus Femur
Radio-ulna menjadi satu Tabia-fibula menjadi satu
Carpus Tarsus
Meta carpus Meta tarsus
Phalangus Phalangus
62
kontraksi yakni memanjang memendekkan jari dengan demikian kedua tulang yang terkait
olehnya akan bergerak (, 2009).
Tubuh tersusun atas 3 macam otot. Otot polos yang kerjanya involunter. Otot lurik
yang kerjanya Volunter dan otot jantung yang secara morfologi seperti otot lurik, namun
involunter. Otot lurik disebut juga otot skelet terbagi atas :
1. Otot daging lebar dan pipih, misalnya adalah oblicus externus dan trans versus yang
membentuk dinding perut.
2. Otot daging gilig misalnya otot bisep (pada lengan).
3. Otot daging sfingter dengan carat melintang, misalnya sfingter pada anus atau kloaka.
4. Otot lurik mengikat atau melekat pada tulang dan pada saat kontraksi atau relaksasi
akan menggerakkan tulang tersebut. Koordinasi kontraksi otot dilaksanakan oleh
sistem saraf.
Otot daging mengadakan aktivitas dengan jalan kontraksi yakni memanjang
memendekkan jari, dengan demikian kedua tulang yang terikat olehnya akan bergerak.
Otot daging secara umum dibagi atas dua kelompok yang berlawanan. Menurut Jasin
(1984), ada 7 tipe umum dari otot-otot daging dengan model aktifitasnya :
63
a. Flexor, mengikat satu bagian dengan bagian yang lain, contoh: biceps sebagai
pengikat lengan bawah dengan lengan atas.
b. Extensor, meluruskan atau memperluas suatu bagian, contoh: triceps
meluruskan lengan bawah pada lengan atas
c. Abductor, menarik suatu bagian menjauh dari sumbu tubuh (atau anggota),
contoh: deltoid menarik lengan ke samping.
d. Adductor, menarik suatu bagian menuju ke arah sumbu tubuh (atau anggota),
contoh : latianus dorsi menarik lengan atas dan kembali.
e. Depressor, menurunkan suatu bagian, contoh: depreseor manbulae
menggerakkan ke bawah rahang bawah untuk membuka mulut.
f. Levator, mengangkat atau meninggikan suatu bagian, contoh: masseter
mengangkat rahang untuk menutup mulut.
g. Rotator, memutar suatu bagian, contoh: pyriformis, meninggikan dan memutar
femur.
64
bagian dorsalnya dan sering terjadi persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa
yang paling lama bertahan dengan amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya.
Amphibi berkembangbiak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga beberapa
family Amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordoapoda. (Husnah, 2011).
65
tengah glandulae pituitary akan menghasilkan hormon internidine yang mempunyai
peranan dalam pengaturan chromotophora dalam kulit. Bagian posteior glandulae pituitary
menghasilkan suatu hormon yang mengatur pengambilan air (Jasin, 1984).
2.2.10 Otak
Fungsi otak adalah mempelajari tingkah laku katak dalam percobaan misalnya
melukai atau mengambil bagian tertentu dan memberikan rangsangan dengan aliran listrik.
Lobus olfatorious menanggapi rangsangan kimiawi yang larut diudara maupun didalam air.
Haemes phaerium cerebri merupakan derah untuk menyimpan ingatan, intelegensia dan
mengontrol kebebasan (Jasin, 1984).
Karakteristik
66
Ichthyophis glutinosus mempunyai bentuk seperti cacing, mempunyai gigi, mata
berbentuk titik hitam, bagian dorsal berwarna ungu, bagian abdomen berwarna ungu
lebih pudar daripada dorsal, antara bagian dorsal dan abdomen dibatasi oleh garis warna
putih, mempunyai ruas-ruas, tipe mulut runcing, mempunyai alat khusus seperti lateral
line.Reproduksi secara ovipar. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang
yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air
sebelum metamorphosis.
Habitat
KebanyakanCeyloncaeciliantelah ditemukandi daerah yangdulunyahutan
hujantetapitelah dikonversi menjadilahan pertanian. Hewan iniditemukan
ditumpukanmembusukmateri tanamandan pupuk kandangpadatanah yang basah.
Persebaran
Ichthyophis glutinosusmerupakan endemic Srilanka (Baulenger, 1882)
2.3.2 Megalobatrachus japonicus
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Urodela
Famili : Cryptobranchidae
Genus : Megalobatrachus
Species : japonicus
Namailmiah : Megalobatrachus japonicus
Karakteristik
Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian besar
Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies akuatik
jelas sekali mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses
evolusi Salamander yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya
paedomorphosis (adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa). Tidak adanya
paru-paru mungkin terjadi pada Salamander karena kulit Salamander memungkinkan
terjadinya pertukaran gas.
Habitat
Hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air.
67
Persebaran
Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan
Eropa.
(Pough et al., 1998)
68
Fejervarya limnocharis
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Fejervarya
Species : limnocharis
Namailmiah :Fejervarya limnocharis
Karakteristik
Tubuh berukuran kecil, jantan sampai 50 mm, betina 60 mm. Kepala runcing dan
pendek. Jari kaki setengah berselaput, tepat sampai pada ruas terakhir. Mempunyai
sepasang bintil metarsal. Kulit berkerut, tertutup oleh bintil-bintil panjang yang
tampak tipis. Bintil-bintil ini biasanya memanjang, paralel dengan sumbu tubuh.
Warna kotor seperti lumpur dengan bercak-bercak yang lebih yang kurang jelas
tetapi simetris, kadang-kadang dengan warna kehijauan dan sedikit semu kemerahan.
Habitat
Fejervarya ditemukan di sawah, lapangan berumput, tegalan, hutan jati dan di kebun-
kebun karet.
Persebaran
Jepang, India, Asia Tenggara sampai Flores.
( Bioe, 1835)
Karakteristik
Bufo melanostictus mempunyai bagian-bagian kepalayaitu: rostral, preorbital,
supraorbital, postorbital dan orbito-timpani yang pendek. Ruang interorbital lebih
luas dari bagian atas kelopak mata, tympanum sangat berbeda, setidaknya dua
pertiga diameter mata.Kodok berukuran sedang, yang dewasa berperut gendut,
berbintil-bintil kasar. Di atas kepala terdapat gigir keras menonjol yang
bersambungan, mulai dari atas moncong; melewati atas, depan dan belakang mata;
hingga di atas timpanum (gendang telinga). Gigir ini biasanya berwarna kehitaman.
Sepasang kelenjar parotoid (kelenjar racun) yang besar panjang terdapat di atas
tengkuk. Jari kaki dengan tuberkulum subarticular tunggal, elipticle parotis dengan
coklat gelap concretions branching tersebar; kulit sangat tuberculated pada panggul,
tuberkel biasanya berujung dengan duri coklat gelap, tuberkel metakarpal dan
metatarsal yang cornified dengan coklat tua. Punggung berwarna cokelat muda.
Habitat
Didaerah sekitar hunian manusia.
Persebaran
Ini adalah katak terbesar di Pakistan. Kodok ini menyebar luas mulai dari India,
Republik Rakyat Cina selatan, Indochina sampai ke Indonesia bagian barat. Katak ini
juga telah ditemui di Bali, Lombok, Sulawesi dan Papua barat.
2.3.4 Leptobranchium abbotti
Kingdom: Animalia
Pilum: Chordata
Subpilum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Megophryidae
Genus : Leptobranchium
Spesies : abbotti
Nama ilmiah : Leptobranchium abbotti
Karakteristik
Katak ini berukuran sedang (40 mm), dengan ciri-ciri memiliki kepala lebar, mata
yang besar dan ukuran kaki-kakinya yang pendek, ramping dan tanpa anyaman.
Warna: iris berwarna hitam, punggung coklat kehitaman dengan bercak-bercak,
permukaan perut berwarna putih (Amphibiaweb, 2011). Jantan mencapai 75 mm
SVL dan betina hingga 95 mm SVL. Kepala, punggung, dan badan bagian samping
adalah cokelat atau hitam sementara perut ditandai dengan bintik-bintik putih dan
hitam. Individu dari Sarawak mungkin memiliki perut abu-abu atau putih tanpa
tanda. Para kecebong besar bisa mencapai panjang 75-90 mm pada saat mereka
metamorfosa. Berudu yang pucat coklat atau kekuning-kuningan pada awalnya,
namun secara bertahap coklat gelap ke menengah. Seiring waktu, para kecebong
mengembangkan bintik hitam di ekor dan badan dengan bercak hitam selalu hadir di
persimpangan batang dan ekor (Inger dan Stuebing 1997).
Habitat
Katak ini ditemukan di seresah-seresah lantai hutan. Habitat yang digunakan adalah
tipe habitat hutan alami.
2.3.5 Megophrys nasuta
Kingdom: Animalia
Pilum : Chordata
Subpilum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Megopryidae
Genus : Megophrys
Spesies : nasuta
Nama ilmiah : Megophrys nasuta
(Schlegel, 1858).
Karakteristik
Katak ini berbeda dengan jenis Leptobrachium, karena berukuran lebih besar (70-
125 mm) yang paling besar berhasil ditemukan adalah berukuran 117 mm sedang
memakan tikus kecil berukuran panjang 80 mm. Ciri khas dari katak ini adalah pada
mata terdapat perpanjangan dermal yang jelas menyerupai tanduk, kepala dan tubuh
kekar, badan cukup besar, kaki pendek dan ramping dan bentuk moncong yang
meruncing. Warna: iris berwarna coklat kemerahan, punggung coklat kemerahan
dengan spot hitam pada punggung, dan perut berwarna putih. Biasanya ada bar, lebar
gelap di sisi kepala di bawah mata. (Amphibiaweb, 2011).Lebar kepala adalah
setengah panjang kepala-plus-tubuh. Tanduk sangat luas, menunjuk, proyeksi
segitiga dari tepi kelopak mata. Kebanyakan individu spesies ini juga memiliki
proyeksi menunjuk serupa dari ujung moncong. Bagian belakang memiliki dua
pasang panjang, sempit lipatan kulit.
Habitat
Katak ini ditemukan tepatnya pada seresah-seresah daun di lima tipe habitat yaitu
ladang, semak, perkebunan, hutan bambu, dan hutan sekunder muda. Biasanya katak
ini juga tinggal di dataran untuk hutan hujan curam, dari permukaan laut dekat
sekitar 1600 meter. Dewasa berkembang biak di sungai yang lemah untuk arus
moderat. Berudu tinggal di jeram, dan sering ditemukan bersembunyi di mana tikar
akar jejak bank vegetasi di dalam air.
Persebaran
Ditemukan di seluruh Kalimantan. Hal ini juga terjadi di Sumatera dan Semenanjung
Malaysia.
Karakteristik
Katak berukuran besar dengan lipatan-lipatan atau bintil-bintilmemanjang paralel
dengan sumbu tubuh.Hanya terdapat satu bintil metatarsal dalam, selaput selalu
melampaui bintil subartikuler terakhir jari kaki ke 3 dan ke 5. Warnanya seperti
lumpur yang kotor dengan bercak- bercak tidak simetris berwarna gelap.Sering
disertai dengan garis dorsolateral yang lebar (Iskandar,1998). Katak ini merupakan
hewan nocturnal.
Habitat
Katak ini hidup di kawasan hutan. (Putra, 2012)
Persebaran
Ditemukan di daerah Sumatera.
(Iskandar, 2003).
Karakteristik
Katak ini merupakan amphibi terbesar kedua di dunia. Ciri-cirinya yaitu tubunya
yang besar, kaki belakang panjang dan kuat, moncong menyudut tajam, kaki
belakang selaput renang penuh dan warna merah kecoklatan sampai coklat (Iskandar,
2003).
Habitat
Limnonectes blythii adalah hewan nokturnal dan semi-akuatik, terdapat di sepanjang
sungai di hutan dan semak belukar.
Persebaran
Ditemukan di seluruh bagian Indonesia.Katak ini juga ditemukan di Peninsular
Malaysia, Singapore, Borneo, Thailand and Sumatra.
2.3.8 Limnonectes kuhlii
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Limnonectes
Species : kuhlii
Nama ilmiah : Limnonectes kuhlii
(Zipcodezoo, 2009)
Karakteristik
Merupakan katak yang tambun, cincin telinga tidak jelas, kepala lebar,pelipis berotot
terutama pada yang jantan, jari seluruhnya berselaput renang sampai keujung jari.
Kaki sangat pendek dan berotot. Ukuran tubuh yang jantan dewasa sampai 80mm
dan betina dewasa sampai 70mm memiliki tekstur kuit yang sangat berkerut dan
warnanya hitam marmer diseluruh bagian dorsum sampai kehitaman (Iskandar,
1998).
Habitat
Bangkong tuli menyukai hidup di aliran air yang tenang, di anak-anak sungai dan
saluran yang tidak seberapa airnya, terutama pada genangan-genangan bercampur
serasah daun-daunan. Juga di genangan di antara batu-batu tepi sungai atau rawa-
rawa dangkal.
Persebaran
Iskandar (1998) menyebutkan bahwa jenis ini endemik di wilayah pegunungan di
Jawa, meskipun sebelumnya pernah dianggap menyebar luas di Asia. Menurutnya,
populasi-populasi di luar Jawa kini telah dipisahkan ke dalam beberapa jenis yang
lain. Di Jawa, bangkong tuli terutama tercatat dari gunung-gunung seperti G. Salak
(Ciapus), G. Gede (Cibodas, Cibeureum), G. Halimun (Nirmala, Citalahab),
Bandung (Pengalengan), G. Tangkubanperahu, G. Malabar, Peg. Ijen dan Peg.
Tengger. Juga dari kawasan G. Tilu, Kuningan.
2.3.9 Limnonectes shompenorum
Kingdom: Animalia
Pilum : Chordata
Subpilum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Limnonectes
Spesies : Limnonectes shompenorum
(Zipcodezoo, 2009)
Karakter
Limnonectes shompenorum memiliki bentuk tonjolan kurva timpanum yang pipih
pada bagian atas tympanum. Timpanum berwarna lebih gelap dibandingkan warna
kulit disekitarnya. Diameter timpanum sekitar 1/2 diameter mata. Jari tangan tidak
mempunyai selaput renang; sedangkan jari kaki berselaput renang sampai ke ujung
jari. Kulit pada punggung halus, hampir tidak ada tonjolan-tonjolan kecil. Tidak
mempunyai garis tengah memanjang pada punggung. Warna punggung coklat muda
polos. Panjang tubuh maksimum dapat mencapai 120 mm.
Habitat
Macam habitat dimana jenis ini kerap dijumpai adalah sungai berbatu berarus deras
dan persawahan di daerah dataran rendah. Kodok ini banyak dijumpai di sungai-
sungai berbatu berarus deras, tetapi sangat berlimpah di areal persawahan yang
berdekatan dengan sungai berbatu tersebut. Habitat asal dari kodok ini adalah sungai;
sedangkan persawahan adalah habitat pilihan kedua yang sangat disukainya. Di
persawahan mereka kawin dan bertelur, serta dijumpai juga individu pra dewasa;
sedangkan di sungai hampir semuanya dijumpai individu dewasa, jarang sekali
dijumpai anakan. Kodok ini tidak ditemukan pada persawahan yang berdekatan
dengan sungai besar dan dalam serta berarus lambat.
Persebaran
Kodok jenis ini hanya banyak dijumpai di daerah pantai barat Sumatra dan pulau-
pulau kecil disekitarnya. Ketinggian tempat dari sungai dan persawahan yang
umumnya mereka didapatkan berlimpah adalah antara 0-100 meter dpl. Penyebaran
L. shompenorum diketahui mulai dari pantai barat Sumatra (Bengkulu, Sumatra
Barat, Sumatra Utara, Aceh) dan pulau-pulau disekitarnya (Enggano, Siberut, Sipora,
Kepulauan Batu, Nias, Simeulue), Natuna, Nicobar, Singapura, dan Semenanjung
Malaysia (IUCN, 2006).
Karakteristik
Rana erythraea secara seksual dimorfik, betina dewasa mencapai ukuran maksimum
78 mm, dan jantan mencapai maksimum 48 mm. Warna Sirip punggung bervariasi
dari terang ke hijau gelap dan sisi ventral umumnya keputihan. Memiliki lipatan
krim dorso-lateral berwarna yang kadang-kadang berbatasan dengan hitam. Tangan
dan kakinya kekuning-kuningan dengan bercak tidak teratur. Spesies ini memiliki
kulit halus, dan panjang, jari-jari yang melebarkan ke disk dengan alur, memiliki
hindlimbs panjang. Ada tuberkulum metatarsal, tetapi tuberkulum metatarsal luar
tidak ada. Jantan yang jauh lebih kecil daripada betina danJantan dewasa pembiakan
memiliki bantalan perkawinan beludru kuning pada jari pertama, membentang dari
pergelangan tangan ke akhir metakarpal pertama (Iskandar 1998).
Habitat
Menurut Amphibianweb (2011) Rana erythraea (Green Paddy Frog), katak ini
ditemukan pada padang rumput. Lokasi yang menjadi habitatnya adalah pada hutan
sekunder muda (jurungan muda), kebun sawit dan bekas tebangan.
Persebaran
Kodok ini menyebar luas mulai dari Indochina, Filiphina, dan sampai Sumatera,
Jawa dan Kalimantan. (Iskandar, 1998).
2.4 Peranan Amphibi dalam Kehidupan
Menurut Husnah (2011), peranan Amphibi dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai
berikut:
1. Dalam rantai makanan Amphibi berperan untuk mengatur populasi serangga.
2. Amphibi merupakan makanan bagi vertebrata lain misalnya ular dan burung.
3. Amphibi digunakan sebagai makanan bagi manusia yaitu untuk memperoleh asupan
protein (misalnya katak hijau)
4. Selain itu dimanfaatkan sebagai objek praktikum dan penelitin
CLASS REPTIL
BAB IV
REPTILIA
A. Pengertian Reptil
Istilah reptile berasal dari kata Reptum yang artinya melata. Reptile juga termasuk tetrapoda
yaitu hewan berkaki empat. Jadi, Reptil merupakan organism vertebrata (bertulang belakang)
yang melata dan sebagian berkaki empat, memiliki sisik yang menutupi seluruh permukaan
tubuhnya dan bersifat poikiloterm (berdarah dingin). Menurut para ahli, reptile merupakan
organism pertama yang dapat bertahan hidup di lingkungan yang kering.
B. Ciri – Ciri Reptil
Reptil memiliki kulit bersisik dan kering yang terbuat dari zat tanduk yang fungsinya
untuk melindungi dari kekeringan.
Reptil berjalan dengan melata dimana seluruh tubuh menelungkup ke tanah, sedangkan
pada bangsa ular bergerak dengan mengerutkan otot di kedua sisi tulang belakang secara
bergantian.
Reptil memiliki dua pasang kaki dan pada tiap kaki memiliki cakar. Sedangkan pada
penyu kakinya memipih berbentuk kayuh untuk membantu ketika berenang.
Reptil berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar) pada penyu dan bertelur
melahirkan (ovovivipar) pada ular boa. Fertilisasi secara internal, alat kelamin jantan
disebut sebagai hemipenis.
C. Klasifikasi Reptilia
Klasifikasi reptil, pada awalnya didasarkan atas arsitektur tengkoraknya. Formulasi ini
dikemukakan oleh Osborn tahun 1903, yaitu ditunjukkan dengan adanya ciri-ciri tengkorak:
anapsid, diapsid, synapsid (parapsid). Sekarang klasifikasi reptil tersebut telah banyak berubah,
dan dibagi menjadi 4 ordo: Testudinata, Rhynchocephalia, Squamata dan Crocodilia.
1. Ordo Testudinata
a. Subordo Cryptodira
Subordo Cryptodira merupakan kura-kura darat, semi akuatik dan ada pula yang akuatik.
Keistimewaan dari anggota subordo ini adalah kepalanya dapat ditarik ke dalam cangkang
membentuk huruf S, mempunyai 12 sisik plastral, dan 9-8 tulang plastral. Pada sebangsa kura-
kura, jumlah sisik, keping maupun susunan tulang sangat penting artinya terutama dalam
mengidentifikasi jenisnya.
Karapaks Subordo Cryptodira bermacam-macam, mulai dari tipis hingga tebal, dengan warna
dan bentuk yang bermacam-macam pula (cembung, kotak, bulat, tebal) sesuai dengan
lingkungan hidup masing-masing jenisnya. Subordo Cryptodira dibagi dalam 11 famili
diantaranya :
1) Famili Chelydridae
a) Superfamilia Testudinoidea
Fosilnya anggota famili ini banyak ditemukan pada Jaman Krestasea Atas di Eropa. Dulunya
Geoemydidae atau lebih dikenal sebagai Bataguridae dianggap sebagai satu suku dengan suku
kura–kura air tawar Amerika Selatan. Anggota yang terbesar, yaitu Bajuku atau Biuku, yang
berada di Sumatera dan Kalimantan dapat mencapai 1170 mm. Adapun jenis-jenis anggota
famili ini yang ada di indonesia antara lain Batagur baska, Callagur borneoensis, Geoemyda
japonica, Malayemys subtrijuga, Notochelys platinota, Orlitia borneensis, Siebenrockiella
crassicollis, Coura amboinensis, Cyclemys dentata dan Heosemys spinosa.
Famili ini memiliki banyak anggota, yang paling terkenal terdapat di Kepulauan Galapagos dan
Kepulauan Secheyles. Pada kedua kepulauan tersebut mereka dikenal sebagai kura–kura purba
dan kura-kura raksasa. Di Indonesia fosilnya hewan ini dijumpai di Jawa, Flores, Timor dan
Sulawesi. Kura–kura Kuning di Sulawesi dan Baning yang terdapat di hutan–hutan Sumatera
dan Kalimantan merupakan kerabat kedua anggota famili di Kepulauan Galapagos dan
Kepulauan Secheyles yang masih hidup di Indonesia. Di Asia Tenggara terdapat tiga genus
yaitu Indotestudo dan Manouria yang masih hidup dan diwakili oleh satu jenis saja di
Indonesia, dan Geochelone yang ditemui dalam bentuk fosil di Jawa, Sulawesi dan Nusa
Tenggara. Contohnya :Geochelone gigantean, Testudo hermanii, Testudo elephantopu
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Testudines
Subordo : Cryptodira
Famili : Testudinidae
Genus : Geochelone
Testudo hermanii
3) Famili Emydidae
Sebagian besar anggota famili ini merupakan kura-kura semiakuatik. Ada beberapa jenis yang
hidup di air laut ( Malaclemys terrapin), ada yang hidup di darat (beberapa spesies Terrapene)
dan ada yang sepenuhnya akuatik( Terrapene coabuila). Sebagaian besar merupakan omnivora
akan tetapi terdapat beberapa jenis yang murni karnivora ( misalnya genus Emydoidea dan
Deirochelys). Anggota famili ini mempunyai cangkang yang keras. Terdiri dari 12 genera dan
kurang lebih 39 spesies. Di indonesia, beberapa jenis kura-kura anggota famili ini merupakan
hewan import yang diperdagangkan bebas, misalnya Trachemys scripta( kura-kura brazil).
b) Superfamilia Trionychoidea
– Famili Carettochelydae
– Famili Trionychidae
– Famili Kinosternidae
– Famili Dermatemydidae
Kura-kura ini memiliki penyebaran paling luas di dunia. Terdapat diseluruh benua, kecuali
Australia yang hanya berupa fosil saja. Tiap genus dari suku ini hanya memiliki satu sampai
tiga anggota saja yang dapat dibedakan dengan mudah dari perisainya yang berasal dari tulang
rawan dan ekornya yang agak panjang. Pada beberapa jenis, kaki belakangnya dapat
disembunyikan dalam suatu katub perisai. Lehernya relatif panjang, sehingga kepalanya hampir
dapat mencapai bagian belakang tubuhnya. Lubang hidungnya terletak pada ujung moncong
yang kecil dan pendek. Ukurannya dapat mencapai panjang satu meter, dengan berat satu
kuintal. Adapun beberapa jenis anggota super famili ini yang berada di indonesia
adalah Amyda cartilaginea (bulus), Dogania subplana( labi-labi hutan), Pelodiscus sp., Chitra
chitra (manlai/labi-labi bintang), Pelochelys bibroni ( labi-labi irian), Pelochelys
cantori ( antipa/labi-labi raksasa), dan Charettochelys insculpta ( moncong babi).
Dogania subplana
c) Superfamilia Chelonioidea
Semua anggota Famili Cheloniidae hidup di laut tropik, subtopik, terkadang ada di daerah
dengan iklim temperate. Penyu ini tersebar luas di samudra-samudra di seluruh dunia. Dari
tujuh spesies anggota famili ini, enam diantaraya ditemukan di Indonesia. Adapun contoh
spesies anggota famili ini antara lain Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Sisik
( Eretmochelys imbricata), Penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu tempayan (Caretta
caretta). Perkawinan terjadi di laut, karenanya hewan yang jantan tidak pernah naik ke daratan, hanya
yang betina saja yang naik untuk bertelur.
Satu-satunya anggota dari famili ini yang masih tersisa adalah Penyu Belimbing. Penyu ini
mempunyai persebaran yang luas, hingga ke daerah beriklim dingin. Ciri–ciri penyu ini adalah
warna tubuh hitam sampai abu–abu kehijauan, kaki tidak bercakar dan perisai ditutupi oleh
kulit sebanyak tujuh lipatan memanjang dan berbintik putih tanpa keping yang jelas. Penyu ini
dapat dengan mudah dibedakan dengan ciri perisainya yang dibentuk oleh tulang–tulang kecil
yang tertanam dibawah kulit yang tersusun dalam tujuh baris yang membentuk lunas pada
perisai punggungnya. Perisai perutnya pun tersusun sedemikian rupa sehingga terdapat dua
baris yang rapat bersebelahan. Anakannya berwarna hitam dengan bagian bawahnya berwarna
coklat. Contoh spesies anggota famili ini adalah Dermochelys coriacea
1. b. Subordo Pleurodira
Sub-ordo Pleurodira merupakan kura-kura akuatik dengan ciri memiliki leher yang panjang.
Kepalanya dapat dilipat ke samping badan namun tidak dapat ditarik ke dalam tempurungnya.
Karapaks biasanya berbentuk oval dan berwarna gelap, memiliki 13 sisik plastral dan 9-11
tulang plastral. Pelvisnya bersatu dengan tempurung/cangkang.Merupakan hewan karnivora,
pemakan siput, kura-kura, dan amphibi.
– Famili Chelidae
– Famili Pelomedusidae
– Famili Podocnemididae
Contoh dari Subordo Pleurodira antara lain :Chelodina oblonga, Eydura subglobosa(Famili
Chelidae), dan Pelomedusa subrufa (Famili Pelomedusidae)
1) Famili Chelidae
Famili ini terdiri dari kurang lebih 17 genus dan 54 spesies. Famili ini dapat dikenali dari
lehernya yang tidak dapat dimasukkan ke dalam perisainya, dan bagian perisainya mempunyai
keping intergular. Famili ini dianggap lebih primitif daripada kura–kura yang dapat
menyembunyikan lehernya dalam perisai. Diperkirakan nenek moyangnya telah ada sejak 223
juta tahun yang lalu, berdasarkan fosil–fosil dari Genus Chelodina, Elseya, dan Emydura.
Genus Chelodina dikenali dari kaki depan dengan empat kuku, keping intergular yang tidak
berhubungan dengan tepi perisai yang relatif panjang. Genus ini dibagi menjadi dua, yakni
kura–kura dengan leher panjang dan kepala yang juga relatif panjang dan kelompok yang
kedua adalah kura–kura dengan panjang leher sedang dan kepala relatif pendek dan lebih besar.
1. 2. Ordo Rhynchocephalia
Yang masih hidup sampai sekarang mempunyai bentuk serupa kadal, berkulit tanduk dan
bersisik, bergranula, punggungnya berduri pendek.Tulang rahang mudah digerakkan. Contoh
yang masih hidup di Australia :Sphenodon punctatum (Tuatara).
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Rhynchocepholia
Famili : Rhynchocepholidae
Genus : Sphenodon
1. 3. Ordo Squamata
Ordo ini memiliki tubuh yang ditutupi sisik epidermis bertanduk yang
secara periodik mengelupas sebagiansebagian atau keseluruhan.
Osteoderm biasanya tidak ada tapi pada beberapa jenis Squamata
terdapat pada kepala dan tempat lain. Kepala pada dasarnya tipe
diapsid, arcade bawah tidak sempurna atau tidak ada dan arkade atas
juga sering demikian.Tidak memiliki tulang kuadratojugal (penghubung tulang kuadrat dan
jugal) sehingga memungkinkan terjadinya gerakan kinesis (pergerakkan tengkorak akibat posisi
tulang kuadrat).Lubang hidung berpasangan.Sering memiliki mata pineal pada kelompok kadal
tapi pada kelompok ular tidak ditemukan.Memiliki lubang kloaka transversal dan pada yang
jantan terdapat dua hemipenis.OrganJacobson berkembang baik dan terpisah sempurna dari
rongga hidung. Ordo ini terbagi atas dua sub ordo yaitu Sauri/Lacertalia dan
Serpentes/Ophidia.
Anolis carolinensis
Sub ordo ini memiliki tubuh berbentuk silindris, mempunyai dua pasang extremitas. Cingulum
anterior (pectoral girdle) dan cingulum posterior (pelvic girdle) tumbuh baik.Chameleo
chameleon Makanannya berupa insecta atau Invertebrata lainnya, ada yang herbivore.Terdapat
di daerah tropis.Dari kesemua famili anggota lacertilia, terdapat 4 famili yang ada di indonesia,
yaitu Agamidae, Gekkonidae, Scincidae, Varanidae
1) Famili Agamidae
Famili ini memiliki ciri badan pipih, tubuhnya ditutup sisik bentuk bintil atau yang tersusun
seperti genting, demikian pula dengan kepalanya penuh tertutup sisik.Lidahnya pendek, tebal,
sedikit berlekuk di ujung serta bervilli.Jari-jarinyakadang bergerigi atau berlunas Tipe
gigi acrodont.Pada Draco volans memiliki pelebaran tulang rusuk dengan lipatan kulit.
Habitatnya di pohon dan semak.
2) Famili Scincidae
Ciri umum dari famili ini adalah badannya tertutup oleh sisik sikloid yang sama besar,
demikian pula dengan kepalanya yang tertutup oleh sisik yang besar dan simetris. Lidahnya
tipis dengan papilla yang berbentuk seperti belah ketupat dan tersusun
seperti genting.Tipe giginya pleurodont.Matanya memiliki pupil yang membulat dengan
kelopak mata yang jelas.Ekornya panjang dan rapuh. Contoh spesies famili ini
adalah Mabouya multifasciata
3) Famili Varanidae
Ciri dari famili ini adalah badannya yang besar dengan sisik yang bulat di bagian dorsalnya
sedang di bagian ventral sisik melintang dan terkadang terdapat lipatan kulit di bagian leher
dan badannnya.Lehernya panjang dengan kepala yang tertutup oleh sisik yang berbentuk
polygonal.Lidahnya panjang bercabang dan tipe giginya pleurodont.Pupil matanya bulat
dengan kelopak dan lubang telinga yang nyata.
Anggota famili ini yang terbesar adalah komodo ( Varanus komodoensis ) yang panjangnya
dapat lebih dari 3 meter. Komodo persebarannya terbatas di beberapa pulau kecil di Nusa
Tenggara. Suku varanidae terdiri dari dua kelompok yang sedikit berbeda, yaitu marga Varanus
yang besar ( lebih dari 35 spesies di seluruh dunia) dan marga Lanthanous yang sejauh ini
berisi spesies tunggal L. Borneensis yang berasal dari kalimantan. Marga Lanthanous ini
merupakan biawak yang bertubuh kecil dan tanpa lubang telinga
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Varanidae
Genus : Varanus
Panjang badannya sampai 3 mater dengan berat badannya mencapai 140 kg.Ekornya panjang,
gemuk agak pipih, sedangkan kepalanya bermoncong tidak runcing. . Ekor binatang ini
merupakan alat yang ampuh untuk meroboh kan mangsanya dalam sekali serangan. Lidahnya
panjang, bercabang dua diujungnya dan berwarna kuning kemerah-merahan.Seluruh tubuhnya
kulit kera, berwarna hitam keabu-abuan. Kulit binatang ini bercorak khusus, kecuali pada
biawak yang muda, kulitnya berkembang-kembang berwarna hitam kekuning-kuningan
4) Famili Gekkonidae
Gekkonidae banyak ditemukan di iklim yang hangat. Memiliki keunikan yang berbeda dengan
famili yang lain dari vokalisasinya, ketika bersosialisasi dengan gecko yang lain. Kebanyakan
gecko tidak mempunyai kelopak mata, melainkan matanya dilapisi membrane transparan yang
dibersihkan dengan cara dijilat. Banyak spesies anggota gekkonidae yang memiliki jari khusus
yang termodifikasi untuk memudahkannya memanjat permukaan vertikal maupun melewati
langit-langit dengan mudah
Kebanyakan gecko berwarna gelap namun ada pula yang berwarna terang.Beberapa spesies
dapat mengubah warna kulitnya untuk membaur dengan lingkungannya ataupun dengan
temperature lingkungannya.Beberapa spesies dapat melakukan parthenogenesis dan juga
beberapa spesies betina dapat berkembang biak tanpa pembuahan.
Gekko gecko
Tubuh tidak memiliki extremitas, walaupun sisanya ditemukan pada spesies tertentu.
Mandibula (rahang bawah) terikat seluruhnya dengan ligament;gigi bulat panjang. Diantara
spesies yang berbisa memiliki gigi taring, taring atas berfungsi alat penyuntik bisa. Anggota
sub ordo kurang lebih 2500 spesies. Contoh :Lampropeltis bovlii (ular Weling)
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Pythonidae
Genus : Python
Warnanya kuning cerah dengan sebagian warna putih di bagian bawah tubuhnya.Phyton
Morulus bisa mencapai 17 sampai 18 kaki dan dapat mencapai berat lebih dari 200
pon.Memiliki mata yang sempurna yang digunakan untuk melihat mangsa.Memiliki sisik
disepanjang sisi tubuhnya. Memiliki lidah yang panjang tetapi kecil digunakan sebagai indra
pembau.Umumnya mencari makan pada malam hari.
Keunikan lain yang dimiliki oleh subordo ini adalah seluruh organ tubuhnya termodifikasi
memanjang. Dengan paru-paru yang asimetris, paru-paru kiri umumnya vestigial atau
mereduksi. Memiliki organ perasa sentuhan (tactile organ) dan reseptor yang disebut Organ
Jacobson ada pula pada beberapa jenis yang dilengkapi dengan Thermosensor. Ada sebagian
famili yang memiliki gigi bisa yang fungsinya utamanya untuk melumpuhkan mangsa dengan
jalan mengalirkan bisa ke dalam aliran darah mangsa.
Aglypha : tidak memiliki gigi bisa. Contohnya pada Famili Pythonidae, dan
Boidae.
Proteroglypha : memiliki gigi bisa yang terdapat di deretan gigi muka (bagian depan).
Contohnya pada Famili Elapidae dan Colubridae.
Solenoglypha : memiliki gigi bisa yang bisa dilipat sedemikian rupa pada saat
Sedangkan untuk bisa ular, terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk melumpuhkan mangsa,
perlindungan diri ataupun untuk membantu pencernaannya, yaitu :
Haemotoxin : bisa yang menyerang sistem peredaran darah yaitu dengan cara
Cardiotoxin : masih berkaitan dengan sistem peredaran darah, bisa jenis ini melambat
dan akhirnya dapat berhenti. Contoh Famili yang memiliki bisa jenis ini tidak spesifik.
Dalam arti, banyak famili yang sebagian anggotanya memiliki bisa jenis ini.
Neurotoxin : bisa yang menyerang syaraf, menjadikan syaraf mangsanya lemah
sehingga tidak dapat bergerak lagi dan dapat dimangsa dengan mudah. Famili Elapidae
dan Hydrophiidae adalah contoh famili yang memiliki bisa tipe ini.
1. 4. Ordo Crocodilia
Ordo crocodylia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di antara reptil lain. Kulit
mengandung sisik dari bahan tanduk.Di daerah punggung sisik-sisik itu tersusun teratur
berderat ke arah ternversal dan mengalami penulangan membentuk perisai dermal.Sisik pada
bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi
empat.Kepala berbentuk piramida, keras dan kuat, dilengkapi dengan gigi-gigi runcing bertipe
gigi tecodont.Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorso-lateral.Pupil vertikal
dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang membungkus tulang sehingga lubang
tersebut hanya nampak seperti celah.Lubang hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong
dan dilengkapi dengan suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara otomatis pada
saat buaya menyelam.Ekor panjang dan kuat.Tungkai relatif pendek tetapi cukup kuat.Tungkai
belakang lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai depan berjari 5 tanpa selaput.
Jantung buaya memiliki 4 ruang namun sekat antar ventrikel kanan dan kiri tidak sempurna
yang menyebabkan terjadinya percampuran darah.Pada jantungnya memiliki foramen panizza.
Crocodilia merupakan hewan poikilotermik sehingga kebanyakan akan berjemur di siang hari
unutk menjaga suhu tubuhnya. Mereka berburu di malam hari.Crocodilian dewasa terutama
yang dominan memiliki teritori tersendiri, namun pada musim kering teritori tersebut dilupakan
karena daerah mereka menyempit akibat kekeringan.
a) Famili Alligatoridae
Famili Alligatoridae memiliki ciri-ciri bentuk moncongnya yang tumpul dengan deretan gigi
pada rahang bawah tepat menancap pada gigi yang terdapat pada rongga pada deretan rahang
atas sehingga pada saat moncongnya mengatup hanya deretan gigi pada rahang atasnya saja
yang terlihat.dapat mencapai umur maksimal hingga 75 tahun. Tahan terhadap suhu
rendah.memiliki lempeng tulang pada punggung dan bagian perut bawah memiliki sisik dari
bahan tanduk yang lebar.yangberjumlah lebih dari 6 sisik
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Crocodilia
Famili : Alligatoridae
Genus : Alligator
Spesies : A. mississipiensis
b) Famili Crocodylidae
Ciri-ciri Famili Crocodilidae adalah moncongnya meruncing dengan bentuk yang hampir
segitiga dan pada saat mengatup, kedua deret giginya terlihat dengan jelas. Kedua tulang rusuk
pada ruas tulang belakang pertama bagian leher terbuka lebar.Terdapat pula baris tunggal sisik
balakang kepala yang melintang yang tidak lebih dari 6 buah di bagian tengkuk.
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Crocodilia
Famili : Crocodylidae
Genus : Crocodylus
Spesies : C. noveguineae
Spesies yang sering disebut sebagai Buaya Irian ini dibedakan dengan buaya yang lain
berdasrkan ukuran sisiknya yang lebih besar, terutama sisik ventralnya. Sisik belakang
kepalanya berjumlah 4-7 buah.Sisik D.C.W (Double Crest Whorl) sejumlah 17-20 pasang,
sedangkan Sisik S.C.W (Single Crest Whorl) berjumlah 18-21 buah. Jumlah sisik ventral terdiri
atas 23-28 baris dari depan ke belakang. Ukuran maksimum dapat mencapai 3350 mm untuk
jantan dan 2650 mm untuk betina.
Pada waktu akan bertelur, betina akan membuat sarang dan bertelur pada awal musim kemarau,
hal ini berlawanan dengan Crocodylus porosus. Telur – telur ini dijaga oleh induk sampai
mereka dapat mencari makanan sendiri. Buaya-buaya ini menempati habitat yang sama dengan
buaya air tawar di Indonesia Barat dan dijumpai sampai ke pedalaman dengan persebaran
meliputi Irian sebelah utara, mulai dari daerah DAS Memberamo, sampai semenanjung selatan
Papua Nugini.
Buaya muara dikenal sebagai buaya terbesar di dunia dan dapat mencapai panjang tujuh meter.
Buaya ini dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik belakang kepalanya yang kecil
ataupun tidak ada, sisik dorsalnya berlunas pendek berjumlah 16-17 baris dari depan ke
belakang biasanya 6-8 baris. Tubuhnya berwarna abu-abu atau hijau tua terutama pada yang
dewasa pada sedangkan yang muda berwarna lebih kehijauan dengan bercak hitam, dan pada
ekornya terdapat belang hitam dari bercak- bercak berwarna hitam.
Saat bertelur, betina akan membuat sarang dari sampah tumbuhan, dan dedaunan. Buaya ini
bertelur pada awal musim penghujan. Telur – telur ini akan terus dijaga oleh induk sampai
menetas dan mereka dapat mencari makanan sendiri.
Buaya jenis ini menempati habitat muara sungai. Kadang dijumpai di laut lepas.Makanan
utamanya adalah ikan walaupun sering menyerang manusia dan babi hutan yang mendekati
sungai untuk minum.Persebaran buaya ini hampir di seluruh perairan Indonesia.
Dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik post occipital-nya yang berjumlah 2-4
buah. Moncongnya tidak berlunas tetapi terdapat lunas yang jelas di antara kedua matanya..
Panjang moncongnya satu setengah sampai satu tiga perempat kali lebarnya. Umumnya
memiliki 3-4 buah sisik belakang kepala. Tubuhnya kecil dan hanya dapat mencapai panjang
sekitar satu meter, berwarna hijau tua kecoklatan dan anakan berwarna lebih muda dengan
bercak- bercak pada punggung dan ekor. Belang hitam pada ekor umumnya tidak utuh. Buaya
Air Tawar betina bertelur pada awal musim penghujan.
Buaya ini hidup pada pedalaman dengan air yang tawar, sungai atau rawa-rawa. Makanan
utamanya adalah ikan. Jenis ini juga dikenal sebagai buaya
Buaya ini dapat dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan moncongnya yang sangat
sempit dengan ukuran tubuh yang mencapai 5,6m. Jari kakinya memiliki selaput, dan sisi
kakinya berlunas.Matanya memiliki iris yang tegak.Betinanya bertelur pada awal musim
penghujan.Telurnya diletakkan dalam tanah dan ditimbun dengan sampah tetumbuhan.
Habitat yang menjadi favorit buaya ini adalah lubuk-lubuk yang relatif dalam, rawa-rawa,
hingga ke pedalaman.Makanan utama adalah ikan, udang dan juga monyet. Persebaran buaya
ini meliputi Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.
c) Famili Gavialidae
Famili Gavialidae memiliki bentuk moncong yang memanjang dan pada saat moncong tersebut
menangkup, kedua deret gigi yaitu yang berada di rahang atas dan rahang bawah terlihat
berseling. Ujung moncongnya melebar dan bersegi 8.sekilas bentuknya mirip dengan
Tomistoma schlegelii.
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Crocodilia
Superfamili: Gavialoidea
Famili : Gavialidae
Genus : Gavialis
Spesies : G. gangeticus
A. MORFOLOGI AVES
Kelas aves adalah kelompok hewan vertebarata dengan ciri hampir semua tubuhnya tertutup oleh
bulu. Topografi luar atau ciri morfologi aves secara umum yakni seluruh tubuh ditutupi oleh bulu
dengan ukuran yang berbeda antara yang di kepala, tubuh dan sayap serta ekor.
Dengan mengetahui ciri-ciri morfologi, maka dapat mempermudah identifikasi suatu jenis
burung. Karakter morfologi burung dapat dibedakan atas: paruh, kepala, leher, badan, sayap,
tungkai dan ekor. Bagian-bagian utama dari morfologi pada kelas aves dibedakan atas empat
bagian, yaitu:
Kepala (Caput)
Kepala aves terdapat beberapa organ, yaitu:
2. Sera (cere) adalah pangkal paruh atas yang tidak berbulu, tempat terdapatnya lubang
hidung yang berupa tonjolan kulit
4. Membrana niktitans di sudut mata yang dapat ditarik hingga menutupi mata
5. Lubang telinga atau porus akustikus eksternus, tidak ada daun telinga terletak
dorsokaudal mata dan di dalam ada membrana timpani
6. Paruh (rostrum), terdiri atas bagian bawah dan atas, bahan pembentuknya berupa tanduk.
Gambar 2. Morfologi kepala burung secara umum.
Badan (Truncus)
Badan berbentuk lonjong ditutupi bulu-bulu yang bermacam-macam. Tubuh Aves hampir seluruh
tubuhnya tertutup oleh bulu-bulu. Bulu pada kelas aves dibedakan atas dua macam:
1. Bulu lengkap (plumae), bulu ini tersusun atas: batang bulu dan lembaran bulu. Susunan
batang bulu terdiri atas: calamus dan rachis. Lembaran bulu, tersusun atas
deretan barbae, diantara barbae terdapat barbulae berkait.
2. Bulu tak lengkap dibedakan atas (a). Plumulae, dengan bagian-
bagian: calamus(pendek), barbae (tidak membentuk lembaran bulu), barbulae (tak
berkait). (b) Filoplumae, dengan bagian-bagian: calamus dan rachis (batas tak
jelas), berbae(pada bagian ujung). Pada bulu ini tidak dijumpai adanya barbulae.
Ekor (cauda)
Ekor aves memiliki bulu-bulu yang berperan sebagai kemudi. Pengertian ekor adalah bulu-bulu
ekor (Rectriches). Panjang pendeknya rectriches pada tepi posterior ekor berbeda-beda dan
memiliki ciri yang spesifik. Beberapa ciri ekor pada burung yakni:
a. Panjang apabila ukurannya lebih panjang dari badan.
b. Pendek apabila ukurannya lebih pendek atau sama dengan panjang badan
c. Rata apabila semua bulu sama panjang
d. Bulat apabila bulu tengah jauh lebih panjang, makin ke tepi berangsur memendek.
e. Runcing apabila bulu tengah jauh lebih panjang dari pada bulu yang lain berbentuk.
Ekstremitas
Ektremitas atau anggota gerak pada kelas aves terdiri dari:
1. Ekstremitas kranialis atau membrum superior merupakan sayap yang ditutupi bulu. Ciri-ciri
sayap burung antara lain:
a. Panjang: bila ukuran dari bengkokan kedua sampai ke ujung, lebih panjang dari pada
badan.
b. Pendek: bila bagian itu lebih pendek dari pada badan.
c. Bulat: bila primarius bagian tengah merupakan yang paling bulu-bulu panjang, sisinya
berangsur-angsur memendek berpangkal dan ke ujung sayap.
d. Runcing: bila primarius paling ujung merupakan bulu-bulu yang panjang
3.
c. Tipe berenang: dibedakan atas beberapa macam misalnya (a) palmata: 3 jari depan
dihubungkan oleh selaput jari ke-1 bebas. (b) totipalmata: keempat jari dihubungkan
oleh selaput yang halus.
Sistem gerak aves tersusun atas otot-otot antara lain: otot lidah, otot multifidis cervicis,
otot pectoralis, otot supracoracoideus, otot semitendinosus flexor, otot peroneus longus, otot
gastrocnemius, otot obliquus abdominus externus, otot levator caudae, otot depressor caudae,
otot iliotibialis, otot extensor jari, otot pelvic girdle, otot dada (thoraks), otot flexor jari, otot
tricep brachii, otot bicep brachii, dan otot patagial tendon.
Sistem Rangka
Sistem rangka aves (burung) merupakan alat gerak pasif. Sistem rangka burung tersusun atas
berbagai jenis tulang yang tertera dalam gambar berikut:
(1) Tengkorak; (2) Cervical vertebrae/Tulang leher; (3) Furcula; (4) Korakoid; (5) Bengkokan
tulang rusuk; (6) Keel; (7) Patela/lutut; (8) Tarsometatarsus; (9) Jari; (10) Tibia/Tibiotarsus;
(11) Fibia/Tibiotarsus; (12) Femur/Tulang paha: (13) Iskium; (14) Pubis: (15) Illium: (16)
Tulang ekor: (17) Pygostyle; (18) Synsacrum; (19) Scapula; (20) Lumbar vertebrae; (21)
Humerus; (22) Ulna; (23) Radius: (24) Karpal; (25) Metakarpal; (26) Jari; (27)Alula
Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan Aves terdiri atas rongga mulut yang terdapat lidah, oesofagus panjang
dimana pada burung pemakan biji-bijian oesofagus membentuk pelebaran ke ventral biasa
disebut tembolok yang berfungsi untuk menyimpan makanan sementara. Ventrikulus terbagi
menjadi 2, yaitu:
a. Proventrikulus bersifat kelenjar
b. Ventrikulus bersifat musculer
Intestinum tenue dan intestinum krasum dibatasi oleh seka koli yang panjang kecuali pada
merpati seka koli pendek terlihat di kanan kiri intestinum hampir menuju kloaka. Pada burung
tonjolan dorsal kloaka membentuk bursa kloakalis atau bursa Fabricii.
Kelenjar pencernaan aves terdiri atas hepar dengan dua lobus atau lebih ada vesika felea
kecuali merpati. Pankreas terletak antara pars desendens dan pars asendensdengan duktus dan
bermuara pada pars asendens duodenum.
Sistem Respirasi
Aves memiliki kantung kantung udara selain paru-paru yakni ada 5 kantung udara yaitu (1)
servikalis, (2) interklavikularis, (3) anterior thorakhalis, (4) posterior thorakalis dan (5)
abdominalis. Udara masuk dari rongga hidung menuju ke trachea lalu ke bronchus primer
kemudian ke mesobronkhus dan menuju bronkhus sekunder baru ke kantung udara. Jika akan
digunakan maka udara yang ada di kantung udara akan dikeluarkan kembali melalui bronchus
sekunder dan parabronkhi ke paru-paru.
Ukuran paru-paru aves kecil dan penuh vaskularisasi dengan kemampuan mengembang sedikit
karena melekat pada koastae dan vertebrae thoraks trachea.
Sistem Transpor dan Jantung
Pada aves sistem ini sama dengan pada mamalia, dengan jantung yang terdiri atas empat ruang,
yaitu atrium dekstra dan sinistra serta ventrikel dektra dan sinistra. Sinus venosus menghilang,
pembuluh darah yang masuk ke atrium adalah dua vena kava dan satu vena kava posterior,
sedangkan pembuluh darah yang keluar dari anterior ventrikel dekstra adalah aorta pulmonalis
dan dari ventrikel si arkus aorta, Peredaran darahnya ganda, tidak ada pencampuran darah.
Sistem organ transportasi pada aves terdiri dari: Jantung, Aorta, Arteri Pulmonari, Arteri
Carotid , Vena Jugular, Arteri Femoral, Vena Femoral, Arteri Brachial, Vena Brachial, Vena
Cava Cranial, Vena Cava Caudal , Arteri Caudal & Internal Iliac, Vena Caudal & Internal Iliac.
Sistem Uropoetika
Sistem ini terdiri atas:
1. Ginjal (ren). Jumlahnya sepesang, terletak retroperitonial, di daerah punggung, warna
merah coklat. Terdiri atas 3 lobus, saling berhubungan, pada kranial terdapat kelenjar
adrenalis
2. Ureter. Jumlah sepasang, ke arah kaudal bermuara dalam kloaka bagian uradaeum
3. Kloaka adalah ruangan tunggal pada dinding sebelah dorsal didapatkan buta fabricii.
Terdapat tiga bagian yakni (1) Urodaeum adalah bagian bermuaranya ureter dan saluran
gonad (2) Koprodaeum adalah tempat bermuara saluran makanan Tidak ada vesika
urinaria (3) Proktodaeum adalah lubang keluar
Sistem Genitalia
Sistem genitalia, misal pada burung terdiri atas beberapa organ, yakni:
Jantan
1. Testis. Sepasang, oval, terletak ventral dari lobus ren bagian kranial
2. Epididimis. Sepasang, kecil, dorsal dari testis, suatu saluran yang menuju ke duktus
deferen
3. Duktus deferen. Saluran sepasang, agak berkelok pada burung yang tua dan lurus pada
burung yang muda, ke kaudal menyilang ureter menuju ke
4. Kloaka. Sebelah lateral tepat pada bagian urodeaum bermuara d deferens
Betina
1. Ovarium. Tunggal hanya kiri yang berkembang, difiksir oleh mesovarium
2. Oviduct. Saluran lurus pada burung muda, berkelok pada burung tua. Bagian dekat
ovarium adalah infundibulum seperti corong dengan lubang ostium abdominalis,
menggantung pada mesosalphink
3. Tuba
4. Uterus adalah bagian tuba yang membesar
5. Kloaka. Tempat muara langsung dari uterus
Urodaeum bagian bermuaranya ureter dan saluran gonad. Saat kopulasi proktodea dari kedua
jenis kelamin ini akan melekat erat, sehingga spermatozoa dicurahkan ke kloaka.
Sistem Saraf
Sistem saraf pada aves ini dibedakan atas Sistem Saraf Pusat dan Sistem Saraf Tepi.
Encephalon:
terdapat dalam rongga tengkorak, diliputi selaput duramater dan piamater
hemispher serebri meluas sampai serebelum, di ujung depan terdapat bulbu olfaktorius
kecil sepasang
mesencephalon sebagai lobus optikus, bundar, nampak epifisis
serebelum relatif besar termasuk rhombencephalon, menuju kearah kaudal medula
oblongata dan sebagai medula spinalis
Nervo kranialis dari dasar otak ada 12 pasang, sedangkan nervi spinalis keluar dari segmen
medulla spinalis.
C. KLASIFIKASI AVES
Burung-Burung yang Hidup di Tanah.
Burung yang hidup di tanah umumnya bersifat omnivora,mengambil makanan di
tanah,dan umumnyamempunyai kaki yang kuat untuk mencakar-cakar tanah atau untuk
menyimpan makanan. Meskipun Tinamae, dan kebanyakan Galliformes dan Gruiformes dapat
terbang jarak pendek,namun biasanya mereka menghindari predatornya dengan berlari,kecuali
jenis Crane yang dapat bermigrasi. Burungburung ini biasanya membuat sarang di tanah
seadanya dan menggunakan sedikit bahan-bahan yang ada di tanah. Umumnya terdapat sexual
dimorfisma dan induk betina berkamuflase untuk mengerami telur. Induk jantan sedikit sekali
peranannya dalam pengeraman telur dan mengasuh anak-naknya. Kondisi ini menyebabkan
pada umumnya hewan jantan bersifat poligami. Anak-anak precocial,bulu-bulunya segera
mengering setelah menetas dan dapat Segera meninggalkan sarang untuk mencari makan,
sehingga pengasuhan induk sangat minimal.
baling-baling.
1. Ordo-ordo di Ratidae
Ordo Struthtioniformes
Sayap berkembang dengan baik untuk ukuran ratitae dan memiliki 16 primaries,
meski tak dapat digunakan untuk terbang namun dapat membantu waktu berlari.
Kaki sangat kuat hanya memiliki dua jari yaitu jari ke III dan IV, jari ke III sangat
panjang dan bercakar, jari ke IV agak pendek dan tak bercakar. Ekor memiliki lebih
dari 60 bulu yang tersusun berlapis-lapis dan hanya 14 yang benar-benar termasuk
bulu ekor (rectrices). Tersebar di Afrika, Arab, dan Siria. Merupakan burung
terbesar di dunia dengan tinggi 2,5 meter, contoh: Struthio camelus.
b. Dromidae
Gambar mempunyai
Sayap yang tereduksi 12 Casuariuslebih
casuarius
dari 7 primaries yang tak berbeda
dengan bulu-bulu lainnya. Pada kepala tidak terdapat cassue, dan leher tertutup
oleh bulu-bulu kecil dan jarang menutupi kulit berwarna biru pucat. Saat dewasa
bulu berwarna cokelat. Cakar pada jari sebelah dalam tidak memanjang.
Tersebar di sebagian besar Australia, contohnya; Dromaius novaeholladie
merupakan burung besar yang tidak bisa terbang dari Australia (Almeida, Silva,
Gallo, Eckhardt, & DiFillippo, 2015).
Gambar 13. Dromaius novaeholladie
Ordo Apterigyformes
Ordo Apterygiformes adalah ordo aves yang tidak bisa terbang dengan ciri-ciri
tulang coracoid dan scapula kecil; tidak bisa terbang; terestrial; bulu seperti rambut
dan tidak memiliki aftershaft; sayap rudimenter; paruh panjang dan ramping; lubang
hidung di ujung paruh; leher dan tungkai pendek; Sayap vestigial dan tertutup oleh
bulu tubuh sehingga bagian sayap tampaknya tidak ada. Kaki pendek tetapi kuat dan
mempunyai 4 jari. Tiga jari depan panjang, jari belakang pendek dan agak naik. Jari
mempunyai cakar. Tidak mempunyai ekor, tidak ada rectrices. Anggotanya tersebar
di New Zealand, contohnya: Apteryx australis (Kiwi)
Ordo Gruiformes
Ordo Gruiformes memiliki paruh berukuran besar; tidak pandai terbang; tungkai
panjang. Bulunya sangat beragam, paruhnya beragam tapi ramping khas dan tajam.
Contohnya: Turnix maculosa ( Gemak Totol), Turnix suscitator ( Puyuh/Gemak
loreng), dan Fulica atra (Mandar Hitam).
Burung-Burung Aquatik
Pada umumnya burung aquatik menggunakan kakinya untuk berenang,atau mempunyai
kaki yang panjang untuk berjalan di air yang memungkinkan mereka untuk mencari makanan
di lingkungan aquatik. Burung Aquatik cenderung dikategorikan ke dalam tiga kelompok
sekalipun batasnya tidak terlalu tajam. Pertama,adalah burung laut (marine birds) yang mencari
makan di alaut lepas dan kembali ke darat untuk berkembang biak di pulau karang pantai.
Kedua,adalah kelompok yang terutama mengandalkan air tawar sebagai sumber makanan dan
cenderung membuat sarang dekat sumber makanannya. Ke tiga adalah kelompok burung pantai
yang terdiri dari sub ordo yaitu Charadiiformes.
Ordo Podicipediformes
Ordo Podicipediformes adalah kelompok burung dengan ciri-ciri memiliki tungkai yang
terletak jauh di bagian belakang tubuh; kaki berlebus; memiliki ekor pendek; bentuk
tarsus pipih; memiliki tempurung lutut (patella) besar; hidup di air tawar dan pandai
menyelam. Contohnya: Tachybaptus ruficollis (Grebe kecil).
Ordo Ciconiiformes
Ordo Ciconiiformes merupakan burung penyusur air yang memiliki leher dan tungkai
panjang; jari-jari tidak berselaput; paruh lurus atau bengkok; suka hidup di air;
penyebaran bulu di sebagian betis tidak terdapat bulu. Terbagi menjadi 3 famili yaitu
Ardeidae, Ciconidae dan Threskiornithidae (Azizah, Armanda, & Kusrinah, 2016).
Contohnya: Ardea cinerea (Cangak Abu), Ardeola speciosa (Blekok Sawah),
Leptoptilos javanicus (Bangau Tongting), Phoenicopterus sp. (Flamingo).
Gambar 20. (a) Leptoptilos javanicus (b) Phoenicopterus sp.
Ordo Anseriformes
Ordo Anseriformes dalah ordo dari aves dengan ciri-ciri sayap berkembang baik; tidak
memiliki gigi pada rahang; memiliki pygostylus; tulang sternum memiliki carina sterni;
paruh besar, lebar dan tertutup lapisan tanduk yang tipis; bagian tepi paruh memiliki
lamela; lidah berdaging; tungkai pendek dan berselaput renang; ekor pendek; waktu
muda memiliki bulu seperti kapas. Contoh: Dendrocygna guttata (Belibis Totol), Anas
gracilis (Itik Kelabu), dan Cygnus atratus (Angsa hitam).
Burung Arboreal
Burung arboreal banyak sudah dikenali,meski tak kurang dari 16 species telah musnah.
Umumnya berwarna cerah atau mempunyai bulu-bulu dengan susunan warna yang mencolok.
Kebanyakan famili burung ini mempunyai kebiasaan makan yang khusus,kadangkadang
memiliki paruh yang kuat dan berwarna cerah. Makanannya terutama terdiri atas hewan-
hewan,insekta,ikan-ikan dan pada rangkong makanannya omnivora. Paruh yang kuat ini
digunakan juga untuk membuat lubang untuk bersarang di pohon,menggali sarang rayap di
tanah,atau menggali tanah untuk meletakkan telur-telurnya.
Ordo Coraciiformes
Ordo Coraciiformes merupakan kelompok burung cekakak, raja udang, dan kirik-kirik,
yang terkenal dengan aksi terjun spektakuler mereka ke dalam air. Ordo Coraciiformes
adalah kelompok burung yang memiliki ciri-ciri paruhnya kuat; jari ke-3 dan ke -4
menyatu di bagian pangkal. Burung berukuran kecil, kepala besar, paruh besar kokoh
dan panjang meruncing tipe pemakan ikan, leher pendek, sayap bulat, tipe kaki zydactyl
kecil pendek, ekor pendek, warna bevariasi. Contoh: Alcedo athhis (Raja Udang), Ceyx
erithaca (Udang Api), dan Lacedo pulchella (Cekakak Batu). Alcedo athhis merupakan
burung pemangsa ikan (Vilches, 2012).
Gambar 25.(a) Alcedo athhis (b) Ceyx erithaca
Ordo Trogoniformes
Ordo Trogoniformes adalah anggota burung dengan ciri-ciri memiliki paruh pendek,
bahu terdapat “rambut-rambut bahu” di bagian pangkalnya; ukuran kaki kecil dan
lunak; memilliki bulu dengan warna cerah dan seringkali dengan warna
hijau. Contohnya: Apalharpactes reinwardtii (Luntur Jawa)
Ordo Piciformes
Gambar
Ordo Piciformes adalah 26. Apalharpactes
kelompok reinwardtii
burung dengan ciri-ciri memiliki paruh kuat; bulu di
bagian ekor kaku dan ujungnya runcing; ujung lidah kasar serta dapat dapat
dijulurkan. Contohnya: Psilopogon pyrolophus (Takur Api), Megalaima haemacephala
(Takur Ungkur-ungkut) dan Picus vittatus (Caladi Belacan)
Ordo Psittaciformes
Ordo psittaciformes merupakan kelompok burung berparuh pendek seperti nuri dan
kakaktua. Berukuran kecil sampai besar, kepala besar, beberapa jenis memiliki jambul,
leher pendek, tipe paruh pemakan biji dan melengkung, sayap ramping meruncing, ekor
berbentuk kotak berukuran sedang, kaki tipe zygodctyl digunakan untuk memanjat dan
memegang makanan. Contoh Spesies: Chalcopsitta sintillata (Nuri Aru), Lorius lorry
(Katsuari kepala hitam) dan Cacatua sulphurea (Kakatua Jambul-Kuning).
Ordo Cuculiformes
Mempunyai tubuh berukuran sedang, kepala berukuran kecil, leher pendek, paruh tipe
pemakan biji kecil dan meruncing, sayap pendek meruncing, ekor panjang, kaki pendek
bertipe anisodactyle, mempunyai warna umum abu-abu dan coklat, bagian dada sampai
perut biasanya cerah bergaris dan warna pada sayap belakang dan punggung gelap.
Kelompok burung turaco dan cuckoo merupakan burung penyendiri yang memiliki
suara lantang. Contoh spesies: Cacomantis sonnerati (Wiwik lurik) dan Cuculus
crassirostris (Kangkok Sulawesi).
Gambar 30. Cuculus crassirostris
Ordo Coliiformes
Ordo Coliiformes adalah kelompok burung dengan ciri-ciri memiliki kaki dengan tipe
paserin (tiga jari kearah depan, satu jari kearah belakang); jari kaki ke-1 dan ke-4
bersifat reversibel; memiliki ekor sangat panjang; pemakan serangga (insektivora) dan
pemakan buah (frugivora). Contoh spesies ordo Coliiformes: Colius macrourus.
MAMALIA
A. Pengertian Mamalia
Mamalia atau binatang menyusui ialah berada dalam kelas hewan vertebrata
yang secara utama dicirikan dengan adanya suatu kelenjar susu, yang berada pada
betina , mamalia tersebut menghasilkan susu ialah sebagai sumber makanan anaknya.
Otak pada mamalia tersebut mengatur suatu sistem peredaran darah, termasuk pada
jantung yang beruang 4(empat). Mamalia tersebut terdiri lebih dari 5.000 genus (jenis),
yang tersebar dalam 425 keluarga dan juga hingga pada 46 ordo, meskipun begitu hal
tersebut tergantung dari klasifikasi ilmiah yang dipakai.
1. Kelenjar susu
Kelenjar susu pada mamalia sama dengan manusia, yang mana ketika nipledihisap,
akan terjadi peransangan terhadap susu yang terletak didalam payudara mamalia yang
mana akan terjadi kontraksi sel epitel otot. Hormon yang berpengaruh terhadap proses
ini adalah oksitosin.
2. Rambut
Mamalia memiliki rambut yang menutupi tubuhnya.
3. Paru-paru
Mamalia bernafas dengan paru-paru. Oksigen yang dihirup akan sampai ke paru-paru
kemudian diedarkan ke seluruh jaringan dan sel di seluruh tubuh.
4. Otot diafragma
Otot diafragma adalah otot yang terletak dibawah paru paru. Otot ini akan bergerak
ketika proses bernafas terjadi. Hal ini akan membantu paru paru untuk mengembang
sehingga oksigen masuk kedalam paru paru dalam jumlah yang cukup. Begitu juga
dengan pengeluaran karbondioksida.
5. Jantung beruang empat
Jantung pada mamalia terdiri atas dua bilik dan dua serambi. Ke empat ruang jantung
ini bekerja secara bersamaan dan continue untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh.
C. Klasifikasi Mamalia
ORDO MARSUPIALIA
Ciri-ciri :
a) Kantung (marsupium) ini umumnya dijumpai pada hewan betina di bagian ventral
tubuh (Ventral berarti perut. Istilah ini dipakai untuk menyatakan sisi depan/perut dari
suatu bagian tubuh, atau sisi yang lebih jauh dengan poros (axis) atau lipatan marsupial
di sekeliling puting susu pada abdomen.Kantung tersebut merupakan tempat yang
sangat dekat dengan puting susu induknya
b) Umumnya ordo ini tidak memiliki plasenta sehingga telurnya dibuahi secara internal
dan mulai berkembang di dalam uterus. Selanjutnya anak-anaknya akan dilahirkan
dalam keadaan prematur yang kemudian bergerak perlahan-lahan atau merambat ke
kantung marsupium.
Ciri khasnya yaitu pada mamalia betina memiliki kantung dibagian depannya.
2. Ordo insektivora
ORDO INSEKTIVORA
Ciri- ciri :
1. Biasanya kecil
5. Gigi runcing
Ciri khusus ordo ini adalah hewan yang suka memakan serangga, cacing, dan biji-bijian.
Hewan ini memiliki mata yang tertutup dan cakar yang besar dan telapak kaki depan lebih
lebar. Contohnya seperti tikus tanah.
3. Ordo dermoptera
ORDO DERMOPTERA
Ciri ordo ini adalah ia dapat terbang karena empat kaki yang ia miliki membentuk
parasut berbulu.
4. Ordo chiroptera
Salah satu contoh species dari ordo ini yaitu kelelawar dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a) Kelelawar adalah Mamalia yang dapat terbang, dan biasanya tinggal di gua-gua
atau pepohonan yang tinggi
b) Makanannya adalah buah-buahan, tetapi ada juga kelompok Kelelawar yang
memakan serangga dan menghisap madu
c) Untuk mendapatkan makanan kelelawar dilengkapi dengan sepasang sayap yang
fleksibel dan menyatu dengan kedua pasang kakainya.
d) Sayap yang dimiliki kelelawar sangat lentur, seperti kulit kelelawar itu sendiri
dan membentang diantara tulang-tulang jari kakinya sampai ke bagian
lengannya.
e) Pada bagian ibu jari dari kaki-kaki kelelawar terdapat cakar yang berfungsi
untuk mendaki dibebatuan gua dan bergelantungan di pohon.
ORDO CHIROPTERA
5. Ordo primata
Salah satu contoh species dari ordo ini yaitu simpanse dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Simpanse (sering disingkat dalam Bahasa Inggris, chimp) adalah nama umum
dari 2 spesies kera dalam genus Pan. Simpanse adalah hewan yang sering
ditemui di hutan tropis
c. Simpanse yang paling dikenal adalah dari golongan Pan troglodytes, yang habitat
terbanyaknya adalah di daerah Afrika Barat, dan Afrika Tengah.
6. Ordo rodentia
Ciri-ciri :
Salah satu contoh species dari ordo ini yaitu tikus rumah dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Warnanya biasanya hitam atau coklat terang, meskipun sekarang ada yang dibiakkan
dengan warna putih atau loreng
Ciri khususnya adalah tidak memiliki gigi taring untuk mengoyak makanan. Ia dapat hidup di
segala habitat.
7. Ordo Carnivora
Ciri-ciri :
c) Mempunyai gigi seri tiga buah, terkorak kuat dengan kranium yang membulat, dan
tidak terdapat lempeng postorbital.
Salah satu contoh species dari ordo ini yaitu beruang kutub dengan ciri-ciri sebagai berikut :
8. Ordo Lagomorpha
Ciri-ciri :
a. Berukuran sekitar 40 cm
b. Kelinci Sumatra memiliki garis-garis kecoklatan, dengan ekor berwarna merah, dan bawah
perutnya berwarna putih
c. Biasanya tinggal di hutan dengan ketinggian 600-1400 meter dari permukaan laut
d. Merupakan hewan nokturnal, dengan menempati bekas atau liang hewan lain
e. Makanannya adalah pucuk daun muda dan tanaman yang berukuran pendek, namun kelinci
hutan yang ditangkarkan memakan biji-bijian dan buah-buahan.
9. Ordo cetacea
ORDO CETACEA
Ciri-ciri :
1. Mirip sirenia
2. tidak ada daun telinga, tidak ada rambut, tidak ada kelenjar-kelenjar di kulit
3. Tidak ada tungkai belakang, tungkai depan disebut flipper seperti dayung
4. Bentuk gigi semua sama dan tidak berlapisan email, atau tidak bergigi
Salah satu contoh species dari ordo ini yaitu paus biru (Balaenoptera musculus) dengan
ciri-ciri :
d. Pada saat di air luang hidung tersebut tertutup oleh katup supaya tidak kemasukan air
ORDO PROBOSCIDEA
Ciri-ciri :
• Tubuh besar, mempunyai proboscis dengan dua lubang hidung, dapat untuk memegang
• Kepala besar, leher pendek, telinga lebar, gigi seri atas dua buah yang tumbuh panjang,
kaki lurus seperti tiang.
Salah satu contoh species dari ordo ini yaitu gajah sumatra dengan ciri-ciri sbb :
a. Gajah sumatera secara umum mempunyai ciri badan lebih gemuk dan lebar. Pada ujung
belalai memiliki satu bibir
b. Berbeda dengan Gajah Afrika, Gajah Sumatera memiliki 5 kuku pada kaki depan dan 4
kuku di kaki belakang
c. Berat gajah sumatera dewasa mencapai 3.500-5000 kilogram, lebih kecil dari Gajah
Afrika
d. Rata-rata Gajah Sumatera dewasa dalam sehari membutuhkan makanan hingga 150
kilogram dan 180 liter air.
11. Ordo Artiodactyla
ORDO ARTIODACTYLA
Ciri – ciri :
2. Ruminansia mamalia memamah biak, kaki panjang, berjari genap, bertanduk, tidak
bertaring, lambung terbagi 4 kompartemen.
Non-ruminanasia, mamalia tidak memamah biak, lambung tidak terbagi 4
kompartemen, bertaring, tidak bertanduk.
Salah satu contoh species dari ordo ini yaitu kambing dengan ciri-ciri sbb :
a. Kambing ternak (Capra aegagrus hircus) adalah subspesies kambing liar yang secara
alami tersebar di Asia Barat Daya (daerah "Bulan sabit yang subur" dan Turki) dan Eropa.
c. Kambing liar jantan maupun betina memiliki tanduk sepasang, namun tanduk pada
kambing jantan lebih besar
d. Umumnya, kambing mempunyai jenggot, dahi cembung, ekor agak ke atas, dan
kebanyakan berbulu lurus dan kasar
1. Mirip cetacea
3. tidak ada tungkai belakang. Tungkai depan seperti dayung, kulit tebal sedikit rambut
Salah satu contoh species dari ordo ini yaitu sapi laut (Hydodamalis gigas) dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
Ciri-ciri :
• Kaki-kakinya menyokong satu lipatan otot yang melebar di daerah lateral diantara kaki
muka dan kaki belakang dari leher sampai ekor
• Giginya mempunyai puncak yang tajam, tengkorak lebar dan gepeng, terdapat sebuah
postorbital bar yang tidak sempurna, tulang lachrymal tidak melebar samapi ke muka,
tidak terdapat taju paroksiputal, dan hanya terdapat di asia tenggara.
14. Ordo Pecora
Ciri – ciri :
2. Jari kaki sebelah luar bentuknya kecil, kadang-kadang ada sisa cakar
Ciri – ciri :
• Mempunyai kadara alir ludah yang bersifat basa namun bukan asam air ludah yang
biasa dimiliki hewan karnivora
• Air liurnya bersiafat basa yang dapat menghambat dan memperlambat proses
pencernaan bagian bawah agar enzim cerna selalu dalam konsisi normal, hal ini sama
seperti yang ada pada manusia.
Ciri – ciri :
• Memiliki gigi seri yang relatif tajam sehingga dapat mengotyak daaging dengan mudah
• Gigi tajam terletak didepan yang berguna untuk melahap dan menyantap mangsa
• Gigi yang datar ada dibelakang berguna untuk mengunyah dan menghancurkan
makanan.
Ciri-ciri :
2. Mulut turbular
Ciri-ciri
2. Berparuh
3. Bertelur
4. Mengeram
5. Tubuh berambut
7. Hewan jantan memiliki taji (berhubungan dengan kelenjar racun). Penis hanya satu
lewat sperma (urin tidak), testis dalam abdomen. Oviduk bermuara kedalam kloaka,
ekor pipih
8. Hewan betina tidak beruterus dan tidak bervagina, tanpa puting susu tetapi menyusui
anaknya. Pemakan invertebrata yang hidup air.
Salah satu contoh species dari ordo ini yaitu platipus dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tubuh platipus ditutupi bulu berwarna coklat yang menjaga agar tubuhnya tetap hangat
d. Berat platipus berkisar antara di bawah 1 kg sampai dengan lebih dari 2 kg.
e. Panjang tubuhnya sekitar 30-40 cm dan panjang ekornya sekitar 10-15 cm (jantan) dan 8-
13 cm (betina)
f. Platipus jantan lebih besar hingga 3x betinanya. Pada kulit tertutup rambut halus, yang
terdiri dari dua rambut, yaitu rambut panjang dan rambut pendek. Fungsi rambut pendek
berfungsi untuk melindungi kulit agar tidak basah
2. Leher
Leher adalah tempat berlalunya saluran pernafasan, yaitu disebut dengan trakea. Trakea
hanya tempat berlalu udara yang berawal dari hidung hingga sampai ke paru-paru
nantinya. Di leher juga terdapat tempat berlalunya makanan yang disebut dengan esofagus.
Esofagus akan bermuara ke dalam lambung untuk penyaluran makanan.
Di bagian belakang tulang leher merupakan tempat berlalunya saraf saraf penting. saraf ini
akan mempersarafi otot-otot pernafasan, sehingga ketika terjadinya gangguan pada tulang
belakang di leher, seseorang dapat meninggal diakibatkan oleh terjadinya gangguan pada
saraf pernafasannya.
3. Badan
Corpus mamalia terdapat organ organ penting seperti paru-paru, jantung, lambung, ginjal,
juga glandula mammae yaitu tempat mamalia menyusui. Corpus mamalia dibentuk oleh
tulang rusuk yang juga melindungi organ-organ penting di dalamnya. Ketika mamalia
mengalami fertilisasi internal dan kemudian hamil. Uterus (rahim) yang berisi calon bayi
akan memenuhi lebih dari setengah luas corpusnya.
4. Ekor
Struktur pembentuk tubuh mamalia lainnya adalah ekor. Pada mamalia yang memiliki
dua kaki, biasanya hanya terdapat tulang ekor. Akan tetapi pada mamalia yang memiliki
empat kaki, ekor akan tampak nyata seperti pada kuda, kucing, dan harimau.
D. SISTEM ORGAN MAMALIA
1. Sistem pencernaan
Terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan dimulai dari
rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan yang
terakhir adalah anus.
Kelenjar pencernaan adalah organ yang mempermudah proses pencernaan. Contohnya
seperti hati yang menghasilkan enzim yang menghasilkan asam empedu, kemudian di
alirkan ke kantong empedu. Asam empedu ini akan membantu pencernaan lemak.
Kelenjar saliva akan menghasilkan enzim amilase yang membuat karbohidrat yang
di konsumsi akan terurai menjadi. Dilambung juga terdapat larutan asam yang berfungsi
untuk melarutkan makanan yang masuk, juga sebagai pertahanan tubuh ketika terdapat
mikroorganisme atau benda asing penyebab infeksi di dalam makanan.
2. Sistem Ekskresi
Sistem pengeluaran ini di atur oleh ginjal, yang fungsinya mengatur keseimbangan
cairan dan elektrolit. Yang mana ketika air masuk kedalam tubuh, ginjal akan
menyaringnya, kemudian mengalirkannya bersama zat-zat pembuangan lainnya seperti
urea melewati ureter, kemudian tersimpan sementara di vesica urinaria. Kemudian
ketika seseorang berkemih, vesica urinaria akan terbuka dan air di dalam nya mengalir
ke dalam saluran uretra yang pada akhirnya air seni tersebut keluar dari tubuh.
3. Sistem pernafasan
Saluran pernafasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiulus, dan
yang terakhir adalah alveolus. Di dalam saluran pernafasan ini terdapat mekanisme
pertahanan tubuh yang mana ketika masuk mikroorganisme maupun benda asing yang
melewati saluran ini, akan terjadi nya reflex dari tubuh untuk mengeluarkannya, seperti
bersin dan batuk.
Oksigen yang dihirup akan sampai pada paru-paru kemudian dibawa oleh hemoglobin di
dalam darah hingga sampai ke seluruh sel dan organ ditubuh. Kemudian karbon
dioksida dibawa kembali melalui darah dan sampai di paru-paru. Pada akhirnya juga
akan dikeluarkan dari tubuh melalui hidung.
4. Sistem peredaran darah
Darah akan dipompa oleh jantung. Jantung pada mamalia memiliki empat ruang, yaitu
atrium kanan dan kiri, dan ventrikel kanan dan kiri. Darah miskin oksigen masuk
melalui vena kedalam atrium kanan, kemudian dilanjutkan ke dalam ventrikel kanan.
Ventrikel kanan memompa darah tersebut sampai ke paru-paru, sehingga darah
tersebutn yang mengandung hemoglobin didalamnya dapat membawa oksigen sampai
di seluruh tubuh. Kemudian darah tersebut masuk ke atrium kiri, kemudian ke ventrikel
kiri, dan darah tersebut keluar dari aorta (arteri terbesar) dan dialirkan ke seluruh tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Addaha, H., Tjong, D. H., & Novarino, W. (2014). Variasi Morfologi Katak Pohon Bergaris
Polypedates leucomystax Gravenhorst, 1829 (Anura; Rhacophoridae) di Sumatera
Barat. Natural Science: Journal of Science and Technology, 4(3).
Alfina Andani, Titin Herawati, Zahidah, dan Herman Hamdani. (2017). IDENTIFIKASI DAN
INVENTARISASI IKAN YANG DAPAT BERADAPTASI DI WADUK JATIGEDE
PADA TAHAP INUNDASI AWAL. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol VIII. No 2
Air, U. B. (2015). Morfologi Anatomi dan Histologi. Jurnal Veteriner Juni, 16(2), 152-158.
Aksarina, R dkk (2018) Struktur Morfologi dan Anatomi Burung Endemik Sulawesi Cabai
Panggul-Kelabu (Dicaceum celebicum muller). Journal of Science and Technology.
Vol.7(2)
Ambeng, Alex pallingi, A. Pawelloi, dan Yasir Yasnidar. (2002). Anatomi Perbandingan
Hewan Vertebrata. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Arief, A. (2005). Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta: Kanisius.
Arif, A. R. E. dkk (2016) Diversitas Aves Diurnal di Agroforestry, Hutan Sekunder, dan
Pemukiman Masyarakat sekitar Rowo Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi.Jurnal
Biotropika.Vol. 4(2),46-59
Arifin, O. Z., & Kurniasih, T. (2016). Karakterisasi morfologi keturunan pertama ikan Nila
(Oreochromis niloticus) GET dan GIFT berdasarkan metode truss
morphometrics. Jurnal Riset Akuakultur, 2(3), 373-383.
Aust, Patrick W. (2016). Asian snake farms: conservation curse or sustainable
Bratowidjoyo, Mukayat Djarubito. (1994). Zoologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Campbell, Neil A, Jane B. Reece, Lisa A. Urry, Michael L. Chain, Steven A. Wasserman, Peter
V. Minorsky, Robert B. Jackson. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2.Jakarta:
Erlangga.
Inger RF, Stuebing RB. 1997. A Field Guide to the Frogs of Borneo. Sabah:Natural History.
Iskandar, D.T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali – Seri Panduan Lapangan. Puslitbang LIPI: Bogor.
Ismawati. (2008). Biologi. Solo: Bumi Aksara
Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Sinar Wijaya:
Surabaya.
Kimball, Jhon W., Siti Tjitrosomo, dan Nawangsari Sugiri. (2009). Biologi Jilid 3 edisi ke 5.
Jakarta; Erlangga
Lowe, Nancy. 2011. diakses dari http://www.discoverlife.org pada tanggal 18 September 2013
pukul 09.00 WIB.
MacKinnon, J. (2010). Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor:
Burung Indonesia.
Mahardono, A. 1980. Anatomi Katak. Intermasa: Jakarta.
Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amfibi Kawasan Ekosistem Leuser. The Gibbon
Putra, Kharisma, dkk. 2012. Komunitas Anura (Amphibia) pada Tiga Tipe Habitat Perairan di
Kawasan Hutan Harapan Jambi.Jurnal Biologi Universitas Andalas vol. 1(2) hal 156-
165.
Rachmatika, I., & Wahyudewantoro, G. (2017). Jenis-jenis Ikan Introduksi Di Perairan Tawar
Jawa Barat Dan Banten: Catatan Tentang Taksonomi Dan Distribusinya [Introduced
Fishes to Inland Waters in West Java and Banten: Some Notes on Its Taxonomic and
Distribution]. Jurnal Iktiologi Indonesia, 6(2), 93-97.
Radiopoetro. (1977). Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Sari, M. D. P. (2018). Karakteristik Morfologis dan Histologis Saluran Pencernaan Kelelawar
Pemakan Buah (Cynopterus brachyotis). CELEBES BIODIVERSITAS, 2(1), 14-24.
Soesono, R, dkk. 1968. Diktat Asistensi Preparat. UGM : Yogyakarta.
Sukiya. (2003). Biologi Vertebrata. Yogyakarta : Jurusan Biologi FMPA UNY
Ville. (1988). Zoologi Umum Jilid 1. Jakarta: Erlangga.