Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PNEMOKONIOSIS

( PENYAKIT SILIKOSIS DAN ASBESTOSIS )


PENYAKIT AKIBAT KERJA YANG DISEBABKAN OLEH
FAKTOR KIMIAWI

Dosen : Lamria Situmeang, S.Kep.,Ns.,M.Kep

DI SUSUN OLEH :
NAMA : NOVITA PATIMANG KALUNDU

NIM : P07120120146

KELAS : B (TIMIKA)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA


PROGRAM STUDY SARJANA TERAPAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT SILIKOSIS DAN ASBESTOSIS

A. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dilakukan oleh perawat pada kasus silicosis dan asbestosis, meliputi :
a) Identitas pasien
Identitas pasien meliputi nama, jenis kelamin, alamat, ras, pendidikan dan
pekerjaan. Pada seseorang dengan pekerjaan penambang bawah tanah,
terowongan, penggalian dan pekerja industri, memiliki resiko lebih besar terkena
penyakit silicosis dan asbestosis, karena setiap hari mereka terpapar debu silica
dan serat asbes.
b) Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak saat bernafas, batuk disertai dahak, dan tubuh terasa panas
c) Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan sasak saat bernafas, dan batuk disertai dahak.
Kemudian diikuti dengan gejala lain, yaitu : mengeluh nyeri dada, tubuh terasa
panas, peningkatan frekuensi nadi, terdengan suara ronchi pada lapang paru kanan
dan kiri, nyeri kepala, pasien tampak kurus, RR meningkat, pucat, lemas, lemah,
adanya penggunaan otot bantu pernafasan saat inspirasi, dan hipoksia.
d) Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah mengalami infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA) dengan gejala luka tenggorok, bersin demam ringan sebelumnya.
e) Riwayat penyakit keluarga
Pada umumnya pasien dengan silicosis tidak memiliki penyakit keluarga yang
berhubungan dengan penyakit ini.
f) Riwayat Psikososial
Perawat mengkaji tentang perasaan, status emosional, dan perilaku pasien.
Misalnya, pasien sering merasa cemas akibat nyeri yang kronis dan mengisolasi
diri karena penyakit yang di derita.
g) Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breath) : sesak, nyeri saat bernafas akibat adanya jaringan paru di
Alveoli, RR meningkat, adanya penggunaan otot bantu pernafasan saat
inspirasi, nafas cuping hidung dan hipoksia
2) B2( Blood) ; sianosis, hipoksia, denyut jantung meningkat, TD meningkat,
tachycardia.
3) B3 (Brain) : cemas, penurunan kesadaran
4) B4 (Bladder) : -
5) B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun, pasien lemas
6) B6 (Bone) : malaise
h) Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium, biasanya didapatkan leukosit 15.000-
40.000/mm3, dilakukan pembiakan sputum, darah, bila perlu cairan pleura.
2) Pemeriksaan radiologis, sebaiknya gunakan foto thoraks posterior-anterior
dan lateral. Pada lapang paru bawah bilateral terdapat bercak-bercak
nodular.

B. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah


DS : Pasien mengeluh sesak Partikel silica/asbes yang Gangguan pertukaran gas
DO : RR meningkat, terinhalasi akan bertahan di
takikardia, peningkatan alveolus. Sel makrofag
frekuensi nadi, pucat dan sebagai agen pertahanan
lemas, adanya penggunaan akan mencernanya.
otot pernafasan saat Terbentuk jaringan parut
inspirasi, dan hipoksia pada paru yang membuat
paru akan tercemar silica.
Pencemaran oleh silica akan
mempersempit saluran
bronkial yang akan
memberikan efek dyspnea,
penurunan elastisitas dan
difusi gas. Sehingga
menyebabkan gangguan
pertukaran gas
DS : Pasien mengatakan Akumulasi secret pada Bersihan jalan napas tidak
sulit bernapas bila dahak bronkus efektif
tidak bisa dikeluarkan.
DO : Terdengar suara
ronchi pada lapang paru
kanan dan kiri, pasien batuk
berdahak
DS : Pasien mengatakan Kelelahan otot-otot Ketidakefektifan Pola
sesak saat bernafas pernapasan Nafas
DO : Penggunaan otot bantu
napas, napas cuping telinga,
sianosis
DS : Pasien mengatakan Peningkatan laju Hipertermi
tubuh terasa panas metabolisme sekunder dari
DO : suhu tubuh lebih dari reaksi sistemis asbes
370C
DS : Pasien mengatakan Intake makanan kurang dari Perubahan nutrisi kurang
tubuhnya terasa lemas kebutuhan dari kebutuhan tubuh
DO : Kurus, BB menurun,
albumin <<3,2 , Hb >>11
g/dl.
DS : Pasien mengatakan Kelemahan fisik dan Intoleransi Aktivitas
tubuhnya terasa lemah peningkatan metabolisme
DO : Denyut jantung umum sekunder dari
meningkat, TD meningkat kerusakan pertukaran gas.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan jaringan parut di alveoli
2. Gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret
pada bronkus
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal
4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme sekunder dari
reaksi sistemis silica
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan kurang dari kebutuhan
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan peningkatan
metabolisme umum sekunder dari kerusakan pertukaran gas.

D. RENCANA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan jaringan parut di alveoli
 Tujuan : Pertukaran gas tidak terganggu
 Kriteria Hasil : RR : 16-24 kali per menit, gelisah, sianosis, dan keletihan
tidak ada. Nilai normal BGA dalam batas normal (PCO2 : 35-45 mmHg, PO2 ;
80-100 mmHg, Ph : 7,35-7,45)

Intervensi Rasional
1) Monitor bunyi paru ; frekuensi 1) Berguna dalam evaluasi derajat
napas, kedalaman, dan usaha dan distress pernafasan atau kronisnya
produksi sputum sesuai dengan proses penyakit.
indikator dari penggunaan alat
penunjang yang efektif.
2) Lakukan auskultasi bunyi nafas, 2) Gelisah dan ansietas adalah
catat area penurunan aliran udara manifestasi umum pada hipoksia.
atau bunyi tambahan Nilai AGD memburuk disertai
bingung/sonnolen menunjukkan
disfungsi serebral yang berhubungan
dengan hipoksia
3) Awasi tingkat kesadaran atau status 3) Dapat mengurangi banyaknya
mental. Selidiki adanya perubahan. sputum dimana gangguan ventilasi
dan mengurangi ketidaknyamanan
upaya bernapas
4) konsultasikan dengan dokter 4) Dapat memperbaiki atau mencegah
tentang kebutuhan akan memburuknya hipoksia
pemeriksaan gas darah arteri (GDA)
dan penggunaan alat bantu yang
dianjurkan.
5) Persiapkan pasien untuk ventilasi 5) Terjadinya kegagalan nafas yang
atau oksigenasi mekanis bila perlu akan datang memerlukan upaya
tindakan penyelamatan hidup
6) Jelaskan prosedur pengobatan 6) Menurunkan kecemasan pasien
kepada pasien. Pengobatan yang terhadap prosedur tindakan yang
diberikan bisa berupa terapi oksigen dilakukan
dan transplantasi paru-paru.
7) Awasi tanda-tanda vital dan irama 7) Takikardi, disritmia, dan perubahan
jantung tekanan darah dapat menunjukkan
efek hipoksia sistemik pada fungsi
jantung
8) Ajarkan kepada pasien teknik 8) Dengan adanya teknik bernafas dan
bernafas dan relaksasi relaksasi dapat mengurangi hipoksia

2. Gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret
pada bronkus.
 Tujuan : bersihan jalan nafas kembali efektif
 Kriteria Hasil : Dapat batuk efektif, tidak sesak nafas, RR : 16-24 kali per
menit, suara vesikuler pada lapang paru dan tidak terdapat secret

Intervensi Rasional
1) Kaji frekuensi kedalaman 1) Takipnea, pernapasan dangkal,
pernafasan dan gerakan dada gerakan dada tidak simetris karena
jalan napas
2) Atur posisi semi flowler 2) Meningkatkan ekspansi paru dengan
bantuan gaya gravitasi bumi
3) Bantu pasien bernafas dalam batuk 3) Dapat mengurangi banyaknya
efektif sputum dimana gangguan
ketidaknyamanan upaya bernafas.
4) Berikan obat sesuai indikasi 4) Ekspektoran gangguan batuk disertai
dahak yang berlebihan
5) Latih pasien untuk batuk efektif 5) Mengeluarkan dahak yang
meningkatkan bersihan jalan nafas

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal
 Tujuan : Pola nafas kembali efektif
 Kriteria Hasil : Pola nafas efektif (RR 16-24 kali per menit), bunyi nafas
normal, batuk berkurang, ekspansi paru mengembang

Intervensi Rasional
1) Kaji frekuensi kedalaman dan 1) Kecepatan biasanya mencapai
ekspansi dada. Catat upaya kedalaman pernafasan bervariasi
pernafasan termasuk penggunaan tergantung derajat gagal nafas.
otot bantu pernafasan/pelebaran Exspansi dada terbatas yang
nasal berhubungan dengan atelectasis
dan nyeri dada
2) Lakukan auskultasi bunyi nafas 2) Ronki dan Wheezing menyertai
dan catat adanya bunyi nafas obstruksi jalan nafas/kegagalan
seperti wheezing pernafasan. Bingung/somnolen
menunjukkan disfungsi serebral
yang berhubungan dengan
hipoksemia.
3) Tinggikan kepala (posisi semi 3) Posisi semi fowler/fowler
fowler/fowler) dan bantu memungkinkan ekspansi paru dan
mengubah posisi memudahkan pernafasan.
4) Berikan oksigen tambahan 4) Memberikan kebutuhan O2 yang
cukup
5) Berikan humidifikasi tambahan 5) Memaksimalkan pernafaan dan
misalnya nebulizer memberikan kelembaban pada
membrane mukosa dan membantu
pengenceran secret
6) Berikan breathing exercise 6) Meredakan nyeri pasien
misalnya dengan pulse lips melancarkan panas pasien
breathing atau yang lainnya
4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme sekunder dari
reaksi sistemis silica
 Tujuan : Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh normal (36-37oC)
 Kriteria Hasil : Suhu tubuh normal (36-37oC)

Intervensi Rasional
1) Pantau tanda vital tiap tiga jam atau 1) Perubahan frekuensi jantung
lebih sering atau tekanan darah menunjukkan
bahwa pasien mengalami nyeri,
khususnya bila alas an lain untuk
perubahan tanda vital telah
terlihat
2) Berikan antipiretik 2) Antipiretik untuk menurunkan
suhu tubuh
3) Berikan kebutuhan cairan ekstra 3) Peningkatan suhu tubuh
mengakibatkan penguapan
cairan tubuh meningkat,
sehingga perlu diimbangi
dengan intake cairan yang
banyak
4) Anjurkan pasien untuk memakai 4) Pakaian yang tipis akan
pakaian yang minimal membantu mengurangi
penguapan tubuh
5) Berikan kompres dingin 5) Konduksi suhu membantu
menurunkan suhu tubuh
6) Ajarkan pentingnya 6) Agar pasien dapat
mempertahankan asupan cairan yang mempertahankan asupan cairan
adekuat tubuh

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


makanan kurang dari kebutuhan
 Tujuan : Kebutuhan nutrisi yang adekuat
 Kriteria Hasil : pasien menghabiskan porsi makan dan nafsu makan bertambah

Intervensi Rasional
1) Pastikan pola diet biasa pasien, 1) Untuk mendukung peningkatan
yang disukai atau tidak disukai nafsu makan pasien
2) Pantau masukan dan pengeluaran 2) Mengetahui keseimbangan intake
dan berat badan secara periodik dan pengeluaran asupan makanan
3) Monitor turgor kulit pasien 3) Sebagai data penunjang adanya
perubahan nutrisi yang kurang dari
kebutuhan
4) Pantau nilai laboratorium, seperti 4) Untuk dapat mengetahui tingkat
Hb, Albumin, dan kadar glukosa kekurangan kandungan Hb,
darah albumin, dan glukosa dalam darah
5) Buat perencanaan makan dengan 5) Menjaga pola makan pasien
pasien untuk dimasukkan ke sehingga pasien makan secara
dalam jadwal makan teratur
6) Dukung anggota keluarga makan 6) Pasien merasa nyaman dengan
dengan pasien untuk dimasukkan makanan yang dibawa dari rumah
ke dalam jadwal makan dan dapat meningkatkan nafsu
makan pasien
7) Tawarkan makanan porsi besar di 7) Dengan pemberan porsi yang besar
siang hari ketika bafsu makan dapat menjaga keadekuatan nutrisi
tinggi yang masuk
8) Pstikan die memenuhi kebutuhan 8) Tinggi karbohidrat, protein, dan
pernafasan sesuai indikasi kalori diperlukan atau dibutuhkan
selama perawatan
9) Ajarkan metode untuk 9) Pasien terbiasa makan dengan
perencanaan makan terencana dan teratur
10) Ajarkan pasien dan keluarga 10) Menjaga keadekuatan asupan
tentang makanan yang bergizi nutrisi yang dibutuhkan

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan peningkatan


metabolisme umum sekunder dari kerusakan pertukaran gas
 Tujuan : Pasien menunjukkan penghematan energy untuk aktivitas
 Kriteria Hasil : Pasien dapat menyeimbangkan antara aktivitas dan energy,
tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas.

Intervensi Rasional
1) Monitor respon emosi, sosial, dan 1) Menetapkan kemampuan,
spiritual terhadap aktivitas kebutuhan, dan memudahkan
pilihan intervensi pasien
2) Pantau asupan nutrisi 2) Asupan nutrisi yang cukup dapat
menjaga keadekuatan energy
3) Pantau/dokumentasikan pola 3) Dengan istirahat yang cukup dan
istirahat pasien dan lamanya waktu teratur dapat membantu
tidur menyiapkan energy yang cukup
bagi pasien
4) Hindari aktivitas perawatan selama 4) Aktivitas di periode istirahat
periode istirahat dapat menyebabkan pasien
kekurangan tenaga sehingga
pasien lemas
5) Bantu dengan aktivitas fisik teratur 5) Dengan aktivitas yang teratur
menyebabkan tubuh terbiasa
sehingga pasien bisa lebih kuat
melakukan aktivitas
6) Batasi rangsangan lingkungan 6) Dengan membatasi rangsangan
dapat mengurangi tingkat
distress pasien yang
membutuhkan tenaga
7) Kalaborasikan dengan ahli terapi 7) Merencanakan dan memantau
okupasi, fisik dan atau rekreasi program aktivitas
8) Rujuk pada pelayanan kesehatan 8) Mendapatkan pelayanan tentang
rumah bantuan perawatan di rumah
sesuai dengan kebutuhan
9) Rujuk pada ahli gizi untuk 9) Meningkatkan asupan makanan
merencanakan makanan yang tinggi energy
10) Ajarkan tentang pengaturan 10) Mencegah kelelahan
aktivitas dan teknik manajemen
waktu
11) Jelaskan pentingnya istirahat dalam 11) Tirah baring dipertahankan
rencana pengobatan selama fase akut untuk
menurunkan kebutuhan
metabolic, menghemat energy
untuk penyembuhan.
Pembatasan aktivitas ditentukan
dengan respon individual pasien
terhadap aktivitas

E. EVALUASI
1. Nyeri dada dapat teratasi
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Pasien dapat beraktivitas dengan baik
4. Perawatan diri atau kebutuhan dasar pasien terpenuhi

Anda mungkin juga menyukai