Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

Oleh :
Sri Wuryanto
NIM. 112019030589

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2021
A. Pengertian

Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-
bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan
sisanya. (Tarwoto & Wartonah, 2006) .
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam
keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau
resiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk
kebutuhan metabolisme.
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia menunjukkan suatu
status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Anemia merupakan keadaan dimana
masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya
untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara laboratoris, anemia
dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan
hematokrit dibawah normal (Handayani.,Haribowo. 2008).
Batasan umum seseorang dikatakan anemia dapat menggunakan kriteria
WHO pada tahun 1968, dengan kriteria sebagai berikut (Handayani & Andi, 2008):

Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl

 Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl

 Perempuan dewasa hamil Hb < 11 gr/dl

 Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl

 Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 11 gr/dl

Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada umumnya
dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut (Handayani.,Haribowo. 2008)
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum
dipakai adalah (Handayani.,Haribowo. 2008):

 Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl

 Ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl

 Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 dr/dl


 Berat Hb < 6 gr/dl

B. Etiologi
Menurut (Handayani.,Haribowo. 2008).penyebab anemia dapat dikelompokan
sebagai berikut:
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi Fe,
Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat
menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat menimbulkan
anemia aplastik dan leukemia.
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi
secara mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
3. Meningkatnya pemecahan eritrosi (hemolisis) Hemolisis dapat terjadi
karena:
a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah
kerusakan eritrosit.
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit
misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan
obat acetosal.
4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada
Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin B12, dan
mineral Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh kekurangan satu
atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam
pembentukan sel-sel darah merah. Anemia bisa juga disebabkan oleh
kondisi lain seperti penyakit malaria, infeksi cacing tambang.

C. Tanda Gejala
Menurut (Handayani.,Haribowo. 2008), tanda dan gejala dari anemia, meliputi:
a. Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lunglai (5L).
b. Sering mengeluhkan pusing dan mata berkunang-kunang.
c. Gejala lebih lanjut, adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan
menjadi pucat.
Sedangkan menurut Handayani & Andi (2008), tanda dan gejala anemia dibagi
menjadi tiga golongan besar, yaitu sebagai berikut:
1. Gejala umum anemia
Gejala umum anemia atau dapat disebur juga sindrom anemia adalah gejala
yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar Hb yang sudah menurun
di bawah titik tertentu. Gejala-gejala tersebut dapat diklasifikasikan menurut
organ yang terkena, yaitu:
 Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak
nafas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
 Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilatas, lesu, serta perasaan
dingin pada ekstremitas.
 Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
 Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,
serta rambut tipis dan halus.
2. Gejala khas masing-masing anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah
sebagai berikut:
 Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis
angularis, keletihan, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
 Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue).
 Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
 Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda
infeksi.
3. Gejala akibat penyakit yang mendasari
Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersbut.
Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing
tambang berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan
telapak tangan berwatna kuning seperti jerami.

D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat
penyebab yang tidak diketahui.Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik
atau dalam sistem retikulo endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai
hasil sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagositi akan
memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam
sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma, makan hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Pada dasarnya gejala anemia
timbul karena dua hal, yaitu anoksia organ target karena berkurangnya jumlah
oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan dan mekanisme kompensasi
tubuh terhadap anemia. Kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan gejala
yang disebut sindrom anemia (Handayani, 2008).
Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada
tiga kelompok (Handayani.,Haribowo. 2008) :
1. Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau sel
darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik.Hal ini terjadi akibat
adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin
yang dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan normal. Kondisi
kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain sickle cell anemia, gangguan
sumsum tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan Folat,
serta gangguan kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan hormon yang
diperlukan untuk proses eritropoesis.
2. Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan
terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat
sehingga menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia hemolitik yang
diketahui atara lain:
Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia.
Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau beberapa jenis
makanan.
Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis.
Autoimun.
Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar, paparan
kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan thrombosis.

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit



Antigen pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis.

3. Anemia akibat kehilangan darah


Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun pada
perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan kronis
umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal (misal ulkus, hemoroid,
gastritis, atau kanker saluran pencernaan), penggunaan obat obatan yang
mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal OAINS), menstruasi, dan proses
kelahiran.

E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnosa
anemia adalah (Handayani, 2008):
1. Pemeriksaan laboratorium hematologis
 Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-
komponen, seperti kadar hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH,
dan MCHC), asupan darah tepi.
 Pemeriksaan rutin: untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit
dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap
darah (LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
 Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan
diagnosis definitive meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya
tidak memerlukan pemeriksaan sumsum tulang
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
 Faal ginjal
 Faal endokrin
 Asam urat
 Faat hati
 Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lain
 Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
 Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
 Pemeriksaan sitogenetik.
 Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction,
FISH: fluorescence in situ hybridization).

G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai jenisnya,
dapat dilakukan dengan (Handayani.,Haribowo. 2008) :
1. Anemia Aplastik
 Transplantasi sumsum tulang.
 Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG).
 Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.
 Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse sel-sel
darah merah dan trombosit.

 Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak dengan


orang-orang yang menderita infeksi.
2. Anemia defisiensi besi
 Teliti sumber penyebab yang mungkin dapat berupa malignasi
gastrointestinal, fibroid uteri, atau kanker yang dapat disembuhkan.
 Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar.
 Berikan preparat besi orang yang diresepkan.
 Hindari tablet dengan salut enteric, karena diserap dengan buruk.
 Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah perdarahan terkontrol.

3. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat)

Anemia defisiensi vitamin B12:


 Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi (pada
vegetarian ketat).

 Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau tidak


terdapatnya faktor-faktor instriksik.

 Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk pasien


anemia pernisiosa atau malabsorpsi yang tidak dapat diperbaiki.

Anemia defisiensi asam folat:


 Pemberian diit nutrisi dan 1 mg gram asam folat setiap hari.
 Asam folat IM untuk sindrom malabsorpsi.
 Asam folat oral diberikan dalam bentuk tablet (kecuali vitamin
prenatal).

4. Anemia sel sabit


 Arus utama terapi adalah hidrasi dan analgesia.
 Hidrasi dengan 3-5L cairan intravena dewasa per hari.
 Berikan dosis adekuat analgesik narkotik.
 Gunakan obat anti inflamasi non steroid untuk nyeri yang lebih ringan.
 Transfusi dipertahankan untuk krisis aplastik, krisis yang tidak
responsive terhadap terapi, pada preoperasi untuk mengencerkan
darah sabit, dan kadang-kadang setengah dari masa kehamilan untuk
mencegah krisis.

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a) Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluru (Marrelli. 2008).
Pengkajian pasien dengan anemia (Marrelli. 2008) meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan
produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi
terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau
istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik
pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan
lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI
kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi
(takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan
tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas
EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB).
Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada
pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan).
Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang
(AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian
kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti
sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis,
tumbuh uban secara premature (AP).
3) Integritas ego
Gejala: keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.

4) Eleminasi
Gejala: riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom
malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.
Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala: penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas
mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat,
tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat
dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit :
buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan
glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir
dengan sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori
Gejala: sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak
mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan
bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ;
parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin
Tanda: peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis.
Mental: tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik :
hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-
lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa
getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan
aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat
terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan.
Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan
panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati
umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10)Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau
amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda :
serviks dan dinding vagina pucat.

b) Diagnosa Keperawatan
1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau
penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna
makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient
ke sel.
5) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan sirkulasi dan neurologist.
6) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet;
perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.
7) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat;
salah interpretasi informasi; tidak mengenal sumber informasi.
c) Intervensi/Implementasi keperawatan
Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau
penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).Tujuan : Infeksi tidak
terjadi.
Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan
risiko infeksi meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen
atau eritema, dan demam.

INTERVENSI RASIONAL
Tingkatkan cuci tangan yang baik; oleh Mencegah kontaminasi silang/kolonisasi
pemberi perawatan dan pasien. bacterial. Catatan : pasien dengan
anemia berat/aplastik dapat berisiko
akibat flora normal kulit.

Pertahankan teknik aseptic ketat pada Menurunkan risiko kolonisasi/infeksi


prosedur/perawatan luka. Bakteri

Berikan perawatan kulit, perianal dan oral Menurunkan risiko kerusakan


dengan cermat. kulit/jaringan dan infeksi.

Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang Meningkatkan ventilasi semua segmen


sering, latihan batuk dan napas dalam. paru dan membantu memobilisasi
sekresi untuk mencegah pneumonia.

Tingkatkan masukkan cairan adekuat Membantu dalam pengenceran secret


pernapasan untuk mempermudah
pengeluaran dan mencegah stasis cairan
tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.
Pantau/batasi pengunjung. Membatasi pemajanan pada
bakteri/infeksi.
Berikan isolasi bila memungkinkan Perlindungan isolasi dibutuhkan pada
anemia aplastik, bilarespons imun sangat
terganggu.

Pantau suhu tubuh. Catat adanya Adanya proses inflamasi/infeksi


menggigil dan takikardia dengan atau membutuhkan evaluasi/pengobatan.
tanpa demam. Indikator infeksi lokal. Catatan :
pembentukan pus mungkin tidak ada
bila granulosit tertekan.

Amati eritema/cairan luka Membedakan adanya infeksi,


mengidentifikasi pathogen khusus dan
mempengaruhi pilihan pengobatan.

Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas Mungkin digunakan secara propilaktik


sesuai indikasi (kolaborasi) untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
Berikan antiseptic topical ; antibiotic pengobatan proses infeksi local.
sistemik (kolaborasi).
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan
/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuh
Kriteria hasil :
a) Menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai
laboratorium normal.
b) Tidak mengalami tanda mal nutrisi.
c) Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
atau mempertahankan berat badan yang sesuai.

INTERVENSI RASIONAL
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan Mengidentifikasi defisiensi,
yang disukai. mengawasi masukkan kalori atau
kualitas kekurangan konsumsi
makanan.

Observasi dan catat masukkan memudahkan intervensi


makanan pasien.

Timbang berat badan setiap hari Mengawasi penurunan berat badan atau
efektivitas intervensi nutrisi.

Berikan makan sedikit dengan Menurunkan kelemahan, meningkatkan


frekuensi sering dan atau makan pemasukkan dan mencegah distensi
diantara waktu makan. gaster.

Observasi dan catat kejadian Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia


mual/muntah, flatus dan dan gejala lain (hipoksia) pada organ.
yang berhubungan

Berikan dan Bantu hygiene mulut yang Meningkatkan nafsu makan dan
baik ; sebelum dan sesudah makan, pemasukkan oral. Menurunkan
gunakan sikat gigi halus untuk pertumbuhan bakteri, meminimalkan
penyikatan yang lembut.
kemungkinan infeksi. Teknik perawatan
mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri
berat.
Membantu dalam rencana diet untuk
Berikan pencuci mulut yang di memenuhi kebutuhan individual.
encerkan bila mukosa oral luka.
Meningkatakan efektivitas program
Kolaborasi pada ahli gizi untuk pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi
rencana diet. yang dibutuhkan.

Kebutuhan penggantian tergantung pada


Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan tipe anemia dan atau adanyan masukkan
laboraturium. oral yang buruk dan defisiensi yang
Kolaborasi ; berikan obat sesuai diidentifikasi.
indikasi
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas. Kriteria
hasil :
a) Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-
hari)
b) Menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi,
pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.

INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan ADL pasien. Mempengaruhi pilihan
intervensi/bantuan.

Kaji kehilangan atau gangguan Menunjukkan perubahan neurology


keseimbangan, gaya jalan dan karena defisiensi vitamin B12
kelemahan mempengaruhi keamanan pasien/risiko
otot. cedera.

Observasi tanda-tanda vital sebelum dan Manifestasi kardiopulmonal dari upaya


sesudah aktivitas. jantung dan paru untuk membawa jumlah
oksigen adekuat ke jaringan.

Berikan lingkungan tenang, batasi Meningkatkan istirahat untuk


pengunjung, dan kurangi suara bising, menurunkan
pertahankan tirah baring bila di kebutuhan oksigen tubuh dan
indikasikan. menurunkan
regangan jantung dan paru.

Gunakan teknik menghemat energi, Meningkatkan aktivitas secara bertahap


anjurkan pasien istirahat bila terjadi sampai normal dan memperbaiki tonus
kelelahan dan kelemahan, anjurkan otot/stamina tanpa kelemahan.
pasien melakukan aktivitas semampunya Meningkatkan harga diri dan rasa
(tanpa memaksakan diri). terkontrol.

4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen


seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

Tujuan : peningkatan perfusi jaringan


Kriteria hasil : - menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.

INTERVENSI RASIONAL
Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, Memberikan informasi tentang
warna kulit/membrane mukosa, dasar derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
kuku. membantu menetukan kebutuhan
intervensi.

Tinggikan kepala tempat tidur sesuai Meningkatkan ekspansi paru dan


toleransi. memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler. Catatan :
kontraindikasi bila ada hipotensi.

Awasi upaya pernapasan ; auskultasi


Dispnea, gemericik menununjukkan
bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
gangguan jajntung karena regangan
jantung lama/peningkatan kompensasi
curah jantung.

Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.


Iskemia seluler mempengaruhi jaringan
miokardial/ potensial risiko infark.

Hindari penggunaan botol penghangat


Termoreseptor jaringan dermal dangkal
atau botol air panas. Ukur suhu air mandi
karena gangguan oksigen.
dengan thermometer.

Kolaborasi pengawasan hasil


Mengidentifikasi defisiensi dan
pemeriksaan laboraturium. Berikan sel
kebutuhan pengobatan /respons
darah merah lengkap/packed produk
terhadap terapi.
darah sesuai indikasi.

Berikan oksigen tambahan sesuai


Memaksimalkan transport oksigen ke
indikasi.
jaringan

5) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


perubahan sirkulasi dan neurologist.
Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil : mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk
mencegah cedera dermal.

INTERVENSI RASIONAL
Kaji integritas kulit, catat perubahan pada Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi,
turgor, gangguan warna, hangat local, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat
eritema, ekskoriasi. menjadi rapuh dan cenderung untuk
infeksi dan rusak.

Reposisi secara periodic dan pijat Meningkatkan sirkulasi kesemua kulit,


permukaan tulang apabila pasien tidak membatasi iskemia
bergerak atau ditempat tidur. jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.

Area lembab, terkontaminasi,


Anjurkan pemukaan kulit kering dan
memberikan media yang sangat baik
bersih.
untuk pertumbuhan organisme patogenik.

Sabun dapat mengeringkan kulit secara


Batasi penggunaan sabun.
berlebihan.

Meningkatkan sirkulasi jaringan,


Bantu untuk latihan rentang gerak.
mencegah stasis.

Menghindari kerusakan kulit dengan


Gunakan alat pelindung, misalnya kulit
mencegah /menurunkan tekanan
domba, keranjang, kasur tekanan
terhadap
udara/air. Pelindung tumit/siku dan bantal
permukaan kulit.
sesuai indikasi. (kolaborasi)
6) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet;
perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.
Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil : menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan
sebagai penyebab, factor pemberat.

INTERVENSI RASIONAL
Observasi warna feses, konsistensi, Membantu mengidentifikasi penyebab
frekuensi dan jumlah. /factor pemberat dan intervensi yang
tepat.
Auskultasi bunyi usus. Bunyi usus secara umum meningkat
pada diare dan menurun pada konstipasi.

Awasi intake dan output (makanan dan Dapat mengidentifikasi dehidrasi,


cairan). kehilangan berlebihan atau alat dalam
mengidentifikasi defisiensi diet.

Dorong masukkan cairan 2500-3000 Membantu dalam memperbaiki


ml/hari dalam toleransi jantung. konsistensi feses bila konstipasi. Akan
membantu memperthankan status hidrasi
pada diare.

Hindari makanan yang membentuk gas. Menurunkan distress gastric dan distensi
abdomen.

Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, Mencegah ekskoriasi kulit dan
catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan.
kerusakan.

Lakukan perawatan perianal Serat menahan enzim pencernaan dan


setiap defekasi bila terjadi diare. mengabsorpsi air dalam alirannya
sepanjang traktus intestinal dan dengan
demikian menghasilkan bulk, yang bekerja
sebagai perangsang untuk defekasi.

Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang


dengan tinggi serat dan bulk. Mempermudah defekasi bila konstipasi
terjadi.
Berikan pelembek feses, stimulant ringan,
laksatif pembentuk bulk atau enema menurunkan motilitas usus bila diare
sesuai indikasi. Pantau keefektifan. terjadi.
(kolaborasi).

Berikan obat antidiare, misalnya


Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine
(Lomotil) dan obat mengabsorpsi air,
misalnya Metamucil. (kolaborasi).

7) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah


interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur
diagnostic dan rencana pengobatan.
Kriteria hasil :
a) Pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan
penyakit.
b) Mengidentifikasi factor penyebab.
c) Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.

INTERVENSI RASIONAL
Berikan informasi tentang anemia Memberikan dasar pengetahuan
spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa sehingga pasien dapat membuat pilihan
terapi tergantung pada tipe dan beratnya yang tepat.
anemia.
Tinjau tujuan dan persiapan untuk Menurunkan ansietas dan dapat
pemeriksaan diagnostic. meningkatkan kerjasama dalam program
terapi.
Ansietas/ketakutan tentang
ketidaktahuan meningkatkan stress,
selanjutnya meningkatkan beban jantung.

Kaji tingkat pengetahuan klien dan Pengetahuan menurunkan ansietas.


keluarga tentang penyakitnya. Dengan mengetahui penyakit dan
kondisinya sekarang, klien dan
keluarganya akan merasa tenang dan
mengurangi rasa cemas.

Berikan penjelasan pada klien tentang Megetahui seberapa jauh pengalaman


penyakitnya dan kondisinya sekarang dan pengetahuan klien dan keluarga
tentang penyakitnya.

Anjurkan klien dan keluarga untuk Diet dan pola makan yang tepat membantu
memperhatikan diet makanan nya. proses penyembuhan

Mengetahui seberapa jauh pemahaman


Minta klien dan keluarga mengulangi
klien dan keluarga serta menilai
kembali tentang materi yang telah
keberhasilan dari tindakan yang
diberikan.
dilakukan.
d. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya. (Marrelli. 2008).
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
a) Infeksi tidak terjadi
b) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
c) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
d) Peningkatan perfusi jaringan.
e) Dapat mempertahankan integritas kulit.
f) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
g) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur
diagnostic dan rencana pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

Handayani.,Haribowo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien


Dengan Sistem Gangguan Haemotologi. Jakarta: Salemba Medika.

Mansjoer, A. (2002). Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius.


Jakarta.
FKUI.

Smeltzer, 2013.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Dan Bedah II cetakan 5.


Jakarta.
EGC

Tjokroprawiro, 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Suarabaya:


Airlangga Universitas Press.

TM. Marrelli. 2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC

Waterbury, 2001. Buku Saku Hematologi. Jakarta: EGC.

Winkjosastro, H, dkk. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina


PustakaSarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai