Anda di halaman 1dari 12

TEORI

ASUHAN KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT ‘CEDERA MUSKULOSKELEKTAL”

Alwina Pelealu (1814201029)


Iwan Sarwanto (1814201028)
Roza C Baleya (1814201017)
Sitania Tulangow (1814201175)

MATA KULIAH
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DOSEN
NS. OLVIN MANENGKEY, S.KEP., M.KES

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO
2021
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan puji syukur kehadirat


Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Tugas Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
“KOMPARTEMEN SYNDROM”
Dalam pembuatan makalah ini tentu masih banyak kekurangan baik itu dari segi
penulisan, isi dan lain sebagainya, maka penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran
guna perbaikan untuk pembuatan makalah untuk hari yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan
sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua ini penulis
mengucapkan terima kasih, semoga segala bantuan dari semua pihak mudah – mudahan
mendapat amal baik yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
DAFTAR ISI

Daftar isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Bab II Pembahasan
A. Definisi
B. Etiologi
C. klasifikasi
D. Patofisiologi
E. pathway
F. manifestasi klinis
G. komplikasi
H. penatalaksanaan
I. pemeriksaan fisik
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera karena salah satu
sebab. Penyebab trauma adalah kecelakaan lalu lintas, industri, olahraga, dan rumah tangga.
Di Indonesia kematian akibat kecelakaan lalu lintas ± 12.000 orrang per tahun (Chairudin,
1998). Taruma yang dialami seseorang akan menyebabkan masalah-masalah sebagai
berikut.

1.    Biaya yang besar untuk mengembalikan fungsi setelah mengalami trauma.
2.    Resiko kematian yang tinggi.
3.    Prodiktivitas menurun akibat banyak kehilangna waktu bekerja.
4.    Kecatatan sementara dan permanen.

Di masyarakat, seorang perawa/Ners perlu mengetahui perawatan klien trauma


muskuloskletal yang mungkin dijumpai, baik dijalan maupun selama melakukan asuhan
keperawatan di rumah sakit. Selain itu, ia perlu mengetahui dasar-dasar penanggulan suatu
trauma yang menimbulkan masalah pada sistem muskuloskletal dengan melakukan
penanggulangan awal dan merujuk ke rumah sakit terdekat agar mengurangi resiko yang
lebih besar.
Resiko yang lebih fatal yang perlu diketahui adalah kematian. Peristiwa yang sering terjadi
pada klien dibagi dalam tiga periode waktu sebagai berikut :

1.      Kematian dalam detik-detik pertama sampai menit berikutnya (50%).


Kematian disebabkan oleh laserasi otak dan pangkal otak, kerusakan sumsum tulang
belakang bagian atas, kerusakan jantung, oarta, serta pembuluh-pembuluh darah besar.
Kebanyakan klien tidak dapat ditolong an meninggal ditempat.

2.      Kematian dalam menit pertama sampai beberapa jam (35%).


Kematian disebabkan oleh perdarahan subdural atau epidural, hematopneumotoraks,
robekan limpa, laserasi hati, fraktur panggul, serta fraktur multipel dengan resimo besar
akibat perdarahan yang masif.
Sebagian klien pada tahap ini dapat diselamatkan dengan pengetahuan dan penanggulangan
trauma yang memadai.

3.       Kematian setelah beberapa hari ampai beberapa minggu setelah taruma (15%).
Kematian biasanya disebabkan oleh kegagalan beberapa organ atau sepsis. Peran perawat
dalam membantu mengurangi resiko tersebut cukup besar. Resiko kegagalan organ dan
reaksi sepsis dapat dikurangi secara signifikan dengan asuhan keperawatan yang
komprehensif.
Penanggulangan klien taua memerlukan peralatan serta keterampilan khusus yang tidak
semuanya dapat dilakukan oleh perawat, berhubung keterampilan dan pengetahuan yang
dimiliki setiap Ners bervariasi, serta peralatan yang tersedia kurang memadai.
Trauma muskuloskletal biasanya menyebabkan disfungsi struktur disekitarnya dan struktur
pada bagian yang dilindungi atau disangganya. Gangguan yang paling sering terjadi akibat
trauma muskuloskletal adalah kontusio, strain, sprain dan dislokasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. SPRAIN

a. Pengertian

Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi akibat gerakan menjepit atau memutar.
Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament (jaringan yang
menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi.
Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada
sendi. Fungsi ligamen adalah menjaga stabilitas, namun masih mampu melakukan mobilitas.
Ligamen yang sobek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Pembuluh darah akan terputus
dan terjadilah edema, yaitu sendi terasa nyeri tekan dan gerakan sendi terasa sangat nyeri (Brunner
& Suddart,2010: 2355).
b. Etiologi

- Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang normal, seperti melingkar
atau memutar pergelangan kaki.
- Sprain dapat terjadi di saat persendian anda terpaksa bergeser dari posisi normalnya karena anda
terjatuh, terpukul atau terkilir.

c. Klasifikasi

1. Cedera Ringan : Cedera yang tidak di ikuti kerusakan yang berarti pada jaringan tubuh kita,
misalnya kekakuan otot dan kelelahan fisik.
Pada cwdera ringan biasanya tidak di perlukan pengobatan apapun, dan cedera akan sembuh
dengan sendirinya setelah beberapa waktu.

2. Cedera berat : Cedera yang serius, dimana pada cedera tersebut terdapat kerusakan jaringan
tubuh, misalnya robeknya otot atau ligamen maupun patah tulang.

Kriteria cedera berat :

a. Kehilangan subtansi atau kontinuitas

b. Rusaknya atau robeknya pembuluh darah

c. Kerancangan lokal di tandai oleh kalor atau panas, rubor atau kemerahan, tumor atau bengkak,
dolor atau nyeri, lungsi, tidak dapat di gunakan secara normal.

d. Patofisiologi
Kekoyakan ( avulsion ) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling sendi, yang disebabkan
oleh daya yang
tidak semestinya, pemelintiran atau mendorong / mendesak pada saat berolah raga atau
aktivitas kerja.
Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki.
Pada trauma olah
raga (sepak bola) sering terjadi robekan ligament pada sendi lutut. Sendi-sendi lain juga dapat
terkilir jika
diterapkan daya tekanan atau tarikan yang tidak semestinya tanpa diselingi peredaan

e. Patway

f. Manifestasi klinis

-  Nyeri
-  Inflamasi/peradangan
-  Ketidakmampuan menggerakkan tungkai.
g. Komplikasi

1. Terbentuknya nodul (benjolan) kecil pada ligamen di pergelangan kaki, yang menyebabkan
gesekan menetap di dalam sendi, sehingga terjadi peradangan kronis dan pada akhirnya bisa
menyebabkan kerusakan menetap.

2. Kerusakan saraf yang terdapat di atas ligamen pergelangan kaki.

3. Spasme pembuluh darah di daerah pergelangan kaki, sehingga tulang dan jaringan lainnya bisa
mengalami kerusakan akibat kekurangan darah.

4. Ketidakstabilan sendi di pergelangan kaki

5. Peradangan sendi

h. Penatalaksanaan

1. Pembedahan.
Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya; pengurangan-pengurangan perbaikan
terbuka terhadap jaringan yang terkoyak.

2. Kemotherapi
Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk meredakan nyeri dan peradangan.
Kadang diperlukan Narkotik (codeine 30-60 mg peroral setiap 4 jam) untuk nyeri hebat.

3. Elektromekanis.

a. Penerapan dingin dengan kantong es 24 0C

b. Pembalutan / wrapping eksternal. Dengan pembalutan, cast atau pengendongan (sung)

c. Posisi ditinggikan. Jika yang sakit adalah bagian ekstremitas.

d. Latihan ROM. Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan perdarahan. Latihan
pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung jaringan yang sakit.

e. Penyangga beban. Menghentikan penyangga beban dengan penggunaan kruk selama 7 hari atau
lebih tergantung jaringan yang sakit.

i. Pemeriksaan Diagnostik

1. Riwayat :
a. Tekanan
b. Tarikan tanpa peredaan
c. Daya yang tidak semestinya
2. Pemeriksaan Fisik :
Tanda-tanda pada kulit, sistem sirkulasi dan muskuloskeletal .

BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
 Pengkajian umum
- Klien tampak sakit berat, ditandai dengan meringis dan berteriak-
teriak
 Riwayat penyakit
- Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri di bagian kaki, merasa pusing dan takut
 Riwayat penyakit sekarang
- Pukul 15.00 klien mengeluh nyeri di bagian kaki, pusing dan takut.
Serta klien berteriak-teriak. Terdapat bengkak di bagian kaki kiri,dan kedua tangan
terdapat luka dan perdarahan yang mengalir dari luka.
 Riwayat penyakit dahulu
- Klien tidak mempunyayi riwayat penyakit seperti hipertensi, TBC, stroke, dll.
 Riwayat penyakit keluarga
- Tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat penyakit yang sama

B. Triage
Mengancam nyawa akan mati tanpa tindakan dan evaluasi segera, harus
didahulukan langsung ditangani. Area resusitasi. Waktu tunggu 0 menit, maka dapat
digolongkan P1(emergency).

C. Primary Survey
Pengkajian primer mempunyai tujuan untuk mengetahui dengan segera
kondisi yang mengancam nyawa paisen dilakukan dalam tempo waktu yang
singkat (kurang dari 10 detik) difokuskan pada airway, Breathing, Circulation
(ABC).
yang singkat (kurang dari 10 detik) difokuskan pada airway, Breathing,
Circulation (ABC).
A. (Airway)
Jalan nafas adalah sumbatan jalan atas (larynx, pharinx) akibat cedera
inhalasi yang ditandai kesulitan bernafas atau suara nafas yang berbunyi
stridor hoarness. Tindakan dengan membersihkan jalan napas,
memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid dosis
tertinggi dan antibiotika.
B. (Breathing)
Kemampuan bernafas, ekspansi rongga dada dapat terhambat karena nyeri
atau eschar melingkar di dada. Tindakan yang dilakuakan kaji dan
monitor kemampuan bernafas, memberikan oksigen, melakukan tindakan
kedaruratan jalan napas agresif.
C. (Circulation)
Status volume pembuluh darah. Keluarnya cairan dari pembuluh darah
terjadikarena meningkatnya permeabilitas pembuluh darah (jarak antara sel
endoteldinding pembuluh darah).
D. (Disability)
Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU :
1) A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi
perintah yang diberikan
2) V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang
tidak bisa dimengerti
3) P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika
ekstremitas awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk
merespon)
4) U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri
maupun stimulus verbal
E. Ekspose, Examine dan Evaluate
Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang
mengancam terjadinya gagal napas, maka Rapid Trauma Assessment harus
segera dilakukan:
1. Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dada dan ekstremitas pada pasien
2. Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa
pasien luka dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang
berpotensi tidak stabil atau kritis

D. Secondary Survey
Secondary Assessment survey sekunder merupakan pemeriksaan secara
lengkap yang dilakukan dengan teknik Body Sistem.
1. Breathing ( B1 )
Bagaimana pernafasannya, reguler/tidak, bagaimana kesimetrisannya,
bagaimana suaranya apakah terdapat suara tambahan. Apakah
terdapat pergerakan otot antar rusuk, bagaimana gerakan dada,
bagaimana suaranya apakah ada pembesaran dada.
2. Blood ( B2 )
Pada luka bakar yang berat, perubahan permiabilitas kapiler yang
hampir menyeluruh, terjadi penimbunan cairan massif di jaringan
interstisial menyababkan kondisi hipovolemik. Volume cairan
intravascular mengalami defisit, timbul ketidak mampuan
menyelenggarakan proses transportasi oksigen ke jaringan
3. Brain (B3 )
Manifestasi sistem saraf pusat karena keracunan karbon monoksida
dapat berkisar dari sakit kepala, sampai koma, hingga kematian
4. Bladder (B4)
Pengeluaran urin menurun disebabkan karena hipotensi dan penurunan
aliran darah ke ginjal dan sekresi hormone antideuretik serta aldosterone
5. Bowel (B5)
Adanya resiko paralitik usus dan distensi lambung bisa terjadi distensi
dan mual. Selain itu pembentukan ulkus gastrduodenal juga
dikenaldengan curling’s biasanya merupakan komplikasi utama dari
luka bakar
6. Bone (B6)
Penderita dapat pula mengalami trauma misalnya mengalami patah
tulang punggung atau spine.

E. Analisa data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Data subjektif adalah informasi Etiologi atau faktor Problem adalah
yang diucapkan klien kepada penyebab adalah gambaran keadaan
perawat selama pengkajian faktor klinik dan pasien dimana
keperawatan, yaitu komentar yang personal yang tindakan
didengar oleh perawat. dapat merubah keperawatan dapat
status kesehatan diberikan. Masalah
Data objektif dapat diamati dan atau atau problem
diukur. Data objektif merupakan mempengaruhi adalah
informasi yang dikumpulkan perkembangan kesenjangan atau
perawat melalui indera perawat. masalah. penyimpangan dari
keadaan normal
yang seharusnya
tidak terjadi.
Tujuan :
menjelaskan status
kesehatan pasien
secara jelas dan
sesingkat mungkin.
F. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik

NO. DIAGNOSA INTERVENSI


KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut Intervensi utama : Manajemen nyeri

 Tindakan
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperat rasa
nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredahkan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian anakgetik, jika
perlu

Anda mungkin juga menyukai