Anda di halaman 1dari 8

CHAPTER 9

UNIFORMITY AND DISCLOSURE

 Kerangka kerja konseptual merupakan struktur yang normatif karena baik tujuan dan
standar merupakan hasil dari suatu pilihan.Walaupun suatu pekerjaan teoritis secara jelas
dapat memberi pengaruh atas suatu conceptual framework, teori dan pembuatan kebijakan
berada pada domain yang terpisah.
 Terdapat 2 (dua) isu konseptual yang sangat penting dalam menentukan struktur dan
komponen kerangka kerja tersebut yaitu uniformity dan disclosure. Kerangka kerja di
dalam suatu disiplin ilmu seperti akuntansi, merupakan instrumen yang harus terus
berkembang, berubah sesuai kebutuhan baru serta hasil penelitian baru.
 Membahas hal tersebut dapat dilakukan dengan cara terlebih dahulu : (1) membahas
alasan yang mendasari dalam berbagai pilihan dalam metode akuntansi, (2) analisis atas
keseragaman (uniformity), (3) membahas sifat atas alokasi akuntansi dan mengapa hal
tersebut bermanfaat, serta terakhir (4) konsep pengungkapan.
 Terdapat hubungan komplementer antara uniformity dan disclosure. Dengan semakin
kompleksnya suatu kondisi dan transaksi, semakin sulit untuk merefleksikan pentingnya
suatu kondisi dan hubungan di dalam sebuah laporan keuangan. Lebih lanjut di masa di
mana perusahaan berusaha untuk mendapatkan informasi yang penting dari sebuah
laporan keuangan, maka pengungkapan yang memadai harus dikembangkan.
WHAT UNDERLIES THE CHOICE AMONG ACCOUNTING METHODS
Penyebab suatu perusahaan memilih satu dari beberapa alternatif metode akuntansi ada tiga,
sebagaimana dikemukakan oleh Field, Lys dan Vincent (selanjutnya disebut FLV) antara
lain:
1. Meminimalkan agency cost
Misalnya pemilihan antara operating lease atas capital lease sehingga utang tidak akan
tampak pada neraca (off balance sheet) karena langsung dikurangkan sebagai biaya dalam
laporan laba rugi. Dengan demikian rasio debt-to-equity dan situasi debt covenant akan
lebih baik.
2. Terkait signaling information yang ingin dikirimkan manajemen ke pihak luar
Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memberikan shareholders dan potensial
shareholders informasi mengenai aliran kas dimasa mendatang. Alasan kedua ini tidak
dapat dipisahkan dari insentif manajemen untuk berusaha meningkatkan gaji dan
bonusnya.
3. Terkait eksternalitas atau berusaha mempengaruhi pihak eksternal.
Misalnya pemilihan LIFO daripada FIFO. Dengan demikian, income yang dilaporkan
akan lebih kecil sehingga pajak yang dikenakan pun lebih rendah. Atau pemilihan
accelerated depreciation atas straight line depreciation.
Contoh FLV diatas hanya berlaku pada situasi tertentu dimana ekonomi bukan
pertimbangan utama. Namun pada chapter ini, pemilihan metode ditentukan dengan
ekonomi sebagai pertimbangan utama.
Uniformity

Uniformity berarti perlakuan akuntansi yang sama, artinya sama itu apa? Maksudnya
pencatatan akuntansinya itu uniform (seragam). Dampak dari  uniformity pencatatan ini
adalah pada peningkatan comparability.  Comparability itu apa? Comparability itu termasuk
dalam output oriented principle. Berarti kalau sudah menerapkan prinsip orientasi input
dengan benar, kita akan mendapatkan output principle. Jadi prinsip berorientasi output itu
adalah akibat kalau kita menggunakan prinsip input yang benar. Prinsip inputnya ada
yang general, ada yang constrain. Kalau input diterapkan dengan benar hasilnya adalah
output. Output itu apa?  Comparability, consistency, dan uniformity. Jadi kalau sekang yang
kita lihat  uniformity ini pencatatannya, berarti kita mencatat dengan cara yang sama, berarti
laporan hasil pencatatan tadi bisa dibandingkan (comparable). Yang dibahas dalam chapter
ini hanya perbandingan perusahaan, tidak berpikir tentang antar negara (internasional), tapi
hanya antar perusahaan.

Kalau kembali ke SFAC No.8 Bab 3, Comparability itu enhancing the fundamental


characteristic. Jadi kita akan punya informasi relevant, faithful, kalo itu akan lebih baik kalo
salah satunya adalah comparable. Kalau laporan keuangan tidak bisa dibandingkan,
masih relevant bisa, masih faithful bisa, tapi tidak sebaik relevant dan faithfulnya
kalo comparable. Comparable ini bisa dicapai kalau kita menggunakan pencatatan
yang uniform.

Finite and Rigid Uniformity

Contoh, sekarang dibuat aturan siswa sekolah pakai seragam. Seragam siswa sekolah itu
menghasilkan uniformity, pakaian sekolah. Semua siswa, tidak peduli laki-laki dan
perempuan, bawahnya harus merah, atasnya harus putih untuk SD, semua siswa diperlakukan
sama, ini Rigid. Sekarang ditambah lagi, siswi harus pakai rok bawahnya dan baju atasnya,
siswa harus pakai celana bawahnya dan baju atasnya, itu Finite.
Jadi, siswa (sebagai event) untuk berpakaian seragam itu ada relevant circumstancesnya
(keadaan yang membedakan). Kalau di akuntansi ada keadaan ekonomi yang membedakan.
Kalau untuk siswa tadi, laki-laki dan perempuannya yang membedakan. Jadi, kalau eventnya
itu bisa dibedakan, jangan dipaksakan hanya satu aturan.

Misalnya, seragam untuk anak SMA semua tidak peduli laki-laki atau perempuan harus abu-
abu dan putih warnanya tapi harus pakai rok semuanya, laki-laki juga harus pakai rok, itu
gimana? Itu namanya rigid. Harusnya jangan diperlakukan rigid, karena apa? Ada beda
antara laki-laki dan perempuan, ada relevant circumstances. Yang cocok seharusnya
pakai finite uniformity, yang seragam untuk perempuan pakai rok, yang seragam untuk laki-
laki pakai celana. Harusnya relevant circumstancesnya dipertimbangkan, harusnya
pake finite.

Contoh lain yang ada yang relevant circumstancesnya, di Amerika tahun 70-an pada
awalnya FASB dibentu, FASB menerbitkan SFAS No. 2, yaitu standar akuntansi
untuk research and development. Sebelum SFAS No.2, standar akuntansi yang berlaku
adalah finite uniformity karena research and development (R&D) itu complex event,
ada relevant circumstancesnya. R&D itu bisa gagal, bisa berhasil, itulah relevant
circumstancesnya. Riset bisa berhasilkan mengembangkan dan menghasilkan sesuatu, atau
riset bisa gagal dan tidak menghasilkan apa-apa. Itulah yang disebut dengan relevant
circumstances. Harusnya akuntansinya berbeda untuk yang berhasil dan yang gagal. Dulu
kalau berhasil dicatat sebagai asset, kalau gagal dicatat sebagai expense, itu finite,
mempertimbangkan relevant circumstances. Ternyata ada dibahas manajemen itu berperan
mengatur relevant circumstances. Apa tujuan manajemen? manajemen itu punya
kepentingan, ada 3:

The role of management in relevant circumstances, ada 3:

1. Memaksimalkan laba jangka pendek yang dilaporkan, jika kompensasi manajerial


berdasarkan laba tersebut
2. Meminimalkan laba jangka pendek, jika terdapat kekhawatiran adanya intervensi
pemerintah terkait dengan antitrust.
3. Meratakan laba (smoothing income) untuk menunjukkan kepada pemegang saham
bahwa perusahaan mempunyai risiko yang cukup rendah.
Contohnya begini, laba saya (manajer) dianggarkan 1 M, sekarang laba saya sudah 1,1M,
berarti saya mencapai target anggaran, berarti kinerja saya dinilai positif, berarti ada
kemungkinan saya diberi bonus. Lalu ini ada biaya R&D 300 juta 1 tahun, ternyata risetnya
gagal, berarti 300 juta harus di expense-kan. Laba saya tidak lagi menjadi 1,1, berarti tinggal
800jt, sedangkan anggaran 1M. Berarti saya tidak mencapai anggaran, kinerja saya buruk,
bonus saya mungkin tidak diberikan. Lalu saya berpikir, relevant circumstancesnya saya atur,
supaya bisa tidak dicatat sebagai biaya tapi dicatat sebagai aset. Trus saya bilang sekarang
belum berhasil, tapi nanti akan berhasil. Jadi karena ada harapan berhasil maka saya
masukkan ke dalam aset. Laba saya tetap 1 M.

Lalu FASB melihat, apa gunanya diberi standar akuntansi finite kalau relevance


circumstancesnya diatur. Maka terbitlah SFAS No.2, semua biaya R&D tidak peduli sukses
ataupun gagal dimasukkan ke expense. Jadi dulunya finite dengan
mempertimbangkan relevan circumstances, tapi karena manajemen ngatur-ngatur relevant
circumstancesnya, FASB menerbitkan standar yang rigid uniformity.

Karena manajemen dalam praktiknya ikut mengatur relevant circumstances,


berarti measurabilitynya itu susah diperoleh. Kalau measurabilitynya susah diperoleh
menurut formulating accounting policy harusnya pakai rigid, karena sulit measurenya.
Kalau bisa di measure baru pakai finite.

Jadi, masalah uniformity ini sebetulnya sederhana masalahnya. Kita punya event, lalu kita


putuskan event ini simple atau complex. Kalau simple langsung rigid, standar akuntansinya
tidak boleh yang lain. Kalau complex, ada relevant circumstances, misalnya leasing,
misalnya R&D. Kalau begitu yang bener kalau bisa diukur relevant circumstancesnya dan
tidak mahal maka kita harus membuat standar akuntansi yang finite. Bisa capital lease,
bisa operating lease sepanjang syaratnya dipenuhi. Syarat apa? Syarat relevant
circumstances.

Flexibility

Kecenderungan akuntansi zaman dulu itu dulu-dulunya unregulated, baru belakangan


ada regulasi. Unregulated berarti yang memilih akuntansi siapa? Manajemen perusahaan
yang memilih metodenya karena tidak ada akuntansi jadi terserah manajemen. Pendapat yang
beredar pada waktu itu adalah manajemen itu adalah pihak yang paling tau kondisi
perusahaan dibanding yang lain. Untuk itu maka diberilah kewenangan bagi manajemen
untuk memilih standar akuntansi yang bisa menggambarkan perusahaannya dengan baik.
karena yang paling tau dia, maka diberilah kewenangan kepadanya. Akibatnya apa?
Berlakulah pemilihan metode akuntansi sesuka manajemen yang kita sebut dengan flexibility.

Eventnya simple, tapi metodenya beda-beda. Contohnya persediaan, persediaan itu


sebelum LIFO dihapus oleh IFRS, persediaan itu boleh pake LIFO, weighted average, atau
FIFO. Jaman sebelum tahun 1930 itu banyak metode lain. Setelah ada standar akuntansi,
standar akuntansinya masih fleksibel. Ada 3 metode silahkan pilih, tidak diberi catatan kalau
begini harus pilih ini, kalau begitu harus pilih itu, tidak ada. Kamu kok pilih FIFO? Tetangga
saya juga pake FIFO. Kenapa pake LIFO? Disana kelompok saya perusahaan ini semua pake
LIFO. Tidak ada aturan. Ini yang disebut dengan flexibility.

Akibatnya apa? Ini lawannya uniformity, akibatnya comparabilitynya rendah. Dulu


belum terpikir comparability itu sebagai suatu kualitas. Informasi harus comparable dulu
tidak terpikir. Baru belakangan comparability terpikirkan. Jikalau begitu
supaya comparable jangan menerapkan prinsip flexibility.

Sedapat mungkin jangan ada yang flexibility. Misalnya persediaan kok masih ada? Itu
sisa lama yang belum bisa dihapus. Kalau sekarang ada perusahaan pakai LIFO, terus
dilarang LIFOnya, terus dia harus berubah ke FIFO, jangan dikira tidak mahal. Dia harus
mengganti software akuntansinya, dia harus menguji dulu, dan itu memakan waktu dan biaya.
Jadi mengubah tidak mudah apalagi yang memakai detail rincian seperti persediaan. Ini
masalahnya.

Walaupun kita tau flexibility harus dihindari tapi dalam praktik kita lihat masih ada
sisa-sisa dari konsep flexibility. Kedepan kalau bisa dihilangkan, supaya
nantinya uniform. Uniform yang baik yang rigid atau yang finite? Harus dibagi 2, simple atau
complex. Complexnya bisa diukur dan tidak mahal, pakai finite. Tidak bisa diukur atau mahal
jadikan sama dengan simple, pakai rigid.
Disclosure (Pengungkapan)

Jadi, pengungkapan informasi di laporan keuangannya (neraca, laba rugi, dst) dan informasi
tambahannya (catatan atau lampiran) itu semua masuk bidang disclosure walaupun di SFAC
di definisikan berbeda, selain recognition, tapi ini kita pakai arti luas. Semua informasi yang
diungkapkan itu adalah disclosure.

Pencatatan akuntansi yang menimbulkan masalah uniformity dan menjadi


konsep comparability, itu adalah masalah standar akuntansi. Yang mengatur standar
akuntansi harusnya SEC. tapi sejak awal SEC sudah bilang silahkan AICPA membuat
standar. AICPA membentuk CAP, APB, lalu dikritik-kritik jadi FASB. Jadi, standar
akuntansi yang membuat adalah profesi. Termasuk di Indonesia, DSAK (Dewan Standar
Akuntansi keuangan) itu adalah profesi akuntansi, bukan bapepam. Jadi, standar
akuntansinya yang mengarah pada nanti ada uniformity, itu yang menyiapkan adalah profesi
akuntansi.

Disclosure yaitu pengungkapan informasi itu adalah bidangnya SEC yang tidak banyak
diserahkan kepada profesi. Jadi SEC tetap aja buat aturan sendiri. Akibatnya apa? Standar
akuntansi tidak terlalu banyak mengatur disclosure. Standar akuntansi banyak mengatur
akuntansi, pencatatan, pengukuran, pengakuan, tapi pengakuan informasinya itu diatur
melalui peraturan SEC. Di Indonesia dulu BAPEPAM, sekarang OJK.
Jadi kita punya 2 set aturan. Aturan pencatatan itu ada recognition, measurement, kemudian
pencatatan itu yang mengatur adalah standar akuntansi. Menyusun laporan menjadi laporan
apa saja yang harus diungkap itu standar mengenai pengungkapan (disclosure) yang
membuat BAPEPAM. Jadi ada dua pihak, akuntansinya oleh profesi, pelaporannya
pengungkapannya oleh SEC atau BAPEPAM.  Di Amerika, urusan disclosure adalah
urusannya SEC, urusan accounting adalah urusannya  AICPA. Sehingga yang dijelaskan
disini adalah disclosure function of the SEC.

The Disclosure Function of the SEC

Jadi, sesudah krisis tahun 1929-1930 di amerika dibentuk SEC, ada undang-undang, dll,
mulailah ada regulasi. SEC meregulasi disclosure. Tujuannya apa? Karena krisisnya di
Amerika itu tadi akibat dimulai dari crashnya pasar modal, yang dirugikan pertama kali
adalah para investor. Berkembang menjadi krisis ekonomi. Maka SEC mencoba
mengatur disclosure dalam rangka memproteksi investor. Supaya investornya aman tidak
dirugikan. Maka disebutlah protective disclosure, perusahaan diminta mengungkap informasi
supaya investornya terjaga, terproteksi.

Informasi yang harus diungkap untuk memproteksi investor adalah informasi yang sudah
terjadi (historical transaction), datanya sudah ada, namanya data yang sudah ada itu ada
transaksinya disebut dengan data keras (hard data). Laporan keuangan, rincian transaksi yang
sudah terjadi, itu semua adalah hard data. Jadi SEC menugasi perusahaan menerbitkan
informasi itu tadi yang disebut dengan nama protective disclosure.

Sesudah itu, tambah informasi lagi sampai timbul kesadaran bahwa sebetulnya keputusan
investor ini adalah untuk masa yang akan datang. Keputusan yang dibuat investor tentang jual
beli saham itu sebetulnya mempertimbangkan kondisi masa yang akan datang. Kok
informasinya cuma yang masa lalu ini. Lalu mereka meminta sekarang perusahaan
menerbitkan ramalan mengenai masa yang akan datang. Buatlah forecast. Forecast itu
datanya belum terjadi, tapi baru ramalan. Oleh karena itu disebut soft.  Disclosure yang
seperti ini memberi informasi kepada investor untuk memperbaiki keputusannya, karena itu
disebut informative disclosure.

Jadi bukan berarti yang protective dihilangkan, yang protective itu diawal-awal diminta.


Sesudah protectivenya diminta, sudah ada, ditambahi dengan yang informative.
Jadi disclosure terdiri dari dua jenis data, yang hard dan soft.

Imperfections of The Disclosure Process

Ada juga informasi yang tidak dipublikasi, tapi oleh SEC perusahaan diminta melaporkannya
ke SEC. ada 2 laporan, yaitu laporan 10-K dan laporan 10-Q. 10-K itu laporan tahunan, rinci
sekali, tapi hanya setahun sekali. 10-Q itu quarter, seperempat, triwulan, 3 bulanan. Ini
tambahan informasi ke SEC, tidak dipublikasi.

Forms and Methods of Disclosure

1. Management’s Discussion and Analysis (MD&A)

Ada di annual report perusahaan go public, MD&A isinya minimum ada 4 poin:

1. harus ada hasil operasi, termasuk informasi perubahan harga jual, perubahan biaya,
perubahan volume
2. harus ada penilaian likuiditas masa yang akan datang dari perusahaan itu
3. harus ada sumber modal dan rencana capital expenditure.
4. tren, ketidakpastian, dan peristiwa di masa yang akan datang yang dapat memiliki
pengaruh pada 1-3.
itu salah satu bentuk disclosure, isinya sebagian data masa lalu, sebagian forecast. Berarti itu
termasuk protective dan informative disclosure.

2. Signaling and Management earnings forecasts

Jadi perusahaan itu diluar MD&A bisa menambah lagi dengan forecast-forecast,


seperti forecast laba. Ini apa? Ini tambahan, ini sebetulnya tidak masuk mandatory, tapi
masuk ke voluntary (sukarela).

Perusahaan go public dituntut oleh BAPEPAM untuk membuat laporan dua kali setahun,
desember dan juni. Tapi banyak perusahaan menerbitkan akhir maret, akhir juni, akhir
September, akhir desember, ini voluntary disclosure. Untuk apa? Memberi sinyal ke pasar
modal. menerbitkan informasi itu membutuhkan biaya, mereka mau membayar biaya demi
memberi sinyal ke pasar modal. supaya pasar bereaksi positif.

3. SFAS No. 131

Mengatur mengenai segmen, pelaporan segmen. Segmen itu bagian operasi yang dilihat
cukup besar. Harus diungkap sendiri, perusahaan punya segmen apa. Pelanggan yang besar
itu segmen, daerah penjualan yang besar itu segmen, jenis produk yang lebih dari sekian
persen itu segen, itu harus dilaporkan khusus ada pengungkapannya.

4. Quarterly information

Informasi 3 bulanan. Ada 2 pendekatan:

 Discrete view: berdiri sendiri setiap 3 bulan, berarti dianggap sama seperti time
periodenya menjadi 3 bulanan
 Integral view: time periodnya masi 1 tahun, cuma sekarang dilaporkan 3 bulanan, jadi
3 bulanan adalah bagian dari satu tahun.
Akibatnya apa? Tidak ada perataan dalam discrete view. Dalam integral view, ada perataan.
Dalam integral view, Kalau ada laporan keuangan maret, labanya 1 M, kira2 laba setahunnya
nanti 4M, karena disitu ¼ dari satu tahun. Tapi kalo discrete view, 3 bulan pertama 1 M, 3
bulan kedua belum tentu 1 M lagi, 3 bulan berikutnya juga belum tentu karena dia berdiri
sendiri. Praktik kita menggunakan yang integral view.

5. Small Firms vs Larger Firms

Keberadaan standar overload. Kasian perusahaan kecil kalo diperlakukan sama dengan
perusahaan besar. Kemampuan perusahaan kecil mengeluarkan biaya akuntansi tidak sebesar
perusahaan besar. apakah perlu dibuat standar akuntansi yang berbeda untuk perusahaan kecil
dan untuk perusahaan besar.

Amerika pernah melakukan itu pada waktu menerbitkan SFAS No. 33, yaitu pada waktu
inflasi tinggi. Hanya perusahaan besar yang kena standar itu, yang diluar perusahaan besar
tidak kena standar. Di Indonesia kita punya 2 standar sekarang, IFRS dan ETAP. Kalo
perusahaan publik wajib pakai IFRS. kalo perusahaannya tidak go public, standar yang
digunakan adalah ETAP. Asumsinya yang tidak go public itu yang kecil, yang besar itu
yang go public. Berarti kita memakai small vs larger firms.

Anda mungkin juga menyukai