Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

Biokimia dan Biomolekuler II

JUDUL PERCOBAAN

GLIKOLISIS DALAM SEL RAGI

Disusun oleh
Nama : AYU MARTINI
NIM : 061911062
Tanggal Praktikum : Kamis, 25 Juni 2020

Program Studi Teknik Laboratorium Medis


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Binawan
Jakarta
2020
ABSTRACT

Fermentasi etanol sistem mikroaerobik menggunakan media glukosa dengan


bantuan ragi Sacharomyces Cerevisiae. Selektifitas produk etanol dapat dikendalikan
pada kondisi mikroaerobik menggunakan potensial redoks ekstrasel yang dapat
mendeteksi adanya oksigen selain oksigen. Oksigen terlarut yang adadapat
mempengaruhi redoks dari metabolisme di intrasel. Kajian peningkatan efisiensi
fermentasi etanol dapat dilakukan melalui strategi kontrol potensial redoks, potensial
redoks pada kadar gula sangat tinggi sebagai bahan baku, pengembangan fermentor
pada reaksi mikroaerobik, dan penambahan zat pengontrol serta skema kontrol
potensial redoks. Strategi potensial redoks terhadap produk etanol harus diimbangi
oleh kelangsungan hidup sel, sehingga diperlukan agitasi dan aerasi yang optimal.
Didapat potensial -150 mV untuk memantau reaksi redoks pada media glukosa yang
sangat tinggi yaitu 290 g/L. Fermentor didesain untuk sistem mikroaerobik
menggunakan kombinasi reaktor berpengaduk dan turbular yang dalam prosesnya
diperlukan penambahan gas penyemprot dan bahan kimia untuk mengontrol potensial
redoks. Skema kontrol dilakukan dengan menggabungkan aerasi dan glukosa yang
dikendalikan, sehingga didapat hasil produksi etanol mencapai 147 g/L, sehingga
memperlama waktu potensial redoks dan kelangsungan hidup ragi untuk mencapai
proses fermentasi etanol yang efisien di atas 90%.

Kata Kunci: Mikroaerobik, Potensial redoks, Saccharomyces cerevisiae.


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
1. Mempelajari/mengamati proses glikolisis di dalam sel ragi dengan mengukur
tinggi kolom CO2 yang dihasilkan.
2. Mempelajari/mengamati pengaruh inhibitor seperti fluoride dan arsenat
terhadap proses glikolisis.

1.2 Tinjauan Pustaka


Glikolisis merupakan rangkaian reaksi yang mengkonversi glukosa menjadi
piruvat. Pada organisme aerob, glikolisis adalah pendahuluan daur asam sitrat dan
rantai transport electron, saat sebagian besar energi bebas glukosa dihasilkan.
Sepuluh reaksi glikolisis terjadi didalam sitosol. Pada tahap pertama, glukosa
dikonversi menjadi fruktosa 1,6-bifosfat melalui reaksi fosforilasi, isomerasi, dan
fosforilasi kedua. Dua molekul ATP dipakai per molekul glukosa pada reaksi-
reaksi ini. Pada tahap kedua, fruktosa 1,6 difosfat dipecah oleh aldolase
membentuk dihrosiaseton fosfat dan gliserildehida 3-fosfat, yang dengan mudah
mengalami interkonvensi. Gliseraldehida 3-fosfat kemudian mengalami oksidasi
dan fofforilasi membentuk 1-3-bisfosfogliserat, suatu asetil fosfat dengan potensi
transfer fosforil yang tinggi. 3-fosfogliserat kemudian terbentuk dan
ATPdihasilkan. Pada tahap akhir glikolisis, fosfoenolpiruvat, zat antara kedua
dengan potensi transfer yang tinggi, dibentuk melalui pergeseran fosforil dan
dehidrasi. ATP lainnya dihasilkan sewaktu fosfienolpiruvat dikonnversi menjadi
piruvat. Tedapat keuntungan bersih dua molekul ATP pada pembentukan dua
molekul piruvat dari satu molekul glukosa. Akseptor elektron pada oksidasi
gliseraldehida 3-fosfat adalh NAD+, yang harus dihasilkan kembali agar glikosis
dapat dihasilkan kembali agar glikolisis dapat berlangsung terus. Pada organism
aerob, NADH yang terbentuk pada glikolisis mentransfer elektronnya ke
O2 melalui rantai transport elektron, dan dengan demikian menghasilkan kembali
NAD+. Pada keadaan aerob, NAD+dihasilkan kembali melalui reduksi piruvat
menjadi laktat. Pada sejumlah mikroorganisme, NAD+ biasanya dihasilkan
kembali oleh sintesis laktat atau etanol dari piruvat. Dua proses ini merupakan
contoh fermentasi.
Jalur glikolisis mempunyai peran ganda: degradasi glukosa untuk
menghasilkan ATP, dan memberikan unit-unit penyusun untuk sintesis
komponen-komponen sel. Kecepatan konversi glukosa piruvat diatur sesuai
dengan dua keperluan utama sel ini. Pada reaksi fisiologis, reaksi-reaksi glikolisis
dengan mudah reversible kecuali reaksi-reaksi yang dikalisis oleh heksokinase,
fosfofruktokinase, dan piruvat kinase. Fosfofruktokinase, elemen pengontrol
terpenting pada glikolisis, dihambat oleh kadar tinggi ATP dan sitrat, dan
diaktifkan oleh AMP dan fruktosa 2,6 bifosfat. Pada hati, bifosfat menandakan
bahwa glukosa berlimpah. Karenanya, fosfofruktokinase aktif bila diperlukan
energy atau unit-unit penyusun. Hksokinase dihambat oleh glukosa 6-fosfat, yang
berakumulasi bila fosfofruktokinase aktif. Piruvat kinase situs pengontrol lainnya,
secara alosterik dihambat oleh ATP dan alanin, dan diaktif oleh fruktosa 1,6
bifosfat. Akibatnya, piruvat kinase aktif maksimal bila muatan energy rendah dan
zat-zat ntara glikolisis menumpuk. Piruvat kinase, seperti enzim bifungsi yang
mengontrol kadar fruktosa 2,6 bisfosfat, diatur melalui fosforilasi. Kadar glukosa
yang rendah dalam darah mendorong fosforilasi pirivat kinase hati, sehingga
aktivitasnya menurun dengan demikian menurunkan pemakaian glukosa dalam
hati (Anonim, 2011).

1.3 Tinjauan Bahan


1) Ragi
Ragi adalah fungsi ekasel (uniseluler)  pada beberapa jenis
spesies umumnya digunakan untuk membuat roti, fermentasi minuman
beralkohol, dan bahkan digunakan percobaan bahan bakar (Darwindra 2009).
Ragi sebenarnya merupakan kumpulan spora mikroorganisme/mikroba (jasa
hidup yang sangat kecil) yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang (tanpa
alat), harus menggunakan mikroskop (Suprapti 2003). Ragi adalah campuran
mikroorganisme yang terdiri atas kapang, khamir dan bakteri (Gandjar dan
Sjamsuridzal 2006). Kebanyakan ragi merupakan anggota divisi  Ascomycota,
walaupun ada yang digolongkan dalam Basodiomycota. Ragi berasal dari
fugus bersel satu dari genus saccharomyces, spesies cerevisae, dan
memiliki ukuran 6-8 mikron.

2) Larutan Glukosa
Larutan Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu
karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan
tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal
bagi respirasi. 

3) Aquadest
Aquadest merupakan air hasil dari destilasi atau penyulingan, dapat
disebut juga air murni (H2O). karena H2O hampir tidak mengandung mineral.
Sedangkan air mineral merupakan pelarut yang universal. Air tersebut mudah
menyerap atau melarutkan berbagai partikel yang ditemuinya dan dengan
mudah menjadi terkontaminasi. Dalam siklusnya di dalam tanah, air terus
bertemu dan melarutkan berbagai mineral anorganik, logam berat dan
mikroorganisme. Jadi, air mineral bukan aquades (H2O) karena mengandung
banyak mineral.

4) Larutan H₂O₂
Hidrogen peroksida (H2O2) adalah zat kimia yang berbentuk cairan
bening, tidak, dengan tekstur sedikit lebih kental dibandingkan air. Zat kimia
yang tersusun dari zat kimia hidrogen dan oksigen ini, juga dikenal sebagai
agen pemutih yang kuat.
5) Larutan Kalium Karbonat (CaCO₃)
Kalsium karbonat (CaCO3) merupakan suatu zat padat putih, tak
berbau, tak berasa, terurai pada 825oC, tak beracun, larut dalam asam dengan
melepas CO2, dan dijumpai di alam sebagai kalsit, napal, aragonit, travertin,
marmer, batu gamping, dan kapur, juga ditemukan bersama mineral dolomit
(CaCO3.MgCO3). Benar-benar tidak larut dalam air (hanya beberapa bagian
per juta), kristalnya berwujud rombik/rombohedral dan dimanfaatkan sebagai
obat penawar asam, dalam pasta gigi, cat putih, pembersih, bahan pengisi
kertas, semen, kaca, plastik, dan sebagainya.

6) HCL
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida. Ia
adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung.
Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus
ditangani dengan mewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan
yang sangat korosif. 

7) Aseton
Aseton, juga dikenal sebagai propanon, dimetil keton, 2-propanon,
propan-2-on, dimetilformaldehida, dan β-ketopropana, adalah senyawa
berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Ia merupakan
keton yang paling sederhana. Aseton larut dalam berbagai perbandingan
dengan air, etanol, dietil eter,dll.
BAB II METODOLOGI
2.1 Alat
1) Tabung Reaksi
2) Rak Tabung Reaksi
3) Selang
4) Mikropipet
5) Tips
6) Beakerglass
7) Plastisin
8) Tabung Y
9) Gelas Ukur
10) Penggaris

2.2 Bahan
1) Ragi
2) Larutan Glukosa
3) Larutan H₂O₂
4) Aquadest
5) Larutan CaCO₃
6) HCL
7) Aseton

2.3 Skema Kerja


1. Percobaan 1 Kontrol Positif (+)

Masukkan suspensi
ragi 6 ml kedalam
tabung reaksi

Tambahkan larutan
gula sebanyak 3ml

Tutup dengan penutup


tabung dan diamkan
selama 15 menit
Pada tabung berbeda,
masukan lar. CaCO₃
sebanyak 3ml

Hubungkan kedua
tabung tersebut
mengunakan selang

Lapisi dengan plastisin


dan diamkan selama 15
menit

Ukur kenaikan sel ragi dan


amati ada tidaknya
perubahan warna dan
endapan

2. Percobaan 2 kontrol negatif (-)

Panaskan suspensi ragi


masukan 6ml kedalam
tabung reaksi

Tamabahkan larutan
gula sebanyak 3ml
Tutup dengan penutup
tabung dan diamkan
selama 15 menit

Pada tabung berbeda,


masukan lar. CaCO₃
sebanyak 3ml

Hubungkan kedua
tabung tersebut
mengunakan selang

Lapisi dengan plastisin


dan diamkan selama
15 menit

Hubungkan kedua
tabung tersebut
mengunakan selang

Lapisi dengan plastisin, diamkan


selama 15 menit dan amati ada
tidaknya perubahan warna dan
endapan
3. Percobaan 3 penambahan Inhibitor HCL

Masukkan suspensi ragi


6 ml kedalam tabung
reaksi

Tambahkan larutan gula


sebanyak 3ml dan masukan
2 tetes HCL

Tutup dengan penutup


tabung dan diamkan
selama 15 menit

Pada tabung berbeda,


masukan lar. CaCO₃
sebanyak 3ml

Hubungkan kedua tabung


tersebut mengunakan
selang

Lapisi dengan plastisin


dan diamkan selama 15
menit
Ukur kenaikan sel ragi dan
amati ada tidaknya
perubahan warna dan
endapan

4. Percobaan 4 penambahan Inhibitor Aseton

Masukkan suspensi ragi


6 ml kedalam tabung
reaksi

Tambahkan larutan gula


sebanyak 3ml dan tambahkan
2 tetes lar. Aseton

Tutup dengan penutup


tabung dan diamkan
selama 15 menit

Pada tabung berbeda,


masukan lar. CaCO₃
sebanyak 3ml

Hubungkan kedua
tabung tersebut
mengunakan selang
Lapisi dengan plastisin
dan diamkan selama 15
menit

Ukur kenaikan sel ragi dan


amati ada tidaknya perubahan
warna dan endapan
BAB III HASIL PENGAMATAN

3.1 hasil pengamatan

Kenaikan Perbuahan
No. Perlakuan Endapan
larutan warna
1. Kontrol positif   
2. Kontrol negatif
- - -
3. Penambahan inhibitor
HCL - - -
4. Penambahan inhibitor
aceton - - -

A. Control Positif (+)


 Kenaikan larutan : 5ml
 Endapan : Terdapat sedikit endapan
 Perubahan warna : Putih Keruh

B. Control Negatif (-)


 Kenaikan larutan : tidak mengalami kenaikan
 Endapan : Tidak terdapat sedikit endapan
 Perubahan warna : tidak mengalami perubahan warna

C. Inhibitor HCL
 Kenaikan larutan : tidak mengalami kenaikan
 Endapan : Tidak terdapat sedikit endapan
 Perubahan warna : tidak mengalami perubahan warna

D. Inhibitor Aseton
 Kenaikan larutan : tidak mengalami kenaikan
 Endapan : Tidak terdapat sedikit endapan
 Perubahan warna : tidak mengalami perubahan warna
BAB IV PEMBAHASAN

Glikolisis merupakan rangkaian reaksi yang mengkonversi glukosa menjadi


piruvat. Pada organisme aerob, glikolisis adalah pendahuluan daur asam sitrat dan
rantai transport electron, saat sebagian besar energi bebas glukosa dihasilkan. Sepuluh
reaksi glikolisis terjadi didalam sitosol. Glikolisis dalam sel ragi mengunakan ragi
sebagai enzim dan larutan gula, sebagai substrat untuk menghasilkan etanol dan
karbondioksida ( O₂). Dapat disimpulakan control (+) menjadi glikolisis sempurna,
karena dalam control (+) tersebut terdapat larutan ragi dengan gula yang akan
menghasilkan colom CO₂ yang tinggi sedangkan pada percobaan perlakuan lain. Pada
control (-) karena sel ragi sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu. Maka akan
mengalami kenaikan suhu sehingga terdapat proses denaturasi yang dapat
menyebabkan kerja enzim sedikit lemah dan sisi aktif enzim ada yang terganggu.
Pada percobaan HCL dan Aseton mengalami glikolisis tidak sempurna, karena
terdapat inhibitor dan terdapat zat-zat yang menggangu glikolisis tersebut.
BAB V KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Tinggi kolom CO2 yang dihasilkan pada percobaan ini yaitu untuk tabung 1
sebesar 5 cm, tabung 2, 3, dan 4 tidak dihasilkan tinggi kolom CO2
2.  Larutan HCL dan larutan Aseton berfungsi sebagai penghambat atau inhibitor
kerja enzim dalam memecah glukosa menjadi etanol dan CO 2. Hal ini dapat di
tunjukkan dengan tinggi kolom CO2 yang terbentuk pada masing-masing tabung,
untuk  tabung peragian yang ditambahkan larutan HCL dan Aseton menghasilkan
tinggi kolom CO2 yang lebih rendah dibandingkan pada control positif ini
menandakan bahwa adanya penghabatan proses glikolisis sehingga CO2 yang
terbentuk lebih sedikit.
DAFTAR PUSTAKA

Wara Dyah Pita Rengga, D. S. (2016). Pengontrolan potensial redoks pada fermentasi
etanol sistem mikroaerobik mengunakan ragi saccharomyces. Jurnal Integrasi
Proses Vol. 6, No. 2 (Desember 2016) 50 – 56.
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jip
H.Rahmatan, L. (2012). Pengetahuan Awal Calon Guru Biologi Tentang Konsep
Katabolisme Karbohidrat . JPII 1 (1) (2012) 91-97.
http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii

https://youtu.be/qFWQ42EFcK0

Anda mungkin juga menyukai