Draft
IAIN Bone
Oleh
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah amanah sekaligus karunia tuhan yang maha esa, yang
senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-
Anak mempunyai hak yang bersifat asasi, sama halnya orang dewasa.
Isu tentang hak-hak anak akhir- akhir ini terjadi sangat fenomenal. Upaya untuk
melindungi hak-hak anak dilanggar oleh orang dewasa, Negara atau bahkan
orang tuanya sendiri yang tidak begitu menaruh perhatian terhadap kepentingan
masa depan anak. Padahal anak merupakan dambaan masa depan, asset
calon manusia yang akan memimpin Negara dan bangsa. Hindari dan jauhkan
ekonomi dan seks, diterlantarkan menjadi anak jalanan dan lain sebagainya.
Namun dibalik itu semua ternyata semakin tingginya perhatian yang diberikan oleh
beruntung ini kian hari semakin kurang menggembirakan terutama bila dilihat
1
2
jalanan mengacu pada UU No. 23 tahun 2002 dan UU No. 35 tahun 2014 dimana
anak harus mendapat perlindungan sesuai dengan yang tercantum dalam pasal 4
Para pekerja sosial banyak mengutip ciri-ciri anak terlantar pada Keputusan
Menteri Sossial RI UU No. 27 tahun 1984 yaitu antara lain anak yang masih berusia
5 sampai 18 tahun, namun banyak kasus anak yang berusia dibawah 5 tahun
diterlantarkan karena akibat tidak memiliki ayah atau ibu, tidak mendapatkan harta
waeisan untuk dapat mengkelola ilmu pengetahuan, orang tua sakit-sakitan, orang
tua tidak memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, anak yang
lahir tidak diinginkan karena korban pemerkosaan atau tidak memiliki saudara yang
anak terlantar, dimana konstitusi kita sangat tegas menyebutkan bahwa anak
Konvensi hak anak –anak yang dicetuskan oleh PBB ( convention on the
rights of the child), sebagaimana telah diratifikasi dengan kepres nomor 36 tahun
1990, menyatakan bahwa karena belum matangnya fisik dan mental anak-anak ,
dari latar belakang keluarga yang berbeda. Ada yang berasal dari keluarga tidak
Bahkan yang lebih miris lagi adalah anak terlantar yang tidak memiliki sama sekali
mental mereka.1 Sebab anak bukanlah orang dewasa yang berukuran kecil. Anak
mempunyai dunianya sendiri dan berbeda dengan orang biasa. Kita tak cukup
memberinya makan dan minum saja, atau hanya melindungi disebuah rumah,
pendidikan.
Rendahnya kualitas perlindungan anak dikab.bone banyak menuai kritik
dari berbagai elemen masyaraka. Pertanyaan yang sering dilontarkan adalah sejauh
sebagai bagian hak asasi manusia. Padahal, dalam pasal 20 UU RI No. 35 Tahun
1
Rina Yunita, Kumpulan Artikel Anak Penelantaran, di Expos Pada Tanggal 24 Agustus
2015, Koran Tempo.com
4
masyarakat, keluarga, dan orang tua atau wali berkewajiban dan bertanggung
(convention on the right of the children) telah memosisikan anak sebagai subjek
Perlindungan HAM anak menurut Deklarasi PBB tahun 1986, hak asasi
(5) UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM, “anak adalah setiap manusia yang
berusia 18 tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam
39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia “setiap anak berhak untuk
Kemudian dalam pasal 1 ayat (1) UU No. 35 tahun 2014, “ anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan”, sedangkan menurut pasal 1 ayat (6) UU ri No. 35 tahun 2014,
“ anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik
fisik, mental, maupun sosial”. Dalam pasal 1 ayat (2) UU No. 35 tahun 2014, “
perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak
dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang, dan berpartisipasi
2
H. Muladi, Hak asasi manusia (hakekat, konsep dan implikasinya dalam perspektif
hukum dan masyarakat), PT. Refika Aditama, Bandung 2005, h. 231.
5
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
asasi manusia, sebab anak merupakan manusia kecil yang sepatutnya harus
dilindungi. Disebut anak, yakni orang yang berusia dibawag 18 (delapan belas)
perubahan dari UU No. 23 tahun 20002 tentang perlindungan anak yaitu: “setiap
orang yang melanggar ketentuan sebagaimanan dimaksud dalam pasal 76B (setiap
dalam situasi perlakuan salah dan penelantaran), dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00
Maka secara lebih dalam penulis akan membahasnya dalam bentuk skripsi
B. Rumusan Masalah
Kabupaten Bone?
C. Definisi Operasional
proposal ini, maka penulis perlu memberikan pengertian kata yang terdapat
pada proposal penelitian ini agar tidak terjadi kesalahan dalam persamaan
ayat (1) bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18(delapan belas ) tahun,
Menurut pasal 45 KUHP anak adalah anak yang belum dewasa apabila
berumur 16 ( enam belas) tahun. Oleh karena itu, apabila ia tersangkut dalam
Pengertian anak dari aspek hukum anak adalah pribadi yang wajib
mendapatkan paying hukum secara langsung dari Negara, dan wajib mendapat
jaminan hukum untuk tidak disakiti maupun diberikan hukuman secara langsung.
Dalam aspek hukum anak adalah tanggung jawab penuh orang tua, dan apabila anak
terlibat kriminalitas maka orang tua menjadi pihak terdepan yang untuk dimintai
Anak terlantar adalah anak karena suatu sebab orang tuannya melalaikan
kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi denga wajar baik
secara rohani, jasmani dan sosial yang dimaksud yang dimaksud anak terlantar
adalah anak yang tinggal dalam keluarga miskin usia sampai 18 tahun. Sedangkan
anak, pasal 1 butir 6 anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya
secara yuridis maupun politis diantara Negara-negara yang mengatur hal-hal yang
3
berhubungan dengan hak anak. Menurut UU No. 35 tahun 2014 tentang
perlindungan anak, pasal 1 butir 12 hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia
yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat
diskriminasi.4
1. Tujuan penelitian
3
UNICEF, konvensi hak-hak anak, Jakarta 1999, h.1.
4
Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 2014 tentang perlindungan anak.
8
2. Kegunaan penelitian
Seperti halnya tujuan yang akan dicapai dalam pembahasan proposal ini,
E. Tinjauan Pustaka
memiliki kesamaan topic dan sebagai gambaran bahwa penelitian yang dilakukan
ada yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan diteliti . adapun hasil
penelusuran terkait hasil-hasil penelitian terlebih dahulu yang sejenis dengan
terhadap anak terlantar dalam perspektif hukum islam dan hukum posistif”. Adapun
5
Ahmad rosyadi, skripsi, “perlindungan hukum terhadap Anak terlantar dalam perspektif
hukum islam dan hukum positif”,(Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2016), h, 14.
9
anak menjadi terlantar sebagai fenomena sosial dan . adapun tujuan dari penelitian
perlu adanya perlindungan hukum terhadap anak jalanan. Dan kesimpulan skripsi
ini yaitu bahwa perlindungan hukum terhadap anak jalanan dilakukan berbagai
kebijakan oleh pemerintah yaitu denga adanya undang-undang yang terkait dengan
Deskripsi diatas Nampak bahwa masalah yang akan penulis bahas mengenai “
penelitian ini penulis akan menekankan pada apakah pelaksanaan perlindungan hak
6
Damanhuri Warganegara, skripsi,” perlindungan hukum terhadap anak
jalanan”,(Fakultas Hukum, Universitas Lampung Bandar Lampung, 2017 ), h. 15
10
F. Kerangka Pikir
ini diuraikan kerangka pikir yang dijadikan landasan berpikir dalam melaksanakan
penelitian ini. Hal ini perlu dikemukakan karena berfungsi mengarahkan penulis
untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna memecahkan masalah
pengembangan dan kajian teori, adapun kerangka teori yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
Perlindungan Negara
terhadap hak
konstitusional anak
terlantar pasal 20
Hasil
pemerintah untuk menjamin hak-hak anak yang berusia dibawah 18 tahun untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sebagaimana yang telah diatur dalam UUD 1945
dan Undang – Undang Nomor 35 tahun 2014. Dalam hal ini kantor dinas sosial
menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada daerah
perlindungan sosial, pemberdayaan sosian dan penanganan fakir miskin akan tetapi
dalam pelaksanaannya masih kurang efektif dikarenakan masih terdapat hak- hak
anak terlantar yang tidak terpenuhi oleh karena itu diperlukan tindakan tegas dan
juga kesadaran hukum agar perlindungan anak mengenai hak-haknya dapat berjalan
G. Metode penelitian
oleh beberapa metode baik dari pengumpulan data maupun dari pengolahannya
a. Jenis penelitian
lapangan (field researgh), yaitu data utama diperoleh dari peneliti sendiri
yang secara langsung mengumpulkan informasi yang didapat dari
b. Pendekatan penelitian
pendekatan yaitu:
2. Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi titik fokus dalam penelitian ini sebagai lokasi
7
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (cet.v; Jakarta: Sinar Grafika, 2014), h.13.
8
Syahruddin Nawawi, Penelitian Hukum Normatif Versus Penelitian Hukum Empiris
(Ed,II, Makassar:PT Umitoha Grafika,2013), h.8.
9
Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian (cet. III, Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada, 1995), h.130.
13
tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti. Data primer dalam
observasi dan wawancara. Adapun pihak yang terkait adalah pegawai kantor
undangan. Data sumber tersebut dibagi menjadi tiga yaitu bahan hukum
anak. Bahan hukum sekunder yang terdiri dari buku-buku dan tulisan ilmiah
bahan hukum sekunder yang berasal dari kamus, ensiklopedia, majalah surat
10
Zainuddin Ali, metode penelitian hukum,, h.106.
14
d. Sumber data
4. Instrumen Penelitian
yang cermat.
a. Observasi
11
Suharmis Arikunto, Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (cet. XII; Jakarta: Rimeka
Cipta,2002), h.107.
12
Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial Konsep-Konsep Kunci (cet.I; PT Raja
Grafindo) Jakarta, 2015, h. 22.
13
Husein Umar, Metode Penelitian Skripsi Tesis Dan Bisnis, (cet,II; Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1999), h.51.
15
Kabupaten Bone .
Analisis data dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga tahap, tahap
nama atau penamaan terhadap hasil penelitian, 15tahap kedua adalah tahap
14
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, h.82.
15
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif : Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu, (cet. I: Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),
h.178.
16
verifikasi merupakan suatu tahap lanjutan dimana pada tahap ini peneliti
16
Afrisal, Metode Penelitian Kualitatiif, h.179.
17
Afrisal, Metode Penelitian Kualitatif , h. 180.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
RUU usulan inisiatif maka wakil pengusul inisiatif DPR-RI menjalankan tugas
sesuai dengan UUD 1945 yang menyatakan bahwa dewan perwakilan rakyat
Anak adalah amanah sekaligus karunia dari tuhan yang maha esa, yang
senantiasa harus dijaga, karena dalam dirinya melekat harkat dan martabat dan hak-
hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian
dari hak asasi manusia seperti yang termuat dalam UUD 1945 dan konvensi PBB
tentang hak-hak anak. Orang tua, keluarga dan masyarakat bertanggungjawab untuk
menjaga dan memelihara hak asasi ini sesuai dengan kewajiban yang dibebankan
kehidupan bernegara, anak adalah masa depan bangsa, generasi penerus bangsa,
shingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
Berbagai gejolak politik dan kerusuhan yang timbul pada kurun waktu lima
tahun terakhir yang timbul diberbagai tempat adalah suatu kondisi yang juga secara
17
18
antara etnis dan umat beragama yang meletus diberbagai wilayah tanah air, bukan
katung, rawan pangan yang berakibat pada rawan gizi, rentan terhadap berbagai
macam penyakit, dan sudah dapat dipastikan akan menyebabkan hilangnya generasi
penerus. melihat peliknya situasi dan kondisi anak-anak tersebut sudah sangat
mendesak bagi seluruh elemen bangsa untuk segera membuat peraturan perundang-
arahan GBHN 1999, bahwa kita harus mengembangkan sumber daya manusia
sedini mungkin secara terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya
proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat
berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan lindungan sesuai
dengan potensinya.
RUU usulan inisiatif tentang perlindungan anak ini bermula satu visi, bahwa
masa depan bangsa dan Negara sangat ditentukan bagaimana kita mampu membina
kesehatan dan perlindungan hukum yang memadai. Dalam kaitan itu rancangan
perkembangan anak, baik secara fisik, mental, rohani maupun sosialnya. Tindakan
ini dimaksud dengan maksud untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang
diharapkan sebagai penerus bangsa yang potensial, baik fisik maupun mental,
memiliki rasa nasionalisme yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur
19
pancasila, serta berkemauan keras menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan
Negara.
telah mencantumkan secara rinci tentang hak anak, namun pelaksana kewajiban dan
perlindungan anak sebagai landasan yuridis bagi pelaksana kewajiban dan tanggung
bangsa dan Negara. Usaha perlindungan anak perlu dilakukan sejak dini mungkin,
yakni mulai janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 tahun. Bertitik tolak
b. Kekeluargaan
d. Manfaat
e. Nondiskriminasi
f. Budi pekerti luhur
g. Demokratis
Bab VII mengatur tentang pengasuhan anak dan pengangkatan anak yang
terdiri atas dua bagian yaitu tiga pasal pengasuhan anak, dan empat pasal tentang
merupakan hal penting dalam rancangan Undang-Undang ini terbgai dalam empat
bagian, yang masing-masing terdiri dari empat pasal yang mengatur tentang
20
kesehatan, tujuh pasal mengatur tentang pendidikan, dan dua pasal mengatur
tentang perlindungan dibidang sosial, dan dua pasal mengatur tentang perlindungan
khusus seangkan emat Bab yang lain masing-masing mengatur mengenai Komisi
Nasional Perlindungan Anak yang diatur dalam Bab Sembilan, sebagai komisis
yang bertanggung jawab untukmelindungi anak dan hak-haknya diatur dalam tiga
pasal. Bab sepuluh mengatur pemberian sanksi bagi orang atau lembaga yang
melakukan tindakan tertentu yang diatur dalam rancangan undang-undang ini, yang
terdiri dari 11 pasal bagian sebelas mengatur tentang ketentuan peralihan sedangkan
ketentuan penutup diatur dalam bab dua belas. Oleh sebab itul lebih dari 21 tahun
yang lalu sudah timbul ide untuk membentuk undang-undang tentang perlindungan
anak sesuai dengan Konvensi Hak Anak Internasional yang disahkan tahun 1989
Sebelum pansus dibentuk dan bekerja Komisi VII DPR RI lebih dari satu
tahun sevbelumnya telah membahas persiapan draf RUU tentang perlindungan anak
melalui seminar-seminar dan diskusi internal komisi VII DP RI. Komisi DPR RI
ini. Selanjtnya tanggal 27 mei 2002 secara resmi pansus terbentuk dan mulai
bekerja secara intensif beserta pemerintah. Prinsip-prinsip yang termuat dalam
sebagai berikut:
21
yang masih lemah dari berbagai sisi sehingga perlu perlindungan dari
berbagai aspek agar kelak dapat tumbuh kembang sebagai penerus yang
berkualitas.
14 Bab dan 87 pasal, maka RUU ini telah mengalami perkembangan, sehingga
terjadi penambahan sebanyak 6 pasal. Dari pasal 6 tambahan tersebut, tiga pasal
diantaranya merupakan pasal yang mengatur hal baru yang sebelumnya tidak
Permasalahan agama dalam RUU ini merupakan masalah yang serius dan
perlindungan anak, agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Hal
penting lain yang juga diatur dalam RUU tentang perlindunan anak itu tentu saja
psikis agar undang-undang ini dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga anak dapat
terlindungi dan terpenuhi hak-haknya. Untuk itu perlu adanya dukungan dari aparat
2002, namun sesuai hasil bamus tanggal 1juli 2002 atas usulan tiga fraksi DPR RI
yang diawali dengan adanya permintaan dari MUI dan beberapa ormas islam,
karena masih ada substansi yang prinsipil minta ditunda dan dibahas kembali, maka
ditetapkan pengambilan keputusan tanggal 18 juli 2002.
Sesuai hasil bamus tanggal 1 juli 2002 pertemuan pimpinan pansus dan
pimpinan fraksi-fraksi komisi VII DPR RI dengan pimpinan DPR RI Kabid Kesra
tanggal 3 juli 2002 antara lain memutuskan draf RUU tidak dibahas lagi dan tetap
diambil keputusan tanggal 18 juli 2002. Hal ini diperkuat oleh Pleno Komisi VII
DPR-RI tanggal 12 juli 2002 dengan disertai pemberian penjelasan secara utuh
RUU tersebut yang berkaitan dengan agama dan khususnya pasal 37 kepada pihak-
23
pihak yang terkait.setelah memberikan penjelasan kepada pihak MUI dan Ormas
tertentu, MUI dan Ormas-Ormas Islam tetap menghendaki agar DPR RI bidang
Kesra menerima masukan dari MUI dan Ormas-Ormas islam yang dihadiri oleh
fraksi dari Komisi VII DPR RI agar RUU ini dibahas kembali khususnya satu kata
dalam pasal 37 RUU tentang perlindungan anak. Tiga fraksi setuju dengan usul
pengambilan keputusan dan pada rapat pleno tanggal 15 juli 2002 diketahui bahwa
fraksi (PPP, PKB, Reformasi, dan PBB) telah menyurati pimpinan DPR RI untuk
maksud penundaan tersebut dan lima fraksi tetap pada pendiriannya tidak ada
perubahan pada draf RUU tersebut. Pad tanggal 26 agustus 2002 dilaksanakan
diserahkan kepada Komisi VII. Dan pada hari senin tanggal 27 agustus 2002 sesuai
dengan keputusan rapat Pleno Intern Komisi VII maka penyelesaian pembahasan
RUU perlindungan anak akan diserahkan kembali kepada Dewan, mengingat tugas
Komisi VII telah telah selesai dengan selesainya pembicaraan tingkat I yang telah
ditandai pendapat akhir mini dan penandatanganan baik DPR maupun pemerintah.
Komisi VII. Mandat yang diserahkan kepada Komisi VII dirasakan sangat berat,
hasil pembicaraan tingkat I tidak ada aturannya serta substansi yang akan dibahas
24
sangat sensitif. Melalui pembahasan dalam rapat intern dan lobi komisi selama dua
hari yaitu pada tanggal 10 dan tanggal 12 september 2002. Komisi menyepakati
untuk membahas hasil revisi RUU perlindungan anak oleh Komisi VII, yang
penjelasan pasal 37 yang dilanjut dengan penandatanganan berita acara revisi RUU
dan masing-masing fraksi, yang selengkapnya telah disusun dalam suatu draf
naskah undang-undang.
anak.18
1014 oleh Presiden Dr. Susilo Bambang Yudhoyono dan diundangkan pada hari itu
manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan Negara. Agar kelak mampu
bertanggung jawab dalam kelangsungan bangsa dan Negara, setiap anak perlu
mendapat seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik,
asasi anak yang ditandai dengan adanya jaminan perlindungan dan pemenuhan hak
anak dalam undang undang dasar Negara republik Indonesia tahun 1945 dan
beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan baik yang bersifat rasional
Internasional Hak Anak, yaitu pengesahan Konvensi Hak Anak melalui keputusan
presiden nomor 36 tahun 1990 tentang pengesahan convention on the rights of the
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-35-201-perubahan-uu-23-2002-perlindungan-anak, 24
september 2019.
26
jaminan bagi anak untuk mendapatlkan perlakuan dan kesempatan yang sesuai
oleh pemerintah harus didasarkan pada prinsip hak asasi manusia yaitu
yang secara substantif telah mengatur beberapa hal antara lain persoalan anak yang
sedang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas, anak dari korban
kerusuhan, anak yang menjadi pengungsi dan anak dalam situasi konflik bersenjata,
kepentingan terbaik bagi anak , penghargaan, terhadap pendapat anak, hak untuk
Negara Republik Indonesia tahun 1945 terkait jaminan hak asasi manusia, yaitu
anak sebagai manusia memiliki hak yang sama untuk tumbuh dan berkembang.
Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak belum dapat berjalan
secara efektif karena masih adanya tumpang tindih antar peraturan perundang-
undangan sektoral terkair dengan definisi anak. Disisi lain, maraknya kejahatan
anak juga mempertegas tentang perlunya pemberatan sanksi pidana dan denda bagi
pelaku kejahatan terhadap anak, untuk memberikan efek jera, serta mendorong
adanya langkah konkret untuk memulihkan fisik, psikis dan sosial anak korban dan
sama.
perlindungan anak tidak lepas dari komitmen Indonesia terhadap Konvensi PBB
anak merupakan upaya harmonisasi hukum dari Konvensi PBB tentang hak anak
(united nation convention on the rights of the child) yang diratifikasi hanya dengan
keputusan presiden Nomor 36 tahun 1990. Disebut demikian karena dapat dilihat
seluruh prinsip-prinsip umum (general principles) dari Konvensi PBB tentang Hak
tahun 2014 juga mengacu pada sejumlah ketentuan hukum nasional yakni:
a. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak
35 tahun 2014, namun banyak memberi inspirasi dalam analisis isi Undang-Undang
Nomor 35 tahun 2014. Dengan demikian kendati Keppres Nomor 36 tahun 1990
namun substansi hak-hak anak dalam KHA telah diserap dalam norma hukum
Dari segi isinya, Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 terdiri atas norma
1) Hak-hak anak
2) Kewajiban dan tanggungjawab Negara
atas:
1) Umum, dan
dapat dengan jelas dilihat dalam pasal 3 dari Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014
anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisispasi secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat manusia, serta mendapat perlindungan dari
berakhlak mulia dan sejahtera. Terkait dengan tujuan tersebut, selanjutnya Undang-
Undang Nomor 35 tahun 2014 mengatur lebih lanjut dalam pasal-pasal lain. Dalam
hal menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,
dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 mengatur hak tersebut dalam Bab III pasal
4 (hak dan kewajiban anak). Dalam pasal 13 mengatur hak anak untuk mendapat
Undang Nomor 35 tahun 2014 secara tegas mengakui hak anak untuk menyatakan
pendapatnya, seperti termuat dalam pasal 10 yang berbunyi “setiap anak berhak
sesuai dengan kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan
nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.” Dan pada pasal 24 yang berbunyi “Negara
Dalam hal ini usia ana, Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014, lebih maju
2014 autentik dengan pasal 1 KHA. Pasal 1 butir 1Undang-Undang Nomor 35 tahun
2014 berbunyi: “anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yang dalam kandungan”. Dalam pengertian dan batasan
Nomor 35 tahun 2014 ini tercakup 2 (dua) isu penting yang menjadi unsur definisi
anak, yakni: pertama, seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun.
Dengan demikian, setiap orang yang telah melewati batas usia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk orang yang secara mental tidak cakap, dikualifikasi sebagai bukan
anak, yakni orang dewasa. Dalam hal ini, tidak dipersoalkan apakah statusnya
sudah kawin atau tidak. Kedua, anak yang masih dalam kandungan. Jadi Undang-
Undang Nomor 35 tahun 2014 ini bukan hanya melindungi anak yang sudah lahir
batasan siapakah subjek hukum yang dilegalisasi secara yuridis formal dalam
rumusan norma hukum (legal norm) Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 yang
subjek hak perlindungan, bukan siapa yang dikualifikasi sebagai orang yang masih
anak-anak, dan siapa yang sudah masuk dalam status hukum sebagai orang dewasa.
31
and justice A south Asian perspective”. Disebutkan bahwa definisi anak dalam
pasal 1 KHA adalah siapa yang menjadi pemegang hak (rights holders). 19katanya,
“…article I defines the holder of rights under the convention on the rights of the
child as every human being below the age 18 years…”. Denga demikian, pengertian
dan batasan usia anak dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014, bukan
dimaksudkan untuk menentukan siapa yang telah dewasa, dan siapa nyang masih
human being) yang berusia dibawah 18 tahun selaku subjek hukum dari Undang-
2014.
memberikan batasan usia anak adalah orang berusia 21 tahun. Sedangkan dalam
berhak menjadi pemilih dalam pemilihan umum adalah berusia 17 tahun. Dalam
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, batasan usia orang yang
kewajiban anak yang dirumuskan dalam pasal 4 s.d pasal 19. Penegasan hak anak
anak yang diserap dari KHA dan norma hukum nasional. Dengan demikian, secara
menciptakan norma hukum (legal norm) tentang apa yang menjadi hak-hak
19
Savitri Goonesekere, “Children, Law And Justice A South Asian Perspective”. Unicef
& sage Publications, New Delhi, 1998, h.79.
32
Nomor 35 tahun 2014, diletakkan dengan kata hak, yakni “berhak atas..”, “berhak
merupakan hukum (law), maka pencantuman kata hak merupakan legalisi norma
menjadi norma hukum. Dengan demikian maka penormaan yang terjadi dalam
dari sisi isinya dapat dibagi dalam 3 (tiga) isi norma hukum, yakni:20
a. Norma hukum yang berisi perintah yakni, norma hukum yang mau tidak
b. Norma hukum yang berisi larangan yakni, norma hukum yang melarang
larangan adalah norma hukum yang bersifat imperatif, yakni norma hukum yang
memaksa dan karenanya bersifat a priori harus ditaati. Sementara itu, masuknya
merupakan hasil “negosiasi” dari perdebatan di Komisi VII DPR yang memosisikan
kewajiban sebagai penyimbang hak anak. Dalam draf awalnya, kewajiban anak
tidak dimasukkan sebagaimana akhirnya dirumuskan dalam pasal 19 Undang-
20
Sudikno Mertokususmo, “Mengenal Hukum-Suatu Pengantar”, liberty, Yogyakarta,
1999. h. 31-32.
33
1) Hak hidup
diskriminasi.
Anak terlantar adalah anak karena suatu sebab orang tuanya melalaikan
kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik
secara rohani, jasmani dan sosial yang dimaksud anak terlantar adalah anak yang
tinggal dalam keluaraga miskin usia sampai dengan 18 tahun. Pengertian anak
terlantar adalah anak karena suatu sebab orang tuanya melalikan kewajibannya
sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar, baik secara rohani,
jasmani maupun sosial.21anak terlantar adalah anak yang tida mendapatkan asuhan
secara minimal dari orang tuanya sebab kondisi keluarganya baik ekonpomi, sosial,
resiko bagi anak. Orang tua sebagai pemberi perawatan (coregiver parents)
terhadap anak tersebut tidak semata-mata disebabkan karena kemiskinan orang tua
21
UU No.4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
22
Walter AFriedlander (1982:45), http://benradit.Wordpress.com/2012/04/14/anak-
jalanan.
34
tetapi faktor-faktor lain seperti perceraian orang tua, atau karena kesibukan orang
Ciri-ciri anak terlantar menurut Keputusan Menteri Sosial RI. No. 27 tahun
1984 terdapat beberapa karakteristik atau ciri-ciri anak terlantar, yaitu sebagai
berikut.
b. Orang tua sakit-sakitan dan tidak memiliki tempat tinggal dan pekerjaan
yang tetap. Penghasilan yang tidak tetap dan sangat kecil serta tidak
c. Orang tua yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap baik itu rumah
d. Tidak memiliki ibu dan bapak (yatim piatu), dan saudara, serta belum
yang sangat berperan dalam pola dasar anak. Kelalaian orang tua
23
Menurut Howard Dubowitz (2000:10):) http://benradit.wordpress.com/2012/04/14anak-
jalanan.
24
UU No. 10 tahun 1992.
35
c. Faktor sosial, politik dan ekonomi, akibat situasi krisis ekonomi yang tak
menutupi aib atau karena tidak sanggup orang tua untuk melahirkan dan
berikut.25
a. Anak terlantar disebabkan sebagian besar karena orang tuanya berasal
b. Anak terlantar disebabkan karena hanya memiliki salah satu orang tua
25
Alfred Kadhusin dalam Zastrow (1982:152),
http://benradit.wordpress.com/2012/04/14/ana-jalanan.
36
tidak terurus.
sebagai pengasuh
sebagai berikut:26
dimasa depan yang suram dan sebagai kompensasi dari hidup yang
26
Waluyo (1976:23) http://benradit.wordpress.com/2012/04/14
37
miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Dalam konteks ini paling tidak
ada dua hal penting yang perlu dicermati yaitu siapakah yang dimaksud dengan
“anak pemeliharaan” oleh Negara itu?. Istilah “anak terlantar” yang digunakan
“bapak bangsa” lebih dari setengah abad yang lalu itu telah didenifikasikan oleh
pemerintah melalui pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang
kesejahteraan anak. Disebutkan bahwa anak terlantar adalah anak yang karena suatu
terpenuhi secara wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial. selanjut pada
pasal 4 ayat (1) disebutkan bahwa “anak yang tidak mempunyai orang tua berhak
memperoleh asuhan Negara atau badan.” Begitu pula dengan pasal 5 ayat (1)
disebutkan bahwa “ anak yang tidak mampu berhak memperoleh bantuan agar
tanggung jawab orang tua dalam hal pengasuhan anak pasal 9 menyebutkan bahwa
kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani maupun sosial”. pernyataan itu
diperkuat dengan bunyi pasal 10 ayat (1): “orang tua yang terbukti melalaikan
anak dan hak-haknya agar dapat tumbuh, hidup, berkembang dan berpartisipasi,
38
secara optimal harkat dan martabat kemanusiaan. Anak adalah penerus cita-cita
bangsa yang wajib dilindungi segala hak-hak yang ada pada anak, agar setiap anak
dapat tumbuh dan berkembang baik secara fisik, mental maupun sosial, oleh karena
itu perlu adanya perlindungan hukum terhadap anak atas pemenuhan hak-hak anak
merupakan suatu keharusan yang harus ada agar dapat menjamin anak untuk hidup,
terhadap anak dikenakan pasal 77B Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 yang
menyuruh melibatkan anak dalam situasi perlakuan salah dan penelantaran) maka
akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan/atau denda
secara yuridis dan maupun politis diantara Negara-negara yang mengatur hak-hal
yang berhubungan dengan hak anak.27menurut UNICEF hak anak berarti hak asasi
hak-hak anak adaalah perjanjian internasional yang mengikat secara yuridis dan
politi diantara berbagai Negara yang mengatur barbagai hal-hal yang berkaitan
27
UNICEF, konvensi hak-hak anak, Jakarta 1999. h.1.
39
dengan hak asasi manusia untuk anak. Hak asasi manusia untuk anak merupakan
bagian integral dari hak asasi manusia. Dengan demikian konvensi hak-hak anak
merupakan bagian integral dari instrumen internasional dibidang hak asasi manusia,
karena anak mempunyai keadaan dan kebutuhan khusus, sehingga perlu perlakuan-
perlakuan khusus yang berkaitan dengan situasinya, apalagi anak dinilai sangat
anak, diantaranya,
Republik Indonesia
pertumbuhannya meliputi; (a) anak, (b) dewasa, (c) tua. Setiap tahap dalam
berikutnya. Oleh karena itu, kesadaran dan perhatian baik dari orang tua,
rights).
bagi anak merupakan hal yang objektif didasarkan pada keadaan raga (fisik)
dan jiwa (psikis). Raga atau badan anak kecil yang lemah. Jiwa anak sangat
rentang terhadap aneka pengaruh, baik dari lingkungan maupun daya tahan
tubuh anak. Disamping itu, adanya kenyataan bahwa anak sering menjadi
sekolah dan maraknya kasus perdagangan anak juga menjadi dasar perlu adanya
Anak perlu dilindungi karena anak merupakan individu yang belum matang,
41
fisik, mental, maupun sosial. disamping itu anak juga rawan terhadap kebijakan
eknomi dan hukum. Dari sudut ekonomi, anak merupakan tenaga kerja murah.
Sementara dari sudut hukum, anak merupakan subjek pengaturan atau regulasi
yang hamper tidak pernah prites dan tidak berani bicara terbuka.
Namun, apabila kedua kata tersebut berkaitan dengan anak, maka makna
anak.28peningkatan ukuran disini bukan hanya secara fisik, tetapi juga berkaitan
dengan ukuran dan struktur dalam otak yang meningkat. Akibat adanya
mengingat dan berpikir. Anak tumbuh baik secara fisik maupun mental. Kata
perubahan yang terjadi dan yang telah mendahului atau yang akan
Kedua hal ini menjadi fokus Konvensi Hak-Hak Anak berkaitan dengan hak
anak untuk berkembang, yaitu (a) hak anak berkaitan dengan standar kehidupan
28
Elizabeth B harlock, Child Development, Megraw-Hill, Inc, 1978, Diterjemahkan Oleh
Melitasari Tjandrasa Dan Muslichah Zarkasih, perkembangan anak (jilid I), Jakarta Erlangga,
1997, h. 23.
42
yang layak, dan (b) hak anak untuk memperoleh pendidikan dalam semua
tingkatan
anak yang mengakui hak anak untuk berpartisipasi untuk menyatakan pendapat
dalam segala hal yang berkaitan dengan anak. Pengakuan hak anak untuk
sedini mungkin. Pengakuan oleh Konvensi Hak-Hak Ana katas anak untuk
yaitu (a) star, (b) accepted, (c) isolated, (d) friger, (e) climber, (f) neglectee.
anak harus didengar bahkan didalam persidangan dan urusan administrasi yang
berkaitan dengan anak, pendapat anak harus diperhatikan. Pengakuan seperti ini
Hak anak adalah hak asasi manusia. Pengakuan ini ditandai oleh hukum
internasional yang mengatur hak asasi manusia. Instrument Hukum Hak Asasi
hak asasi manusia. Hak anak adalah hak asasi manusia termasuk anak-anak. Anak-
anak juga harus dijamin untuk menikmati hak asasinya khususnya hak yang terkait
diskriminatif. Oleh karenanya anak-anak membutuhkan suatu hak yang spesifik dan
perlindungan yang spesifik dalam suatu rezim hak asasi manusia yang bersifat
Hal ini dapat dilihat dalam pembukaan KHA yang menyatakan bahwa:
“mengingat bahwa kebutuhaan untuk memberikan pengasuhan khusus kepada
anak, telah dinyatakan dalam deklarasi jenewa mengenai hak-hak anak tahun 1974
dan dalam deklarasi hak-hak anak yang disetujui oleh majelis umum pada tanggal
20 november 1959 dan diakui dalam Deklarasi Universal tentang hak-hak asasi
manusia, dalam Kovenan Internasional tentang hak-hak sipil dan politik (terutama
dalam pasal 23 dan pasal 24), dalam Kovenan Internasional tentang hak-hak
Panduan advokasi hak anak: Memperjuangkan Kebijakan Yang Memenuhi Hak Anak “
29
WVI-YPHA, 2010
44
ekonomi, sosial dan budaya (terutama pasal 10 ). “oleh karena itu, KHA sebagai
instrument spesifik untuk menjamin hak-hak anak yang bersifat spesifik dapat
yaitu:
wali hukum, atau orang-orang lain secara sah bertanggung jawab atas anak itu,
untuk memberikan dalam suatu cara yang sesuai dengan kemampuan anak yang
berkembang pengarahan dan bimbingan yang tepat dalam pelaksanaan oleh anak
bahwa arahan dn bimbingan orang tua atau pihak lain yang bertanggungjawab
haknya.
Undang Nomor 35 tahun 2014). Anak yang sekolah wajib dilindungi dari tindakan
kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya atau
b. Anak bebas menyatakan pendapat dan berpikir sesuai dengan hati nurani
dan agamanya
c. Bebas menerima informasi lisan atau tertulis sesuai dengan tahapan usia
Khusus perlindungan terhadap anak, pasal 28B ayat (2) UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan: “setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminisasi”. Meskipun secara eksplisit hanya pasal 28B ayat (2) UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyebutkan adanya hak asasi anak, akan
46
tetapi secara keseluruhan pasal 28 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sepanjang dapat dilaksanakan dan dapat diterima serta bermanfaat bagi anak, maka
hak-hak yang dimaksud harus dialamatkan kepada anak dan bukan monopoli
manusia dewasa.
DAFTAR RUJUKAN
A. Buku-Buku
Ali, Zainuddin. metode penelitian hukum. cet.v; Jakarta: Sinar Grafika, 2014.
Muladi. Hak asasi manusia (hakekat, konsep dan implikasinya dalam perspektif
hukum dan masyarakat). PT. Refika Aditama. Bandung . 2005.
B. Jurnal
Umar, Husein. Metode Penelitian Skripsi Tesis Dan Bisnis. cet,II; Jakarta: Raja
Grafindo Persada. 1999.
47
48
C. Undang-Undang
Anak.
D. Internet
Waluyo(1976:23) http://benradit.wordpress.com/2012/04/14.