Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, Aparatur Sipil Negara
( ASN) adalah profesi yang mewujudkan tujuan nasional dan pelaksana
cita-cita bangsa yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan
berbunyi melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pelaksana kebijakan publik merupakan salah satu tugas dan fungsi


sebagai ASN. Adapun tugas ASN adalah memberikan pelayanan publik
yang profesional dan berkualitas; mempererat persatuan dan kesatuan
Negara Kesatuan RepublikIndonesia; dan melaksanakan kebijakan publik
yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Sedangkan, fungsi ASN sebagai
pelayanan publik, perekat persatuan bangsa dan pelaksana kebijakan
publik.

ASN bekerja sebagai pegawai di instansi pemerintah dengan jabatan


struktural dan fungsional. Salah satu jabatan fungsional adalah perawat.
Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2019 tentang
jabatan fungsional perawat, Dimana definisi perawat adalah sebagai
pelaksana teknis fungsional di bidang pelayanan keperawatan pada
fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lainnya di
lingkungan instansi pemerintah. Salah satu peran penting perawat di
pelayanan kesehatan, yaitu meningkatkan kualitas dan mutu asuhan
keperawatan melalui pendokumentasian keperawatan.

Berdasarkan Permenkes RI. Nomor. HK. 02.02 / Menkes/148 I / 2010


tentang izin dan penyelenggaraan praktik keperawatan menerangkan

1
bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan harus wajib, lengkap dan
harus sesuai standar karena, merupakan penghubung untuk mengetahui
perkembangan kesehatan pasien, oleh karena itu melengkapi
dokumentasi keperawatan merupakan kewajiban perawat.

Dokumentasi keperawatan memiliki peran penting dalam komunikasi


yang efektif diantara profesional tenaga kesehatan dalam mengidentifikasi
suatu masalah perawatan kesehatan dan menyelesaikan masalah yang
ada. Dokumentasi keperawatan bukan hanya sebagai persyaratan untuk
akreditasi, tetapi merupakan persyaratan legal dalam setiap lingkungan
pelayanan kesehatan, dimana dengan banyaknya gugatan dan sorotan
malpraktik yang agresif dalam masyarakat, semua aspek rekam medis
penting untuk pencatatan legal dan sebagai alat bukti hukum yang
penting, serta pendokumentasian keperawatan yang sesuai standar tidak
hanya mencerminkan kualitas mutu keperawatan, tetapi juga
membuktikan pertanggung gugatan setiap anggota tim keperawatan
dalam pemberian asuhan keperawatan. Selain itu, berfungsi melindungi p
erawat secara hukum, meningkatkan keselamatan pasien, dan memenuhi
standar praktik profesional.

Kualitas dokumentasi keperawatan dalam beberapa tahun terakhir


menjadi permasalahan penting diseluruh dunia. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Tasew, Mariye & Takley (2019) menjelaskan bahwa
pelaksanaan dokumentasi keperawatan sebesar 47,8%. Hal tersebut
mengindikasikan rendahnya kualitas dokumentasi keperawatan sesuai
dengan hasil penelitian Lindo et al. (2016) mengenai hasil audit
dokumentasi keperawatan menyoroti lemahnya kualitas dokumentasi
keperawatan. Padahal, menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Blaire
dan Smith, (2016) menyebutkan bahwa perawat menghabiskan waktu 25-
50% dari waktu mereka untuk melakukan dokumentasi (Saraswata, 2020).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Ashriady (2016) menunjukkan


bahwa kelengkapan data, keakuratan dan relevansi tentang pengkajian
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat sebesar 97,8% kurang
lengkap, 94,6% kurang akurat dan 93,5% kurang relevan. Kelengkapan
data, keakuratan dan relevansi pada diagnosa keperawatan yang
dilakukan oleh perawat sebesar 43% kurang lengkap, 48,4% kurang
akurat dan 37,6% kurang relevan. Pada pendokumentasian perencanaan
keperawatan sebesar 49,5% kurang lengkap, 48,4% kurang akurat dan
46,2% kurang relevan.Sementara, pendokumentasian implementasi
keperawatan sebesar 32,3% kurang lengkap, 32,3% kurang akurat dan
32,3% kurang relevan. Pendokumentasian evaluasi keperawatan sebesar
14% kurang lengkap, 20% kurang akurat dan 19% kurang relevan. Hal ini
menunjukkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan secara
umum masih kurang lengkap, akurat dan relevan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di ruang rawat


pediatric intensive care unit RSUD Palembang Bari belum optimalnya
pengisian dokumentasi keperawatan, terlihat dari pengkajian yang belum
lengkap,terdapat perawat yang tidak menuliskan nama secara jelas dan
hanya menuliskan paraf, penegakkan diagnosa keperawatan tidak bersifat
kompleks dan hanya mengacu pada keluhan utama pasien dan bukan
yang sifatnya mengancam nyawa. Selain itu, ketidaksinambungan
penyusunan intervensi keperawatan Hal ini disebabkan, karena format
pendokumentasian keperawatan belum mengacu pada standar PPNI dan
berbasis 3S ( SDKI, SIKI, SLKI) dan membuat perawat menghabiskan
banyak waktu untuk menulis, sehingga beban kerja, stress kerja dan
kelelahan dalam bekerja meningkat.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik mengangkat


isu dengan judul “Optimalisasi Pendokumentasian Perencanaan
Asuhan Keperawatan Berbasis 3S Di Ruang PICU RSUD Palembang
Bari Tahun 2021“.
B. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari aktualisasi dan habituasi yang akan
dilaksanakan oleh CPNS sebagai peserta latsar yaitu :
a. Mampu menerapkan nilai-nilai dasar CPNS di lingkungan kerja
RSUD Palembang Bari meliputi, akuntabilitas, nasionalisme,
etika publik, komitmen mutu dan anti korupsi .
b. Mampu menerapkan peran dan kedudukan ASN dalam NKRI
meliputi, manajemen ASN, Whole of Goverment, dan Pelayanan
Publik di lingkungan kerja RSUD Palembang Bari
c. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit
d. Meningkatkan kompetensi keperawatan yang lebih profesional
dalam hal pendokumentasian keperawatan berbasis 3S.

b. Tujuan Khusus
Rancangan aktualisasi ini dimaksudkan untuk memberikan
kontribusi dan manfaat yang luas bagi RSUD Palembang Bari
berupa mampu mengoptimalkan pendokumentasian
perencanaan asuhan keperawatan berbasis 3S di ruang PICU
RSUD Palembang Bari.

2. Manfaat
Manfaat dari aktualisasi dan habituasi nilai-nilai dasar profesi
ASN sebagai peserta latihan dasar, antara lain:

a) Bagi Peserta Latihan Dasar CASN

1) Mampu melaksanakan nilai-nilai dasar profesi ASN dalam


melaksanakan tugas secara profesional sehingga,
meningkatnya pengetahuan, keahlian, keterampilan,
integritas dan bertanggung jawab.
2) Memiliki pemahaman terhadap nilai dasar ANEKA sebagai
pedoman untuk mewujudkan visi organisasi yaitu, Menjadi
Rumah Sakit Unggul, Amanah dan Terpercaya di Indonesia.

b) Bagi RSUD Palembang Bari


1) Terwujudnya pelayanan keperawatan yang berkualitas dan
dapat mencapai kepuasan pasien
2) Sebagai bahan masukan untuk tercapainya mekanisme dan
tata cara pendokumentasian perencanaan keperawatan
yang lebih berstandar melalui penerapan dokumentasi
perencanaan asuhan keperawatan berbasis 3S ( SDKI,
SIKI dan SLKI).
c) Bagi Perawat
1) Meningkatkan kompetensi perawat dalam penerapan
dokumentasi perencanaan asuhan keperawatan berbasis 3S
( SDKI, SIKI dan SLKI) dan sesuai dengan standar PPNI.
2) Memudahkan perawat dalam melakukan dokumentasi
perencanaan asuhan keperawatan, sehingga proses
pendokumentasian perencanaan asuhan keperawatan
menjadi lebih efektif, efisien dan tepat.

C. Ruang Lingkup
Rancangan kegiatan aktualisasi dilaksanakan di ruang PICU
RSUD Palembang Bari dengan menerapkan nilai-nilai dasar profesi
ASN meliput, nilai-nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika publik,
komitmen mutu, dan anti korupsi (ANEKA) yang sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi perawat.
Setelah mengikuti pelatihan dasar, akan dilanjutkan dengan
kegiatan habituasi isu dan dilaksanakan selama 30 hari, mulai
tanggal 24 Mei 2021 sampai dengan 29 Juni 2021 di ruang PICU
RSUD Palembang Bari. Kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi,
melakukan konsultasi dengan mentor dan pihak terkait mengenai
isu aktualisasi di RSUD Palembang Bari, Mencari referensi terkait
tata cara atau aturan pendokumentasian perencanaan asuhan
keperawatan ruang PICU sebagai pedoman dalam melaksanakan
aktualisasi, Melakukan pengkajian terkait formulir perencanaan
asuhan keperawatan di ruang PICU yang digunakan oleh RSUD
Palembang Bari, Membuat formulir perencanaan asuhan
keperawatan pada pasien diruang PICU dengan menggunakan
standar PPNI atau berbasis 3S ( SDKI, SIKI, dan SLKI), Melakukan
sosialisasi terkait formulir dokumentasi perencanaan asuhan
keperawatan yang telah menggunakan standar PPNI atau berbasis
3S ( SDKI, SIKI, dan SLKI) dan melakukan evaluasi terkait
penggunaan formulir perencanaan asuhan keperawatan yang baru
beserta tahapan kegiatan dengan output.

Anda mungkin juga menyukai