Dellaviana Fisfar Diii Ia 1900007 Deviseptiani Mikroskop
Dellaviana Fisfar Diii Ia 1900007 Deviseptiani Mikroskop
I. TUJUAN
1. Melakukan penentuan ukuran partikel degan mikroskop
2. Menentukan kurva distribusi dan jumlah partikel
B. BAHAN
Amylum
Aquadest
Granul berbagai ukuran
Batas Ukur Partikel (Y) Diameter Rata-Rata (d) Jumlah Partikel (n)
0-3 0,375 37
3-6 1,125 90
6-9 1,875 110
9-12 2,625 127
12-15 3,375 47
15-18 4,125 25
18-21 4,875 15
Batas d
n
ukurpartike (diamete %
(jumlahpart n.d n.d2 n.d3 n.d4 %
l (Y) r rata- frekuensi F kum
ikel)
rata)
0-3 0,375 37 13,875 5,203 1,951 0,731 8,20 % 8,20 %
3-6 1,125 90 101,25 113,906 128,144 144,162 19,95 % 28,15
%
6-9 1,875 110 206,25 386,718 725,097 1.359,558 24,39 % 52,54
%
9-12 2,625 127 333,375 875,109 2.297,162 6.030,050 28,15 % 80,69
%
12-15 3,375 47 158,625 535,359 1.806,837 6.098,077 10,42 % 91,11
%
15-18 4,125 25 103,125 425,390 1.754,736 7.238,287 5,54 % 96,65
%
18-21 4,875 15 73,125 356,484 1.737,861 8.472,073 3,32 % 99,97
%
2.698,16 29.342,90
451 989,625 8.451,788
9 2
Σn=451
Hitunglah rata-rata :
a. Diameter panjang
Σ nd
dln ¿
Σn
989,625
¿ = 2,194μm
451
b. Diameter permukaan
2
= Σ nd
dSn
√
Σn
2.698,169
=
√ 451
= √ 5,984 = 2,446μm
c. Diameter volume
3
= 3 Σ nd
dVn
√Σn
8.451,788 3
=
√
3
451
= √ 18,740 = 2,656μm
29.342,902
= = 3,471μm
8.451,788
AMYLUM
30.00%
28.15%
25.00% 24.39%
20.00% 19.95%
AMYLUM
15.00%
10.00% 10.42%
8.20%
5.00% 5.54%
3.32%
0.00%
0.38 1.13 1.88 2.53 3.38 4.13 4.87
2. Granul
Batas Ukur Partikel (Y) Diameter Rata-Rata (d) Jumlah Partikel (n)
0-3 0,375 46
3-6 1,125 56
6-9 1,875 67
9-12 2,625 90
12-15 3,375 65
15-18 4,125 50
18-21 4,875 39
a. Diameter panjang
Σ nd
dln ¿
Σn
857,875
¿ = 2,007μm
413
b. Diameter permukaan
2
= Σ nd
dSn
√
Σn
3.451,075
=
√ 413
= √ 8,356 = 2,890μm
c. Diameter volume
3
= 3 Σ nd
dVn
√Σn
12.678,448 3
=
√3
413
= √ 30,698 = 3,131μm
50.137,427
= = 3,954μm
12.678,448
GRAFIK GRANUL
GRANUL
25.00%
21.79%
20.00%
16.22% 15.73%
15.00% GRANUL
13.55%
12.10%
11.13%
10.00%
8.71%
5.00%
0.00%
0.38 1.13 1.88 2.63 3.38 4.13 4.88
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini saya berasal dari kelompok tujuh akan membahas mengenai
penentuan ukuran partikel dengan mikroskop Pada praktikum kali ini sample yang
digunakan yaitu amylum dan granul. Pada metode mikroskopi yang dilakukan pertama kali
adalah kalibrasi alat yang bertujuan untuk menentukan ukuran skala okuler. Kalibrasi alat
dilakukan dengan cara menempelkan mikrometer dibawah mikroskop, dihimpitkan garis awal
skala okuler dengan skala obyektif. Kemudian menentukan garis kedua skala yang tepat
berhimpit dan diketahui harga skala okuler setelah dilihat dibawah mikroskop.
Pada praktikum kali ini dipilih menggunakan mikroskop karena jika kita menghitung
partikel amylum itu sangat baik jika digunakan metode mikroskopik karena ukuran amyylum
lebih kecil daripada granul sehingga jika kita menggunakan mikroskop dapat mendeteksi
aglomerat dan partikel partikel amylum yang lebih dari satu komponen. Tetapi denagn
metode ini juga diameter partikelnya hanya dapat dilihat dua dimensi saja yaitu panjang lebar
dan kami juga kewalahan dalam perhitungan yang sangat banyak dan ini merupakan
kelemahan dari metode mikroskopik ini sendiri.
Pada praktikum kami kali ini didapat grafik bahwa kadar persen dan diameter antara
granul dan ammylum sama sama tinggi pada batas ukur partikel 9-12 sedangkan semakin
tinggi batas ukur suatu partikel semakin kecil juga dengan diameter juga kadar amylumnya
dan berbanding lurus juga jika semakin rendah batas batas suatu partikel maka diameter dan
presentasi juga akan rendah.
Ini didapat bahwa semakin tinggi atau rendah suatu batas ukur partikel makan diameter
akan menjadi rendah begitu juga presentadi kadar karna data presentasi mengikuti data
diameter. Mengapa ukuran partikel didapat grafik seperti itu karna batas ukuran partikel dari
amylum dan granul adalah pada rank 9 – 12 dan jika range batas ukuran partikel itu tidak
sesuai makan partikel akan cepat hilang dan bahkan tidak terlihat .
Pada butir amilum,molekul tersusun radial menunjukkan sifat kristal sehingga jika
butir amilum diamati dengan mikroskop polaroid dalam posisi silang akan tampak terang,
kecuali pada tanda silang yang pusatnya bertepatan dengan hilum tersebut. Pada butir
amilum kecil, hilum bertempat di pusat lapisan yang mengelilinginya, sedangkan pada butir
amilum lebih besar, hilum biasanya menjadi eksentris.
Sama halnya dengan kita mengukur dengan menggunakn ayakan partikel akan banyak
tersaring jika mesh yang digunkaan sesuai dengan ukuran partikel pada sampel jika ukuran
mesh yang dgunakan lebih keci dari pada ukuran partikel maka partikel tidak aan turun
begitupun sebaliknya hal ini pun sama dengan mikroskopik jika partikel nya tidak sesuai
dengan batas ukuran partikelnya mka jika diamti dengan mikroskop ukuran dan jumlah
partikel akan sulit terklihat dan akan semakin kecil maka dari itu kita melakukan preparasi
terhadap sampel sebelum kita amati sampel dibawah mikrikop dan dengan bermacam2
perbesaran
VI. KESIMPULAN
1. Pada batas ukur partikel 9 – 12 terlihat diameter paling besar dan memiliki frekuesi
paling tinggi .
2. Semakin tinggi dan semakin rendah ukuran batas partikel maka dimeter dan frekuensi
akan menurun karna ukuran partikel harus sesuai dengan batas ukuran partikelnya.
3. Metode mikroskopi digunakan untuk partikel emulsi, suspesi, dan serbuk halus.
Contohnya amylum
4. Keuntungan dari metode mikroskopi dapat mendeteksi aglomerat dan partikel –
partikel yang terdiri lebih dari satu komponen. Sedangkan kelemahan – kelemahannya
adalah diameternya hanya dapat dilihat secara dua dimensi.
DAFTAR PUSTAKA
Alfred, Martin. 2008. Farmasi Fisika Dasar-Dasar Farmasi Fisik dalam Ilmu
Farmasetik Ed. Ketiga jilid 2. Jakarta : UI Press
Aprila Kumala Sari, Serafinah Indriyani, Gustini Ekowati, Jati Batoro. Jurnal
Biotropika | Vol. 5 No. 1 | 2017. Keragaman Struktur Butir Amilum, Kadar
Tepung, dan Clustering Delapan Taksa Tanaman Berumbi di Desa Simo
Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi. Laboratorium Taksonomi, Struktur, dan
Perkembangan Tumbuhan, Program Studi Biologi, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya.
Martin, A. 1990. Farmasi Fisika jilid II. Jakarta : Universitas Indonesia Press
Martin. 2008. FArmasi Fisika. Yogyakarta: UGM Press
Parrot, L, E. 1970. Pharmaceutical Technologi. Mineapolish : Burgess Publishing
Company
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran teknologi Farmasi edisi V Cetakan I. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada Press