Anda di halaman 1dari 3

Watu Dodol

Bukit Watu Dodol

Bukit watu dodol secara morfologi, bukit ini memiliki ketinggian kurang lebih 100 mdpl
yang merupakan perbukitan karst yang terletak di lereng timur Kompleks Gunung Api Ijen
hingga ketinggian 544mdpl (G. Remuk). Bukit ini tersusun oleh batugamping terumbu yang
banyak mengandung fosil alga, koral, dan foraminifera dan batugamping klastik yang
mengandung fragmen litik(pecahan) basalt. Secara umum batugamping telah mengalami proses
karstifikasi.
Pembentukan batugamping ini diperkirakan masih mendapatkan pengaruh dari produk
vulkanik Komplek Gunung Api 25 juta tahun lalu sehingga dijumpai hyaloclastite dan hydroclast
yang cukup melimpah pada lava yang terdapat di bagian atas batugamping. Batugamping ini
diperkirakan berumur Pliosen (5.3-2.6 juta tahun), lebih tua dari Komplek Gunung Api Ijen serta
menerus hingga ke bagian bawah komplek tersebut. Selain lokasinya yang sangat ideal untuk
menikmati matahari terbit pertama di Pulau Jawa, Pantai Watu Dodol juga dapat dijadikan objek
pengamatan proses karst-volcano interaction yang cukup ideal.
Sejarah Watu Dodol

Nama watu dodol sendiri memiliki arti batu pahatan, karena adanya sejarah dibalik nama
tersebut. Pada awalnya pembentukannya bukit watu dodol ini sampai dibibir pantai. Pantai Watu
Dodol, menjadi saksi bisu perjuangan masyarakat Banyuwangi melawan Belanda, dalam
mempertahankan kedaulatan Indonesia.
Pantai Watu Dodol terkenal dengan batu besar di tengah jalan raya tepi pantai. Anda bisa
melihat bagaimana batu tersebut berada di tengah jalan dan terlihat mengganggu lalu lintas,
namun tetap dibiarkan saja. Bisa dikatakan, batu di tengah merupakan Ikon Watu Dodol, tidak
sembarang batu. Sebab, batu tersebut menjadi saksi bisu perjuangan masyarakat Banyuwangi
menghalau serangan Belanda dalam Agresi Militer I tahun 1947.
Serangan selanjutnya terjadi pada 20 sampai 21 Juli 1947, Belanda berupaya menembus
pertahanan masyarakat Banyuwangi. Meski dua perwira militer gugur dalam pertempuran,
namun Yon Macan Putih, Alri Pangkalan X dan Laskar Rakyat, berhasil menenggelamkan kapal
Tengker milik Belanda. Menariknya lagi, batu besar di Pantai Watu Dodol tersebut tercatat
pernah coba ditarik menggunakan kapal laut Jepang untuk dipindahkan. Namun upaya itu gagal
dilakukan, akhirnya batu tersebut justru menjadi tempat perlindungan Jepang melawan Belanda
dalam Perang Dunia II. Pada saat pelebaran jalan, yang memungkinkan hanya pelebaran
diselebah timur dan ada sisa bukit watu dodol berada ditengah-tengah jalan, dan hingga saat ini
menjadi ikon dari watu dodol.

Tradisi Di Watu Dodol Puter Kayun

Puter Kayun adalah tradisi napak tilas masyarakat Using Boyolangu, Kecamatan Giri
Banyuwangi dengan cara beramai-ramai naik delman. Ritual ini digelar satu tahun sekali,
tepatnya hari ke-10 bulan Syawal. Ratusan warga ini mengendarai dokar (delman) dari
Kelurahan Boyolangu menuju Pantai Watu Dodol sejauh lima belas kilometer.
Sambil dokar berjalan, seluruh masyarakat Boyolangu berdiri mengiringi dokar-dokar di
sepanjang jalan yang menjadi rute puter kayun. Sampai di urutan dokar terakhir, masyarakat pun
bergegas mengikuti rombongan dokar-dokar ini hingga di pantai Watu Dodol. Setelah sampai di
Pantai Watu Dodol, mereka juga menggelar selamatan dengan makan bersama di sepanjang
pantai sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang mereka dapatkan selama setahun terakhir.

Anda mungkin juga menyukai