Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN INDIVIDU KULIAH KERJA LAPANGAN III

“MUSEUM KONFERENSI ASIA-AFRIKA”

Dosen Pembimbing: Dr. Aman, M.Pd.


Laporan ini disusun guna memenuhi Mata Kuliah Kerja Lapangan III

Disusun oleh :
Sri Andini
NIM. 17406241033
Pendidikan Sejarah 2017B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan taufik dan hidayahNya kepada penulis dalam menyusun laporan Kuliah
Kerja Lapangan III ini, sehingga laporan ini dapat penulis selesaikan dengan baik.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah yaitu Kuliah Kerja
Lapangan III. Meskipun pelaksanaan KKL III pada kesempatan kali ini tidak dapat
terjun langsung ke lapangan akibat adanya pandemi COVID-19, akan tetapi tidak
mengurangi rasa ingin tahu penulis untuk mengetahui berbagai tempat yang berkaitan
dengan sejarah kemerdekaan melalui studi literatur dan mengumpulkan informasi dari
berbagi sumber internet maupun jurnal.
Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam penyelesaian laporan ini. Penulis juga menyadari bahwa laporan ini
masih banyak kekurangan dalam penyusunannya yang disebabkan keterbatasan
wawasan, pemahaman dan kemampuan. Maka diharapkan kepada semua pihak untuk
kritik dan saran yang bersifat membangun demi menyempurnakan laporan ini.
Demikian  pengantar yang dapat penulis sampaikan, kurang dan
lebihnya penulis mohon maaf, akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Yogyakarta, Januari 2021


Penulis,

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Sejarah dan Latar Belakang Peristiwa Konferensi Asia Afrika...........3
B. Proses Pembangunan Museum Konferensi Asia Afrika........................5
C. Fasilitas dan Koleksi di Museum Konferensi Asia Afrika.....................8
BAB III PENUTUP................................................................................................11
Kesimpulan.................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12
LAMPIRAN...........................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Museum berasal dari bahasa Yunani yaitu “museion” yang memiliki arti
sebuah bangunan tempat suci untuk memuja sembilan Dewi Seni dan Ilmu
Pengetahuan. Hal ini dikarenakan museum pada mulanya muncul dan
berkembang pertama kali di Eropa. Namun, seiring berkembangnya jaman,
museum dikenal sebagai sebuah tempat yang dikelola oleh suatu lembaga,
bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang mmebutuhkan pengetahuan dan pengembangannya, terbuka
untuk umum dengan cara memperoleh, merawat, menerbitkan atau memamerkan
benda-benda koleksinya untuk keperluan belajar, pendidikan, penelitian dan
wisata.1
Museum merupakan tempat untuk pengembangan budaya dan pelestarian
peradaban manusia. Artinya, museum tidak hanya bergerak di bidang budaya,
tetapi juga dapat bergerak di bidang ekonomi, politik, sosial, dan lain sebagainya.
Selain itu, museum juga merupakan sarana dengan peranan strategis terhadap
penguatan identitas masyarakat termasuk masyarakat di lingkungan sekitarnya.
Pada masa sekarang, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan,
merawat, dan mengkomunikasikan berdasarkan penelitian dari benda-benda yang
merupakan bukti konkret dari proses pengembangan kebudayaan. Di museum,
masyarakat dapat berekreasi sambil mendapatkan informasi mengenai
pengetahuan dan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan manusia dan lingkungan.2
Di Indonesia, terdapat berbagai jenis museum yang tersebar di setiap
wilayah. Salah satu museum bersejarah yang ada di Indonesia adalah Museum

1
Yuni Sri Wahyuni, Yuk Kunjungi Museum, Semarang : ALPRIN, 2008, halaman 2-3.
2
Suraya dan Muhammad Sholeh, E-Museum sebagai Media Memperkenalkan Cagar Budaya di
Kalangan Masyarakat, Yogyakarta : Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta, 2014,
halaman 3.

1
Konferensi Asia Afrika yang berlokasi di Jl. Asia Afrika No.65, Braga, Kec.
Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat. Museum Konferensi Asia Afrika
atau disingkat KAA memiliki sejarah sebagai tempat Konferensi Asia Afrika
tahun 1955. Museum ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto,
pada tanggal 24 April 1980 pada peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika.3

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dan latar belakang peristiwa Konferensi Asia Afrika?
2. Bagaimana proses pembangunan Museum Konferensi Asia Afrika?
3. Bagaimana fasilitas dan koleksi yang ada di Monumen Konferensi Asia
Afrika?

C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah dan latar belakang dari peristiwa Konferensi Asia Afrika.
2. Mengetahui proses pembangunan Museum Konferensi Asia Afrika.
3. Mengetahui sistem pengelolaan dan fasilitas yang ada di Museum Konferensi
Asia Afrika.

3
MKAA, Profil Museum Konferensi Asia Afrika, tersedia di
http://asianafricanmuseum.org/museum-kaa/ diakses pada 16 Januari 2021 pukul 21.45 WIB.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Latar Belakang Peristiwa Konferensi Asia Afrika
Pasca berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945, suasana permusuhan
antar negara-negara terutama di Benua Asia-Afrika tak juga turut redam. Suasana
tersebut salah satunya disebabkan karena munculnya dua blok besar yang
menguasai dunia, yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Ketegangan antar kedua blok
tersebut masih terus berlangsung diikuti oleh negara-negara pendukung dari
masing-masing blok.
Di Benua Asia-Afrika sendiri, suasana penjajahan dan penguasaan dari
bangsa lain masih terjadi. Kebanyakan negara-negara di wilayah Benua Asia dan
Afrika merupakan daerah jajahan dari Bangsa Barat. menginjak tahun 1945,
beberapa dari negara tersebut sudah ada yang merdeka namun terdapat pula yang
masih berada di bawah penguasaan bangsa lain. Meskipun telah mencapai
kemerdekaan, negara-negara tersebut tak lepas dari adanya permasalahan pasca
kemerdekaan.
Permasalahan-permasalahan sisa penjajahan yang dialami setiap negara
berbeda-beda. Misalnya saja Indonesia dengan permasalahan Irian Barat, India
dan Pakistan tentang Kashmir, serta negara-negara Arab tentang Palestina.4
Sementara itu masyarakat di Benua Afrika sedang merasa cemas mendengar
kabar mengenai senjata nuklir yang dapat memusnahkan umat manusia.
Disamping itu beberapa negara di Benua Afrika juga masih terlibat konflik akibat
adanya politik adu domba yang diterapkan oleh dua blok tersebut. meskipun pada
masa itu sudah ada badan perdamaian PBB, akan tetapi belum mampu
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Permasalahan-
permasalahan tersebut terus terjadi khususnya di negara Benua Asia dan Afrika.
Kondisi yang demikian itulah yang kemudian melatar belakangi terciptanya suatu
4
Yadi Kusmayadi, Pengaruh Konferensi Asia Afrika (KAA) Tahun 1955 terhadap Kemerdekaan
Negara-Negara di Benua Afrika, Jurnal Agastya, Vol. 8, No. 1, Januari 2018, halaman 17 (15-34).

3
gagasan untuk melaksanakan Konferensi Asia Afrika bagi negara-negara yang
berada di Benua Asia dan Afrika yang masih menghadapi serangkaian
permasalahan pasca penjajahan.
Konferensi Asia Afrika akhirnya dapat diselenggarakan di Bandung pada
tahun 1955. Konferensi dipimpin oleh Ketua Konferensi yaitu Ali
Sastroamidjojo, yang saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia.
Konferensi terdiri dari sidang terbuka untuk umum dan sidang tertutup.
Kemudian dibentuk tiga komite, yaitu Komite Politik, Komite Ekonomi, dan
Komite Kebudayaan. Semua kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui oleh
peserta sidang dan susunan pimpinan konferensi. Adapun negara-negara yang
menjadi peserta dalam Konferensi Asia-Afrika diantaranya adalah Afghanistan,
Indonesia, Pakistan, Birma, IranFilipina, Kamboja, Irak, Iran, Arab Saudi,
Ceylon, Jepang, Sudan, Republik Rakyat Tiongkok, Yordania, Suriah, Laos,
Thailand, Mesir, Libanon, Turki, Ethiopia, Liberia, Vietnam (Utara), Vietnam
(Selatan), Pantai Emas, Libya, India, Nepal, dan Yaman.5
Adapun maksud dan tujuan diadakannya Konferensi Asia Afrika adalah
sebagai berikut6:
1. Meningkatkan kerjasama antar bangsabangsa Asia-Afrika, serta untuk
menjajaga dan melanjutkan baik kepentingan timbal balik maupun
kepentingan bersama.
2. Mempertimbangkan masala-hmasalah sosial, ekonomi, dan budaya dalam
hubungannya dengan negara-negara peserta.
3. Mempertimbangkan masalah-masalah dan kepentingan-kepentingan khusus
yang menyangkut mengenai rakyat Asia Afrika.

5
Vanni Hadiani, Sejarah Singkat KAA, Kelahiran Dasasila Bandung (Bagian 2), tersedia di
http://disdik.jabarprov.go.id/news/84/sejarah-singkat-kaa%2C-kelahiran-dasasila-bandung-%28bagian-
2%29 diakses pada 22 Januari 2021 pukul 12.40 WIB.
6
Putri Ayu Agustin dkk, Faktor-Faktor yang Mendorong Peran Aktif Indonesia dalam Kerja
Sama NAASP, Independen, Volume 1, Nomor 1, April 2020, halaman 42 (41-53).

4
4. Meninjau posisi Asia Afrika dan rakyatnya dalam dunia masa kini yang dapat
diberikan untuk peningkatan perdamaian dunia dan kerjasama internasional
Melalui konferensi ini pula tercipta gagasan untuk membentuk Gerakan
Non Blok (GNP) sebagai suatu tindakan untuk tidak memihak baik kepada Blok
Barat maupun Blok Timur. Dalam Konferensi Asia Afrika terdapat beberapa
pokok pembahasan yang antara lain membahas mengenai masalah kerja sama
dalam bidang ekonomi, politik, dan kebudayaan. Dalam hal politik,
pembahasannya adalah mengenai HAM, tentang bagaimana menentukan nasib
bangsanya sendiri, pelucutan senjata dan konsistensi. Adanya slogan “Semangat
Bandung” pun telah mejadi jiwa dalam terlaksananya Konferensi Asia Afrika,
dimana dapat menggelorakan semangat kebangkitan bagi negara-negara yang
baru saja merdeka.7

B. Proses Pembangunan Musem Konferensi Asia Afrika


Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika yang berlokasi di Bandung
tepatnya pada tanggal 18-24 April 1955 dapat dikatakan sebagai sebuah
konferensi yang mampu mencapai kesuksesan yang besar. Salah satu hasil dari
konferensi ini adalah Dasasila Bandung. Adapun isi dari Dasasila Bandung itu
sendiri adalah sepuluh poin hasil pertemuan tentang "pernyataan mengenai
dukungan bagi kerukunan dan kerjasama dunia". Dasasila Bandung ini juga
memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru.8
Keberhasilan dalam penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika telah
membuktikan bahwa Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dan
berpengaruh dalam hal mengambil peran aktif di kancah regional maupun

7
Taufan Herdansyah dkk, Realisme dalam Kepentingan Nasional Indonesia melalui Forum
Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Gerakan Non Blok (GNB), Jurnal Dinamika Global, Vol. 5, No. 1,
Juni 2020, halaman 126.
8
Baskoro Suryo Banindro, Daya Gagas Poster dalam Pergerakan dan Kebebasan Revolusi
Indonesia 1945-1965, ARS, ISI Yogyakarta, 2018, halaman 76 (68-80).

5
internasional. Sebagai negara yang baru saja merdeka, Indonesia telah mampu
menunjukkan jati dirinya di mata dunia di tengah ketegangan negara-negara
dunia yang masih kerap terlibat konflik pasca Perang Dunia II. 9 Melalui
Konferensi Asia Afrika, teradi pula peningkatan kerja sama yang baik antara
bangsa-bangsa di Asia dan Afrika sehingga posisi mereka di percaturan dunia
global semakin disegani.
Mengingat bahwa betapa pentingnya penyelenggaraan Konferensi Asia
Afrika, serta untuk terus membina kerjasama antara bangsa-bangsa
penggagasnya, maka untuk mengenang peristiwa tersebut perlu didirikan sebuah
tempat yang dapat mengingatkan kita akan peristiwa dan membangkitkan
kembali memori mengenai momen yang sangat membanggakan tersebut.
Kemudian, Konferensi Asia Afrika beserta hal-hal berkaitan mengenai peristiwa
tersebut di abadikan dalam sebuah museum di tempat dimana konferensi tersebut
pernah berlangsung yaitu di Gedung Merdeka yang terletak di Bandung.
Terinspirasi dari kehendaktersebut, maka lahirlah gagasan dari Prof. Dr.
Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M. yang saat itu menhabat sebagai Menteri
Luar Negeri Indonesia, untuk mendirikan Museum Konferensi Asia Afrika di
Gedung Merdeka, Bandung. Ide pendirian Museum Konferensi Asia Afrika ini
lalu diwujudkan oleh Joop Ave, sebagai ketua harian panitia peringatan 25 Tahun
Konferensi Asia Afrika dan Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Departemen
Luar Negeri. Hal ini terwujud juga atas kerjasama dengan Departemen
Penerangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Daerah
Tingkat I Provinsi Jawa Barat, dan Universitas Padjadjaran. Perencanaan dan
pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh PT Decenta Bandung.10

9
Tim Peneliti Pusat Kajian Asia Afrika Universitas Padjajaran, Laporan Akhir Kajian :
Revitalisasi Semangat Bandung dan Peran Kepemimpinan Indonesia, Bandung : Perpustakaan Deplu,
2015, halaman 1.
10
Sarah Fazriyah, Skripsi : Perkembangan Museum Konferensi Asia Afrika Tahun 1980-2013,
Bandung : UIN Sunan Gunung Jati, 2018, halaman 8-9.

6
Adanya pembangunan Museum Konferensi Asia Afrika ini memiliki
beberapa fungsi antara lain sebagai berikut:11
1. Mengabadikan dan menyebarluaskan mengenai makna Konferensi Asia
Afrika
2. Sebagai pusat informasi
3. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan studi
4. Meningkatkan kepariwisataan
5. Menunjang usaha-usaha dalam rangka menciptakan persatuan dan
meningkatkan kerja sama bangsa-bangsa Asia-Afrika.
Pembangunan gedung yang difungsikan sebagai ruang tata pameran
museum dilakukan pada tahun 1940 oleh seorang arsitek bernama A.F. Aalbers
dengan menerapkan gaya arsitektur Moderism with Art Deco Influences. Gedung
Merdeka sendiri dibangun untuk pertama kalinya pada tahun 1895 dan
selanjutnya dilakukan renovasi secara berturut-turut pada tahun 1920 dan 1928
sehingga menjadi gedung dalam bentuknya yang  sekarang.
Pembangunan gedung ini dirancang oleh dua arsitek dari Belanda
bernama Van Gallen Last dan Cp. Wolft Schoemaker, Profesor di Techniche
hogeschool atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Institut Teknologi
Bandung (ITB).12 Pada tanggal 24 April 1980 diselenggarakan peringatan ke-25
Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka. Pada puncak acara peringatan juga
diadakan peresmian Museum Konferensi Asia Afrika oleh Presiden Soeharto
dimana dalam peresmian ini seluruh Gedung Merdeka ditetapkan sebagai lokasi
Museum Konferensi Asia Afrika oleh Pemerintah Republik Indonesia.13
11
Fauzi Rachman, Eksistensi Museum Konperensi Asia Afrika sebagai Sumber Pembelajaran
Sejarah Siswa Menengah Atas, Kalpataru, Volume 2, Nomor 1, 2016, halaman 4 (1-9).
12
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat, Museum Konferensi Asia Afrika,
tersedia di http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=596&lang=id diakses pada 23
Januari 2021, pukul 18.35 WIB.
13
Nandang Firman Nurgiansyah dan Miftahul Falah, Gedung Merdeka sebagai Objek Wisata di
Kota Bandung, Jurnal Patanjala, Volume 9, Nomor 1, Maret 2017, halaman 133 (127-142).

7
C. Fasilitas dan Koleksi Museum Konferensi Asia Afrika
Layaknya museum-museum pada umumnya, di dalam Museum
Konferensi Asia Afrika juga terdapat beberapa fasilitas yang menunjang. Adapun
fasilitas-fasilitas tersebut antara lain:14
1. Ruang pameran permanen : memamerkan koleksi berupa benda-benda tiga
dimensi dan foto-foto dokumenter peristiwa yang melatarbelakangi
Konferensi Asia-Afrika, Pertemuan Tugu, Konperensi Kolombo, Konperensi
Bogor, Konperensi Asia-Afrika 1955, dan dampak Konferensi Asia-Afrika
bagi dunia internasional, serta profil negara-negara peserta Konferensi Asia-
Afrika yang dimuat dalam sarana multimedia.15
2. Ruang Audio visual : menayangkan film-film dokumenter mengenai kondisi
dunia hingga tahun 1950-an, Konferensi Asia-Afrika, konferensi-konferensi
pendahulu, konferensi selanjutnya dan KTT Asia-Afrika tahun 2005.
Ditayangkan pula pemutaran dan diskusi film tematik secara berkala
mengenai kehidupan sosial budaya bangsa-bangsa Asia Afrika.16
3. Ruang Pemutaran film : ruangan ini cukup besar karena dapat menampung
kurang lebih 50 orang. Di dalam ruangan ini dapat dilakukan pemutaran film
dengan kualitas yang cukup baik, televisi, dan layar slide di kanan-kiri.
Pemutaran film documenter dimaksudkan agar pengunjung dapat lebih
memahami sejarah Konferensi Asia Afrika. Di ruangan ini banyak

14
Raskita Bandung, Lokasi dan Fasilitas Museum Asia Afrika Bandung, tersedia di
https://tourbandung.id/museum-asia-afrika/#:~:text=Museum%20ini%20juga%20dilengkapi
%20dengan,Konferensi%20Bogor diakses pada 23 Januari 2021 pukul 20.02 WB.
15
Museum Indonesia, Museum Konferensi Asia Afrika Bandung, tersedia di
http://www.museumindonesia.com/museum/56/1/Museum_Konperensi_Asia_Afrika_Bandung diakses
pada 23 Januari 2021 pukul 20.13 WIB.
16
Ibid.

8
ditanyangkan film-film documenter mengenai kondisi sosial, politik, dan
budaya dari negara-negara di Asia Afrika.17
4. Perpustakaan : Mengoleksi buku-buku sejarah, politik, sosial dan budaya
negara-negara Asia-Afrika; dokumen-dokumen mengenai Konferensi Asia-
Afrika, konferensi-konferensi pendahulu, KTT Asia-Afrika 2005, serta
majalah, surat kabar, dan 'Braille Corner' untuk para tunanetra.
5. Ruang Riset : memiliki fungsi untuk meningkatkan studi mengenai Asia
Afrika dan negara-negara di dunia yang biasanya dilakukan oleh para peneliti
atau mahasiswa.18
Adapun untuk koleksi, di Museum Konferensi Asia-Afrika terdapat
berbagai koleksi dengan jumlah kurang lebih sekitar 4.000 buah koleksi. Koleksi
yang dimiliki yaitu seperti replica presiden, benda-benda pada masa penjajahan,
dan benda-benda lain yang berkaitan dengan masa kemerdekaan. Untuk penataan
koleksinya, di museum ini dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :19
1. Koleksi benda-benda tiga dimensi yang berisi; suasana Sidang Pembukaan
Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka 18 April 1955, kursi rotan yang
diduduk para delegasi ketika melakukan pertemuan untuk melobi dan
mempererat persahabatan, kamera, mesin tik, dan mesin teleks yang dipakai
selama konferensi berlangsung serta terbitan prangko-prangko yang
berhubungan dengan konferensi Asia Afrika.

17
Heryanti Utami, Pengembangan Fasilitas Interprestasi di Museum Konferensi Asia-Afrika
Bandung Jawa Barat, Jurnal Sejarah Lontar, Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2010, halaman 21
(10-27).
18
Wisata Bandung, Inilah Bagian-Bagian di Dalam Museum Konferensi Asia-Afrika, tersedia di
https://www.wisatabdg.com/2015/02/inilah-bagian-bagian-di-dalam-museum.html diakses pada 23
Januari 2021, pukul 20.30 WIB.
19
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat, Museum Konferensi Asia Afrika,
tersedia di http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=596&lang=id diakses pada 23
Januari 2021, pukul 18.35 WIB.

9
2. Ruang galeri foto mengenai gambaran Gedung Merdeka dari masa ke masa,
sejarah Konferensi Asia Afrika yang menggambarkan suasana dunia
internasional sebelum pelaksanaan konferensi, konferensi-konferensi
pendahuluan, persiapan dan pelaksanaan serta menampilkan suasana hasil
konferensi tersebut terhadap perkembangan dunia internasional.
Di Museum Konferensi Asia-Afrika juga seringkali diselenggarakan
kegiatan-kegiatan yang menunjang seperti:20
1. Pemanduan, dilakukan kepda pengunjung, baik kunjungan resmi tamu
pemerintah maupun kunjungan kelompok/umum.
2. Pameran temporer dalam upaya mengedukasi publik berkaitan dengan
pelaksanaan politik luar negeri dan sejarah diplomasi Indonesia. Pameran
temporer ini dilakukan juga di lokasi-lokasi di luar Museum Konferensi Asia-
Afrika.
3. Komunitas yang bentuk dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai sejarah, politik internasional, wawasan kebangsaan mengingat
tentang yang dihadapi dalam politik luar negeri Indonesia di masa yang akan
datang, dalam diplomasipublik maupun diplomasi antar waraga (citizen
diplomacy). Beberapa kegiatan yang diselenggarakan bekerjasama dengan
komunitas diantaranya: Diskusi Buku, Diskusi Film, berbagai Festival, Klab
Budaya, Pameran, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pasca berakhirnya Perang Dunia II, ketegangan antar negara-negara di dunia
masih terasa. Khususnya negara-negara yang baru saja merdeka di wilayah Asia-
Afrika. Negara-negara tersebut masih kerap mengalami berbagai permasalahan.
Permasalahan-permasalahan sisa penjajahan yang dialami setiap negara berbeda-
20
MKAA, Museum Konferensi Asia Afrika, tersedia di http://asianafricanmuseum.org/museum-
kaa/ diakses pada 23 Januari 2021 pukul 20.50 WIB.

10
beda. Kondisi yang demikian itulah yang kemudian melatar belakangi terciptanya
suatu gagasan untuk melaksanakan Konferensi Asia Afrika bagi negara-negara yang
berada di Benua Asia dan Afrika yang masih menghadapi serangkaian permasalahan
pasca penjajahan.
Mengingat bahwa betapa pentingnya penyelenggaraan Konferensi Asia
Afrika, serta untuk terus membina kerjasama antara bangsa-bangsa penggagasnya,
maka untuk mengenang peristiwa tersebut perlu didirikan sebuah tempat yang dapat
mengingatkan kita akan peristiwa dan membangkitkan kembali memori mengenai
momen yang sangat membanggakan tersebut. Kemudian, Konferensi Asia Afrika
beserta hal-hal berkaitan mengenai peristiwa tersebut di abadikan dalam sebuah
museum di tempat dimana konferensi tersebut pernah berlangsung yaitu di Gedung
Merdeka yang terletak di Bandung.
Adapun fasilitas-fasilitas di Museum Konferensi Asia-Afrika antara lain:
ruang pameran permanen, ruang Audio visual, ruang Pemutaran film, perpustakaan,
dan ruang riset. Adapun untuk koleksi, di Museum Konferensi Asia-Afrika terdapat
berbagai koleksi dengan jumlah kurang lebih sekitar 4.000 buah koleksi. Koleksi
yang dimiliki yaitu seperti replica presiden, benda-benda pada masa penjajahan, dan
benda-benda lain yang berkaitan dengan masa kemerdekaan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Baskoro Suryo Banindro.2018. Daya Gagas Poster dalam Pergerakan dan Kebebasan
Revolusi Indonesia 1945-1965.ARS.ISI Yogyakarta. Halaman 68-80.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat. Museum Konferensi Asia
Afrika, tersedia di http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?
id=596&lang=id diakses pada 23 Januari 2021, pukul 18.35 WIB.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat. Museum Konferensi Asia
Afrika, tersedia di http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?
id=596&lang=id diakses pada 23 Januari 2021, pukul 18.35 WIB.
Fauzi Rachman.2016. Eksistensi Museum Konperensi Asia Afrika sebagai Sumber
Pembelajaran Sejarah Siswa Menengah Atas. Kalpataru. Volume 2, Nomor 1.
2016. Halaman 1-9.
Heryanti Utami.2010. Pengembangan Fasilitas Interprestasi di Museum Konferensi
Asia-Afrika Bandung Jawa Barat. Jurnal Sejarah Lontar. Volume 7, Nomor
2. Juli-Desember 2010. Halaman 10-27.
MKAA. Museum Konferensi Asia Afrika, tersedia di
http://asianafricanmuseum.org/museum-kaa/ diakses pada 23 Januari 2021
pukul 20.50 WIB.
MKAA. Profil Museum Konferensi Asia Afrika, tersedia di
http://asianafricanmuseum.org/museum-kaa/ diakses pada 16 Januari 2021
pukul 21.45 WIB.
Museum Indonesia. Museum Konferensi Asia Afrika Bandung, tersedia di
http://www.museumindonesia.com/museum/56/1/Museum_Konperensi_Asia_
Afrika_Bandung diakses pada 23 Januari 2021 pukul 20.13 WIB.
Nandang Firman Nurgiansyah dan Miftahul Falah.2017. Gedung Merdeka sebagai
Objek Wisata di Kota Bandung. Jurnal Patanjala. Volume 9, Nomor 1. Maret
2017. Halaman 127-142.
Putri Ayu Agustin dkk.2020. Faktor-Faktor yang Mendorong Peran Aktif Indonesia
dalam Kerja Sama NAASP. Independen. Volume 1, Nomor 1. April 2020.
Halaman 41-53.
Raskita Bandung. Lokasi dan Fasilitas Museum Asia Afrika Bandung, tersedia di
https://tourbandung.id/museum-asia-afrika/#:~:text=Museum%20ini%20juga
%20dilengkapi%20dengan,Konferensi%20Bogor diakses pada 23 Januari
2021 pukul 20.02 WB.
Sarah Fazriyah.2013. Skripsi : Perkembangan Museum Konferensi Asia Afrika Tahun
1980-2013. Bandung : UIN Sunan Gunung Jati.

12
Suraya dan Muhammad Sholeh.2014. E-Museum sebagai Media Memperkenalkan
Cagar Budaya di Kalangan Masyarakat. Yogyakarta : Institut Sains &
Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
Taufan Herdansyah dkk.2020. Realisme dalam Kepentingan Nasional Indonesia
melalui Forum Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Gerakan Non Blok (GNB).
Jurnal Dinamika Global. Vol. 5, No. 1. Juni 2020. Halaman 123-139.
Tim Peneliti Pusat Kajian Asia Afrika Universitas Padjajaran.2015. Laporan Akhir
Kajian : Revitalisasi Semangat Bandung dan Peran Kepemimpinan
Indonesia. Bandung : Perpustakaan Deplu.
Vanni Hadiani. Sejarah Singkat KAA, Kelahiran Dasasila Bandung (Bagian 2),
tersedia di http://disdik.jabarprov.go.id/news/84/sejarah-singkat-kaa%2C-
kelahiran-dasasila-bandung-%28bagian-2%29 diakses pada 22 Januari 2021
pukul 12.40 WIB.
Wisata Bandung. Inilah Bagian-Bagian di Dalam Museum Konferensi Asia-Afrika,
tersedia di https://www.wisatabdg.com/2015/02/inilah-bagian-bagian-di-
dalam-museum.html diakses pada 23 Januari 2021, pukul 20.30 WIB.
Yadi Kusmayadi.2018. Pengaruh Konferensi Asia Afrika (KAA) Tahun 1955
terhadap Kemerdekaan Negara-Negara di Benua Afrika. Jurnal Agastya. Vol.
8, No. 1. Januari 2018. Halaman 15-34.
Yuni Sri Wahyuni.2008. Yuk Kunjungi Museum. Semarang : ALPRIN.

13
LAMPIRAN

Bagian depan Museum KAA Ruang Auditorium Museum KAA


Sumber : kemenlu.go.id Sumber : pikiran-rakyat.com

Ruang Galeri Foto Museum KAA Perpustakaan Museum KAA


Sumber : tempatwisatadibandung.info Sumber : asianafrica.org

Denah Museum KAA


Sumber :bankjim.com

14

Anda mungkin juga menyukai